Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Siapa yang Tahan (TAMAT)

Post 4

Malam itu aku mendapat kesempatan untuk menyentuh tubuh kak Vira dengan leluasa. Sambil juga berusaha mengorek keterangan darinya tentang perilaku seksual kakak perempuanku itu. Aku sudah di kamar kak Vira dengan menghadap tubuh setengah telanjang kakak perempuanku.

Perlahan aku ikut duduk di atas ranjang tepat berada di samping pinggang kak Vira. Aku sudah menyibak selimut yang menutupi separuh tubuhnya tadi. Malam itu kak Alvira nampak cantik dan seksi dengan balutan bra dan celana dalam model bikini warna merah muda. Sudah tak aneh lagi kalau kakak perempuanku itu kalau di dalam kamarnya hanya memakai dalaman saja. Aku sudah sering melihatnya, bahkan kalau gak salah mama lah yang menyuruhnya supaya terbiasa tidur hanya memakai dalaman saja.

“Punya lotion gak kak?”

“Ada tuh, di atas meja rias, ambil aja..” balas kak Vira yang tidur tengkurap di depanku.

Aku kemudian beranjak berdiri dan menggapai botol lotion yang dimaksud kakakku. Tak lupa aku juga mengunci pintu kamar supaya lebih aman dari gangguan pihak luar. Hehe.

Perlahan aku mulai mengoleskan lotion pada kaki jenjang milik kak Alvira. Kulit kakakku ini memang lembut dan nampak cerah, meski itu di bagian kakinya. Bak seorang terapis aku mulai memijit kaki kak Vira kanan-kiri bergantian dengan tekanan yang tak terlalu kuat. Sebenarnya aku hanya ingin mengambil kesempatan untuk membelai tubuh kak Vira, tapi dengan alasan memijitnya. Sungguh cabulnya diriku ini, kakak dan mama sendiri jadi korban kemesumanku.

“Gimana? Enak gak kak?

“Emmmmhh.. enak banget Di..” balas kak Vira yang kini memejamkan matanya menikmati pijitan, eh, lebih tepatnya elusan tanganku.

Setelah selesai dengan kaki kak Vira, akupun mulai menggarap punggung kakak perempuanku itu. Begitu tanganku menyentuh punggungnya, langsung bisa kurasakan kelembutan kulit gadis cantik 21 tahun bernama Alvira itu. Kubalurkan saja lotion yang kupegang dan kuratakan sampai semua permukaan punggungnya terkena.

“Kak.. talinya dilepas boleh?” tanyaku saat gosokan tanganku mengenai tali pengikat bra yang dipakai kak Vira.

“Hemm... lepas aja” balasnya lirih masih terpejam menikmati pijitan dariku.

Aku langsung menarik tali yang di ikat simpul di belakang lehernya. Dalam satu tarikan saja tali itu sudah terbuka dan bra yang dipakai kak Vira jatuh tertindih badannya.

Sejenak kuperhatikan halus mulusnya kulit pungung kak Vira. Warnanya cerah seperti punya mama dan tak ada bekas luka atau tahi lalat secuil pun. Pokoknya mulus aja gitu. Ahh, jadi tambah bikin aku betah mengelusnya.

Kembali kubalurkan lotion pada bagian punggungnya. Setelah itu gerakan tanganku mulai mengarah ke bawah dan mencapai area pinggangnya. Aku terus menggosok bagian tubuh kak Vira itu dengan usapan-usapan lembut. Sesekali aku senggol tali pengikat celana dalamnya seakan gerakan tanganku terganggu oleh adanya tali itu.

“Emm.. dek.. keganggu yah?”

“Iya nih kak.. aku lepasin yah?” tanyaku untung-untungan, siapa tau dia mau.

Kak Vira masih diam setelah pertanyaanku tadi. Aku jadi salah tingkah sendiri memikirkan pertanyaanku yang aku rasa masih terlalu terburu-buru. Padahal aku ingin kak Vira semakin percaya padaku hingga tak malu lagi telanjang di depanku.

“ya deh, lepasin aja..” suara itu begitu lembut tapi menggetarkan jiwa. Ahh, akhirnya aku bisa menelanjangi kakak perempuanku sendiri.

Tanganku dengan yakin mulai menarik tali pengikat celana dalam kak Vira yang bermodel bikini itu. karena kiri dan kanan hanya diikat dengan tali maka satu kali tarikan saja jatuhlah pakaian terakhir yang dipakai kak Vira malam itu. Kini dia bugil di depanku.

“Body kakak bagus.. “ ucapku tiba-tiba, spontan saja aku menyuarakannya.

“Hihihi.. makasih dek..” balasnya centil.

Setelah kak Alvira telanjang di depanku, nafsuku semakin berkobar hampir menelan akal warasku. Gerakan tanganku yang mengelus tubuh belakang kakak perempuanku itu semakin membuat birahiku memuncak. Ugh, ingin rasanya aku perkosa saja kak Vira.

“Dek, napa sih kok kelihatan ga nyaman gitu?” tanya kak Vira merasakan kegelisahanku.

“Eh, anu .. emm.. gerah kak..” balasku tak mau mengatakan kalau aku sedang horni.

“Ohhh.. lepasin aja tuh kaosnya kamu, gapapa kok..”

“Umm...iya deh kak..” akupun langsung melepas kaos yang kupakai, kini aku hanya bercelana pendek basket saja, tanpa celana dalam.

Kulanjutkan pijatan pada tubuh telanjang kak Vira. Masih dengan dada yang berdebar dan penis yang tegak mengeras. Semoga saja kak Vira tak mengetahuinya, aku takut kalau dia mengusirku dan tak mau lagi aku sentuh. Bisa bahaya kan kalau gitu!?

“zzzzzzzzzzz.....”

Kudengat dengkuran lembut dari mulut kakak perempuanku. Sepertinya dia memang capek banget, baru saja aku ajak bicara ternyata dia sudah terlelap dalam tidurnya. Terpaksa aku hentikan perbuatanku sampai di sini. Mungkin bisa saja aku selipkan penisku pada vaginanya dan kuentoti dia dengan liar, ah..tapi aku gak tega melakukannya saat melihat wajah kakak perempuanku yang kelelahan itu.

Kutinggalkan saja kak Vira tidur dengan terbaring telanjang di atas tempat tidurnya. Kumatikan lampu kamarnya lalu beranjak pergi kembali ke kamarku.

***

Pagi harinya aku bangun agak pagi. Karena hari ini adalah hari senin dan ada upacara bendera makanya aku cepat-cepat harus berangkat sekolah. Rasanya memang malas banget pas sudah mau lulus SMA ini masih disuruh ikut upacara bendera.

“Kaakak, adek mau mandi nih.. ada upacara!!” teriakku memecah pagi di rumahku.

“Ga bisa, kakak mau ketemu sama dosennya kakak, udah janjian jam 7” kak Vira balik nge-gas.

Kami sudah sama-sama di depan kamar mandi dan hanya memakai handuk. Aku dan kak Vira sudah sama-sama siap mau mandi dengan cepat.

“Eh..eh...ehhh... apa-apaan sih ini? Ribut aja kerjaannya..” tiba-tiba mama datang.

“Aldi mau cepet berangkat sekolah mam... ada upacara”

“Vira juga ada janji sama dosen maa... ga bisa ditunda...” kami sama-sama ngotot.

“Udah..udah... kalian mandi bareng aja, udah gitu aja..!!” ucap mama agak keras.

“Hah!? Mandi bareng!?” gumamku tak percaya pada kata-kata mama.

“Masak aku sama adek disuruh mandi bareng? Kan bukan anak kecil lagi mam..” kak Vira beralasan.

“yaudah kalo gak mau kalian gantian aja... siapa yang mau telat?” ujar mama enteng .

“Ahhhh... yaudah deh, kalo kakak ga mau ya aku mandi dulu aja...” ucapku sambil masuk ke dalam kamar mandi.

“Eh, siapa bilang gak mau..” balas kak Vira yang mengikutiku masuk ke dalam kamar mandi.

Akhirnya pagi itu aku tanpa sengaja bisa mandi bareng kakak perempuanku. Aku jadi kepikiran kenapa mama dengan gampangnya menyuruh kami berdua mandi bareng, telanjang lagi. Kan bisa bahaya kalau lihat tubuh bugil kak Vira yang seksi itu. Siapa yang Tahan coba!?

Namun begitu kami berdua memang benar-benar mandi. Karena aku buru-buru dan kak Vira juga buru-buru. Jadi meski kami bisa melihat kemaluan kami satu sama lain tapi tak ada rasa apa-apa. Masih kalah sama pikiran resiko kalau sampai terlambat.

Siang setelah selesai upacara bendera, aku pergi ke kantin sekolah untuk membeli minuman dingin. Karena kami sudah selesai UAS jadi tak ada pelajaran lagi. Saat aku sedang menikmati sebotol minuman bersoda di pojok kantin tiba-tiba datang Syifa duduk di sebelahku.

“Di.. gimana ada perkembangan gak?” tanya gadis cantik berkerudung itu.

“Eh, belum sih.. aku udah berusah ngomong sama Doni tapi belum nyambung juga” balasku.

“Ohh, yaudah kalo gitu tolong kasih ini sama Doni yah? Pliss bantu aku yah Di..” ucap Syifa sembari memberi sebuah amplop putih. Mungkin saja isinya surat cinta.

“Lhoh, ya kamu kasih sendiri lah Syifa.. ntar kalo aku yang kasih bisa salah paham..”

“Salah paham gimana maksud kamu?”

“Ntar dikira aku yang nembak si Doni gegara aku yang kasih surat cinta ini.. hahahaha...”

“Yaelahh Dii... ya gak lah.. nih, bawa aja ..”

Dengan berat hati akhirnya aku terima juga surat itu. Ah, Syifa ini ada-ada aja, jaman sudah pake internet kok masih nulis surat juga. Tapi ada satu rasa yang mulai timbul di hatiku. Saat melihat paras cantik gadis berkerudung itu membuatku gembira dan senang. Entah rasa apa ini aku juga tak tahu.

Sesua janjiku pada Syifa, selepas pulang sekolah aku langsung menuju rumah Doni. Meskipun dia teman sekelasku tapi tak mungkin aku memberikan surat cinta dari Syifa di dalam kelas. Bisa heboh satu sekolahan ntar.

Kuketuk pintu rumah Doni seperti biasa. Dan tak berapa lama kemuidan pintu terbuka, namun yang menemuiku bukanlah Doni.

“Eh iya, cari siapa yah?” tanya seorang perempuan cantik seumuran mamaku.

“Saya temannya Doni tante.. Doninya ada?”

“Oh, temennya Doni, ada.. dia di kamarnya.. ayo masuk”

Aku ingat kata Doni beberapa hari yang lalu kalau mamanya pulang. Berarti wanita cantik itu adalah mamanya Doni. Wajahnya memang cantik dan postur tubuhnya semampai. Dulu aku pernah ketemu dengan mamanya Doni itu tapi seingatku penampilannya tak seperti itu. Sekarang ini mamanya Doni membuka pintu untukku hanya memakai Bh warna merah muda dan celana pendek berbahan jeans. Ahh.. ini sih MILF. Haha.

“Don, gua yang datang bro...” ucapku begitu kutemui sahabatku itu di kamarnya.

“Yaelah Di.. gaya lu udah kayak pejabat kunjungan kerja aja.. ada apa sih?” balasnya.

“Eh, itu tadi beneran mama lu yak?”

“Kalo ada di rumah gua ya berarti itu mama gua, emang ada mama yang laen?”

“Busett.. kenapa lu punya mama MILF gitu!? Ah ga adil hidup ini...”

“Eh, anjirrr... itu mama gua, udah gausah banyak bacot lu.. maunya apa?”

“Sabar dulu sob.. nih gua mau nganterin surat dari Syifa..”

“Syifa lagi.. ahh.. bosen gua.. kembaliin aja itu”

“Tapi kan...”

“Aldi Rakyan Wijaya... lu kalo masih mau temenan mau gua balikin surat itu sekarang..” ujar Doni menatap wajahku, dia kalau sudah manggil nama lengkapku seperti itu berarti dia memang serius dan gak mau dibantah.

“Iya, iya... Besok aja gua kembaliin...”

“Se-ka-rang !!”

Melihat keseriusan Doni membuatku keder juga. Dia kalau sudah punya kemauan tak mau di bantah. Demi pertemanan baik kita akhirnya aku mengalah, aku segera pamit dan pergi dari rumah Doni menuju rumah Syifa.

Rumah temanku Syifa ini tak jauh dari rumah Doni. Hanya beda perumahan saja, tapi tak jauh. Hanya saja jalannya sedikit memutar ke jalan raya. Dalam beberapa menit naik motor akhirnya aku sampai di depan rumah berpagar hitam yang ditinggali Syifa. Sedikit info kalau gadis cantik itu tinggal hanya dengan papanya, karena orang tuanya cerai dan mamanya pergi tanpa pamit meninggalkan mereka.

“Misiii... Syifaa.... Syifaa...” teriakku dari luar pagar. Tapi tak ada jawaban meski aku tahu ada orang di dalam rumah.

“Syifaaaa...” panggilku lagi, kuputuskan untuk membuka pintu pagar dan masuk dengan maksud mengetuk pintu rumahnya.

Begitu kudekati pintu rumah itu aku terkejut dengan suara yang berasal dari dalam rumah. Ada suara bentakan seorang laki-laki disertai suara tamparan. Ahh, jangan-jangan Syifa tengah dipukuli oleh ayahnya? Akupun langsung bergerak ke samping rumah untuk mendengar lebih jelas pembicaraan mereka.

Rumah Syifa itu dikelilingi tembok setinggi dua meter, jadi bisa menutupi keberadaanku dari pandangan tetangga sekitar. Dan lebih menggembirakan lagi aku mendapati sebuah jendela kamar yang tak tertutup, dari situlah aku bisa mengintip ke dalam kamar.

“Ayo ngaku kamu!! Uangnya kamu gunakan untuk apa??” bentak papanya Syifa.

“Itu..itu.. buat...” Plaakkkkk !!! sebuah tamparan tangan papanya tepat mengenai pantat gadis cantik itu. Kulihat Syifa masih dalam balutan seragam putih-abu-abu, berarti dia baru datang dari sekolah.

“Buat apaa!!”

“Buat makan pa.. bareng temen...” ucap Syifa pelan.

“Bareng teman apa pacar??”

“Teman sekelas paa....” Syifa masih dalam kondisi tertunduk.

“Okee.. kamus siap menerima hukumannya??” tanya papa Syifa tegas.

“Iya pa.. Syifa siap dihukum..”

“Sekarang lepas pakaianmu....” ujar papanya Syifa. Kali ini aku jadi semakin berdebar-debar karena kalimat lepas pakaianmu itu.

Tanpa basa-basi lagi gadis cantik bernama Syifa itu mulai mempereteli seragamnya satu persatu sampai menyisakan sebuah bra dan celana dalam warna putih saja. Aku sangat terpana melihat kemolekan tubuh Syifa. Selama ini kenapa aku tak menyadari kalau teman perempuanku itu punya body yang seksi dan mempesona. Pokoknya proporsional banget.

“Semuanya !!” bentak papanya Syifa kemudian.

Gadis cantik bertubuh sintal itu tak punya pilihan lain. Dilepasnya juga bra dan celana dalam dari tubuhnya. Kini dia bugil di hadapan papanya, dihadapanku juga sebenarnya meski aku cuma mengintipnya. Dari celah jendela yang terbuka ini aku bisa melihat dengan jelas kedua payudara montok milik Syifa yang putih mulus itu dengan ujung yang menegang berwara coklat terang. Pantatnya tidak terlalu besar tapi pas banget ukurannya, bulat dan berisi juga. Apalagi celah vaginanya yang kini tak tertutupi apa-apa itu terlihat begitu menggairahkan. Masih rapat dan berwarna pink dengan bulu halus di sekitarnya.

“Hahaha, dasar pecun... hobi banget telanjang, padahal sehari-harinya berjilbab” ejek papanya.

Mendengar ucapan papanya itu Syifa semakin tertunduk malu.

“Kamu emang cantik banget Syifa....” ucap papanya mulai mengelus wajah Syifa. Tentunya dia dapat merasakan tangan kasar papanya di wajah lembutnya.

Aku lagi-lagi hanya bisa membelalakkan mata. Tak percaya pada kenyataan yang sedang kuhadapi di depan muka. Syifa yang biasanya kutemui berperilaku sopan itu kini tengah telanjang sambil digrepe-grepe oleh papanya sendiri.

Tangan lelaki 50 tahun itu kemudian turun mengelus leher jenjang hingga bahunya. Tangannya menggerepe sambil terus memuji indahnya tubuh Syifa. Gadis cantik itu hanya bisa pasrah. Gak bisa melawan. Dia bahkan mendesah-desah horni karena gerepean tangan papanya yang makin lama makin liar di tubuh bugilnya.

“Akhirnya bisa nikmatin tubuhmu lagi, hehe..” ucap papanya.

Tangan kanan lelaki bertubuh kekar itu asik meremas buah dada Syifa dari belakang. Sedangkan tangan kirinya mulai mengelus vagina anak perempuannya itu. Dia pasti bisa merasakan vagina Syifa yang mulai becek. Spontan saat melihat kejadian ini aku langsung merekamnya dengan kamera Hpku. Suatu saat nanti pasti berguna, setidaknya untuk bahan coliku, hehe.

“Mmhhh... nggghhhhh....” Syifa melenguh, mungkin dia berusaha memperingati papanya agar jangan meraba-raba vaginanya. Tapi aku rasa lenguhan itu bukan membuat papanya berhenti, malah sebaliknya, lelaki itu makin bersemangat.

“Ngapain lagi lama-lama? Langsung papa hukum aja nih pecun... apalagi yang ditunggu, hahaha...” ucap papanya Syifa. Jelas temanku itu langsung berontak mendengarnya.

“Ah, jangan paa... plis... jangan hukum Syifa...” ucap Syifa menolak, tapi ternyata tubuhnya malah mengkhianati.

‘Crrr...crrr....crrrr......’ cairan bening merembes keluar dari pangkal paha Syifa. Astaga, gadis cantik itu squirt.. Syifa orgasme di tangan papanya sendiri!

“Ngghhhh... aahhhhhhhhhh” Syifa menjerit tertahan.

“Wuih gila, kamu muncrat juga ya akhirnya? Dasar pecun...” ejek papanya Syifa. Jari lelaki kekar yang sedang meraba-raba vagina Syifa itu jadi becek. Gadis cantik itu jadi semakin malu. Anjir, ternyata temanku itu gampang sekali orgasme.

“Papa bakal bikin kamu keenakan sampai memohon untuk dihukum..” ujar papanya Syifa.

Lelaki setengah abad itu lalu meraba-raba vagina Syifa. Mungkin papanya ingin membuat gadis cantik itu orgasme lagi. Sambil vaginanya dimainkan, tubuh mulus Syifa juga terus digerepe-gerepe oleh tangan kasar papanya, terutama buah dadanya yang ranum itu. Putingnya juga diplintir-plintir. Buah dada gadis cantik itu terus diremas kencang sekaligus dihujani ciuman baik di wajah, mulut hingga leher dan pundaknya. Namun begitu tak kulihat adaanya penolakan dari Syifa, temanku itu terus saja diam sambil mendesah dalam rengkuhan papa kandungnya.

Gak butuh waktu lama hingga akhirnya Syifa orgasme lagi. Kali ini cairan vaginanya yang muncrat bahkan jauh lebih banyak dari sebelumnya. Aku lihat Syifa seperti sedang kencing saja, namun kali ini kencing yang nikmat.

‘Crrr...crrr....crrrr......’

“Hahahaha... mantab Syifaaa” teriak papanya girang. Dia dengan cepat memasukkan jarinya yang berlumur lendir ke mulut gadis bertubuh sintal itu dan meminta untuk mengulumnya. Anehnya Syifa dengan santai menurutinya.

“Udah paaa.... Syifa gak kuat lagi” Syifa memohon pada papanya lirih. Dia mungkin sudah tidak kuat berdiri sehingga harus dibantu oleh pelukan tangan papanya.

“Masih belum, hahahaha....” balas papanya Syifa.

“Ahhhhhhhh.... nggmmhhhhhhh..” lenguhnya saat vagina Syifa kembali diraba-raba dan klitorisnya dipelintir. Sambil papanya terus gerepein buah dada dan ciumin tengkuknya.

Kalau terus di rangsang titik-titik sensitifnya, siapa yang tahan? Kurang dari satu menit kemudian Syifa orgasme lagi. Orgasmenya kali ini lebih hebat lagi dari sebelumnya. Makin banjir selangkangannya, makin banjir juga lantai kamarnya.

Tiba-tiba papanya melepaskan tubuh Syifa hingga membuat gads cantik itu terjerembab di lantai kamarnya yang becek.

“Papa.. udaaaaaaaaahhh...” ucap Syifa memelas.

“Bilang dulu kalau kamu suka, hahaha...” suruh papanya.

“Syifa suka memeknya dimainkan sama papa... Syifa suka banget dibikin orgasme dan muncrat-muncrat sama papa... makasih ya paaa udah baik banget sama Syifa sampai bantuin Syifa orgasme berkali-kali...” ucap Syifa terengah-engah. Aku saja yang melihatnya dari jauh semakin dibikin ga tahan sama gadis itu, apalagi papanya.

Lelaki 50 tahun itu kulihat mulai membuka baju dan celananya hingga menyisakan sebuah celana dalam. Namun tak lama kemudian celana dalam itu juga dilepaskannya hinga dalam waktu yang singkat kedua manusia dalam kamar itu sudah sama-sama bugil.

Tanpa menunggu lama lagi papanya Syifa kembali mencabuli putrinya sendiri. Dalam posisi menungging di atas lantai, gadis cantik bernama Syifa Almaura Balquis itu dirangsang dan digerayangi habis-habisan oleh papa kandungnya sendiri.

Kamar itu seharusnya menjadi tempat paling aman dan paling privat bagi Syifa, tapi sepertinya hal itu tidak berlaku buatnya. Dia dikerjai, dilecehkan dan diperlakukan layaknya lonte oleh papanya sendiri di kamarnya ini. Kulihat dia hanya bisa pasrah dan mencoba terus menikmati. Sial bagi Syifa, ternyata papanya jago banget memainkan klirotis perempuan. Dilihat dari gerakan tubunya, sepertinya dia akan segera orgasme lagi karena perlakuan papanya itu.

“Nghhhh... Syifa mau sampeeeee..” temanku itu berteriak kecil. Seakan memberitahu papanya untuk terus menjamah tubuhnya hingga membuatnya mencapai orgasme.

“Hahaha... kenapa Syifa? Pengen muncrat ya?” tanya papanya dengan nada pongah.

Syifa mengangguk lemah. Matanya sayu dan wajahnya memerah, aku yakin kalau gadis itu sudah dikuasai sepenuhnya oleh kobaran birahi.

“Memohon dong sama papa, hahaha...” suruh bandot itu.

“Ahhh... Paaa.... bikin Syifa orgasme lagi paaa... Pliiiiis... Syifa mau orgasme... Syifa mohon sama papa bikin Syifa orgasme lagi....” ucap gadis cantik itu betul-betul memohon.

Gak nyangka banget aku, Syifa mengemis-ngemis untuk dibikin orgasme lagi sama orang brengsek seperti papanya itu. Ahh, teryata Syifa yang selama ini aku kenal anak yang baik dan sopan malah binal saat di rumah. Bikin aku kesal dan tambah horni! Arrgh!

“Baiklah kalo kamu udah ngemis gitu, hahahaha...” sambil tertawa busuk papanya kembali memainkan vagina tembem milik Syifa.

Sentuhan tangan papanya pada kelamin Syifa langsung membuatnya mendesah horni. Lelaki bejat itu lalu mengobel klirotisnya dengan cepat dan mengusap-ngusap vaginanya dengan kencang. Tidak butuh waktu lama hingga akhirnya Syifa kembali muncrat-muncrat dengan banyaknya. Tubuh Syifa langsung jatuh tengkurap di atas lantai yang sudah becek dengan genangan cairan squirt-nya sendiri.

Ingin rasanya aku ikut masuk ke dalam kamar itu lalu kutusukkan batang penisku pada vagina Syifa yang merah merekah itu. Aku sungguh sudah tak tahan lagi, sedari tadi secara tak langsung aku terus disuguhi pemandangan lobang senggama milik temanku yang cantik itu.

“Tuh kamu udah orgasme, bilang apa sama papa?”

“Makasih paa...” ucap Syifa tersenyum puas. Ugh, benar-benar perempuan binal.

“Nah, kalo papa udah bikin kamu orgasme.. kamu minta apa lagi?”

“Entt...”

“Apa?”

“Entotin Syifa paa.. bikin Syifa puas paa..” jawab Syifa dengan senyuman yang mengembang di bibirnya. Anjirrr... dasar lonte.

Tangan kekar milik papanya lalu mengangkat pinggang putrinya itu dan mensejajarkan dengan batang penisnya yang sudah tegang dengan maksimal. Meski tubuh papanya Syifa itu kekar tapi kulihat ukuran batang penisnya biasa saja, malah kuperkirakan kalah besar dengan punyaku. Papanya kemudian mengangkangkan kaki Syifa dan mengarahkan penisnya ke vagina merekah milik putrinya itu. Dia melakukannya dengan buru-buru karena terkejar nafsu hingga membuat penisnya meleset terus-terusan.

“Argghhhhhhh...!!!” Syifa menjerit menahan rasa sakit. Aku yang melihatnya tak percaya kalau pada akhirnya Syifa betul-betul dientot oleh papanya sendiri. Batang penis papanya kini bersarang dalam liang senggama Syifa.

Dari sini aku mulai menyadari kalau Syifa sebenarnya sudah tak perawan lagi. Mungkin juga temanku yang cantik itu diperawani oleh papanya sendiri dan perbuatan mereka ini bukan sekali saja terjadi, bisa saja mereka sudah sering melakukannya.

Papanya tidak mengeluarkan kata-kata apapun selain tertawa bangga. Dia terus menggenjot memek milik putrinya sendiri dengan tempo teratur. Rasa sakit yang tadi Syifa rasakan perlahan berubah jadi rasa nikmat. Dia mulai menyukainya, bahkan kini gadis cantik itu mendesah-desah keenakan.

“Ohhhhhh... ahh... ahhhhh.... ahhhhh” Syifa mendesah-desah seiring genjotan kontol papanya di liang kewanitaannya. Semakin lama genjotannya semakin cepat. Gadis bertubuh sintal itupun makin terbuai karenanya.

“Ahhhh... ahhhh...”

Plk.. Plok.. Plok....

“Nghhhh.... shhhhh”

Plk.. Plok.. Plok....

Dalam ruangan itu yang terdengar selanjutnya hanyalah suara desahan nikmat dari mulut Syifa berserta suara peraduan selangkangannya dan pangkal paha papanya. Lelaki brengsek itu terus menggenjot liang senggama Syifa sesuka hatinya.

“Paaa... Syifa... shh.. mau sampeee.....” ucapnya manja.

“Ahhh.. iya sayang.. papa juga.. ahhh.. papa juga...” sambut lelaki brengsek yang tak lain adalah papa kandung Syifa itu.

Genjotan papanya makin cepat mengetahui putrinya akan segera orgasme. Memek Syifa yang berdenyut-denyut sepertinya membuat papanya juga makin nafsu. Kuperhatikan hentakan kontolnya makin cepat.

“Aaahhhh... Syifa sampeee.....!!”

‘Crrr...crrr....crrrr......’

“Ahhhhhhhh... papa juga.. sampeeeeeeeeee....!!”

Mereka berdua berteriak dalam orgasme saling bersahutan. Getaran tubuh mereka beradu dengan mesra. Seakan mereka tak mau dipisahkan lagi oleh apapun.

Aku yang melihat itu kembali tersadar, sepertinya ini waktu yang tepat untuk segera pergi dari tempat itu. Namun karena terburu-buru, gerakan tubuhku sempat membuat bunyi karena menyenggol jendela yang ada di depanku. Saat itulah Syifa melihat ke arah jendela dan bertemu pandangan denganku. Aku hanya bisa melongo bengong melihat ke arahnya. Sebaliknya Syifa malah tersenyum melihatku dan memberi tanda jari telunjuk menutup mulutnya. Mungkin artinya kalau aku disuruh jangan bersuara.

Hari itu aku mendapat pengalaman baru. Sampai di rumah aku masih terus berpikir tentang persetubuhan Syifa dengan papa kandungnya sendiri. Apakah aku harus bilang kalau Syifa bersalah, mungkin saja demikian. Tapi kalau di ingat aku juga pernah menyetubuhi mama kandungku sendiri. Ahh.. pusing amat, biarlah semuanya berjalan seperti biasanya.

***

Bersambung lagi ya Gaes... ^_^
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd