Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Sekuel : Skandal Sekolah Pelosok

Next Episode Mau Seperti Apa?

  • Lanjutkan Eksekusi Nia dan Ika

  • Perawanin Aliyah

  • Menguak Kembali Kisah Novi


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Bimabet
[HIDE]WARNING!!!
Cerita di bawah ini hanya karya FIKSI TS belaka, jika ada kesamaan nama, tempat dan karakter itu bukanlah suatu hal yang disengaja.
***************************************************************************************************************************************
Sekuel : Skandal Sekolah Pelosok

Chapter 8 : Hari Kelulusan
***************************************************************************************************************************************

Hari ini adalah hari kelulusan bagi wiwi, nia, novi, boby, ika dkk. Mereka sangat berbahagia dengan hasil yang mereka raih. Mereka menemui semua guru untuk berterima kasih tak terkecuali sang kepsek yang telah menyesatkan hidup mereka itu. Boby yang perlahan mulai melupakan rasa cintanya dengan novi memutuskan untuk mencari istri yang benar-benar serius di kemudian hari sehingga kini ia memilih untuk single berbahagia saja. Wiwi merasa bahwa bebannya yang harus selalu memuaskan hasrat kedua bandot tua sekolah ini telah usai, dan ia pasti aku merindukan mereka nantinya. Novi yang saat ini tengah mengandung anak pak trisno di usia kandungan ke-9 turut merayakan hari kelulusannya namun ditemani oleh pak trisno dari kejauhan, ia hanya dapat melihat teman-temannya berpesta pora dari kejauhan. Nia dan ika bergembira bahwa usahanya dalam beberapa bulan ini membuahkan hasil yaitu mereka berhasil ‘hijrah’ menjadi wanita baik-baik dengan mengenakan pakaian yang serba tertutup dan dilapisi dengan jilbab panjang nan indah.
Novi

Ya hari ini adalah hari kelulusanku, aku bangga namun juga sedikit khawatir, karena dalam hitungan minggu aku akan melahirkan anak hasil ‘hubungan gelap’ ku dengan pak trisno, walaupun pada masa kehamilanku yang kedua, pak trisno menemuiku dan meminangku, yang dengan sangat jelas ditolak mentah-mentah oleh kedua orang tuaku, kedua orang tuaku murka dan mengusirku dari rumah. Hingga akhirnya aku tinggal di salah satu rumah kontrakan pak trisno, disitu beberapa minggu sekali ia meminta ‘jatah’ walaupun ia mengetahui bahwa aku tengah mengandung anaknya. Akhirnya aku dan pak trisno memutuskan untuk menjalin ’kawin kontrak’ dengan perjanjian apabila anak yang kukandung ini telah lahir maka anak ini akan diambil oleh pak trisno dan diasuh oleh beliau dan istri-istri beliau lalu aku akan diberikan uang modal hidup dan sebuah rumah di daerah perkotaan yang berada tidak jauh dari tempat tinggalku sekarang.
Hari persalinan telah tiba …

“Hueekkk…huuueekkk…hueeekk” terdengar suara tangisan bayi mungil yang digendong oleh suster sedang menangis dalam pelukannya. Kulirik keluar sudah ada pak trisno bersama kedua istrinya yang terlihat sangat tidak suka dengan kehadiranku, mereka berdua menatapku sinis. Saat aku hendak melihat anakku, pak trisno menahan suster tersebut dan meminta agar aku tak melihat anakku sendiri. “Gak perlu kamu liat, nanti kamu tidak rela, nih uang dan kunci rumah untuk kehidupanmu berikutnya” ucap pak trisno sembari memberikan selembar cek uang miliaran rupiah dan sebuah kunci rumah. Aku terbaring lemas di kasur pasien ini. Aku merasa hidupku sudah tak memiliki arah lagi, ingin saja rasanya aku mengakhiri hidupku, namun aku mengurungkan niat itu, aku bertekad hendak memperbaiki diriku yang telah rusak ini.

Ika

Aku, nia, wiwi dan juga boby berkuliah di satu universitas yang sama, kami sering hangout bareng hanya sekedar melepas penat dan berbagi cerita. Hidup yang kujalani saat ini benar-benar terasa tentram dan aku hidup diantara orang-orang yang patuh pada agamanya. Di kota tempat kami berkuliah ini, aku tinggal satu kontrakan dengan nia dan seorang akhwat forum,yaitu aliyah. Aliyah adalah gadis dengan perawakan bertubuh kecil dan berwajah manis, setiap ikhwan yang melihatnya pasti sangat ingin ‘meminangnya’. Aku dan nia sering terpesona terhadapnya karena sikap ramahnya yang sungguh menyejukkan hati. Hari ini katanya boby hendak berkunjung ke kontrakan kami. “Tok tok tok” terdengar suara ketukan pintu, aku bergegas hendak membuka pintu depan namun sudah keduluan aliyah yang kebetulan sedang berada di dapur. “Eh cari siapa ya mas?” ucap aliyah. “Maaf, ika dan nia nya ada tidak ya?” Tanya boby.
“Oh mbak ika dan nia, ada kok mas sila duduk dulu” ucap aliyah ramah, aliyah bergegas meninggalkan boby di ruang tamu dan menuju dapur “Itu temannya ukh” ucapnya singkat. “Eh udah sampai bob, susah gak cari rumah ini?” tanyaku ramah. “Ah enggak kok, si nia man aka?” tanyanya. “Oh nia masih ada kuliah katanya tadi” jawabku, kulihat boby seperti melirik-lirik ke arah dapur seolah mencari keberadaan aliyah. “Hush bob!” aku mengagetkannya. “Liat apa atuh bob?” tanyaku. “Itu temenmu ya? Cantiknyaaa” bisik boby. Tak lama, aliyah datang membawakan dua gelas teh hangat. “Sila diminum ukh, mas” ucap aliyah ramah. Lalu ia masuk ke kamarnya. “Heh bob! Heh!” ucapku pada boby yang seolah tak berkedip melihat aliyah. “Jangan bengong! Masih murni anak orang itu, jangan dibobol ya, kalau mau halalin gih, eaakhlah” candaku. “Bobol bobol! Emangnya aku PK hah?” ucapnya sebel. “Jadi dari masa SMA, hingga sekarang kamu dan nia udah gak pernah ‘gituan’ lagi lah ya?” seketika arah pertanyaan boby berubah.
“Gituan apa nih bob?” tanyaku sok polos. Boby lalu memeragakan tangannya yang mengartikan ‘aktifitas ngentot’. “Ah itu? Udah lama banget gak lah bob, kan aku mau menyucikan diri” jawabku bijak. “Menyucikan diri? Setahuku kalau udah kebiasaan disodok, pasti nagih” ucap boby dengan bahasa sedikit nakal. “Ssst jangan kuat-kuat, nanti aliyah denger” bisikku menahan mulutnya dengan jariku. “Tuh katanya menyucikan diri? Tapi mau megang mulut yang bukan muhrim, huh” ucap boby ketus. “Iihh boby” ucapku seraya melemparkan bantal kepadanya. “Ini untuk kamu tau aja ya, sesungguhnya libidoku masih tinggi seperti dulu, aku dan nia sering melakukan senam yang katanya bisa merapatkan liang memek, tapi gak tau deh hasilnya gimana” jelasku.

“Nah kalau gitu mesti kucicip nih” ucap boby seraya memegang kancing celananya. “Eh eh eh bob! Jangan bob! Takut dilihat si aliyah nanti” ucapku panik. “haha lucu ya kamu sekarang” ledek boby. “Jadi sekian lamanya tubuhmu tidak dijamah oleh lelaki, bagaimana caramu melampiaskan hasrat seksualmu yang meledak-ledak itu?” Tanya boby. “Ya colmek sendiri lah bob, mau gimana lagi” jawabku enteng. Dan hari itu obrolan aku dan boby ngalor ngidul kemana-mana tanpa arah. Nia pulang ke rumah dengan pakaian sedikit lusuh sekitar menjelang magrib, “Ah mungkin dia keletihan mengejar bus kampus” pikirku melihat nia tergesa-gesa masuk ke kamarnya.

Keesokan harinya …

Kuketahui bahwa hari ini nia pulang lebih dahulu daripada aku, sehingga aku membelikan makan siang untuknya. Saat aku hendak mengetuk pintu depan, aku mendengar seperti suara desahan dari kamar nia, sehingga aku mengendap-endap dari luar, dan menuju ke jendela kamar nia. Betapa kagetnya aku melihat nia dengan posisi menungging di ranjang sedang digenjot oleh pak karyo satpam komplek ini, terlihat gamis hitam nia naik hingga ke pinggulnya, tangan pak karyo sibuk meremas toket nia, “Akkhh pak..akkhh..udah yaaa…” desah nia.

Terlihat wajah nia sangat menikmati sodokan demi sodokan kontol pak karyo aku masih belum dapat melihat seberapa besar kontol pak karyo sehingga nia sampai sebegitu relanya disetubuhi oleh beliau. “Aaagggh bapak udah gak tahan neng..ughh” desah pak karyo seraya meremas pantat nia. “jangan di dalam pak…ohhh..ssshh” desah nia. Pka karyo dengan sigap mencabut kontolnya dari memek nia, aku kagum dengan kontol pak karyo yang kutaksir ukurannya 19 cm, kurus namun berurat. Mengetahui kontol pak karyo sudah di luar, nia bergegas jongkok dan menengadahkan wajahnya di bawah kontol pak karyo, “Croott crooot” ada sekitar 3 semburan peju pak karyo membasahi jilbab panjang berwarna hitamnya juga membasahi wajah ayunya nia.
“Aaggghhh nih peju favorit eneng” desah pak karyo mengocok kontolnya sampai tetesan terakhir. Aku yang merasa telah dibohongi oleh nia, merasa muak terhadapnya namun perasaanku bercampur aduk, aku muak karena nia membohongiku namun libidoku bergejolak ingin merasakan kerasnya batang kontol pak karyo. Akhirnya aku berencana mengisengi sepasang sejoli itu. “Tok tok tok” aku mengetuk pintu depan. “Nia..ini aku ika” teriakku. “Iyaaa bentar ika bentar” terdengar nia berteriak dari dalam. Kurang lebih 10 menit aku menunggu di luar, “Krek” pintu depan dibuka oleh nia. “maa…maaf ya ika, tadi aku lagi senam di kamar” ucapnya terbata-bata. “Oo senam, pantesan itu jilbabnya basah” ucapku. “Ehh ii iya ni ka” ucapnya sedikit kaget melirik ke jilbabnya. Aku masuk ke kamarku dan lekas melepaskan seluruh pakaianku, aku masih belum bisa melupakan ukuran jumbo kontol pak karyo yang barusan menggenjot nia, aku merasa sangat ingin untuk disodok oleh pak karyo, libidoku meningkat tajam dan seperti biasa, pelampiasanku ya botol bedak.[/HIDE]
 
Terakhir diubah:
berubah judul nih harusnya suhu, jadi skandal di kampus pelosok :Peace:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Terakhir diubah:
Pokoknya salut deh buat ceritanya... Super super mantapp... D tunggu terus update2 selanjutnya smpe tamat suhu..
 
[HIDE]WARNING!!!
Cerita di bawah ini hanya karya FIKSI TS belaka, jika ada kesamaan nama, tempat dan karakter itu bukanlah suatu hal yang disengaja.
***************************************************************************************************************************************
Sekuel : Skandal Sekolah Pelosok

Chapter 9 : Hasrat Binal Sang Akhwat

***************************************************************************************************************************************
Pasca kemarin ika melihat adegan panas yang dilakukan oleh sahabat akhwatnya, nia. Ia terus kepikiran pada kontol yang memuaskan hasrat sahabatnya itu. Dalam satu malam ia mengalami multiple orgasm yang berulang-ulang sehingga membuatnya hari ini terlihat lemas untuk berkuliah. Setibanya ia di kontrakan, ia dengan segera melepaskan semua atribut perkuliahan dan merebahkan tubuhnya ke ranjang.

Ika

“Tok…tok…tok” terdengar suara ketukan pintu depan kontrakanku. Mendengar hal itu aku bergegas mengenakan celana hitam panjang longgar dan kaus hitam longgar dipadukan dengan jilbab merahku lalu aku menuju pintu depan. Saat aku membuka pintu ternyata pak karyo berseragam lengkap membawa sebuah kiriman, “eh neng ika, neng nianya ada gak ya?” Tanya pak karyo. “Nianya belum pulang kuliah pak, kenapa ya pak?” tanyaku. “Ini saya mau kasih paket yang dikirimkan oleh orang tuanya ini ke dia, saya titip ke neng ika aja ya kalau gitu” ucapnya. “Oh iya nanti saya sampaikan pak, gak singgah dulu?” ucapku ramah. “Ah gak apa-apa neng, bapak lanjut aja” ucapnya. “Sekedar minum teh aja dulu pak, sila” ucapku memaksa. “Oke deh kalau neng maksa, hehe” ucapnya sembari melepaskan sepatu boots dinasnya dan masuk ke ruang tamu. Aku bergegas ke belakang untuk mengambil teh namun tak ada stok teh di dapur kami. Aku lekas kembali ke ruang tamu, “Wah tehnya habis pak, bentar ika beli ke warung dulu ya, bentar aja pak” ucapku seraya berlari kecil keluar meninggalkan beliau di ruang tamu kontrakanku.
Tak berapa menit setelah aku membeli teh, setibanya aku di kontrakan, aku tak dapat menemukan pak karyo, aku berpikir apa jangan-jangan ia menungguku terlalu lama, namun alangkah teledornya aku, aku meninggalkan rumah kontrakan tanpa satupun pintu yang kukunci, sehingga aku mengendap-endap berkeliling rumah kontrakan untuk memeriksa apakah ada maling yang masuk atau tidak, dan syukurnya ternyata tidak ada barang yang hilang, sesaat aku hendak masuk ke kamarku, aku dikejutkan dengan suara berat dari dalam kamarku, aku mengintip dari pintu kamarku yang sedikit terbuka, betapa kagetnya aku melihat pak karyo tidak memakai celana sedang berada diatas ranjangku, dan rok panjang motif bunga yang kukenakan tadi sedang ia kocok di kontolnya yang sedang tegang mengeras, “Akhh neng ika…terima nih kontol pak karyo…nikmatin neng” desah pak karyo.

Aku yang melihat perbuatan beliau, masih sedikit kaget namun kurasakan libidoku perlahan menggebu, dan ya sama kejadiannya dengan tragedi kelamku dulu, aku lagi-lagi ketahuan dalam persembunyianku, aku tak sengaja mendorong pintu kamarku sehingga terbuka lebar, pak karyo yang tadinya sedang asik mengocok kontolnya terdiam melihatku, terlihat raut wajah ketakutan yang muncul pada wajahnya namun tersungging senyum licik. Ia dengan cepat bergerak kearahku dan memepetkan tubuhku ke pintu yang telah terbuka, “Akhh!” teriakku. “Too..tolong…” teriakku. “Ehhmm hhhmm” mulutku dibekap oleh pak karyo sehingga aku tak dapat berteriak. Mendapatinya membekap mulutku, aku hanya bisa meronta menolak perbuatannya.

Kupukul keras tubuhnya dengan harapan ia dapat melepaskanku, namun melihatku yang meronta, beliau dengan kasarnya menurunkan celana hitam longgarku sehingga dengan mudahnya ia meraba bibir memekku dari luar cd ku, “Dah becek neng? Hehe” ucapnya mengetahui memekku sudah sedikit lembab. Ia lalu menarik tubuhku dan melemparkan tubuhku ke ranjang, “Pak pak..ini tidak benar pak..jangan lukai saya pak” ucapku panik seraya memundurkan tubuhku untuk menghindari sergapannya. Kini kondisiku hanyalah mengenakan baju kaos longgar dan jilbab, kaki dan pahaku sudah terpampang di depan mata pak karyo. Telihat tatapan buas dari mata beliau, pak karyo yang sadar bahwa tidak ada siapa-siapa lagi di rumah ini, segera mendekatiku seraya melepaskan semua pakaiannya, sehingga kini ia bertelanjang bulat, ia lalu mnyergap tubuhku yang masih meronta menolak perlakuannya. “Udah neng nikmatin aja, kalau dah becek berarti minta dientot tu hehe” ucapnya cabul.
Tangan kasarnya meremas toketku kanan dan kiri secara bergantian dari balik kaos longgarku, merasa risih dengan keberadaan kaosku, ia naikkan kaosku dan kini kedua toketku menjadi santapan hangat bibir cabulnya. Aku yang menikmati ‘serangan buas’ nya pada kedua toketku hanya bisa mendesah kecil “Ukhh”, aku semakin larut dalam permainan mulutnya pada toketku, dan tanpa kusadari ia mulai mengangkangkan pahaku selebar-lebarnya dan memposisikan palkonnya di bibir memekku. Aku merasakan ia menggesek palkonnya di bibir memekku berkali-kali sehingga menyadarkanku dari kenikmatan duniawi ini, lantas aku segera menampar wajahnya “Plak”. Kulihat matanya tajam melihatku, lalu ia arahkan kontolnya untuk segera membelah memekku yang sebenarnya sudah sejak tadi menantikan sodokan ‘milik’ beliau. Aku mendorong-dorong tubuhnya agar ia tak melanjutkan aktifitasnya “Pak hentikan pak, jangan zinahi saya pak!”.

“Slep” kira-kira seperti itu ilustrasi proses masuknya kontol pak karyo ke dalam memekku, “Akkhh pakk” desahku merasakan kontol besarnya membelah liang kenikmatanku yang sudah sejak lama tidak dimasuki oleh benda nan keras ini. Ia terus berusaha menyodokkan kontolnya hingga mentok ke pintu rahimku. “Ugghh ughh” desahnya sambil memaksakan kontolnya untuk masuk lebih dalam. “Akkhh pak stop pak..sakit pakk ampun…” desahku berusaha menahan perbuatannya. “Ohh ohh udah mentok neng” ucapnya singkat seraya ia mulai menyodokkan kontolnya ke memekku dengan kasar.

“Akkhh pakk…ini harus segera dihentikan pak..sshh” desahku. “Agak seret tapi agak longgar ya, sering dipakai ya? Hhhmm” desah pak karyo. Aku yang masih tidak menerima perbuatannya, menggeleng-gelengkan kepalaku dan menggeliat. “goyang terus neng..goyang, bapak suka haha” ucapnya seraya mempercepat genjotan kontolnya di dalam memekku. “Ahh hentikan pak..jangan perkosa ika” desahku. “Perkosa? Memekmu aja udah agak longgar, dasar akhwat bispak!” ucapnya.

“Pak karyo!!!” terdengar teriakan wanita dari pintu kamarku, saat aku menoleh ternyata nia berdiri memegang sebilah pisau dapur, pak karyo yang menyadari hal itu lekas beranjak dari tubuhku, aku yang belum mendapatkan orgasme sebenarnya kecewa namun bersyukur nia datang tepat waktu. Pak karyo berdiri dan terbirit-birit mengambil pakaiannya dan kabur entah kemana. Aku yang masih shock hanya terbaring mengangkang dengan baju kaos dan jilbab yang sudah semrawutan. “Hiks hiks hiks” aku menangis haru menerima pertolongan nia yang tiba tepat waktu. “Sssh sudah jangan nangis ika, aku disini sekarang” ucap nia menenangkanku. “Lain kali kalau bapak itu datang jangan dibuka lagi ya pintunya ka” ucap nia. Aku berharap bahwa nia tidak datang agar aku dapat menikmati gesekan demi gesekan kontol pak karyo di dalam memekku, mengingat hal yang yang barusan saja terjadi membuatku ingin bermasturbasi untuk melampiaskan orgasmeku yang tertunda.

Keesokan harinya …

Hari ini lagi-lagi aku merasa sangat malas berkuliah akibat kemarin semalaman suntuk aku bermasturbasi mengingat-ingat perilaku bejat pak karyo terhadapku. Siang ini, aku turun dari angkot yang berhenti tepat di depan gerbang komplek rumah kontrakanku, aku bergegas menuju rumah kontrakkan, karena aku merasa malu jika sekiranya aku bertemu dengan pak karyo siang ini. Setibanya di rumah, aku panik karena kunci rumah kontrakanku tidak ada di tasku, seingatku yang memegang serap kunci ini hanya aliyah dan nia, namun mereka berdua belum pulang kuliah. Sehingga aku memutuskan untuk menelepon nia, “Ukh, masih kuliah ya?” tanyaku.

“Iya nih ukh, antum kenapa?” Tanya nia. “Kunci kontrakan yang kupegang kayaknya tertinggal di dalem deh, kamu ada simpan serapnya lagi gak?” tanyaku. “Oalah ukh, ada samaku sih, tapi jauh kalau antum ke kampus lagi, coba antum cek ke pos satpam kita, kayaknya mereka ada kunci serapnya”. “baiklah ukh” jawabku singkat. Aku pun dengan berat hati melangkahkan kakiku menuju pos satpam yang dimaksud, hatiku berdebar jika sekiranya nanti yang berdinas adalah pak karyo, bagaimanakah aku harus bersikap di depannya. Setibanya di pos tersebut, “Permisi pak” sapaku di depan pos tersebut, namun tidak kulihat siapapun disana.

Aku berkeliling namun juga tidak kutemukan siapapun, aku jadi bingung, lalu kulihat terdapat sebuah gubug kecil tepat dibelakang pos satpam ini, saat aku hendak mendekati pintu gubug itu, sepasang tangan mencengkeram tubuhku, saatku menoleh ternyata pak karyo, “Kamu bermain di tempat yang salah neng” ucapnya seraya menarikku memasuki gubug tersebut dan menutup pintunya, ia dorong tubuhku agar terduduk di kasur yang ada di gubug tersebut. “Sekarang gak bakal ada lagi yang bisa mengganggu kita bercinta sayang” ucapnya sembari membuka seragam satpamnya satu persatu. “Bapak mau apain saya hah?!” tanyaku membentak. “Mau ngapain? Mau entot ukhti ika dong, hehe” ucapnya mendekatiku. Kulihat ia mulai menanggalkan satu persatu pakaiannya.

Dan lagi-lagi aku tak dapat mengalihkan pandanganku dari kontolnya pak karyo yang sudah tegak mengacung. Pak karyo menarik salah satu tanganku untuk menggenggam kontolnya, aku yang bagaikan sapi dicucuk hidungnya hanya menurut saja apa maunya, padahal aku sadar bahwa ini perbuatan yang salah. “Kocokin kontol bapak ya neng” ucapnya dengan senyum genit. “Gak mau saya pak!” tolakku seraya melepaskan tanganku dari kontolnya. Ia lalu mendorong tubuhku agar berbaring di kasur tersebut, lalu ia menaiki tubuhku yang telah terbaring, “Gak mau katamu! Bapak genjot langsung saja kalau begitu!!” ucapnya seraya berusaha membuka gamis warna krem yang kugunakan. “Pakk hentikan pak! Ika tidak mau!!” teriakku berharap ada pertolongan. “Plak” sebuah tamparan keras mendarat di pipi kiriku. “Kamu baring dan nikmatin saja apa mau saya!! Atau kamu mau kalau kamu diarak oleh warga sini atas tuduhan kamu ingin mencabuli saya?!!” ucap pak karyo mengancamku. Aku terdiam membisu berbaring di kasur itu seraya melotot menatap beliau.
Pak karyo lalu merebahkan tubuhnya mendekati pangkal pahaku lalu ia sampirkan cd hitamku, terasa lidahnya menjilat bibir memekku. “Pak hentikan, ini tidak benar pak” ucapku, aku menyadari bahwa tubuhku sangat menginginkan dipuaskan olehnya namun kesadaranku masih pulih. Aku berusaha mendorong tubuhnya untuk menjauh, namun itu sia-sia saja. Ia berusaha untuk mengecup bibirku, sementara aku berusaha untuk menghindari ciumannya dengan cara menggeleng-gelengkan kepalaku. “Ah belagak kali kau!” ucapnya seraya mengarahkan kontolnya untuk segera membelah liang kenikmatanku sekali lagi. Melihatku yang terus menerus menolak perbuatannya, ia hentakkan keras kontolnya sehingga hanya dnegan satu kali hentakkan, seluruh kontolnya dapat masuk memenuhi liang memekku. “Akhh pak!!” teriakku merasakan kontolnya membelah liang memekku. Ia diam sejenak lalu ia melanjutkan dengan sodokan pelan. “Akkhh pak…sudahi ya pak…sshhh…” ucapku berusaha menjaga harga diriku. “Ugghh neng, nikmati aja kontol bapak, kata neng nia, dirimu sudah haus akan kontol” dessahnya.

Betapa kagetnya aku ternyata keberanian pak karyo melecehkanku adalah karena nia memberitahu kebiasaanku bermasturbasi, ada perasaan jengkel di hatiku namun ada perasaan berterima kasih pada nia, sehingga kini aku bisa kembali merasakan keras dan hangatnya kontol seorang pria. Sodokan demi sodokan membuatku tidak sanggup lagi menahan orgasme pertamaku pada hari ini, “Pak cepatin pak, ikahhh udaaahhh gak tahaaaann” desahku. “Iiiihhhyyyyaahh neng, rasakan nihhhh” desah pak karyo diiringi genjotan keras kontol beliau di memekku. “Akkhh saya sampai pak” desahku disertai semburan cairan cintaku menghangatkan kontol beliau. Beliau mendiamkan kontolnya sebentar seolah beliau paham bahwa aku keletihan menerima gelombang orgasme pertamaku pada hari ini. Setelah aku selesai mengatur nafas, ia mulai kembali menggenjot memekku.

Pak karyo lalu menaikkan gamisku sehingga kini ia dapat menyaksikan toketku berayun mengikuti irama sodokan kontol beliau. Dan hal itu membuat beliau gemas, pak karyo dengan ganasnya melahap habis toketku kanan dan kiri bergantian. “Aakkh pak…sakit tau digigitin…ssshh pak” desahku menikmati serangan bertubi-tubi dari pak karyo. Pak karyo mempercepat sodokannya, dan aku merasakan bahwa kontolnya berdenyut di dalam memekku, aku menyadari bahwa ia akan segera ejakulasi, “Pak jangan di dalem pak ssshh…ika bentar lagi sampai jugaaahh” desahku mencoba menahan perbuatannya menyemburkan peju di rahimku. Ia yang paham permintaanku, semakin mempercepat genjotannya sehingga aku terangguk-angguk di kasur kecil ini, “Akkh ikaah sampai pak” desahku menerima gelombang orgasme keduaku.

Pak karyo masih saja menggenjotku dengan mencengkeram keras pinggulku agar tidak terlepas dari sodokan kontolnya, lalu dengan cepat ia keluarkan kontolnya, ia letakkan di belahan dadaku, aku yang paham maksudnya segera mengapit kontol beliau dengan kedua toketku, beliau semakin belingsatan dan akhirnya “Croott crooot crooot” terasa sekitar 4 semburan deras peju menyembur ke toketku dan leherku, dan pejunya juga membasahi gamis bagian atasku. Setelah ia puas menumpahkan semua pejunya, ia turun dari kasur dan mulai mengenakan kembali pakaiannya. Aku masih terbaring dengan dada berlumuran peju. “Neng, beres-beres dan pulang gih? Apa mau bapak entotin lagi? Haha” ucapnya seraya meremas toketku. Aku yang tersadar akibat ucapannya segera bergegas merapikan pakaianku dan berlari keluar gubug itu. Setibanya di rumah kontrakan, ternyata nia dan aliyah sudah di rumah. “Ukh, darimana?” Tanya nia.

“Eeegg dari jalan-jalan tadi, pos satpamnya sepi, jadi ana putuskan untuk berkeliling saja” ucapku terbata-bata. “ana ke kamar dulu ya ukh” ucapku seraya bergegas masuk ke kamarku. Di dalam kamar, aku merenungkan apa yang telah terjadi hari ini, aku merasa bahwa aku telah kembali masuk ke dunia syahwat yang dulu pernah kutinggalkan.[/HIDE]
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd