Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Subarkah

Chapter 28

Malam yang dijanjikan pun akhirnya tiba. Pak Samsul sudah tiba terlebih dahulu di vila miliknya ditemani oleh Warti. Hati Pak Samsul sedikit khawatir apakah Barkah akan menepati janjinya atau tidak.

Untungnya tak berapa lama terlihat lampu sepeda motor dari kejauhan. Barkah datang menepati janjinya kepada Pak Samsul dengan menunggangi sepeda motor yang baru dia beli.

Pesanan tembikar akhir akhir ini melonjak tajam dampak dari beredarnya gosip di desa tentang keperkasaan burungnya. Hal ini ternyata membawa berkah tersendiri bagi keuangan Barkah sehingga dia bisa membeli sepeda motor.

Setelah memarkirkan sepeda motornya, Barkah pun menyalami Pak Samsul dan Warti. Hati barkah sebetulnya masih sedikit jengkel dengan Warti, karena menurut dia gara gara ajakan Warti lah yang membuat Harni sampai seperti sekarang ini.

Tapi sudahlah, nasi sudah menjadi bubur, Barkah berusaha mengesampingkan hal itu dan berusaha bersikap biasa saja di depan Warti.

"Nak Barkah, seperti rencana kita kemarin, nanti Nak Barkah bersembunyi dulu di dalam kamar. Saya sudah setting dan atur agar cahayanya gelap, sehingga tidak ketahuan siapa yang muncul nanti. Tapi....apakah nak Barkah yakin bisa menangani dua wanita itu?"
Kata Pak Samsul membuka percakapan.

"Tenang saja Pak, semua akan saya tangani. Yang penting bapak jangan lupa dengan janji kita saja" jawab Barkah

"He he he he.....tenang aja nak, saya orang yang menepati janji, semua itu mudah bagi saya"
Sebagai seorang juragan kopi yang memiliki bisnis biji kopi mudah saja bagi Pak Samsul untuk memberikan rumah atau mobil. Yang penting nama baiknya dan hubungannya dengan Warti terjaga dari penduduk desa.

Barkah pun segera masuk ke Villa milik Pak Samsul di temani Warti, sementara Pak Samsul masih duduk di kursi teras menunggu kedatangan Sarmi dan Gita. Udara malam kian dingin, Pak Samsul merokok sembari menaikkan kerah jaket nya.

Barkah kemudian diajak oleh Warti untuk masuk ke dalam villa milik Pak Samsul. Villa dua lantai milik Pak Samsul itu memiliki 3 kamar, dua kamar di lantai 1 dan dua kamar di lantai 2.

Dua kamar yang ada di lantai 1 terletak bersebelahan dan antar kamar memiliki connecting door yang menghubungkan kedua kamar. Pak Samsul sudah mengatur sebelumnya agar lemari pakaian yang ada di kamar itu digeser menutupi connecting door antar kamar. Sehingga jika kondisi kamar dalam keadaan gelap akan sulit bagi orang asing untuk mengetahui ada pintu di situ.

Barkah dan Warti masuk ke kamar nomer 1 sambil berusaha melihat isi kamar karena cahaya saat itu sengaja dibikin remang oleh Pak Samsul.
Kamar yang nanti akan digunakan untuk eksekusi sudah diatur oleh Pak Samsul ada di kamar nomer 2.

Cahaya dalam villa maupun kamar sudah dibikin sangat temaram dengan hanya lampu kecil berwarna kuning yang menerangi ruang depan dan tengah. Sementara dalam kamar tidur lampunya dimatikan semua sehingga lebih gelap lagi. Hanya cahaya bulan purnama yang masuk melalui jendela malam itu yang menjadi satu satunya pencahayaan.

Warti dan Barkah pun menunggu dengan tenang. Barkah duduk di kasur bersandar, kakinya selonjoran diatas kasur. Sedangkan Warti duduk di kursi kecil di samping kasur. Keduanya terdiam, Barkah tidak terlalu mengenal Warti jadi dia tidak mau akan berbicara apa.

Hanya berduaan dengan Warti di dalam kamar dan mengingat bahwa Warti ini salah satu penyebab Harni sampai pergi ke kota menjadi terapis, timbul ide nakal dibenak Barkah.

"War.....kamu ada hubungan apa sama Pak Samsul?" Ucap Barkah memecah keheningan.

"Ya gitu Bar, kita apa ya namanya, pacaran bekstrit kali ya Bar istilahnya, ya Pak Samsul banyak bantu aku Bar di sini, jadi ya gitu Bar, aku kasih timbal balik" jawab Warti tanpa malu.

Barkah meskipun hatinya baik tapi dia juga bukan orang bodoh, dia sudah paham jika Warti mau jadi simpenan Pak Samsul hanya demi uangnya.

"Gini War, nanti kan aku mesti main sama dua wanita, kalo sampe gagal Pak Samsul yang malu dan bisa bisa kamu nggak dapet duit lagi. Aku butuh bantuan kamu buat pemanasan War" lanjut Barkah.

"Bantuan gimana Bar?" Tanya Warti dengan sedikit terkejut.

"Aku itu kalo nggak lihat ceweknya suka susah ngaceng War, la ini kan cahayanya gelap, padahal nanti begitu masuk aku mesti segera main sama mereka. Kamu bantuin aku biar bisa ngaceng dulu War"

Barkah pun bangkit dan mendekati Warti yang masih duduk. Dia mendekat sambil tiba tiba membuka celananya menunjukan batang penisnya yang masih terkulai lemas. Dalam kondisi lemas pun penis barkah sudah begitu mengancam dengan ukurannya.

Warti yang pada saat itu dalam tidak bisa melihat dengan jelas penis barkah karena cahaya yang gelap tak tahu seberapa besar ukurannya. Tapi sudah bukan hal yang aneh bagi Warti untuk memuaskan pria yang bahkan dia tidak kenal. Pengalaman nya sebagai terapis membuat dia tau persis apa yang harus dilakukan. Dia hanya ingin agar rencana ini berjalan lancar supaya hubungan nya dengan Pak Samsul bisa terus berjalan dan dia masih bisa mendapatkan aliran dana segar dari Pak Samsul.

Tanpa berkata apa apa, Warti langsung mengulurkan tangan hendak memegang penis Barkah. Seketika terhenyak lah Warti oleh ukuran batang yang disentuh nya. Dia meraba raba lebih lama agar bisa memastikan seberapa besar penis yang di depannya itu.

"Ya gusti, ini masih lemes udah segede gini. Kalo ngaceng maksimal seberapa ini"
Batin Warti dalam hati.

Warti mulai mengelus elus lembut dan mulai mengocok penis Barkah dengan tangannya. Perlahan penis barkah mulai mengeras sedikit demi sedikit.

"Glekkkk......"
Seiring membesarnya penis Barkah, Warti mulai menelan ludahnya. Membayangkan seperti apa rasanya jika penis sebesar ini masuk dan mengobok obok memeknya.

"Enak War, coba diemut War biar makin gede" Barkah mulai menikmati permainan tangan Warti. Sambil tetap berdiri Barkah memegang kepala Warti dan mengarahkan agar mulai mengemut burungnya.

Warti yang kepalanya didorong mulai membuka mulutnya. Pertama dijilat dulu kepala penis Barkah, dari kepala penis turun kebatang sampai ke telurnya. Dijilat kembali naik.

Warti berusaha memasukkan penis Barkah ke mulutnya, diemut emut kepala penisnya dahulu membuat sang pemilik penis memejamkan mata, meresapi kehangatan dan kelembutan mulut warti.

Terasa penuh dan sesak, hingga Warti sedikit mengeluarkan air mata karena hampir dia tersedak oleh penis Barkah. Merasakan nikmat dan karena penis nya sudah keras secara penuh, Barkah mulai menggerak kan batangnya keluar masuk mulut Warti.

Dipegang kepala Warti dengan satu tangan, dan satu tangan lagi meremas remas payudara Warti dari luar. Membuat Warti gelagapan dan tangannya menggapai gapai, berusaha menahan paha Barkah agar penisnya tidak terlalu dalam masuk ke mulutnya. Pipinya mulai terasa pegal, sesekali penis Barkah hampir menyentuh tenggorokan membuat Warti hampir muntah. Air liur Warti sudah mengalir membasahi batang penis Barkah.

Dengan kasar dirobek kemeja Warti yg saat itu dikenakan sehingga payudara Warti tersembul keluar masih tertutup oleh behanya. Barkah mencabut penisnya dari mulut Warti. Kesempatan ini langsung digunakan oleh Warti untuk menarik nafas dalam dalam mengisi paru parunya.

Sejurus kemudian Barkah mengangkat tubuh Warti hingga berdiri dan menghempaskan Warti ke kasur. Dibuka dengan kasar celana jeans Warti dan ditarik kencang hingga lepas.

Sementara suasana di Kamar nomer 1 mulai memanas, tibalah Sarmi dan Gita ke villa Pak Samsul. Mereka berdua berboncengan naik sepeda motor.

Kedatangan mereka berdua disambut Pak Samsul dengan hangat. Pak Samsul tampak ramah dan tersenyum menyambut mereka berdua.

Sarmi dan Gita yang turun dari motor segera dipersilahkan masuk ke ruang tamu Villa oleh Pak Samsul. Setelah berbincang bincang sedikit Sarmi yang kala itu mengenakan jaket agar terlindung dari dinginnya malam mulai melepaskan jaketnya. Nampaklah oleh Pak Samsul bahwa malam itu Sarmi hanya mengenakan kaos berbelahan dada rendah dan berlengan pendek. Payudara besarnya nampak seperti mau meledak, kaosnya nampak tak mampu menahan berat payudaranya. Bagian bawah tubuh Sarmi mengenakan celana jeans sebetis dan makin menunjukan bongkahan pantatnya yang luar biasa besar. Muka Sarmi bersolek tebal seperti PSK yang hendak mangkal.

Pak Samsul pun mulai mengarahkan pandangan ke Gita yang terkenal galak dan jutek. Gita malam itu masih belum melepas jaket yang dia gunakan. Tapi telihat Gita juga sedikit bersolek, lebih cantik dari biasa saat dia sedang memasak di dapur.

Melihat payudara Sarmi yang begitu masif tak ayal membuat Pak Samsul sebenarnya sedikit tergoda untuk merasakan. Tapi pikiran akan nama baik dan harga diri membuatnya sadar untuk menjalankan rencananya.

"Mari Ibu ibu, kita masuk ke kamar, saya udah siapkan semuanya" kata Pak Samsul ingin segera memulai pertarungan panas ini.

"Kok gelap men to Pak, apa belum bayar listrik apa pie to?" Tanya Sarmi seenaknya kepada Pak Samsul.

"He he he, bukan begitu bu, saya memang sengaja, biar suasanya lebih romantis, kan tambah mesra kalo kita nanti ihik ihik sambil diterangi cahaya bulan" jawab Pak Samsul memberi alasan.

"Yowis lah sembarang, yuk aku dah ndak sabar, aku sih sama wae mau terang mau gelap, yang penting aku dapet penak e"

Sembari menjawab Sarmi pun menggandeng Gita untuk menuju kamar nomer 2 yang telah disiapkan Pak Samsul.

Pak Samsul yang berjalan di depan Sarmi dan Gita untuk masuk ke kamar nomer 2, sedikit mendengar sayup sayup desahan.

"Loh....kok ono desahan, opo iki?"

Bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd