Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Semua ini gara-gara adik kembarku (by C4th13)

Episode 2. Belah duren pertamaku

Nesha mencoba melepaskan kenyotan bibirku. Sementara tangannya sibuk, ia lupa kalo tanganku yang satu lagi sudah bersandar di permukaan gundukan belahan sambil memamerkan kemenanganku. Nesha melawan, mencoba menarik tanganku… tapi kini perlawanannya tidak sekuat tenaga.

“Eh…” Ia baru sadar kesalahannya.

“Kok basah, Nesha sayang?”

“Jangan disitu!” Ia membelalak seakan tak percaya kalau tanganku sudah mengelus bagian paling disembunyikan itu.

“Kenapa emangnya?” Aku tersenyum mengejek melihat gelagatnya yang lucu.

“Aku... aku belum pernah!” Ia memberontak lagi.

“Jadi aku yang pertama yah?” Aku terus mengelus gundukan itu.

"Eh..."

"Iya kan?" Aku mengejarnya.

"Rey...."

"Jawab dulu!"

Nesha hanya mengangguk kecil. Ia menatapku dalam-dalam sambil mencoba mengeluarkan tanganku.

“Wah beruntung sekali.” Langsung saja aku buka kakinya lebar membuat gadis itu terkangkang. Otomatis aku dapat melihat bagian tersembunyi tubuhnya yang tembem itu.

“Astaga Rey... jangan!” Ia memekik menyadari kesalahannya.

“Hush, diam aja. Nanti tetangga dengar...”

“Tapi... Rey... jangan....” Nesha tidak konsentrasi lagi.

“Kalo mau mendesah jangan keras-keras!” Kataku nyengir sambil kepalaku terus turun menjelajahi tubuh yang mulus itu. Tanganku masih terus membelai bukit kecil yang sensitif, terus bertarung melaean tangan gadis itu yang masih mencoba mempertahankan teritorinya.

Sebelum kepalaku turun ke selangkangannya, aku singgah sebentar dan bermain-main dengan perutnya yang rata dan putih. Terlalu indah untuk dilewatkan.

Ketika perutnya ku cium, ia menggelinjang. Serta merta perlawanannya makin melemah, pikirannya terbagi dengan rasa geli pada perutnya yang ku cium sambil ku tiup-tiup sebentar. Dan ketika lidahku menjilat pusarnya, ia mendesah kuat seakan membebaskan semua nafsu yang ditahan-tahan dari tadi.

“Ah Rey” Tubuh gadis itu bergetar… ia mengedan. Sensitif banget, mungkin ia sudah dari tadi menahan gairah. Aku sampai kaget ia bisa nyampe secepat itu.

“Nikmati aja sayang! satu kosong yah!” Kataku memproklamirkan kemenangan. Sementara Nesya baru saja dihempas badai orgasme tak mau berkata-kata. Hanya bahasa tubuh yang bicara, ia sudah pasrah.

Kepalaku terus turun tanpa perlawanan berarti, kini kedua tangan Nesha meremas rambut di kepalaku yang dengan nakalnya meniup-niup di bulu-bulu halus yang dipangkas rapih. Nesha mulai bangkit lagi. Ia mengangkat kepala seakan ingin tahu apa yang aku buat.

“Kamu cantik sekali sayang…!” Kataku menatap keatas sambil tersenyum. Setelah itu, mencium belahan sempit itu.

"Rey... ahhhhhh!" Tubuh gadis itu bereaksi kuat.

Aku membelai perut serta pinggulnya yang mulus, menambah rangsangan di daerah situ.

Nesha masih bergetar.

“Nikmati aja yah!” Aku mulai mengoralnya… mengisap dengan kuat sambil meliuk-liukkan lidah membuat ia mendesah lagi. HIlang semua pertahanan dirinya, tubuh indah ini telah tersandera nafsu.

Nesha udah pasrah. Ia telah terbuai dengan nafsu, tanpa bisa melawan ia membiarkan kakinya dikangkangkan lebar-lebar, sementara matanya kini merem melek.

Aku membuka seluruh pakaianku, tak ingin kehilangan momen. Nesha masih ngos-ngosan. Ia diam aka wakyu kubaringkan di tempat tidur dengan kaki terkangkang. Ia malah menutup mata ketika aku mendekatinya dan menempelkan kemaluanku.

“Rey...” Ia merasakan kelamin kita bersentuhan... dan kini menggesek labia yang mulai merekah itu.

“Aku sayang kamu, Nesha!” Kataku...

Nesha mendesah… tidak ada penolakan sama sekalipada bahasa tubuhnya.

“Ahhh tapi...” Sepenggal akal sehat masih ada. Tapi itu hanya terbatas di kata-kata, bahasa tubuhnya berbicara lain.

“Bolehkah aku memilikimu seutuhnya!” Aku menatap matanya dalam-dalam... ia balas menatapku seakan mencari kebenaran dibalik kata-kataku. Akhirnya mata sayu itupun melembut dalam sebuah anggukan lemah. Nesha telah takluk...

“Tahan yah...”

Aku tak ragu lagi menusuk mencoba memasukkan senjataku. Terasa sempit ketika palkon sudah terjepit dalam dinding kelembutan. Nesha diam aja... aku makin semangat, dan menusuk dengan kuat. ia menjerit kecil ketika aku merobek selaput tipis itu dan menembusi lorong yang dalam.

“Aduh Rey… tahan dulu…” Nesha meringis kesakitan. Aku mendiamkan batangku yang telah tersiram darah segar.

“Gimana… udah bisa?” Tanyaku setelah memberi waktu kepadanya menahan sakit.

Nesha mengangguk. Aku kembali menusuk masuk… pelan-pelan, tapi kemudian milikku dengan mudah mencari jalannya sampai mentok. Nesha masih kelihatan ngilu.

“Tahan yah….”

Nesha mengangguk lagi. Aku mulai memompa pelan… terus, sehingga terjadi perubahan di wajah gadis itu.

“Eh.. pelan Rey…” Mungkin masih terasa ngilu, tapi aku sudah merasa enak keluar masuk di lorong yang sempit itu.

Awalnya kesakitan, tapi lama-lama Nesha diam aja mencoba mengimbangi gerakanku yang naik turun. Gadis kni benar-benar nikmat.

Ternyata gininya rasanya bercinta dengan gadis perawan. Benar-benar sempit, benar-benar enak. Bukan cuma enak di fisik, tapi terlebih lagi ada rasa bangga bisa menaklukkan gadis cantik yang baru aku kenal beberapa jam sebelumnya. Ini darah pertamaku…

“Ahhh Rey” Desahan Nesha terdengar merdu sekali. Gadis itu agaknya sudah mulai menikmati penodaan tubuhnya.

Jepitan surga dunia milik gadis itu benar-benar kencang... ini nikmat sekali. Akupun gak bertahan lama... untunglah Nesha juga udah dekat. Tubuhnya kelojotan, lagi kejang-kejang...

“Kaaaakkkk”

Aku memompa cepat untuk mencapai klimaks. Nesha masih mengedan nikmat.

“Aaahhhhh kakkkkk!”

Dan dengan suatu tusukan kuat aku menitip cairan itu ke liang milik gadis itu. Sementara Nesha yang sudah tiba di puncak duluan masih terengah-engah karena kecapaian.

“Gimana Nesh?”

“Ampun Kak!” Gadis masih malu juga memplokamirkan kenikmatannya, padahal sudah terbayang jelas di air mukanya.

“Enak sayang?”

“Eh...” Ia tidak membalas tapi dari ekspresinya aku sudah tahu.

“Kamu suka sayang?”

“Tumben panggil sayang!” Katanya lagi.

“Kan kita pacaran!” Kembali sebuah rayuan gombal keluar dari mulutku.

“Kak…” Aku bingung juga, kadang ia panggil namaku, tapi kadang ia memanggilku kak. Gak masalah sih.

“Kenapa?”

“I love you, Kak Rey…”

“I love to too...” Aku memeluk tubuhnya, membiarkan milikku yang masih didalam miliknya mengecil dan keluar dengan sendirinya. Aku terus menatap wajah gadis cantik ini, yang telah memberikan perawannya untuk aku.

Nesha pun tertidur dengan senyum tersungging di bibirnya.

Tak lama kemudian, akal sehat kembali menerpa pikiranku. Apa yang telah ku buat?

Astaga! Aku telah menodai gadis yang polos dan cantik ini. Apa yang akan Reyvan bilang kalo ia tahu sahabatnya sudah kunodai. Ah, ia jugankan pernah buat hal yang sama, memerawani salah seorang adik temanku waktu kunjungannya ke Manado kemarin. Anggaplah ini balasannya.

Aku masih memandang wajah gadis yang tersenyum dalam lelapnya.

“Makasih Nesha... maafkan aku yah! Aku janji, selama liburanku di Jakarta yang tinggal beberapa hari lagi, kamu adalah pacarku!”

Apa aku sudah jatuh cinta? Aku tidak mengenalnya, walaupun aku tahu kalo aku tinggal di sini dengan mudah aku bisa jatuh cinta kepadanya. Ah biarlah waktu yang menjawabnya nanti… kalopun aku harus jadian dengan Nesha, gak masalah besar sih. Lagian aku skarang masih jomblo, dan lagi aku menyukai gadis polos yang cantik itu.

——

Empat hari kemudian…

Dalam perjalananku ke Manado, di atas pesawat Garuda, aku melamun. Entah kenapa, terus terbayang wajah Nesha. Senyumnya yang indah waktu mendengar rayuanku. Liburanku ke Jakarta kali ini benar-benar berkesan, pertama kali menikmati perawan ting ting.

Kami masih sempat jalan bersama untuk beberapa hari, dan ia menunjukkan kepadaku tempat-tempat yang indah. Nesha malah sempat menemani tidurku selama dua malam pas adik tidak ada. Awalnya sih segala sesuatu sangat menyenangkan. Tapi setelah beberapa hari, aku merasa lain. Entah kenapa Nesha seperti orang asing bagiku. Nesha memang cantik dan manis, tapi entah kenapa aku merasa kalau kita tidak cocok.

Mungkin karena hubungan kita dimulai dengan kebohongan dan keinginanku untuk mengambil keuntungan dari kepolosannya. Ato mungkin karena sifatnya yang suka membanding-bandingkan dengan teman-teman, dan suka cerita-cerita tentang kehidupan orang lain. Orang-orang yang pastinya aku tidak kenal... belum lagi sifatnya yang suka mengatur-atur, terus mengingatkanku kalo kita sudah pacaran.

Bagiku jalan terbaik adalah aku harus pergi kembali ke Manado. Tanpa mengatakan apa-apa, nanti biarkan aja adik yang menyelesaikan. Aku sempat ngomong dengan Reyhan dan dia menanggapinya dengan santai.

Padahal tadinya aku sudah mulai memikirkan untuk pindah di Jakarta. Mungkin ini yang terbaik... good bye Nesha. Maafkan aku yang gak bisa berterus terang.

Hanya ada satu yang yang menjadi ganjalan. Kata-kata dari Nesha kemarin teringat lagi.

“Kak Rey, bulan depan Kakak harus mau menemaniku di perkawinan kakakku…Banyak yang hadir, dan aku akan perkenalkan kakak kepada seluruh keluargaku…! Jangan mungkir yah!

“Eh, iya… tapi…”

“Gak pake protes, kakak kan sudah jadi pacarku!” Nesha mengingatkan ku lagi.

“Nesh, Gak apa-apakan aku buang dalam lagi?” Akhirnya uneg-uneg itu keluar juga.

“Kita kan sudah pacaran, jadi gak masalah”

“Terus kalo jadi?”

“Aku mau hamil anak kakak…”

Sayang sekali Nesha gak tahu kalo aku segera berangkat ke Manado keesokannya. “Apa ia nanti minta tanggung jawab ke Reyvan, yah?”

——

Mungkin ada baiknya aku perkenalkan diri dulu, ini versiku.

Reyhan dan Reyvan. Kami anak kembar... kembar identik, dan hanya segelintir manusia yang dapat membedakan kami. Kami berdua biasa dipanggil Rey… kecuali kalo di rumah, biasanya dipanggil Kakak dan Adik.

Adikku, Reyvan, kuliah di salah satu Universitas di ibukota negara, sedangkan aku Manado, tepatnya di satu di kota dingin, gak jauh dari kota. Kami berdua sekarang ini sudah duduk di semester 3.

Salah satu keuntungan jadi anak kembar yang tinggal berjauhan adalah kadang kami bertukar tempt tanpa ada yang tahu. Iya, aku jadi dirinya dan dia menjadi diriku.

Awal kami bertukar tempat adalah waktu SD, karena Reyvan tidak mau jadi penggerek bendera, jadi aku yang gantikan. Kemudian kami sempat tukar tempat di kelas 1 SMP. Waktu itu aku sempat dititip sekolah di Jakarta. Berhubung Revan tidak masuk sekolah karena sakit, aku yang gantiin. Ternyata tidak mudah, tapi dengan berbekal petunjuknya, aku mulai menikmati.

Entah kenapa, bagi kami bertukar tempat adalah suatu challenge tersendiri.

Eh, berikutnya Reyvan yang gantiin aku waktu ia berkunjung ke Manado. Aku menunjukkan foto teman-temanku, dan guru-guruku agar ia gak masalah gantiin aku di kelas. Pulangnya ketika ia cerita, kami tertawa-tawa dengan rahasia kami.

Waktu kuliah juga, permainan kami makin meningkat. Kami sering tukaran, terutama waktu ujian. Kebetulan sih jurusan kami sama, Akuntansi. Jadi waktu ujian matematika, kalkulus, serta Akuntansi dasar, aku yang gantiin adik. Sebaliknya, waktu ujian bahasa Inggris dan komputer, adik yang maju.

Lucunya, adik pula yang pertama kali mengajarkanku soal seks. Ceritanya terjadi ketika kami merayakan ulang tahun ke-18 tepatnya waktu kami SMA kelas 12, tepatnya pas baru selesai ujian nasional.

Ceritanya nanti di episode berikut yah!

Bersambung
 
Episode 2. Belah duren pertamaku

Nesha mencoba melepaskan kenyotan bibirku. Sementara tangannya sibuk, ia lupa kalo tanganku yang satu lagi sudah bersandar di permukaan gundukan belahan sambil memamerkan kemenanganku. Nesha melawan, mencoba menarik tanganku… tapi kini perlawanannya tidak sekuat tenaga.

“Eh…” Ia baru sadar kesalahannya.

“Kok basah, Nesha sayang?”

“Jangan disitu!” Ia membelalak seakan tak percaya kalau tanganku sudah mengelus bagian paling disembunyikan itu.

“Kenapa emangnya?” Aku tersenyum mengejek melihat gelagatnya yang lucu.

“Aku... aku belum pernah!” Ia memberontak lagi.

“Jadi aku yang pertama yah?” Aku terus mengelus gundukan itu.

"Eh..."

"Iya kan?" Aku mengejarnya.

"Rey...."

"Jawab dulu!"

Nesha hanya mengangguk kecil. Ia menatapku dalam-dalam sambil mencoba mengeluarkan tanganku.

“Wah beruntung sekali.” Langsung saja aku buka kakinya lebar membuat gadis itu terkangkang. Otomatis aku dapat melihat bagian tersembunyi tubuhnya yang tembem itu.

“Astaga Rey... jangan!” Ia memekik menyadari kesalahannya.

“Hush, diam aja. Nanti tetangga dengar...”

“Tapi... Rey... jangan....” Nesha tidak konsentrasi lagi.

“Kalo mau mendesah jangan keras-keras!” Kataku nyengir sambil kepalaku terus turun menjelajahi tubuh yang mulus itu. Tanganku masih terus membelai bukit kecil yang sensitif, terus bertarung melaean tangan gadis itu yang masih mencoba mempertahankan teritorinya.

Sebelum kepalaku turun ke selangkangannya, aku singgah sebentar dan bermain-main dengan perutnya yang rata dan putih. Terlalu indah untuk dilewatkan.

Ketika perutnya ku cium, ia menggelinjang. Serta merta perlawanannya makin melemah, pikirannya terbagi dengan rasa geli pada perutnya yang ku cium sambil ku tiup-tiup sebentar. Dan ketika lidahku menjilat pusarnya, ia mendesah kuat seakan membebaskan semua nafsu yang ditahan-tahan dari tadi.

“Ah Rey” Tubuh gadis itu bergetar… ia mengedan. Sensitif banget, mungkin ia sudah dari tadi menahan gairah. Aku sampai kaget ia bisa nyampe secepat itu.

“Nikmati aja sayang! satu kosong yah!” Kataku memproklamirkan kemenangan. Sementara Nesya baru saja dihempas badai orgasme tak mau berkata-kata. Hanya bahasa tubuh yang bicara, ia sudah pasrah.

Kepalaku terus turun tanpa perlawanan berarti, kini kedua tangan Nesha meremas rambut di kepalaku yang dengan nakalnya meniup-niup di bulu-bulu halus yang dipangkas rapih. Nesha mulai bangkit lagi. Ia mengangkat kepala seakan ingin tahu apa yang aku buat.

“Kamu cantik sekali sayang…!” Kataku menatap keatas sambil tersenyum. Setelah itu, mencium belahan sempit itu.

"Rey... ahhhhhh!" Tubuh gadis itu bereaksi kuat.

Aku membelai perut serta pinggulnya yang mulus, menambah rangsangan di daerah situ.

Nesha masih bergetar.

“Nikmati aja yah!” Aku mulai mengoralnya… mengisap dengan kuat sambil meliuk-liukkan lidah membuat ia mendesah lagi. HIlang semua pertahanan dirinya, tubuh indah ini telah tersandera nafsu.

Nesha udah pasrah. Ia telah terbuai dengan nafsu, tanpa bisa melawan ia membiarkan kakinya dikangkangkan lebar-lebar, sementara matanya kini merem melek.

Aku membuka seluruh pakaianku, tak ingin kehilangan momen. Nesha masih ngos-ngosan. Ia diam aka wakyu kubaringkan di tempat tidur dengan kaki terkangkang. Ia malah menutup mata ketika aku mendekatinya dan menempelkan kemaluanku.

“Rey...” Ia merasakan kelamin kita bersentuhan... dan kini menggesek labia yang mulai merekah itu.

“Aku sayang kamu, Nesha!” Kataku...

Nesha mendesah… tidak ada penolakan sama sekalipada bahasa tubuhnya.

“Ahhh tapi...” Sepenggal akal sehat masih ada. Tapi itu hanya terbatas di kata-kata, bahasa tubuhnya berbicara lain.

“Bolehkah aku memilikimu seutuhnya!” Aku menatap matanya dalam-dalam... ia balas menatapku seakan mencari kebenaran dibalik kata-kataku. Akhirnya mata sayu itupun melembut dalam sebuah anggukan lemah. Nesha telah takluk...

“Tahan yah...”

Aku tak ragu lagi menusuk mencoba memasukkan senjataku. Terasa sempit ketika palkon sudah terjepit dalam dinding kelembutan. Nesha diam aja... aku makin semangat, dan menusuk dengan kuat. ia menjerit kecil ketika aku merobek selaput tipis itu dan menembusi lorong yang dalam.

“Aduh Rey… tahan dulu…” Nesha meringis kesakitan. Aku mendiamkan batangku yang telah tersiram darah segar.

“Gimana… udah bisa?” Tanyaku setelah memberi waktu kepadanya menahan sakit.

Nesha mengangguk. Aku kembali menusuk masuk… pelan-pelan, tapi kemudian milikku dengan mudah mencari jalannya sampai mentok. Nesha masih kelihatan ngilu.

“Tahan yah….”

Nesha mengangguk lagi. Aku mulai memompa pelan… terus, sehingga terjadi perubahan di wajah gadis itu.

“Eh.. pelan Rey…” Mungkin masih terasa ngilu, tapi aku sudah merasa enak keluar masuk di lorong yang sempit itu.

Awalnya kesakitan, tapi lama-lama Nesha diam aja mencoba mengimbangi gerakanku yang naik turun. Gadis kni benar-benar nikmat.

Ternyata gininya rasanya bercinta dengan gadis perawan. Benar-benar sempit, benar-benar enak. Bukan cuma enak di fisik, tapi terlebih lagi ada rasa bangga bisa menaklukkan gadis cantik yang baru aku kenal beberapa jam sebelumnya. Ini darah pertamaku…

“Ahhh Rey” Desahan Nesha terdengar merdu sekali. Gadis itu agaknya sudah mulai menikmati penodaan tubuhnya.

Jepitan surga dunia milik gadis itu benar-benar kencang... ini nikmat sekali. Akupun gak bertahan lama... untunglah Nesha juga udah dekat. Tubuhnya kelojotan, lagi kejang-kejang...

“Kaaaakkkk”

Aku memompa cepat untuk mencapai klimaks. Nesha masih mengedan nikmat.

“Aaahhhhh kakkkkk!”

Dan dengan suatu tusukan kuat aku menitip cairan itu ke liang milik gadis itu. Sementara Nesha yang sudah tiba di puncak duluan masih terengah-engah karena kecapaian.

“Gimana Nesh?”

“Ampun Kak!” Gadis masih malu juga memplokamirkan kenikmatannya, padahal sudah terbayang jelas di air mukanya.

“Enak sayang?”

“Eh...” Ia tidak membalas tapi dari ekspresinya aku sudah tahu.

“Kamu suka sayang?”

“Tumben panggil sayang!” Katanya lagi.

“Kan kita pacaran!” Kembali sebuah rayuan gombal keluar dari mulutku.

“Kak…” Aku bingung juga, kadang ia panggil namaku, tapi kadang ia memanggilku kak. Gak masalah sih.

“Kenapa?”

“I love you, Kak Rey…”

“I love to too...” Aku memeluk tubuhnya, membiarkan milikku yang masih didalam miliknya mengecil dan keluar dengan sendirinya. Aku terus menatap wajah gadis cantik ini, yang telah memberikan perawannya untuk aku.

Nesha pun tertidur dengan senyum tersungging di bibirnya.

Tak lama kemudian, akal sehat kembali menerpa pikiranku. Apa yang telah ku buat?

Astaga! Aku telah menodai gadis yang polos dan cantik ini. Apa yang akan Reyvan bilang kalo ia tahu sahabatnya sudah kunodai. Ah, ia jugankan pernah buat hal yang sama, memerawani salah seorang adik temanku waktu kunjungannya ke Manado kemarin. Anggaplah ini balasannya.

Aku masih memandang wajah gadis yang tersenyum dalam lelapnya.

“Makasih Nesha... maafkan aku yah! Aku janji, selama liburanku di Jakarta yang tinggal beberapa hari lagi, kamu adalah pacarku!”

Apa aku sudah jatuh cinta? Aku tidak mengenalnya, walaupun aku tahu kalo aku tinggal di sini dengan mudah aku bisa jatuh cinta kepadanya. Ah biarlah waktu yang menjawabnya nanti… kalopun aku harus jadian dengan Nesha, gak masalah besar sih. Lagian aku skarang masih jomblo, dan lagi aku menyukai gadis polos yang cantik itu.

——

Empat hari kemudian…

Dalam perjalananku ke Manado, di atas pesawat Garuda, aku melamun. Entah kenapa, terus terbayang wajah Nesha. Senyumnya yang indah waktu mendengar rayuanku. Liburanku ke Jakarta kali ini benar-benar berkesan, pertama kali menikmati perawan ting ting.

Kami masih sempat jalan bersama untuk beberapa hari, dan ia menunjukkan kepadaku tempat-tempat yang indah. Nesha malah sempat menemani tidurku selama dua malam pas adik tidak ada. Awalnya sih segala sesuatu sangat menyenangkan. Tapi setelah beberapa hari, aku merasa lain. Entah kenapa Nesha seperti orang asing bagiku. Nesha memang cantik dan manis, tapi entah kenapa aku merasa kalau kita tidak cocok.

Mungkin karena hubungan kita dimulai dengan kebohongan dan keinginanku untuk mengambil keuntungan dari kepolosannya. Ato mungkin karena sifatnya yang suka membanding-bandingkan dengan teman-teman, dan suka cerita-cerita tentang kehidupan orang lain. Orang-orang yang pastinya aku tidak kenal... belum lagi sifatnya yang suka mengatur-atur, terus mengingatkanku kalo kita sudah pacaran.

Bagiku jalan terbaik adalah aku harus pergi kembali ke Manado. Tanpa mengatakan apa-apa, nanti biarkan aja adik yang menyelesaikan. Aku sempat ngomong dengan Reyhan dan dia menanggapinya dengan santai.

Padahal tadinya aku sudah mulai memikirkan untuk pindah di Jakarta. Mungkin ini yang terbaik... good bye Nesha. Maafkan aku yang gak bisa berterus terang.

Hanya ada satu yang yang menjadi ganjalan. Kata-kata dari Nesha kemarin teringat lagi.

“Kak Rey, bulan depan Kakak harus mau menemaniku di perkawinan kakakku…Banyak yang hadir, dan aku akan perkenalkan kakak kepada seluruh keluargaku…! Jangan mungkir yah!

“Eh, iya… tapi…”

“Gak pake protes, kakak kan sudah jadi pacarku!” Nesha mengingatkan ku lagi.

“Nesh, Gak apa-apakan aku buang dalam lagi?” Akhirnya uneg-uneg itu keluar juga.

“Kita kan sudah pacaran, jadi gak masalah”

“Terus kalo jadi?”

“Aku mau hamil anak kakak…”

Sayang sekali Nesha gak tahu kalo aku segera berangkat ke Manado keesokannya. “Apa ia nanti minta tanggung jawab ke Reyvan, yah?”

——

Mungkin ada baiknya aku perkenalkan diri dulu, ini versiku.

Reyhan dan Reyvan. Kami anak kembar... kembar identik, dan hanya segelintir manusia yang dapat membedakan kami. Kami berdua biasa dipanggil Rey… kecuali kalo di rumah, biasanya dipanggil Kakak dan Adik.

Adikku, Reyvan, kuliah di salah satu Universitas di ibukota negara, sedangkan aku Manado, tepatnya di satu di kota dingin, gak jauh dari kota. Kami berdua sekarang ini sudah duduk di semester 3.

Salah satu keuntungan jadi anak kembar yang tinggal berjauhan adalah kadang kami bertukar tempt tanpa ada yang tahu. Iya, aku jadi dirinya dan dia menjadi diriku.

Awal kami bertukar tempat adalah waktu SD, karena Reyvan tidak mau jadi penggerek bendera, jadi aku yang gantikan. Kemudian kami sempat tukar tempat di kelas 1 SMP. Waktu itu aku sempat dititip sekolah di Jakarta. Berhubung Revan tidak masuk sekolah karena sakit, aku yang gantiin. Ternyata tidak mudah, tapi dengan berbekal petunjuknya, aku mulai menikmati.

Entah kenapa, bagi kami bertukar tempat adalah suatu challenge tersendiri.

Eh, berikutnya Reyvan yang gantiin aku waktu ia berkunjung ke Manado. Aku menunjukkan foto teman-temanku, dan guru-guruku agar ia gak masalah gantiin aku di kelas. Pulangnya ketika ia cerita, kami tertawa-tawa dengan rahasia kami.

Waktu kuliah juga, permainan kami makin meningkat. Kami sering tukaran, terutama waktu ujian. Kebetulan sih jurusan kami sama, Akuntansi. Jadi waktu ujian matematika, kalkulus, serta Akuntansi dasar, aku yang gantiin adik. Sebaliknya, waktu ujian bahasa Inggris dan komputer, adik yang maju.

Lucunya, adik pula yang pertama kali mengajarkanku soal seks. Ceritanya terjadi ketika kami merayakan ulang tahun ke-18 tepatnya waktu kami SMA kelas 12, tepatnya pas baru selesai ujian nasional.

Ceritanya nanti di episode berikut yah!

Bersambung
Makasih updetannya mas bro Rey
Ditunggu next episode nya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd