Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG SSI Teman dari SD yang Alim hingga Menikah [REAL STORY] (UPDATE 16 APRIL 2024)

Apakah pengambilan pengalaman di cerita nya cukup detail, atau kurang detail?


  • Total voters
    173

________________________________

[MAIN STORY] PART 2

Pertama Kali Bersua

________________________________



Beberapa hari setelah pertemuan terakhir kami pada malam hari tersebut, kami berencana agar kegiatan berpacaran kami pada malam hari itu menjadi sebuah rutinitas setiap minggunya. Pada suatu malam, kami mengobrol via chat untuk membahas lokasi tempat kami akan berpacaran setiap malamnya :​

Anggi : "Terus kita ini jadinya mau ketemuan di mana? ._. "
Saya : "Kalau kita ketemuannya malam hari, pasti bukan di rumah aku sih, soalnya di rumah aku itu ada mamah sama bapak dan pasti bakal diomongin sama mereka kalau kamu main ._. "
Anggi : "Dirumah aku juga kalau malam ada Ibu sama adik-adik sih, kalau ayah itu setiap malam ke Pasar. Gapapa ga sih kalau kita ketemuan di rumah kamu? lagian kan di depan rumah kamu juga, bukan di tempat yang sepi .-. "
Saya : "Masalahnya kan kamu itu cewek, kalau kamu main kerumah setiap malam hari emang ga bakal diomelin sama mamah aku? Lagian emang ga akan jadi masalah buat Ayah sama Ibu kamu? -_- "
Anggi : "Iya juga sih, terus gimana? ._. "
Saya : "Mending di rumah kamu sih, soalnya kamu kemungkinan besar ga akan dimarahin kalau kita selalu ketemu tiap malam, karena kan kita ketemuan di teras rumah kamu, ditambah ada Ibu sama adik-adik kamu di rumah buat ngawasin, kalau aku sendiri sih ga mungkin juga bakal dimarahin sama mamah dan bapak aku -_- "
Anggi : "Tapi kan rumah aku itu suka ada orang lewat, kadang juga adik-adik aku keluar buat jajan pas malam dan pastinya mereka bakal ngelewatin teras .-. "
Saya : "Ya emang kenapa sih kalau ada orang lain atau adik kamu liat kita? Soalnya kalau di rumah aku pasti suatu saat bakal jadi masalah. Kamu mau dimarahain sama Ayah dan Ibu karena main malam-malam ke rumah cowok? -_- "
Anggi : "Hmm, ya engga mau sih .-. "
Saya : "Ya makannya, lebih baik di rumah kamu -_- "
Saya : "Udah nih ya fix ketemuannya malam hari di rumah kamu ya? Mulai kapan nih? -_- "
Anggi : "Iya oke, nanti mulai malam minggu besok aja yaaa"
Saya : "Okeeee"​

Mau tidak mau rumah Anggi ini dipilih sebagai tempat kami berpacaran karena anggota keluarga Anggi memiliki kesempatan setiap saat untuk mengawasi kami berdua, dan meminimalisir kemungkinan Anggi mendapatkan masalah karena selalu bertemu dengan laki-laki pada malam hari. Walaupun ada kemungkinan ada yang mengganggu kami ketika sedang berpacaran di depan teras rumah Anggi, itu lebih baik dibandingkan tidak bertemu satu sama lain sama sekali. Beberapa hari kami menunggu, akhirnya hari Sabtu pun tiba. Inilah waktunya bagi kami bertemu, dan saya pun mengirimkan pesan ke Anggi sebelum berangkat ke rumahnya :​

Saya : "Assalamu'alaikum, Anggi"
Anggi : "Wa'alaikumssalam, iya? Kenapa jar?"
Saya : "Jadi ga buat ketemuan? -_-"
Anggi : "Oh ya sok aja datang kesini -_-"
Saya : "Ya ini bilang dulu dong, takutnya kamu lupa -_-"
Anggi : "Iya nih aku dirumah, datangnya ba'da Isya aja ya supaya ga kepotong sholat -_-"
Saya : "Okeee"

Setelah shalat Isya, sekitar jam 19:30 saya langsung pergi ke rumah Anggi. Rumah kami berdua cukup dekat, hanya berbeda beberapa RW saja sehingga bisa saya kunjungi bahkan dengan berjalan kaki saja. Saya tidak menggunakan Motor ketika pergi ke rumah Anggi dikarenakan bapak saya melarang menggunakan motor sebelum saya memiliki SIM dan KTP (takut ditilang katanya, walaupun jarang sekali ada Polisi pada malam hari, apalagi di desa). Ketika saya sudah sampai di depan pagar rumah Anggi, saya pun memanggil Anggi :​

Saya : "Assalamu'alaikum, Anggi~" - Teriak saya ke arah rumah Anggi
Anggi : "Iyaa" - Sahut Anggi dari dalam rumahnya

Kemudian pintu rumah Anggi pun terbuka sedikit, namun Anggi tidak menampakkan dirinya. Sepertinya Anggi masih memakai pakaian di dalam rumah, sehingga dia membuka sebagian pintu agar suaranya bisa terdengan jelas oleh saya.

Anggi : "Sebentar ya jar, aku masih makan. Duduk aja dulu di teras ya, gerbangnya juga ga dikunci kok" - Ucap Anggi
Saya : "Okeee"

Saya bergegas membuka gerbang rumah Anggi dan duduk di teras depan rumahnya. Teras rumah Anggi berlantai keramik berwarna merah dan diterangi oleh lampu bohlam kuning yang tidak terlalu terang namun tidak terlalu redup. Walaupun terdapat 2 kursi dan meja kecil di depan teras rumah Anggi, saya memilih untuk duduk di lantai dikarenakan kondisi kursinya yang cukup rusak parah, ditambah akan ada jarak diantara saya dengan anggi jika saya duduk di kursi. Saya duduk sendirian di depan teras sambil menatap jalan di depan rumah Anggi, waktu baru menunjukkan pukul 20:00 WIB, tetapi tidak ada seorangpun yang lewat di depan pagar rumah Anggi. Ada sekitar 10 menit saya menunggu, tiba-tiba pintu depan rumah Anggi terbuka dan Anggi pun keluar dari rumahnya dengan tergesa-gesa. Saya bisa melihat pada saat itu Anggi menggunakan kerudung kotak berwarna hitam polos, dengan Sweater turtleneck lengan panjang berwarna abu-abu dan rok panjang berbahan denim (bahan jeans).
Anggi : "Maaf kelamaan ya jar, tadi aku makan sama shalat dulu soalnya" - ucap Anggi sambil bernafas dengan terengah-engah
Saya : "Iya gapapa, santai aja kali ga usah buru-buru gitu kayak orang habis olahraga" - ledek saya sambil tertawa melihat Anggi yang tergesa-gesa.
Anggi : "Ya ga enaklah ada tamu gitu malah disuruh nunggu lama sendirian di depan" - timbal Anggi sambil mencoba duduk di teras samping saya.
Saya : "Terus ini mana minuman atau cemilannya? masa tamu ga dikasih apa-apa sih?" - ledek saya kembali dengan memasang wajah tengil
Anggi : "Eh iya, tapi cuma ada air dingin doang. Gapapa ga?" - ucap Anggi dengan ekspresi kaget
Saya : "Hahaha, iya gapapa kok. Apa aja yang ada" - tawa saya untuk mencairkan suasana
Anggi : "Yaudah tunggu sebentar ya, aku ambilin dulu" - ucap Anggi lalu kemudian berdiri dan bergegas masuk kembali ke rumah​

Anggi pun meninggalkan saya, dan saya pun kembali sendirian di depan teras rumahnya. Terdengar suara acara TV secara samar-samar dari dalam rumah Anggi, namun tidak ada suara apapun yang bisa saya dengar dari tetangga Anggi di kedua sisi rumahnya. Mungkin karena rumah Anggi ini diapit oleh rumah tetangganya yang bertembok tinggi, ditambah ada sekitar 5 meter jarak teras dengan jalan depan rumah, sehingga kondisi di teras rumah Anggi itu sangatlah sepi dan hening. Tidak lama saya menikmati keheningan tersebut, saya dikagetkan dengan kembalinya Anggi dari dalam rumah.
Anggi : "Ini airnya ya jar, maaf ya airnya ga terlalu dingin karena baru dimasukin ke kulkas" - ucapnya sambil memberikan gelas dan botol air kepada saya
Saya : "Iya gapapa kok, yang penting air" - ucap saya sambil menerima gelas dan botol air dari Anggi

Anggi pun kemudian duduk tepat di samping saya, namun kemudian bergeser menjauh seperti berusaha membuat jarak (ada sekitar 30 cm jarak kami duduk). Saya bisa mencium wangi parfum yang Anggi gunakan, wangi yang manis namun samar. Parfum yang Anggi pakai seperti menggambarkan kondisi kami berdua yang sangat jelas ingin sekali mengekspresikan rasa cinta kepada satu sama lain, namun terpaksa harus kami tahan karena status kami berdua yang berbeda jenis kelamin dan bukan muhrim. Saya yang sadar perihal Anggi yang menjaga jarak, secara tidak sadar mencoba memancingnya agar tidak menjaga jarak

Saya : "Kenapa ngejauh gitu duduknya? tadi padahal udah bagus di samping"
Anggi : "Ga mau, bahaya takut ada setan. Soalnya kata pak ustadz itu laki-laki sama perempuan ga boleh berduaan dan duduk dekat-dekatan" - Ucapnya dengan nada bercanda, sambil mengacungkan jari telunjuk
Saya : "Lagian kan kita di depan rumah kamu, berarti kamu secara ga langsung bilang kalau rumah kamu itu ada setan nya dong?" - balas saya dengan nada bercanda.
Anggi : "Yeh, setan itu ada di mana-mana ya pak. Bukan berarti kalau disini ada setan, rumah saya itu jadi rumah setan ya pak" - Ucap Anggi dengan nada yang sedikit kesal
Saya : "Nah itu kamu udah tau, jadi kenapa perlu takut kalau ada setan? lagian kita kan ga cuma duduk ga ngapa-ngapain, apalagi di teras depan rumah kamu yang bisa diawasi langsung sama Ibu dan diliat sama orang di jalan?" - Ucap saya berargumen dengan Anggi
Anggi : "Hmm bener juga ya" - Jawabnya dengan ekspresi seperti baru menyadari suatu hal
Saya : "Iyalah bener, emang kamu maunya duduk bersebelahan atau berjauh-jauhan gitu?"
Anggi : "Ya duduk nya bersebelahan sih"
Saya : "Yaudah makannya duduk aja di samping aku, ga akan ada apa-apa juga ini"
Anggi : "Hmm iya deh"​

Anggi pun kemudian berupaya bergeser kearah saya, sehingga dia duduk persis di samping saya. Wangi parfum Anggi yang sebelumnya samar kini menjadi jelas, seperti wangi vanilla, walaupun saya tidak sepenuhnya yakin. Saya terdiam melihat Anggi duduk di dekat saya, indera penglihatan saya fokus mengamati wajah dan pakaian Anggi, sedangkan indra penciuman saya fokus menikmati aroma parfum yang digunakan Anggi. Mungkin ada sekitar 30 detik saya terpana akan kehadiran Anggi di dekat saya, Anggi pun mencolek bahu kanan saya dan berusaha menyadarkan saya.​

Anggi : "Hey, kenapa bengong?" - Ucap Anggi sambil mencolek bahu saya
Saya : "Engga kenapa-napa, enak aja merhatiin kamu dari dekat gini" - gombal saya ke Anggi
Anggi : "Enak aja ya merhatiin saya gitu secara gratis" - ucap Anggi dengan nada bercanda
Saya : "Terus emang kalau mau merhatiin kamu itu harus bayar gitu?" - tanya saya
Anggi : "Iyalah pak, masuk WC di SPBU aja bayar. Apalagi kalau merhatiin cewek cantik kayak saya" - timpal Anggi sambil memasang wajah bangga.
Saya : "Emang harus bayar berapa sih?" - tanya saya heran
Anggi : "Hmmm, ga tau juga sih harus bayar berapa hehehe"
Saya : "Dih, orang jualan tuh harusnya udah tau harga buat ditawarin ke pembeli. Ini mah cuma nawarin doang tapi ga tau harga" - timpal saya dengan nada jengkel.
Anggi : "Lagian ya aku tuh orang, bukan barang kali. Jadi ya cuma suami saya nanti yang boleh merhatiin saya dengan puas"
Saya : "Yaudah kan nanti kita nikah kalau udah lulus SMA" - timpal saya dengan ekspresi yakin
Anggi : "Dih, masih lamaaaa. Lagian ya, belum tentu juga kita bakal langgeng sampai lulus SMA"
Saya : "Emang belum tentu, tapi kita itu kan udah temenan dari SD. Jadi masing-masing dari kita itu pasti udah kenal lebih dalam dibandingkan orang lain, makannya pasti lebih ideal buat jadi suami-istri"
Anggi : "Iya emang sih, tapi udahlah ga usah dibahas. Kita lulus SMA itu masih lamaaaaa"
Saya : "Yaudah terus ini aku harus bayar berapa supaya bisa merhatiin kamu? Eskrim di Indo**ret cukup ga?"
Anggi : "Beneran nih?? Cukup lah, lagian cuma diliatin doang ini"
Saya : "Dih, sambil elus kepala kamu lah, waktu terakhir ketemuan itu belum puas karena sebentar soalnya" - Protes saya
Anggi : "Elus kepala itu service tambahan pak, beda lagi dong biayanya" - Canda Anggi
Saya : "Padahal kamu sendiri yang keenakan pas terakhir kali dielus kepalanya gitu, ditambah posisinya kan kamu ga ngapa-ngapain, aku yang capek karena harus ngelus kepala. Harusnya gratis dong" - Protes saya sambil memberikan argumen kepada Anggi.
Anggi : "Tetep aja pak, tidak ada yang gratis di dunia iniiiii"
Saya : "Gini aja deh coba jawab, enak ga dielus kepalanya gitu?
Anggi : "Enak sih, nyaman gitu"
Saya : "Maka dari itu harusnya gratis, aku ngasih elusan, terus kamu nikmatin. Kan sama-sama untuk, simbiosis parasitisme" - ucap saya dengan bercanda
Anggi : "Simbiosis mutualisme kali pak" -timpal Anggi.
Saya : "Iya intinya itu dah"
Anggi : "Iya deh iyaaa, sok gratis kamu mau ngelus kepala aku juga" - ucap Anggi pasrah
Saya : "Yaudah sini kepalanya" - ucap saya

Anggi kemudian memiringkan kepalanya ke arah saya, memberikan kesempatan bagi saya untuk mengelus kepalanya. Dengan ragu saya menempelkan telapak tangan saya di atas kepalanya, dan memperhatikan keadaan sekitar karena takut ada anggota keluarga Anggi ataupun orang lain yang lewat di jalan memperhatikan hal yang saya lakukan ini. Ketika dirasa kondisi sekitar aman, saya pun mengelus-elus kepala Anggi dengan pelan dan lembut, nampak Anggi memenjamkan matanya untuk menikmati setiap elusan yang saya berikan di kepalanya.
Saya : "Enak ya gi?" - tanya saya ke Anggi, sambil mengelus kepalanya secara lembut.
Anggi : "Iya enak banget, nyaman banget pas kamu usap-usap kepala aku" - jawab Anggi sambil terpejam​

Setiap elusan yang Anggi terima membuat posisi kepala Anggi pun semakin turun ke bawah, dan semakin jelas aroma parfum yang Anggi gunakan. Hingga tiba-tiba Anggi pun menjatuhkan kepalanya tepat di atas paha saya, dengan wajah menghadap selangkangan saya (Posisi saya duduk bersila). Saya pun kaget bukan main karena tindakan Anggi ini.
Saya : "Hey, kenapa malah kepalanya ada di atas paha aku sih?" - Protesku karena kaget, namun dengan nada berbisik karena takut terdengar oleh orang lain
Anggi : "Enak soalnya, nyaman banget pas dielus-elus gitu. Daripada leher pegal karena setengah merunduk, mending langsung disimpen aja di atas paha kamu" - Ujar Anggi dengan nada berbisik.
Saya : "Gimana nanti kalau ketauan sama orang posisi kamu kayak gini?"
Anggi : "Ya tinggal berdiri lagi aja, lagian kan kita ga ngapa-ngapain"​

"Kita kan tidak melakukan apapun" itu adalah kalimat yang akan membuat saya membiarkan Anggi untuk meletakkan kepalanya di atas paha saya, namun yang menjadi masalah adalah posisi wajah Anggi tidak menghadap ke arah jalan, tetapi ke arah selangkangan saya. Baik Anggota keluarga Anggi ataupun orang yang lewat di depan rumahnya pasti akan menganggap kami berdua sedang melakukan oral seks. Tindakan Anggi ini pun lantas membuat saya terangsang dan membuat penis saya ereksi, namun untunglah saya menggunakan Jeans dan celana dalam beserta celana pendek, sehingga penis saya yang ereksi sepertinya tidak disadari oleh Anggi.

Ada sekitar 10 hingga 15 menit kami berada dalam posisi tersebut, Anggi meletakkan kepalanya di atas paha saya dengan wajah menghadap selangkangan sambil memejamkan matanya, sedangkan saya terus mengelus-elus kepalanya dengan lembut. Tiba-tiba muncul suara langkah kaki dari dalam rumah Anggi, sontak Anggi pun bangkit duduk kembali dan kami berdua bertingkah seperti tidak melakukan hal yang aneh-aneh. Adik Anggi pun kemudian membuka pintu rumah, dan kami pun sudah kembali ke posisi yang normal seperti semula.
Adik Anggi : "Mba, Ibu minta tolong ke kamu buat beli minyak goreng katanya" - ucap adik Anggi dibalik pintu rumah, hanya kepalanya saja yang nampak.
Anggi : "Oh iya oke dek, mana uangnya?"
Adik Anggi : "Ini uangnya ya mba, minyak goreng 2 liter katanya" - Ucap adik Anggi sambil memberikan uang Rp. 50.000
Anggi : "Okee, ayo fajar temenin aku buat beli minyak goreng" - ucap Anggi sambil mencoba berdiri
Saya : "Eh, oke ayo aja" - Ucap saya bingung karena masih dalam posisi kaget​

Kami berdua pun lantas meninggalkan teras rumah dan pergi ke Indo**ret untuk membeli minyak goreng yang Ibu Anggi pesan. Ketika kami sudah di luar pagar rumah Anggi, nampak jelas ekspresi kaget dan takut masih menempel di wajah Anggi. Saya pun membuka percakapan untuk menemani perjalanan kami ke Indo**ret.

Saya : "Jir, itu adik kamu tiba-tiba banget keluar dari rumah"
Anggi : "Iya aku juga kaget, untungnya sih dia lari ditambah pintu rumah itu rada susah kebuka. Jadi ada waktu buat ganti posisi gitu"
Saya : "Kamu bilang kita ga ngapa-ngapain, tapi masih takut kalau ada orang lain tau"
Anggi : "Cuma karena kita ga ngapa-ngapain, orang lain boleh ngeliat apa yang kita lakuin dong" - Ujar Anggi dengan nada marah
Saya : "Iya-iya, maaf. Bercanda kok. Aku juga kaget soalnya keenakan ngelus kepala kamu yang lagi ada di atas paha aku"
Anggi : "Iya aku maafin, aku juga keenakan karena nyaman banget pas kamu elus-elus gitu soalnya. Btw, jangan lupa Eskrim nya ya, kan tadi janji mau beliin aku Eskrim"
Saya : "Hmmm, iya dah iya"
Anggi : "Hehe, thank you" - Ucap Anggi sambil tersenyum dengan lebar.
Saya : "Sama-sama" - Jawab saya dengan sedikit ketus

Sesampainya di Indo**ret, Anggi membeli minyak goreng yang Ibunya minta. Tidak lupa juga Anggi memilih-milih eskrim yang dia inginkan, sebagai biaya karena diizinkan mengelus-elus kepalanya (katanya). Setelah urusan kami di Indo**ret selesai, kami pun kembali ke rumah Anggi. Sesampainya di rumahnya, Anggi masuk ke dalam rumah dan memberikan minyak goreng pesanan Ibunya, sedangkan saya langsung kembali duduk di teras. Tidak lama Anggi pun kembali ke teras rumahnya dan duduk di samping saya, dan tanpa aba-aba kembali meletakkan kepalanya di atas paha saya.
Anggi : "Usap-usap lagi kepalanya" - ucap Anggi sambil mengelus kepalanya sendiri seakan sedang mencontohkan..
Saya : "Tsk, ini anak keenakan kayaknya ya dielus-elus gitu kepalanya" - ucap saya dengan ketus
Anggi : "Hehe, emang enak soalnya. Jadi pingin tidur kalau diusap-usap gitu"
Saya : "Yaudah nih aku elus-elus lagi" - ujar saya, sambil mulai mengelus kepalanya kembali.
Anggi : "Makasiih sayaaang"​

Pada hari pertama kami bersua tersebut, hampir sepenuhnya kami habiskan untuk kegiatan fisik seperti mengelus-elus kepala Anggi yang berada di atas paha saya. 2 Jam setengah waktu saya habiskan hanya untuk mengelus kepala Anggi. Tentu saja saya pun menikmati hal tersebut, karena kegiatan sepele seperti itu merupakan pengalaman pertama bagi kami berdua. Untuk mengelus kepala Anggi itu sudah pernah saya bayangkan, namun kondisi di mana Anggi menaruh kepalanya di atas paha saya yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya. Sebuah pengalaman pertama yang membuat saya terangsang pada Anggi.

Pertemuan malam hari ini selalu kami lakukan hingga kami masuk SMA. Hal yang kami lakukan ketika kami bertemu pun hampir serupa, mengobrol, mengusap kepala, membeli jajanan di luar. Tidak ada hal-hal berbau seksual yang kami lakukan dalam kurun waktu tersebut. Hingga karena suatu alasan, pertemuan rutin kami pada malam hari itu terhenti dengan berakhirnya status kami berdua yang berpacaran ketika masuk SMA, namun kembali kami lanjutkan ketika kami lulus SMA.

=== BERSAMBUNG ===


___________________________​


Tidak terima ajakan 3S, Swinger, Dsb..​

Tidak menerima PM apapun..​

 
Terakhir diubah:
makasih suhu up nya.
Tak apa hu, semua orang juga punya kesibukan.
Succes buat realnya hu and semoga cerita ini sampai end. Menarik soalnya..mwehehehe
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd