Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Subarkah

Chapter 26

Semenjak kejadian pertama kali Barkah menghajar Darsih, rumor tentang seberapa besar burung Barkah mulai menyebar di Desa Banjardowo. Pelakunya siapa lagi kalau bukan Darsih sendiri.

Darsih yang membuka kedai di pasar sering berghibah dengan sesama pedagang wanita dan sering menceritakan bagaimana dia dibuat sampai tak berdaya oleh burung Barkah.

Hal ini begitu cepat menyebar dan membuat banyak wanita di sana jadi penasaran. Seperti apa rasanya jika memek mereka digempur habis oleh Barkah.

Nama Barkah pun mulai melambung dan banyak para wanita di desa itu yang memesan tembikar miliknya. Ketika Barkah mengantar pesanan, tak jarang mereka mencuri curi pandang ke arah tonjolan celana Barkah sambil membayangkan seperti apa isinya.

Di pinggir perkebunan kopi milik Pak Samsul

"Hnnggghhhh.......ommm......enakkkk......terussss......genjot yang dalemmm ommmm......mentokin ommmmm"

Tampak sebuah mobil jeep terparkir di daerah perkebunan, tertutupi oleh pepohonan yang rimbun.

Mobil itu bergoyang goyang akibat goyangan dua orang yang ada di dalam.

Warti yang sudah tidak mengenakan apa apa pada bagian bawah sedang bergoyang liar diatas tubuh Pak Samsul yang duduk di kursi penumpang. Pak samsul sendiri masih mengenakan kemeja dan celananya hanya dipelorotkan ke bawah.

"Pie, enak to War, ketagihan manukku ya War" ucap Pak Samsul sembari meremas pantat Warti yang bergoyang diatasnya.

Warti yang terus memompa dari atas bergoyang liar sembari meremas remas payudaranya sendiri dan melenguh panjang menikmati burung Pak Samsul yang sedang merojok rongga memeknya. Rambut panjangnya terurai menghiasi wajahnya yang mengenakan rias tebal.

Siang itu kondisi perkebunan memang sedang sepi. Belum masuk bulan panen sehingga tidak ada pekerja di sana. Apalagi ini waktu istirahat siang, makin tak ada orang lah kondisi saat itu. Hal itulah yang membuat Pak Samsul memiliki keinginan mewujudkan fantasinya.

Tanpa disadari Pak Samsul dan Warti, dari kejauhan ada sosok wanita yang sedang mengamati mobil yang dari luar nampak bergoyang goyang itu.

"Git, itu kan mobil e Pak Samsul. La kok goyang goyang kabeh to mobil e?"

"La mboh, opo yang di dalem lagi enjut enjutan ya Sar?"

Gitawati dan Sarmi saat itu tak sengaja sedang berjalan jalan di area perkebunan. Hari itu Sarmi sedang libur dari pekerjaannya sebagai pengasuh anak Witi, karena Witi dan anaknya sedang pergi jalan jalan ke kota. Kesempatan libur itu digunakan oleh Sarmi untuk berjalan jalan bersama sahabatnya Gita menikmati udara sejuk di perkebunan kopi.

Gitawati memiliki profesi sebagai tukang masak paling populer di Desa Banjardowo. Saat ini tidak ada acara hajatan di desa, otomatis dia memiliki banyak waktu luang.

Keduanya baik Gita maupun Sarmi sudah berumur 40th lebih. Sarmi diusia yang kepala empat ini belum menikah. Kurang beruntung diurusan asmara membuat dia sedikit nakal. Sarmi selalu berusaha bersolek dengan menor. Mukanya biasa saja, tidak jelek dan tidak cantik. Tapi dandanan menor yang dia sering kenakan justru membuat parasnya telihat aneh.

Terkadang tukang sayur atau pedagang nasi goreng gerobakan yang lewat di rumah Witi dia goda. Tak jarang godaannya ini berhasil dan berakhir di halaman belakang rumah Witi. Di sanalah dia mencabuli pria pria yang berhasil dia mangsa. Mengandalkan susu dan bokong yang masif membuat para pria mangsanya sedikit melupakan mukanya yang aneh bergincu merah dan fokus ingin meremas dan mengemut susu besarnya.

Berbeda dengan Sarmi, Gita telah menikah dan punya dua anak gadis. Gita ini terkenal gualak nya ampun ampun. Maklum sebagai tukang masak paling wahid di desa membuat banyak orang membutuhkan jasanya sehingga kesombongan dan sikapnya melambung tinggi. Suami dan anaknya di rumah tidak ada yang berani sama dirinya. Akibatnya suami Gita seperti kehilangan semangat dan berimbas pada performa di ranjang. Hal ini pun tambah membuat Gita makin sering uring uringan dan semakin galak.

Melihat mobil goyang di siang hari, kedua wanita ini pun mencoba mendekat melihat lebih jelas siapa yang jadi partner enjut enjutan Pak Samsul siang itu.

"Wihhhhh itu kan si Wartiningsih yang dulu jadi tukang pijet ples ples di kota" kata Sarmi.

"Sar, kita gerebek yuk, nggak bener ini siang siang kok mesum di kebon gini"
Gita begitu sewot melihat persetubuhan siang siang di tempat terbuka seperti ini.
Bagaimana tidak sudah lama dia tidak pernah berhasil mendapatkan kepuasan dari suaminya.

Suami Gita bisa dibilang sudah tidak mampu memuaskan Gita. Hal ini diperparah dengan profesi Gita sebagai juru masak nomer wahid di desa yang lebih banyak menghabiskan waktu di dapur, membuat dirinya makin tak terawat. Padahal muka Gita sebenarnya manis khas gadis desa, bentuk tubuhnya masih oke untuk wanita usia 40th lebih, hanya bagian perut saja sudah buncit, payudaranya juga sudah melorot turun karena menyusui dulu. Ditambah lagi, kelakuannya yang suka marah marah dan galaknya ampun ampun membuat burung suaminya selalu mengkerut dan tidak pernah berani unjuk gigi dihadapan Gita.

Sangat disayangkan jika dilihat, Gita ini sebenarnya jika dirawat pasti cantik, jauh lebih cantik daripada Sarmi.

Lama tidak dijamah suami membuat Gita makin emosi ketika melihat orang berbuat cabul. Padahal aslinya dia ini kepingin menjadi wanita yang ada diposisi Warti.

"BRAKKK.....DAKKKK...DAKKKK....DAKKK"

"HEHH....NGAPAIN INI SIANG SIANG MALAH KENTU DI KEBON?!!!"

Suara gebrakan Gita pada kaca mobil Pak Samsul sambil diiringi teriakan, membuat dua orang yang sedang bertautan kelaminnya kaget bukan main.

Warti dan Pak Samsul langsung sadar mereka dilihat orang, buru buru mereka mengenakan kembali pakaiannya dan menutupi aurat mereka.

Pak Samsul pun dengan sigap keluar mobil sedangkan Warti yang masih terkejut diam di dalam berusaha menutupi bagian tubuhnya yang telanjang.

"Eh ibu ibu, selamat siang, ada yang bisa saya bantu?"

Gita menatap sinis, sedangkan Sarmi melihat ke arah Pak Samsul sambil senyum senyum, mukanya nyengir cabul membuat parasnya makin tampak aneh.

"Hehh....sampeyan itu ngapain. Udah tua bukannya kasih contoh yang baik malah ihik ihik gini. Kalo ada anak muda yang lihat pie? Terus niru niru kelakuan sampeyan. Nama desa kita bisa tambah jelek" Gita masih saja nyerocos kayak kereta api ekspres nggak berhenti henti.

"Tenang ibu ibu, mohon maaf, saya memang kebablasan, saya akui saya salah. Tapi sudahlah, kita jangan perpanjang masalah ini. Mari kita selesaikan baik baik saja"
Pak Samsul merasa tenang menghadapi hal seperti ini. Dia memiliki uang banyak, dalam benaknya semua bisa diselesaikan dengan uang. Satu yang dia khawatirkan hanya agar masalah ini tidak sampai menyebar karena dia khawatir nama baiknya sebagai juragan kopi hancur.

Pak Samsul pun segera menawarkan beberapa tawaran menarik ke Gita dan Sarmi untuk menyelesaikan masalah ini dengan jalan damai. Sayang sekali Gita juga bukan orang yang kekurangan. Profesi nya sebagai juru masak paling hebat di Desa Banjardowo membuat pundi pundi uang nya terus bertambah. Meskipun tidak sekaya Pak Samsul, tapi Gita memiliki beberapa aset seperti tanah, sapi dan kambing.

Ketika perundingan damai berjalan alot dan buntu, tiba tiba Sarmi pun nyeletuk.
"Uwis uwis Git, gini aja. Tadi kan Pak Samsul ketangkap basah sedang enjut enjutan. Gimana kalo diselesaikan dengan enjut enjutan juga"

"Maksud Bu Sarmi bagaimana ya?" Tanya Pak Samsul.

"Udahlah, kita ini kan udah sama sama dewasa, kita juga pingin kok ngrasain dienjut kaya si Warti. Kalo Pak Samsul sanggup membuat kita berdua puas. Kita anggep selesai masalah ini. Gimana enak to?" Kata Sarmi sambil lidah nya menjulur julur menjilar bibirnya kaya cicak mendapatkan nyamuk.

"Sar.....kok malah gitu to?" Ucap Gita setengah berbisik.

"Uwis Git, kamu ndak liat tadi burung e Pak Samsul boleh juga, lagian liat tampangnya klimis bersih biarpun udah tua masih ngganteng. Sekali kali aku tak main sama cowok bersih, bosen aku main sama kang sayur bau keringet"

"Kamu kan juga sering cerita kalo udah lama kepingin juga to, ini kesempatan kamu dapet enak enak tanpa gengsi mu turun"

Sarmi terus berupaya membujuk Gita agar menyetujui rencananya.

"Waduh ibu ibu, gimana ya, saya bukannya menolak dengan tawaran itu, tapi ya gimana ya" jawab Pak Samsul dengan ragu ragu.

Pak Samsul memang seorang hidung belang, tapi dia juga pilih pilih wanita yang akan ditidurinya. Masak dia mau kentu dengan ART dan tukang masak.

"Kenapaaa? Nggak mau??? Merasa sugih terus kita ini nggak level? Iya??? Uwis ayo Sar kita arak aja ke balai desa"
Bentak Gita seakan bisa menebak keraguan di hati Pak Samsul.

"Bu...bukan begitu ibu ibu sekalian, baik saya akan turuti. Tapi mari kita atur waktu dan tempatnya. Supaya lebih nyaman" buru buru Pak Samsul berucap.

"Boleh boleh, kalo gitu kita pegang janji Pak Samsul. Kapan dan dimana kita dapet kesempatan menggilir Pak Samsul?"
Sarmi langsung menyambar jawaban yang dinanti nanti sambil bokong besarnya bergeol geol kayak ulet keket.

"Kalo begitu besok aja, malam, di villa saya yang diatas, di situ kan udaranya lebih dingin. Jauh dari keramaian, dan lebih nyaman. Bagaimana Ibu ibu?"
Jawab Pak Samsul cepat sambil dia memutar otak untuk memecahkan solusi masalahnya ini.

"Siappp bapak ganteng, besok malam jam 8 ya kita akan samperin sampeyan di sana. Jangan lupa minum obat kuat. Dah, yuk Git kita capcussss" Sarmi yang merasa berhasil mendapatkan mangsa tertawa sumringah dan genit sambil mengajak Gita pergi dari tempat itu.

Selepas kepergian Sarmi dan Gita, Pak Samsul merasa sedikit lega dan pusing.
"Aduh kepie ini, kalo digilir dua genderuwowati itu kayane isa pedot manukku. Pie iki"

Bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd