Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Seri Molester

Najma

Orang lain berpikir hidupku enak. Muka cantik, tubuh tinggi, kulit putih, rambut cokelat. Tapi orang lain gak tahu perjuanganku. Orang lain gak tahu rasanya ditatapin mata mesum orang saat aku lewat depan mereka. Gak tahu rasanya kena catcalling preman-preman pinggir jalan.

Yg orang lain gak tau juga, aku harus kerja banting tulang di umurku yg segini. Yg orang liat, aku anak hedon. Tiap dateng ke kelas pake jam tangan mahal, parfum mewah, & sepatu berkelas. Padahal, saat anak-anak lain sibuk belajar di bimbel atau privat, aku harus sibuk nguli jadi waitress di resto. Kalo boleh, aku ingin belajar aja. Tapi apalah daya, aku harus kerja demi bantu Mama yg udah ditinggal mati Papa.

Papa udah wafat saat aku masih SMP. Tubuhnya dikubur di kampung halamannya, di Yaman. Satu2nya kampung halaman yg aku hanya sekali ke sana, yaitu pas bawa jenazah Papa.

"Najma Al-Attas," panggil guruku saat mengabsen.

"Iya, Bu."

"Kamu telat lagi hari ini?"

"Iya, maaf Bu. Saya kesiangan."

Gimana gak kesiangan, aku harus kerja sampe malam. Pulang jam 9, trus masih harus ngerjain PR.

"Kalau gitu, kamu harus piket bersihin piala nanti sepulang sekolah."

Aku paling benci saat kena hukuman. Bukan karena capeknya, tapi karena aku jadi telat sampai tempat kerja. Kalau sudah telat, antara kena potong gaji atau harus lembur. Apa pun itu, aku harus segera menyelesaikan hukuman ini secepatnya.

Singkat cerita, aku selesai membersihkan piala. Aku diperbolehkan pulang oleh guruku. Namun, sebelum aku pulang, aku mengganti bajuku terlebih dahulu dengan seragam kerjaku. Celana bahan berwarna biru tua, serta kemeja putih tipis yg kalau terkena matahari, pastilah BH ku terlihat dari luar.

Dalam perjalanan keluar gerbang sekolah, aku melihat seseorang keluar dari ruang UKS. Ia berlari-lari dengan pakaian berantakan dan celana yg tidak terpasang sampai pinggang. Karena aku juga terburu-buru, aku tidak mempedulikannya.

Aku tiba di stasiun, tapi stasiun sudah dalam keadaan ramai. Sialnya, aku harus naik kereta ke stasiun Bojong Gede. Lewat jam 4, kereta ke arah Bogor selalu berdesakkan. Seandainya aku tadi pulang jam 3, mungkin keretanya tidak akan sepenuh ini.

Tidak punya pilihan lagi, aku terpaksa naik sekarang juga. Karena sudah penuh, aku terpaksa berdiri dekat pintu. Tapi, karena peron di Tanah Abang beda posisi dengan peron stasiun pada umumnya, pintu tempatku naik tidak akan sering terbuka.

Semuanya berjalan normal sampai kereta tiba di stasiun Manggarai. Di sana, pintu tempatku bersender, terbuka. Tidak banyak yg naik, hanya ada 3 orang lelaki.

Entah aku yg merasa saja, atau memang ada yg tak beres. orang yg tadi baru masuk, serasa seperti memelukku. Kereta memang sedang penuh, tapi tetap terasa orang ini lebih menempel dengan diriku.

"Sana, jangan dekat2 ih." Aku mencoba mendorong pria itu.

"Gak bisa mbak. Penuh."

Meski pun penuh, aku yakin masih ada ruang lega. Pria ini aja yg maunya nempel denganku. Yg membuat aku kesal, aku merasakan ada sesuatu yg keras sedang bangkit di bawah sana.

"Apaan sih mas." Aku kembali mendorong pria itu saat aku rasakan pria itu seperti sedang menciumi rambutku.

"Mas, tolongin saya dong." Aku meminta tolong pada pria satu lagi yg sama2 naik dari manggarai tadi.

Bukannya menolong, pria itu ikutan memeluk dan menciumi rambutku. Aku ingin teriak pada saat itu juga, tapi pria di belakangku sudah membekap mulutku.

"Eeeeeemmmmh emmmh ummmmh"

Aku merasakan dua buah tangan sedang memegangi payudaraku dari balik BH. Payudaraku diremas-remas kedua tangan itu sampai aku merasa kesakitan.

Tiba-tiba, tangan ada tangan ketiga yg mencoba melepas kait BH yg aku kenakan. Aku berusaha menggeliat, tapi ternyata malah memudahkan BH ku lepas. Entah ke mana, tapi yg pasti tangan ketiga itu tadi mengambil BH ku dan membuang atau menyimpannya.

Akibatnya, payudaraku menggantung bebas dan dengan mudah diremas dan diperas oleh dua pria tadi.

"Hhhhhheeeemmm." Aku mulai menangis. Tapi itu tidak menghentikan 2 pria tadi.

Dari belakang, aku merasakan ada sesuatu yg menelusup ke dalam celanaku. Aku memakai CD berbahan katun biasa, seperti bahan kaos. Jadi, aku bisa merasakan apabila ada sesuatu di sana. Dan aku bisa merasakan ada benda hangat yg sedang digesek-gesek di sana.

Aku coba meraba celanaku, mencoba mencari tahu apa yg terjadi. Betapa kagetnya aku saat tau celanaku berlubang dari belakang. Dari lubangnya yg rapi dan panjang, sepertinya mereka melubanginya menggunakan silet. secara tak sengaja, tersentuh oleh tanganku batang yg menggesek memekku dari balik CD.

"Iya, sayang. Kocokin dong." Pria itu berbisik. Aku ingin meminta tolong, tapi mulutku masih ditutupi oleh tangannya.

Pria itu masih terus menggesek kontolnya ke selangkanganku. Payudaraku masih diremas-remas oleh pria lain yang menghimpitku. Tiba-tiba, datang tangan ketiga yg mencolek vaginaku. Ia tak puas mencoleknya dari luar, sehingga ia pastikan jarinya masuk ke dalam untuk menyentuh memek ku secara langsung.

"Aaaaaeeeemmmmh eeeemmmmm." Aku menggelinjang dengan hebat. Belum pernah ada yg memainkan memek ku seperti ini. Aku pun belum pernah mengocok memek seperti ini. Jarinya masuk ke lubang memek ku, tepat di titik G-spot. Tanpa bisa aku tahan, memek ku mengeluarkan cairan yg bisa aku rasakan dari tangannya yg makin basah.

"Becek yaaaa hehehehe"

Pria itu makin menggila mengubek2 memek ku. Sampai aku rasakan ada yg akan keluar. Tubuhku mengejang. Pikiranku serasa terbang ke langit.

"Aaaaaaaaaaaaahhhh!" Aku menjerit keras. Aku menutup mulutku dalam2 saat aku tahu pria di belakangku telah melepas mulutku saat aku mencapai puncak tadi.

"Mbak, coli jangan di dalem kereta dong!" tegur salah seorang penumpang. Aku yakin ia adalah pria yg tadi mengerjaiku.

"Bu.. bukan."

"Trus itu apaan?"

Orang itu menunjuk ke arah celanaku, dan aku baru menyadari celanaku penuh cairan kewanitaan yg bocor tadi. Ada juga cairan putih yg aku yakin itu adalah peju pria yg tadi menggesekkan kontolnya.

Mendadak, pintu tempatku bersandar terbuka. Kereta sampai di stasiun depok. Matahari sore masih bersinar, dan bajuku yg tanpa BH menonjolkan payudaraku dengan putingnya yg coklat. Dengan menahan tangis dan malu, aku pun segera keluar dari gerbong kereta. Berlari aku sambil menahan payudaraku yg senantiasa bergoyang beradu dengan dada.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd