"Sini, Kang." Ajakku tak tahan. Kuraih tangannya, kutuntunnya ke bawah perutku, kuajaknya menyelinapi kain tipis celana dalamku, kubawa tangannya menyusuri lereng yang nyaris tak berambut ini, hingga tiba pada lembahan yang tembam dan hangat.
Aku terpejam, menikmati sentuhan jari kasarnya di bibir kemaluanku.
"Enak, Neng?"
Aku tak menjawabnya.
Kurogoh tangannya itu, kutarik telunjuknya, lalu kubimbing ujung jarinya itu pada belahan bibir kemaluanku yang basah dan licin.
"Emmmhh." Dengusku tertahan. Menahan sejumput kenikmatan dari pintu vaginaku ketika jarinya meretas, memintas, dan menyusup. Sesaat kemudian, aku merasakan tusukan, ganjalan, dan cocokan jarinya yang membatang dalam himpitan dinding liang vaginaku.