Radicks
Tukang Semprot
[HIDE]WARNING!!!
Cerita di bawah ini hanya karya FIKSI TS belaka, jika ada kesamaan nama, tempat dan karakter itu bukanlah suatu hal yang disengaja.
***************************************************************************************************************************************
Sekuel : Skandal Sekolah Pelosok
Chapter 8 : Hari Kelulusan
***************************************************************************************************************************************
Hari ini adalah hari kelulusan bagi wiwi, nia, novi, boby, ika dkk. Mereka sangat berbahagia dengan hasil yang mereka raih. Mereka menemui semua guru untuk berterima kasih tak terkecuali sang kepsek yang telah menyesatkan hidup mereka itu. Boby yang perlahan mulai melupakan rasa cintanya dengan novi memutuskan untuk mencari istri yang benar-benar serius di kemudian hari sehingga kini ia memilih untuk single berbahagia saja. Wiwi merasa bahwa bebannya yang harus selalu memuaskan hasrat kedua bandot tua sekolah ini telah usai, dan ia pasti aku merindukan mereka nantinya. Novi yang saat ini tengah mengandung anak pak trisno di usia kandungan ke-9 turut merayakan hari kelulusannya namun ditemani oleh pak trisno dari kejauhan, ia hanya dapat melihat teman-temannya berpesta pora dari kejauhan. Nia dan ika bergembira bahwa usahanya dalam beberapa bulan ini membuahkan hasil yaitu mereka berhasil ‘hijrah’ menjadi wanita baik-baik dengan mengenakan pakaian yang serba tertutup dan dilapisi dengan jilbab panjang nan indah.
Novi
Ya hari ini adalah hari kelulusanku, aku bangga namun juga sedikit khawatir, karena dalam hitungan minggu aku akan melahirkan anak hasil ‘hubungan gelap’ ku dengan pak trisno, walaupun pada masa kehamilanku yang kedua, pak trisno menemuiku dan meminangku, yang dengan sangat jelas ditolak mentah-mentah oleh kedua orang tuaku, kedua orang tuaku murka dan mengusirku dari rumah. Hingga akhirnya aku tinggal di salah satu rumah kontrakan pak trisno, disitu beberapa minggu sekali ia meminta ‘jatah’ walaupun ia mengetahui bahwa aku tengah mengandung anaknya. Akhirnya aku dan pak trisno memutuskan untuk menjalin ’kawin kontrak’ dengan perjanjian apabila anak yang kukandung ini telah lahir maka anak ini akan diambil oleh pak trisno dan diasuh oleh beliau dan istri-istri beliau lalu aku akan diberikan uang modal hidup dan sebuah rumah di daerah perkotaan yang berada tidak jauh dari tempat tinggalku sekarang.
Hari persalinan telah tiba …
“Hueekkk…huuueekkk…hueeekk” terdengar suara tangisan bayi mungil yang digendong oleh suster sedang menangis dalam pelukannya. Kulirik keluar sudah ada pak trisno bersama kedua istrinya yang terlihat sangat tidak suka dengan kehadiranku, mereka berdua menatapku sinis. Saat aku hendak melihat anakku, pak trisno menahan suster tersebut dan meminta agar aku tak melihat anakku sendiri. “Gak perlu kamu liat, nanti kamu tidak rela, nih uang dan kunci rumah untuk kehidupanmu berikutnya” ucap pak trisno sembari memberikan selembar cek uang miliaran rupiah dan sebuah kunci rumah. Aku terbaring lemas di kasur pasien ini. Aku merasa hidupku sudah tak memiliki arah lagi, ingin saja rasanya aku mengakhiri hidupku, namun aku mengurungkan niat itu, aku bertekad hendak memperbaiki diriku yang telah rusak ini.
Ika
Aku, nia, wiwi dan juga boby berkuliah di satu universitas yang sama, kami sering hangout bareng hanya sekedar melepas penat dan berbagi cerita. Hidup yang kujalani saat ini benar-benar terasa tentram dan aku hidup diantara orang-orang yang patuh pada agamanya. Di kota tempat kami berkuliah ini, aku tinggal satu kontrakan dengan nia dan seorang akhwat forum,yaitu aliyah. Aliyah adalah gadis dengan perawakan bertubuh kecil dan berwajah manis, setiap ikhwan yang melihatnya pasti sangat ingin ‘meminangnya’. Aku dan nia sering terpesona terhadapnya karena sikap ramahnya yang sungguh menyejukkan hati. Hari ini katanya boby hendak berkunjung ke kontrakan kami. “Tok tok tok” terdengar suara ketukan pintu, aku bergegas hendak membuka pintu depan namun sudah keduluan aliyah yang kebetulan sedang berada di dapur. “Eh cari siapa ya mas?” ucap aliyah. “Maaf, ika dan nia nya ada tidak ya?” Tanya boby.
“Oh mbak ika dan nia, ada kok mas sila duduk dulu” ucap aliyah ramah, aliyah bergegas meninggalkan boby di ruang tamu dan menuju dapur “Itu temannya ukh” ucapnya singkat. “Eh udah sampai bob, susah gak cari rumah ini?” tanyaku ramah. “Ah enggak kok, si nia man aka?” tanyanya. “Oh nia masih ada kuliah katanya tadi” jawabku, kulihat boby seperti melirik-lirik ke arah dapur seolah mencari keberadaan aliyah. “Hush bob!” aku mengagetkannya. “Liat apa atuh bob?” tanyaku. “Itu temenmu ya? Cantiknyaaa” bisik boby. Tak lama, aliyah datang membawakan dua gelas teh hangat. “Sila diminum ukh, mas” ucap aliyah ramah. Lalu ia masuk ke kamarnya. “Heh bob! Heh!” ucapku pada boby yang seolah tak berkedip melihat aliyah. “Jangan bengong! Masih murni anak orang itu, jangan dibobol ya, kalau mau halalin gih, eaakhlah” candaku. “Bobol bobol! Emangnya aku PK hah?” ucapnya sebel. “Jadi dari masa SMA, hingga sekarang kamu dan nia udah gak pernah ‘gituan’ lagi lah ya?” seketika arah pertanyaan boby berubah.
“Gituan apa nih bob?” tanyaku sok polos. Boby lalu memeragakan tangannya yang mengartikan ‘aktifitas ngentot’. “Ah itu? Udah lama banget gak lah bob, kan aku mau menyucikan diri” jawabku bijak. “Menyucikan diri? Setahuku kalau udah kebiasaan disodok, pasti nagih” ucap boby dengan bahasa sedikit nakal. “Ssst jangan kuat-kuat, nanti aliyah denger” bisikku menahan mulutnya dengan jariku. “Tuh katanya menyucikan diri? Tapi mau megang mulut yang bukan muhrim, huh” ucap boby ketus. “Iihh boby” ucapku seraya melemparkan bantal kepadanya. “Ini untuk kamu tau aja ya, sesungguhnya libidoku masih tinggi seperti dulu, aku dan nia sering melakukan senam yang katanya bisa merapatkan liang memek, tapi gak tau deh hasilnya gimana” jelasku.
“Nah kalau gitu mesti kucicip nih” ucap boby seraya memegang kancing celananya. “Eh eh eh bob! Jangan bob! Takut dilihat si aliyah nanti” ucapku panik. “haha lucu ya kamu sekarang” ledek boby. “Jadi sekian lamanya tubuhmu tidak dijamah oleh lelaki, bagaimana caramu melampiaskan hasrat seksualmu yang meledak-ledak itu?” Tanya boby. “Ya colmek sendiri lah bob, mau gimana lagi” jawabku enteng. Dan hari itu obrolan aku dan boby ngalor ngidul kemana-mana tanpa arah. Nia pulang ke rumah dengan pakaian sedikit lusuh sekitar menjelang magrib, “Ah mungkin dia keletihan mengejar bus kampus” pikirku melihat nia tergesa-gesa masuk ke kamarnya.
Keesokan harinya …
Kuketahui bahwa hari ini nia pulang lebih dahulu daripada aku, sehingga aku membelikan makan siang untuknya. Saat aku hendak mengetuk pintu depan, aku mendengar seperti suara desahan dari kamar nia, sehingga aku mengendap-endap dari luar, dan menuju ke jendela kamar nia. Betapa kagetnya aku melihat nia dengan posisi menungging di ranjang sedang digenjot oleh pak karyo satpam komplek ini, terlihat gamis hitam nia naik hingga ke pinggulnya, tangan pak karyo sibuk meremas toket nia, “Akkhh pak..akkhh..udah yaaa…” desah nia.
Terlihat wajah nia sangat menikmati sodokan demi sodokan kontol pak karyo aku masih belum dapat melihat seberapa besar kontol pak karyo sehingga nia sampai sebegitu relanya disetubuhi oleh beliau. “Aaagggh bapak udah gak tahan neng..ughh” desah pak karyo seraya meremas pantat nia. “jangan di dalam pak…ohhh..ssshh” desah nia. Pka karyo dengan sigap mencabut kontolnya dari memek nia, aku kagum dengan kontol pak karyo yang kutaksir ukurannya 19 cm, kurus namun berurat. Mengetahui kontol pak karyo sudah di luar, nia bergegas jongkok dan menengadahkan wajahnya di bawah kontol pak karyo, “Croott crooot” ada sekitar 3 semburan peju pak karyo membasahi jilbab panjang berwarna hitamnya juga membasahi wajah ayunya nia.
“Aaggghhh nih peju favorit eneng” desah pak karyo mengocok kontolnya sampai tetesan terakhir. Aku yang merasa telah dibohongi oleh nia, merasa muak terhadapnya namun perasaanku bercampur aduk, aku muak karena nia membohongiku namun libidoku bergejolak ingin merasakan kerasnya batang kontol pak karyo. Akhirnya aku berencana mengisengi sepasang sejoli itu. “Tok tok tok” aku mengetuk pintu depan. “Nia..ini aku ika” teriakku. “Iyaaa bentar ika bentar” terdengar nia berteriak dari dalam. Kurang lebih 10 menit aku menunggu di luar, “Krek” pintu depan dibuka oleh nia. “maa…maaf ya ika, tadi aku lagi senam di kamar” ucapnya terbata-bata. “Oo senam, pantesan itu jilbabnya basah” ucapku. “Ehh ii iya ni ka” ucapnya sedikit kaget melirik ke jilbabnya. Aku masuk ke kamarku dan lekas melepaskan seluruh pakaianku, aku masih belum bisa melupakan ukuran jumbo kontol pak karyo yang barusan menggenjot nia, aku merasa sangat ingin untuk disodok oleh pak karyo, libidoku meningkat tajam dan seperti biasa, pelampiasanku ya botol bedak.[/HIDE]
Cerita di bawah ini hanya karya FIKSI TS belaka, jika ada kesamaan nama, tempat dan karakter itu bukanlah suatu hal yang disengaja.
***************************************************************************************************************************************
Sekuel : Skandal Sekolah Pelosok
Chapter 8 : Hari Kelulusan
***************************************************************************************************************************************
Hari ini adalah hari kelulusan bagi wiwi, nia, novi, boby, ika dkk. Mereka sangat berbahagia dengan hasil yang mereka raih. Mereka menemui semua guru untuk berterima kasih tak terkecuali sang kepsek yang telah menyesatkan hidup mereka itu. Boby yang perlahan mulai melupakan rasa cintanya dengan novi memutuskan untuk mencari istri yang benar-benar serius di kemudian hari sehingga kini ia memilih untuk single berbahagia saja. Wiwi merasa bahwa bebannya yang harus selalu memuaskan hasrat kedua bandot tua sekolah ini telah usai, dan ia pasti aku merindukan mereka nantinya. Novi yang saat ini tengah mengandung anak pak trisno di usia kandungan ke-9 turut merayakan hari kelulusannya namun ditemani oleh pak trisno dari kejauhan, ia hanya dapat melihat teman-temannya berpesta pora dari kejauhan. Nia dan ika bergembira bahwa usahanya dalam beberapa bulan ini membuahkan hasil yaitu mereka berhasil ‘hijrah’ menjadi wanita baik-baik dengan mengenakan pakaian yang serba tertutup dan dilapisi dengan jilbab panjang nan indah.
Novi
Ya hari ini adalah hari kelulusanku, aku bangga namun juga sedikit khawatir, karena dalam hitungan minggu aku akan melahirkan anak hasil ‘hubungan gelap’ ku dengan pak trisno, walaupun pada masa kehamilanku yang kedua, pak trisno menemuiku dan meminangku, yang dengan sangat jelas ditolak mentah-mentah oleh kedua orang tuaku, kedua orang tuaku murka dan mengusirku dari rumah. Hingga akhirnya aku tinggal di salah satu rumah kontrakan pak trisno, disitu beberapa minggu sekali ia meminta ‘jatah’ walaupun ia mengetahui bahwa aku tengah mengandung anaknya. Akhirnya aku dan pak trisno memutuskan untuk menjalin ’kawin kontrak’ dengan perjanjian apabila anak yang kukandung ini telah lahir maka anak ini akan diambil oleh pak trisno dan diasuh oleh beliau dan istri-istri beliau lalu aku akan diberikan uang modal hidup dan sebuah rumah di daerah perkotaan yang berada tidak jauh dari tempat tinggalku sekarang.
Hari persalinan telah tiba …
“Hueekkk…huuueekkk…hueeekk” terdengar suara tangisan bayi mungil yang digendong oleh suster sedang menangis dalam pelukannya. Kulirik keluar sudah ada pak trisno bersama kedua istrinya yang terlihat sangat tidak suka dengan kehadiranku, mereka berdua menatapku sinis. Saat aku hendak melihat anakku, pak trisno menahan suster tersebut dan meminta agar aku tak melihat anakku sendiri. “Gak perlu kamu liat, nanti kamu tidak rela, nih uang dan kunci rumah untuk kehidupanmu berikutnya” ucap pak trisno sembari memberikan selembar cek uang miliaran rupiah dan sebuah kunci rumah. Aku terbaring lemas di kasur pasien ini. Aku merasa hidupku sudah tak memiliki arah lagi, ingin saja rasanya aku mengakhiri hidupku, namun aku mengurungkan niat itu, aku bertekad hendak memperbaiki diriku yang telah rusak ini.
Ika
Aku, nia, wiwi dan juga boby berkuliah di satu universitas yang sama, kami sering hangout bareng hanya sekedar melepas penat dan berbagi cerita. Hidup yang kujalani saat ini benar-benar terasa tentram dan aku hidup diantara orang-orang yang patuh pada agamanya. Di kota tempat kami berkuliah ini, aku tinggal satu kontrakan dengan nia dan seorang akhwat forum,yaitu aliyah. Aliyah adalah gadis dengan perawakan bertubuh kecil dan berwajah manis, setiap ikhwan yang melihatnya pasti sangat ingin ‘meminangnya’. Aku dan nia sering terpesona terhadapnya karena sikap ramahnya yang sungguh menyejukkan hati. Hari ini katanya boby hendak berkunjung ke kontrakan kami. “Tok tok tok” terdengar suara ketukan pintu, aku bergegas hendak membuka pintu depan namun sudah keduluan aliyah yang kebetulan sedang berada di dapur. “Eh cari siapa ya mas?” ucap aliyah. “Maaf, ika dan nia nya ada tidak ya?” Tanya boby.
“Oh mbak ika dan nia, ada kok mas sila duduk dulu” ucap aliyah ramah, aliyah bergegas meninggalkan boby di ruang tamu dan menuju dapur “Itu temannya ukh” ucapnya singkat. “Eh udah sampai bob, susah gak cari rumah ini?” tanyaku ramah. “Ah enggak kok, si nia man aka?” tanyanya. “Oh nia masih ada kuliah katanya tadi” jawabku, kulihat boby seperti melirik-lirik ke arah dapur seolah mencari keberadaan aliyah. “Hush bob!” aku mengagetkannya. “Liat apa atuh bob?” tanyaku. “Itu temenmu ya? Cantiknyaaa” bisik boby. Tak lama, aliyah datang membawakan dua gelas teh hangat. “Sila diminum ukh, mas” ucap aliyah ramah. Lalu ia masuk ke kamarnya. “Heh bob! Heh!” ucapku pada boby yang seolah tak berkedip melihat aliyah. “Jangan bengong! Masih murni anak orang itu, jangan dibobol ya, kalau mau halalin gih, eaakhlah” candaku. “Bobol bobol! Emangnya aku PK hah?” ucapnya sebel. “Jadi dari masa SMA, hingga sekarang kamu dan nia udah gak pernah ‘gituan’ lagi lah ya?” seketika arah pertanyaan boby berubah.
“Gituan apa nih bob?” tanyaku sok polos. Boby lalu memeragakan tangannya yang mengartikan ‘aktifitas ngentot’. “Ah itu? Udah lama banget gak lah bob, kan aku mau menyucikan diri” jawabku bijak. “Menyucikan diri? Setahuku kalau udah kebiasaan disodok, pasti nagih” ucap boby dengan bahasa sedikit nakal. “Ssst jangan kuat-kuat, nanti aliyah denger” bisikku menahan mulutnya dengan jariku. “Tuh katanya menyucikan diri? Tapi mau megang mulut yang bukan muhrim, huh” ucap boby ketus. “Iihh boby” ucapku seraya melemparkan bantal kepadanya. “Ini untuk kamu tau aja ya, sesungguhnya libidoku masih tinggi seperti dulu, aku dan nia sering melakukan senam yang katanya bisa merapatkan liang memek, tapi gak tau deh hasilnya gimana” jelasku.
“Nah kalau gitu mesti kucicip nih” ucap boby seraya memegang kancing celananya. “Eh eh eh bob! Jangan bob! Takut dilihat si aliyah nanti” ucapku panik. “haha lucu ya kamu sekarang” ledek boby. “Jadi sekian lamanya tubuhmu tidak dijamah oleh lelaki, bagaimana caramu melampiaskan hasrat seksualmu yang meledak-ledak itu?” Tanya boby. “Ya colmek sendiri lah bob, mau gimana lagi” jawabku enteng. Dan hari itu obrolan aku dan boby ngalor ngidul kemana-mana tanpa arah. Nia pulang ke rumah dengan pakaian sedikit lusuh sekitar menjelang magrib, “Ah mungkin dia keletihan mengejar bus kampus” pikirku melihat nia tergesa-gesa masuk ke kamarnya.
Keesokan harinya …
Kuketahui bahwa hari ini nia pulang lebih dahulu daripada aku, sehingga aku membelikan makan siang untuknya. Saat aku hendak mengetuk pintu depan, aku mendengar seperti suara desahan dari kamar nia, sehingga aku mengendap-endap dari luar, dan menuju ke jendela kamar nia. Betapa kagetnya aku melihat nia dengan posisi menungging di ranjang sedang digenjot oleh pak karyo satpam komplek ini, terlihat gamis hitam nia naik hingga ke pinggulnya, tangan pak karyo sibuk meremas toket nia, “Akkhh pak..akkhh..udah yaaa…” desah nia.
Terlihat wajah nia sangat menikmati sodokan demi sodokan kontol pak karyo aku masih belum dapat melihat seberapa besar kontol pak karyo sehingga nia sampai sebegitu relanya disetubuhi oleh beliau. “Aaagggh bapak udah gak tahan neng..ughh” desah pak karyo seraya meremas pantat nia. “jangan di dalam pak…ohhh..ssshh” desah nia. Pka karyo dengan sigap mencabut kontolnya dari memek nia, aku kagum dengan kontol pak karyo yang kutaksir ukurannya 19 cm, kurus namun berurat. Mengetahui kontol pak karyo sudah di luar, nia bergegas jongkok dan menengadahkan wajahnya di bawah kontol pak karyo, “Croott crooot” ada sekitar 3 semburan peju pak karyo membasahi jilbab panjang berwarna hitamnya juga membasahi wajah ayunya nia.
“Aaggghhh nih peju favorit eneng” desah pak karyo mengocok kontolnya sampai tetesan terakhir. Aku yang merasa telah dibohongi oleh nia, merasa muak terhadapnya namun perasaanku bercampur aduk, aku muak karena nia membohongiku namun libidoku bergejolak ingin merasakan kerasnya batang kontol pak karyo. Akhirnya aku berencana mengisengi sepasang sejoli itu. “Tok tok tok” aku mengetuk pintu depan. “Nia..ini aku ika” teriakku. “Iyaaa bentar ika bentar” terdengar nia berteriak dari dalam. Kurang lebih 10 menit aku menunggu di luar, “Krek” pintu depan dibuka oleh nia. “maa…maaf ya ika, tadi aku lagi senam di kamar” ucapnya terbata-bata. “Oo senam, pantesan itu jilbabnya basah” ucapku. “Ehh ii iya ni ka” ucapnya sedikit kaget melirik ke jilbabnya. Aku masuk ke kamarku dan lekas melepaskan seluruh pakaianku, aku masih belum bisa melupakan ukuran jumbo kontol pak karyo yang barusan menggenjot nia, aku merasa sangat ingin untuk disodok oleh pak karyo, libidoku meningkat tajam dan seperti biasa, pelampiasanku ya botol bedak.[/HIDE]
Terakhir diubah: