Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

COMEDY - TAMAT Slamet kan aku

Met updatemu ciamik soro met... Sampe lali aku ceritAne... Cepetan update metttt
 
cinta seribu sungai


Akhirnya aku mendarat dengan selamat njobo njero, tanpa berkurang satu apapun, yang ada malah title ku kini bertambah sebagai manusia pertama di kampungku yang pernah naik pesawat. Sekarang saatnya untuk menikmati keindahan kota Banjarmasin yang terkenal dengan kota seribu sungai. Setelah mengambil barang di bagasi aku langsung menelpon Anas, sekedar untuk menayakan apa kabar si Anggun dan juga mengingatkan dia agar tidak lupa memandikan serta memberinya makan. Selain itu juga agar dia tidak macam-macam saat memandikan Anggun. Yang ada kalu si Anas nafsu nanti si Anggun akan menjadi korban pemerkosaan. Semoga saja hal itu tidak terjadi karena jika sampai kejadian akan tertulis di headline Koran seorang pemuda memerkosa ayam milik temannya, pasti aku akan sangat shock.

Bagasi sudah diambil sekarang saatnya menuju ke Hotel yang telah aku pesan, tentu saja aku tidak perlu bingung karena di depan bandara sudah banyak taksi yang siap mengatarku. Paling juga cuma menghabiskan uang recehku yang tidak terpakai.

Selama diperjalanan Janah terus saja memegang tanganku, mungkin dia memang sudah sangat kangen denganku. Ditambah lagi sejak persetubuhyan kami yang terakhir, dia sama sekali belum aku jamah. Mungkin saat ini memeknya sudah sangat gatal untuk merasakan kenikmatan pare berotot milikku. Atau jangan-jangan dia ketakutan karena sopir yang mengatarkan kami bermuka seram. Sudahlah biarin aja toh yang penting itu sopir tidak macam-macam dengan kami.

Setelah sampai di Hotel aku segera menuju respsionis untuk melakukan check in, makhlum saja orang seperti aku pasti sudah melakukan persiapan yang sangat matang untuk perjalanan seperti ini. Tanpa menunggu lama kamar yang akan kami pakai sudah siap untuk kami tempati. Kami diantar oleh seorang penjaga yang baik hati, bayangkan saja semua barang bawaan kami dia yang mengangkat. Sebagai tanda terima kasih tentu saja aku memberikan dia tips berupa dua lembar uang berwarna merah pecahan 10 ribuan. Biar kelihatan gimana gitu, lagian kan ada Janah, jadi dia akan melihat calon suaminya ini sebagai lelaki yang sangat dermawan.

Begitu masuk kamar, langsung saja aku echeck ruangan yang akan kami tempati. Kamarnya sih lumayan gedhe lah, hampir 3x lipat besar kamar di rumahku. Tempat tidurnya juga besar, lumayan bisa sambil guling-gulingan dengan janah nanti. Sepertinya bisa digunakan untuk orang 5, jadi besok kalau kesini lagi aku akan ajakin Sekar, mbak Maya dan juga Janah. Sedangkan 1 tempat lagi masih aku pertimbangkan untuk mengajak Dolmen atau si Anggun untuk memenuhi kuotaku.

Ruangan selanjutnya adalah kamar mandi, ternyata kamar mandinya sebesar kamarku yang ada di rumah. Dan disana juga ada bak mandi raksasa yang sepertinya nanti bisa aku gunakan untuk berenang. Bayangin aja bak mandinya sebesar tempat tidurku, kan bisa aku pakai buat tidur-tiduran itu. Ditambah lagi ada cermin raksasa yang menghadap ke arah bak mandi raksasa.

Mengechek ruangan sudah, sekarang saatnya untuk beres-beres barang bawaanku dan juga sedikit beristirahat sebelum kami menikmati kota seribu sungai ini. Aku masih tiduran di tempat tidur sedangkan Janah masih sibuk memasukan pakainnya ke dalam lemari.

Akhirnya beres-beres sudah selesai, sekarang saatnya untuk mencoba kamar mandi raksasa yang ada, aku ajakin Janah untuk mandi bareng bersamaku. Pertama sih dia menolak karena malu, tetapi kenapa harus malu toh aku juga sudah melihat semua isi dalam pakaian Janah. Dan akhirnya dia menyetujui untuk mandi bareng.

Janah menyuruhku untuk masuk ke kamar mandi terlebih dahulu, sedangkan dia akan menyusulku. Entah apa yang dia lakukan, kenapa tidak mau bareng masuk ke kamar mandi, tapi biarin aja tohn yang penting dia sudah mau mandi bareng denganku.

Aku mulai melepas semua pakaian yang aku pakai, dan masuk ke dalam bak raksasa yang bisa aku gunakan untuk berendam. Tidak menunggu lama Janah sudah menyusulku masuk ke dalam kamar madni. Dia mulai melucuti semua pakaian yang dia pakai, dan kini berdiri tanpa busana sama sekali. Huuuaaa ini benar-benar menggoda iman dari pare berototku. Semoga aku masih diberi kekuatan untuk menahan godaan yang ada, karena jika sampai aku tergoda maka bisa dipastikan aku akan berbuat dosa.

Janah mendekat ke arahku dan mulai masuk ke dalam bak raksasa, sepertinya dia juga ingin berendam bersamaku. Saat ini posisinya berada tepat di depanku. Tanganku mulai memeluk perut Janah dari belakang. Bibirku berada tepat ditengkuknya, sesekali aku tiup lehernya dan diapun seperti kegelian.

"Jangan nakal ah mas." kata janah

Aku hanya mengangguk tanda setuju, entah dia melihat atau tidak karena matanya masih tertuju di depan. Tapi dasar setan sudah mulai nakal ya, tiba-tiba aku lupa yang namanya dosa, toh kata mbah Dharmo sebelum meninggal kalau sudah terlanjur berbuat dosa mending sekalian aja biar gunung dosa yang kita perbuat tidak kuat lagi menanggung dosa kita. Sehingga gunung itu hancur dan kita memulai dosa dari pertama kembali, dan begitu seterusnya.

Aku membalikkan badan Janah dan mulai mencium bibir mungilnya, lidah kami mulai beradu dengan sangat ganas, tangan kananku mulai memelintir putting milik Janah, dia yang sepertinya juga sudah sangat bernafsu mulai memainkan pare berototku dengan tangannya.

"Mas, kangen ini." kata Janah sambil memainkan pare berototku

Aku hanya tersenyum mendengar pernyataan Janah, dia mulai mengocok pare berototku dengan pelan, sedangkan aku masih sibuk menciumi leher jenjang Janah, dan tanganku masih mulai berpindah ke kacang tanah yang berada di kemaluannya.

"Oughhhtt, enak banget mas."

Aku kembali memangut bibir Janah, lidahku terus menari di rongga mulutnya, sedangkan tangan Janah masih belum lepas dari pare berototku. Suara kemercik air semakin menambah semangat pekerjaanku untuk menggarap memek Janah. Jariku mulai masuk ke dalam liang kenikmatannya, perlahan aku tapi pasti aku kocok pelan memek Janah dengan jari tengahku.

"Outgghhh mas, a ku uuu daaa h gaaak taaa han, masaasukkinnn ajaa yaaa mass." pinta Janah

"Memekku udah gatel banget mas." imbuhnya dengan pandangan sayu

Sepertinya benar prediksiku di taksi tadi janah sudah sanagt gatal untuk merasakan kembali kehebatan pare berototku, terbukti kali ini dia mengakuinya sendiri. Aku masih asyik dengan kegiatan baruku, tanpa memperdulikan ocehan yang dilakukan Janah. Malah kali ini bibirku sudah berada di putting indah miliknya. Puting terindah yang pernah aku lihat dan ini kedua kali aku bisa merasakannya. Jariku masih mengocok lubang kenikmatan Janah dan kali ini aku lebih mempercepat temponya.

"Massss, aaakuuu udaah gaakkk tahan lagiiii." teriak Janah

Untuk saja ini ruangan kedap suara jadi suaranya tidak akan terdengar dari luar, coba kalau kami bermain di rumahku dan dia berteriak seperti itu pasti seisi rumah sudah geger dari karena mendengar teriakan kenikmatan Janah.

Badan Janah kini mulai meregang, dia meminta waktu sebentar untuk beristirahat, dia merebahkan badannya ke dadaku yang tidak bidang, meskipun sedikit tertahan oleh perutku yang buncit tapi tetap saja badannya masih bisa aku tahan.

"Tunggu pembalasanku mas."katanya berbisik

Kurang lebih 3 menit Janah beristirahat kini dia kembali berbalik dan mengocok pelan pare berototku yang masih tegang, setelah itu mulutnya diarahkannya ke pare berototku. Ternyata mulut mungil itu mampu menampung dengan sempurna pare berotoku. Dia mulai memaju mundurkan mulutnya di penisku. Terdengar suara "plupuk-plupuk" dari pangkal pahaku, suara maju mundur mulut Janah yang beradu dengan air dalam bak mandi raksasa.

Emutan Janah memang sangat luar biasa, tidak hanya batang pare berototku yang dia mainkan, tetapi telur dan juga kulit disekitar pangkal pahaku juga menjadi sasarannya. Sungguh nikmat yang sangat luar biasa.

"Aaaahhh." desahku pelan

"Maasukin aja ya deekk."

Janah terus saja mengocok pare berototku, tanpa peduli dengan apa yang aku katakan, sepertinya dia benar-benar ingin membalas apa yang aku lakukan tadi terhadapnya. Dia mengocok batang penisku dengan lebih kencang. Kalau dibiarkan seperti ini terus yang ada pertahananku akan segera bobol.

Aku memegang kepala Janah untuk menghentikan kocokannya di pare berotoku, terlihat wajahnya sedikit kecewa, namun situasi dapat segera aku kendalikan ketika aku menyuruhnya untuk bermain diatasku.

Janah segera berbalik ke arah sebaliknya, kedua tangannya memegang ujung bak raksasa untuk berpegangan. Janah mulai arahkan pare berototku kedalam kemaluannya.

"Bleebb, plutuk-plutuk" suara kemaluanku yang mulai masuk ke lubang nikmatnya

"Masssss."

Dia yang berada di atas mulai menggoyangkan pantatnya naik turun, sesekali dia tangan kirinya berpindah untuk memainkan kacang tanah yang berada di kemaluannya.

"Ougghhttt, mas enak banget, penuh bangett memekku massss." erangan janah mulai terdengar lagi

Pantatnya masih saja saja dia goyangkan pelan, sepertinya dia ingin menikmati setiap goyangan yang dia lakukan. Tanganku meremas kedua payudara mulus Janah, sesekali aku pelintir puting coklat kemerahan yang dia miliki.

Terasa memek janah kali ini lebih rapat dari saat pertama kali aku coba, terasa memek Janah seperti memijat dan memelintir pare berototku. Janah mulai menggoyangkan pantatnya semakin kencang terlihat payudaranya naik turun seirama dengan goyangan pantatnya.

"Outtghhhh Maasssss, aku hampir keluar."

Aku memintanya berhenti dan menghapat balik ke arahku, tanpa dia melepaskan pare berototku yang sudah tertancap di memeknya. Setelah itu aku memintanya untuk berjongkok sambil menahan kemaluannya seperti menahan kencing.

Aku segera mengocok pelan pare berototku, semakin lama semakin aku percepat temponya, kali ini dia akan merasakan goyangan mesin jahit yang aku punya. Pare berototku akan seperti jarum mesin jahit yang menghujam sangat kencang.

"Ahhhhhh ahhhhhh aahhhhhhh" kembali desahan keluar dari mulut Janah

"Terus masssss, kencengengin lagi."

Mendengar desahan Janah aku semakin bersemangat untuk mengocok pare berototku, suara kecepak-kecepuk air mengiringi desahan Janah yang seperti orang bernyanyi. Aku mengocok pare berototku dengan kecepatan maksimal.

"Ouuuutggghhhh, aku mau keluar mas."

Sepertinya pertahananku juga akan ikut bobol, memek Janah masih terasa memijat batang pare berototku meskipun aku sudah menggoyangkan pantatku dengan tempo yang tinggi.

"Aku keluaaaaarrrr masssss." teriak Janah menandakan dia sudah mendapatkan kenikmatan yang dia nantikan

Sebenarnya aku sudah keluar dari tadi, tetapi melihat Janah masih ingin dikocok yang sekalian saja aku selesaikan, lagian pare berotoku juga masih berdiri dengan gagahnya.

"Hooosssshhh, hossshhh, hossshhhhh." suara desah nafas kami setelah berakhirnya pertempuran

Janah berbalik dan memulukku dengan kencang, seperti enggan untuk melepaskan setiap kenikmatan yang sudah kami dapatkan.

"Aku sayang kamu mas." bisik janah di telingaku

"Aku juga dek."

Jawabanku bukanlah jawaban yang salah karena aku menyayangi setiap wanita yang sayang kepadaku. Jadi untuk kali ini aku tidak berbuat dosa. Setelah pertempuran selesai kami segera mebersikan diri dan kembali memakai pakaian.

Selama 3 hari di Banjarmasin kami tidak ada keluar kamar sekalipun, yang akan kami hanya desahan kenikmatan yang keluar dari mulut kami. Kalau tahu kejadiannya bakal seperti ini lebih baik aku memilih untuk menyewakan kamar di Kaliurang jadi bisa lebih hemat biaya.
 
Terakhir diubah:
Loalah met, telung dino kok mek ndekem ning kamar. Mbok janah diajak pelesir ning pasar terapung to
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd