Dear all,
Kalau Nubi sendiri didalam pikiran masih ada bias antara kasihan, sayang, atau cinta. Masih sulit membedakan nya. Terkadang dianggap hal yang berbeda, kadang dirasa 3 kata itu hal yang sama, dengan persamaan bahwa kita ingin memberikan perhatian lebih dan menjaga seseorang tersebut.
Meski isi pikiran Nubi masih berantakan, izinkan Nubi untuk berpendapat.
Jika Nubi dihadapkan dengan posisi untuk menerima anak yang bukan dari darah kandung Nubi, rasanya masih dalam taraf kasihan.
Kasihan karena mereka tidak merasakan kehadiran figur seorang ayah, yang seharusnya peduli dan menjaga seorang anak. Memang untuk peduli dan menjaga seorang anak itu kewajiban bersama antara ayah dan ibu. Tapi menurut Nubi, figur ayah
supposed to lead, mengingat lingkungan kita yang masih kental patriarki nya.
Yang dirasa oleh Nubi, ayah dan ibu itu seperti pembalap dan navigator dalam lomba rally, Dan anak adalah mobilnya.
Bisa saja seorang pembalap mengikuti balapan tanpa navigator, tapi hasilnya pembalap itu akan kehilangan arah. Sebaliknya, boleh saja seorang navigator menyetir mobil, tapi navigator tersebut tidak biasa menyetir dan menghadapi rintangan secara bersamaan.
Itulah penggambaran sosok ayah dan ibu menurut Nubi, mereka duduk bersama, dimana sang ibu dianalogikan sebagai navigator yang memerhatikan lingkungan dan mengenali potensi anak, dan sang ayah sebagai pembalap yang dapat memacu potensi anak tersebut secara maksimal.
Ngetik apa aku ini.... Hahaha
Maaf ya thread teteh jadi tempat mencurahkan pikiran Nubi