Prolog
Tok! Tok!
Aku menghentikan aksiku ketika mendengar suara ketukan dari pintu kamar. Dengan cepat aku mengeluarkan situs bokep yang baru saja aku buka, padahal tadi ada video yang menarik. Seorang wanita hamil yang begitu seksi tengah bermain bersama suaminya.
"Ada apa, Mi?" tanyaku pada pada Mamiku yang berdiri didepan pintu. Mami tak menjawab panggilanku malah menarik tanganku agar keluar kamar. Gagal sudah keinginanku untuk menonton video itu.
"Ada yang mau Mami kenalkan sama kamu," ujar Mami membuatku bingung. Dan terus menarikku hingga berada di ruang tamu rumah kami.
"Ini Mami mau memperkenalkan Suster baru kamu," ujar Mami sambil menunjuk seorang wanita dengan pakian yang lumayan lusuh.
Aku metatap wanita itu yang kini tengah menundukan kepalanya. Terlihat seperti wanita diawal umur tiga puluh tahun. Rambutnya hitam lebat hingga ke pinggang. Badannya cukup besar, layaknya orang desa lainnya. Kulitnya berwarna putih kekuning-kuningan. Tapi, ada yang membuatku mengerutkan dahi. Perutnya bencit seperti orang hamil.
"Dia hamil, mi?" tanyaku.
Mami menganggukan kepalanya dan wanita itu dengan cepat mendengongkan kepalanya. Aku bisa melihat wajahnya yang lugu seperti wanita desa dan juga lumayan cantik untuk seorang suster atau pembantu pribadiku.
"Masa suster Sean hamil, sih, Mi?" protesku. "Nanti Sean suruh ambil ini-itu lelet," ujarku tidak terima sambil menatap Mami cemberut. Yang tidak hamil saja kadang lelet, apalagi yang tengah hamil begini.
"Sayang, Suster Tita ini sedang butuh pekerjaan. Dan, anak sedang butuh biaya untuk masuk sekolah."
"Suaminya mana, Mi?" tanyaku bingung. Biasanya seorang ibu hamil tidak akan disuruh oleh suaminya untuk bekerja.
"Suami saya kabur entah kemana, Den," ujarnya sambil menatapku sendu. Sebenarnya, di umurku yang ke 18 tahun ini Mami tidak perlu lagi menyewa seorang suster untukku karena aku sudah cukup mandiri. Tapi, karena aku anak tunggal dan cucu satu-satunya laki-laki di keluarga Papi, maka Mami dan Papi tidak main-main untuk melayaniku.
Bukan malayani dalam konteks "itu" tapi melayani sebuah kebutuhanku.
"Sean mau ya? Mami sama Papi malam ini juga mau ke Bogor selama seminggu. Bibik Ina juga sedang pulang kampung."
"Jadi Sean sendirian di rumah?" tanyku sedikit merajuk. Mami mengelus kepalaku, aku hanya bisa menurut. Karena kalo aku ikut Mami dan Papi ke acara bisnis pasti aku akan merasa bosan.
"Tita saya akan memberikan gaji yang sesuai yang kamu inginkan jika kamu bisa menjaga Sean dengan baik, bahkan saya akan memberi kamu bonus. Dan, Kamu harus menuruti semua kemauan anak saya tanpa terkecuali dan bantahan."
"Baik, bu."
-----
Aku merasa sangat bosan sekali, setelah puas menonton video bokep hingga sore. Aku keluar kamar untuk meminta susterku membuatkan susu coklat, karena memang aku lebih suka susu coklat daripada vanila.
Ah, mengingat susu. Aku jadi teringat video wanita hamil yang tengah memeras susunya sendiri sambil mendesah-desah seperti orang kepanasan. Aku jadi penasaran merasakan susunya.
"Suster!" panggilku.
"Suter!!" teriakku lebih keras.
Setelah beberapa kali memanggil tapi susterku itu pun tidak muncul-muncul juga. Dengan kesal aku turun dan mencari dimana keberadaan susterku itu.
Karena aku tidak menemukan suster dimanapun, akhirnya aku melangkahkan kakiku menuju kamar Suster Tita yang berada di dekat dapur.
Clekk...
"Suster Tita!" panggilku setengah berteriak.
Aku membulatkan mataku terkejut saat melihat Suster Tita yang sedang memasang Branya sambil memegang kedua payudaranya yang sangat besar. Payudaranya begitu indah dan terlihat padat. Dengan puting berwarna hitam kecoklatan membuatku ingin menghisap susu itu kuat-kuat.
"Aku pengen susu coklat."
"Suster pakai pake bra dulu ya," ujarnya tanpa malu memasang branya kembali dan melupakan aku yang terbengong melihatnya. Apalagi penisku kini sudah sangat mengeras sekarang. Untuk saja Suster Tita sudah lebih dulu memasang celananya.
Setelah itu Suster Tita mengajakku untuk duduk meja makan sambil menunggunya membuatkan susu untukku.
"Ini susunya, Den."
"Suster kenapa nggak malu ngelihatin nenennya sama aku?" tanyaku penasaran. Biasanya seorang wanita akan marah saat dua bukit kembarnya terlihat oleh laki-laki lain.
"Den Sean udah Suster anggap kayak anak Suster sendiri. Kalo di rumah anak Suster yang seumur Den Sean tiap hari kok lihat nenen Suster, bahkan kadang masih suka nyusu."
"Emang umur berapa?" Tanyaku dengan kening berkerut.
"Sama kayak Den Sean 18 tahun."
Sial! enak banget jadi anaknya suster Tita yang tiap hari lihat payudara Suster Tita yang begitu indah. Apalagi bisa menyusu di dua nenennya yang besar seperti buah pepaya itu.
"Aku juga pengen."
"Dean Sean mau nyusu sama Suster? Boleh kok."
----------
Note : masih niwbie jadi belum terlalu handal. Maapkan ya gan
Tok! Tok!
Aku menghentikan aksiku ketika mendengar suara ketukan dari pintu kamar. Dengan cepat aku mengeluarkan situs bokep yang baru saja aku buka, padahal tadi ada video yang menarik. Seorang wanita hamil yang begitu seksi tengah bermain bersama suaminya.
"Ada apa, Mi?" tanyaku pada pada Mamiku yang berdiri didepan pintu. Mami tak menjawab panggilanku malah menarik tanganku agar keluar kamar. Gagal sudah keinginanku untuk menonton video itu.
"Ada yang mau Mami kenalkan sama kamu," ujar Mami membuatku bingung. Dan terus menarikku hingga berada di ruang tamu rumah kami.
"Ini Mami mau memperkenalkan Suster baru kamu," ujar Mami sambil menunjuk seorang wanita dengan pakian yang lumayan lusuh.
Aku metatap wanita itu yang kini tengah menundukan kepalanya. Terlihat seperti wanita diawal umur tiga puluh tahun. Rambutnya hitam lebat hingga ke pinggang. Badannya cukup besar, layaknya orang desa lainnya. Kulitnya berwarna putih kekuning-kuningan. Tapi, ada yang membuatku mengerutkan dahi. Perutnya bencit seperti orang hamil.
"Dia hamil, mi?" tanyaku.
Mami menganggukan kepalanya dan wanita itu dengan cepat mendengongkan kepalanya. Aku bisa melihat wajahnya yang lugu seperti wanita desa dan juga lumayan cantik untuk seorang suster atau pembantu pribadiku.
"Masa suster Sean hamil, sih, Mi?" protesku. "Nanti Sean suruh ambil ini-itu lelet," ujarku tidak terima sambil menatap Mami cemberut. Yang tidak hamil saja kadang lelet, apalagi yang tengah hamil begini.
"Sayang, Suster Tita ini sedang butuh pekerjaan. Dan, anak sedang butuh biaya untuk masuk sekolah."
"Suaminya mana, Mi?" tanyaku bingung. Biasanya seorang ibu hamil tidak akan disuruh oleh suaminya untuk bekerja.
"Suami saya kabur entah kemana, Den," ujarnya sambil menatapku sendu. Sebenarnya, di umurku yang ke 18 tahun ini Mami tidak perlu lagi menyewa seorang suster untukku karena aku sudah cukup mandiri. Tapi, karena aku anak tunggal dan cucu satu-satunya laki-laki di keluarga Papi, maka Mami dan Papi tidak main-main untuk melayaniku.
Bukan malayani dalam konteks "itu" tapi melayani sebuah kebutuhanku.
"Sean mau ya? Mami sama Papi malam ini juga mau ke Bogor selama seminggu. Bibik Ina juga sedang pulang kampung."
"Jadi Sean sendirian di rumah?" tanyku sedikit merajuk. Mami mengelus kepalaku, aku hanya bisa menurut. Karena kalo aku ikut Mami dan Papi ke acara bisnis pasti aku akan merasa bosan.
"Tita saya akan memberikan gaji yang sesuai yang kamu inginkan jika kamu bisa menjaga Sean dengan baik, bahkan saya akan memberi kamu bonus. Dan, Kamu harus menuruti semua kemauan anak saya tanpa terkecuali dan bantahan."
"Baik, bu."
-----
Aku merasa sangat bosan sekali, setelah puas menonton video bokep hingga sore. Aku keluar kamar untuk meminta susterku membuatkan susu coklat, karena memang aku lebih suka susu coklat daripada vanila.
Ah, mengingat susu. Aku jadi teringat video wanita hamil yang tengah memeras susunya sendiri sambil mendesah-desah seperti orang kepanasan. Aku jadi penasaran merasakan susunya.
"Suster!" panggilku.
"Suter!!" teriakku lebih keras.
Setelah beberapa kali memanggil tapi susterku itu pun tidak muncul-muncul juga. Dengan kesal aku turun dan mencari dimana keberadaan susterku itu.
Karena aku tidak menemukan suster dimanapun, akhirnya aku melangkahkan kakiku menuju kamar Suster Tita yang berada di dekat dapur.
Clekk...
"Suster Tita!" panggilku setengah berteriak.
Aku membulatkan mataku terkejut saat melihat Suster Tita yang sedang memasang Branya sambil memegang kedua payudaranya yang sangat besar. Payudaranya begitu indah dan terlihat padat. Dengan puting berwarna hitam kecoklatan membuatku ingin menghisap susu itu kuat-kuat.
"Aku pengen susu coklat."
"Suster pakai pake bra dulu ya," ujarnya tanpa malu memasang branya kembali dan melupakan aku yang terbengong melihatnya. Apalagi penisku kini sudah sangat mengeras sekarang. Untuk saja Suster Tita sudah lebih dulu memasang celananya.
Setelah itu Suster Tita mengajakku untuk duduk meja makan sambil menunggunya membuatkan susu untukku.
"Ini susunya, Den."
"Suster kenapa nggak malu ngelihatin nenennya sama aku?" tanyaku penasaran. Biasanya seorang wanita akan marah saat dua bukit kembarnya terlihat oleh laki-laki lain.
"Den Sean udah Suster anggap kayak anak Suster sendiri. Kalo di rumah anak Suster yang seumur Den Sean tiap hari kok lihat nenen Suster, bahkan kadang masih suka nyusu."
"Emang umur berapa?" Tanyaku dengan kening berkerut.
"Sama kayak Den Sean 18 tahun."
Sial! enak banget jadi anaknya suster Tita yang tiap hari lihat payudara Suster Tita yang begitu indah. Apalagi bisa menyusu di dua nenennya yang besar seperti buah pepaya itu.
"Aku juga pengen."
"Dean Sean mau nyusu sama Suster? Boleh kok."
----------
Note : masih niwbie jadi belum terlalu handal. Maapkan ya gan
Terakhir diubah: