Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Sekuel : Skandal Sekolah Pelosok

Next Episode Mau Seperti Apa?

  • Lanjutkan Eksekusi Nia dan Ika

  • Perawanin Aliyah

  • Menguak Kembali Kisah Novi


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
[HIDE]WARNING!!!
Cerita di bawah ini hanya karya FIKSI TS belaka, jika ada kesamaan nama, tempat dan karakter itu bukanlah suatu hal yang disengaja.
***************************************************************************************************************************************
Sekuel : Skandal Sekolah Pelosok

Chapter 5 : Pecinta Adrenalin (Alur Flashback)
***************************************************************************************************************************************
Novi

Aku merasa benar-benar muak dengan diriku sendiri, kenapa aku terlalu terjerumus dalam 'permainan syahwat' ini dengan lelaki yang kusayangi, "Aku percaya bahwa dia akan bertanggungjawab, tapi apa mesti gituin aku? Jujur aku tidak yakin dia akan mau memenuhi hasrat 'aneh' ku yang lain" ucapan itu yang terus menerus muncul di dalam benakku. Dua hari ini aku memutuskan untuk tidak berhubungan dengan dia dulu, dan aku pulang sekolah naik bus. Kebetulan ada beberapa sahabat karibku yang kemarin juga ikut bersama naik bus, hari ini aku menunggu di halte sekolah, menunggu bus yang memiliki rute menuju pangkalan dekat rumahku.

Hingga bus tersebut tiba di halte, aku tak dapat menemukan satupun sahabat karibku, akhirnya aku memutuskan untuk pulang sendirian saja. Aku masuk ke dalam bus yang penuh sesak ini melalui pintu depan, senyum ramah kuterima dari mas supir bus yang kuketahui namanya mas riki, "tujuan biasa ya dek?" Tanyanya. "Iya mas" jawabku yang celingukan mencari kursi kosong, namun memang sangat beruntung bagiku, aku bisa dapat kursi yang tepat berada dibelakang kursi supir, sehingga memudahkanku untuk turun dari bus ini. Satu dua halte terlewati, aku merasa sangat mengantuk, sekitar 10 menit aku tertidur, aku merasa seperti ada yang mengelus-elus pahaku yang tertutup rok abu-abu panjangku ini, aku membuka mataku dan lekas menangkap tangan yang asik mengelus pahaku itu, aku terkejut ternyata ada seorang bapak yang tersenyum genit, "appp..." saat aku mau bertanya, ia membekap mulutku, lalu ia sedikit meremas-remas pahaku, "diam kamu!" Bisiknya di telingaku yang tertutup jilbab putihku ini.


Aku yang ketakutan hanya melotot kearahnya, merasakan tanganku mulai melemas, ia mulai menggerakkan tangannya menuju 'daerah terlarang'ku, aku rapatkan pahaku, ia kembali mengelus lembut dan mencoba untuk membuka pahaku, tangannya mendarat langsung di vaginaku yang masih tertutup cd dan rok abu-abu ini, "uh" desahku singkat. Ia mulai seperti 'mengorek-ngorek' bagian itu, yang membuatku merasa kegelian, aku dorong tangannya untuk menjauh dengan kedua tanganku, menolak perbuatannya demi menjaga harga diri, ia malah semakin mempercepat gerakan tangannya itu, sehingga desahan kecilpun tak dapat kutahan "uhh...ssh", "nafsu juga kan? Berapa tarifnya dek?" Tanyanya yang membuatku marah namun cukup untuk merangsang birahiku.

Kupalingkan wajahku ke kaca jendela bus, dan kupejamkan mataku, aku merasakan gejolak birahi yang amat sangat, pentil toketku sudah mengeras, aku tak tahan lagi menerima serangan tangan nakalnya, dan akhirnya aku orgasme hanya dengan permainan tangan seperti itu, "uhhh..." desah panjangku yang kutahan dengan tanganku. "Ah uh ah uh" kumulai mengatur nafas, tetap kupejamkan mataku karena aku tidak ingin melihat senyum genit pria tua itu. Bus berhenti pada sebuah halte, dan aku merasakan bahwa bapak itu telah turun dari bus. Akupun tidak ragu lagi untuk memeriksa rok yang kukenakan, terlihat ada sedikit bercak cairan cintaku.

Keesokan harinya...

Aku sedikit penasaran siapa pria tua yang berani mencabuli aku di tengah keramaian kemarin itu, perbuatannya yang sungguh nekat benar-benar menaikkan libidoku setiap aku mengingat momen itu, sehingga hari ini aku memutuskan pulang sekolah tanpa mengenakan cd pink ku, kuletakkan cdku di dalam tas sekolahku. Kutunggu bus tersebut tiba di halte sekolah seperti biasanya, ada perasaan risih bercampur birahi saat tidak mengenakan cd di tempat umum seperti ini. Akhirnya bus yang kutunggu tiba, namun hari ini jauh lebih ramai dan padat, aku naik melalui pintu depan, kulihat kursi yang kududuki kemarin telah diduduki oleh dua wanita kantoran, sehingga mau tidak mau aku harus berdiri menghadap depan bus dan berpegang pada tiang bus.

Aku tidak memperhatikan sekelilingku, saat bus mulai melaju, otomatis tubuhku terdorong kebelakang, terasa ada tangan yang berada di salah satu bongkahan pantatku, ia meraba dan sedikit meremas, "kak, gak pakai cd yah?" Bisiknya, ternyata ada seorang pengamen cilik. Tangannya yang satu sibuk meremasi pantatku, sementara tangannya yang satu lagi masih memegangi ukulele miliknya. Kutepis tangannya untuk tidak melanjutkan aktifitasnya, karena yang ingin kugoda bukan dia, melainkan bapak yang kemarin itu.

Saat bus berhenti di salah satu halte, ada sekitar 4 sampai 5 orang yang naik ke bus, sehingga suasananya semakin sesak, dan pengamen cilik ini merapatkan tubuhnya ke belakang tubuhku, terasa sebuah benda yang tegang menempel di belahan pantatku. "Hehe maaf yah kak, ngaceng aku kena pantat montok kakak" bisiknya yang membuatku panas namun tak bisa berbuat apa-apa karena takut diteriaki tidak mengenakan cd sama pengamen ini.

Terasa tangannya meraba pinggangku, dan ia mulai 'menggaruk' bibir vaginaku yang langsung dapat ia gapai dari balik rok abu-abuku, "udah becek yah kak?" Bisiknya namun lagi-lagi tak kuhiraukan, kutepis tangannya itu, ia memindahkan tangannya ke belakang, dan lagi-lagi meremasi pantatku, "aku gak minat perawanin memek kakak, aku cuman mau perawanin bool kakak aja" bisiknya ditelingaku, kumerasakan ia mulai menaikkan rok abu-abuku, kutahan tangannya, namun ia bersikeras untuk melanjutkan perbuatannya, sehingga sekarang jika penumpang lain jeli, maka terlihat seorang siswi SMA berjilbab berdiri di dalam bus dengan rok abu-abu yang bagian belakangnya terangkat hingga ke pinggul.

Pengamen cilik ini seperti sibuk di belakang, kurasa ia sedang berusaha mengeluarkan penisnya, dan benar saja terasa benda hangat dan tegang menggesek-gesek belahan pantatku, ia mulai menyodok-nyodokkan penisnya ke belahan pantatku mencari lubang anusku, saat ia sudah menemukan lubang yang ia maksud, ia mulai sodok perlahan penisnya yang kecil dan pendek itu, "uhh udah jebol yah kak..ssh" bisiknya.

Kupejamkan mataku menikmati setiap sodokannya di anusku, biasanya aku sangat membenci anusku 'diperkosa' seperti ini, dan kini aku seakan tak peduli karena hal ini membuat libidoku naik, terasa cairan vaginaku mengalir ke pahaku, seolah bus yang penuh sesak ini kujadikan sebagai tempat pemuas syahwat terpendamku. Pengamen cilik ini mulai mempercepat gerakan penisnya didalam anusku, dan ia tekan penisnya sedalam yang ia bisa, ia tahan tubuhku agar tidak kemana-mana, "croot...croot" terasa beberapa semburan sperma hangat dari pengamen cilik ini memenuhi liang anusku. "Uhh uhh...makasih yah kakak untuk boolnya" bisiknya sembari meremas dadaku.

Terasa sperma hangat itu mengalir ke belahan pantatku dan pahaku. Perjalananku masih sekitar 30 menit lagi, namun aku belum mendapatkan orgasmeku. Tak berapa lama setelah pengamen cilik itu menjauhiku, kumerasakan ada tangan kasar yang meremas kedua bongkahan pantatku, "hmm mulai berani ya sekarang dek, berapa sih sebenarnya tarifmu, sini bapak bayar" terdengar bisikkan berat di belakangku, saatku menoleh ternyata bapak yang mencabuli aku kemarin, "hai.." bisiknya sembari tersenyum genit.

Kupalingkan wajahku dan kembali menatap ke depan bus, kubiarkan remasan yang ia lakukan, "wah apa ini basah-basah" bisiknya seraya menarik rok abu-abu bagian belakangku ke pinggul, "wah peju nih, gratisan kamu ya rupanya hehe" bisiknya terkekeh-kekeh di telingaku, dengan rok yang masih terangkat, ia masukkan tiga jarinya ke belahan pantatku, "wah...basah banget, baru disodok ya dek?" Bisiknya lagi, ketiga jarinya semakin aktif keluar masuk di belahan pantatku, kukangkangkan sedikit pahaku, "kemarin nolak sekarang minta" bisiknya mengetahui aku melebarkan pahaku. Gesekan tangannya yang kasar memberikan sensasi nikmat yang luar biasa bagiku, “Uhh” desahku sambil tetap menggigit bibirku.

Salah satu jarinya menyentuh bibir vaginaku, tangan yang satunya sibuk merayap ke tubuh bagian atasku, ia mulai meremas lembut toketku dari luar baju osisku. “Toketnya kenyel juga dek, bapak doyan hehe” bisiknya. Rangsangan demi rangsangan ia berikan pada tubuhku ini, hingga akhirnya aku mendapatkan orgasmeku yang pertama, “Sshhh” “Creett..creeett” bunyi semburan cairan vaginaku yang membasahi tangan bapak itu. “Hehe nikmat ya? Sekarang giliran bapak” bisiknya. Ia hentikan semua rangsangannya, saat aku melirik ke belakang, ia sedang sibuk membuka resleting celananya, seketika terlihat penis panjang mengacung dari dalam celananya kutaksir ukurannya sama dengan punya boby yaitu 18 cm, namun ini memiliki kepala yang kecil dan batang yang gemuk berurat, aku terperangah melihat kegagahan penis bapak ini.

“Gimana dek? Gede kan?Hehe” bisiknya bangga sembari ia memutarbalikkan tubuhku kembali agar tetap membelakanginya. Terasa kehangatan penisnya mulai membelah belahan pantatku, saat kepala penisnya mengenai bibir vaginaku “Uhh..ssh” desahku tertahan. “Saya ndak buru-buru, rapatkan pahamu, saya mau coba main-main di paha mulusmu ini dulu” bisiknya. Akupun merapatkan pahaku, ia pun mulai memaju mundurkan penisnya di sela-sela pahaku. Gesekan batang penisnya pada bibir vaginaku lagi-lagi menaikkan libido, aku tak peduli lagi dengan lingkungan sekitar, yang aku mau sekarang hanya ‘Ngentot’. Kedua tangannya mulai aktif meremasi kedua toketku, hembusan nafasnya disekitar leher belakangku menciptakan rasa geli yang nikmat. Tak berselang berapa lama, “Bapak dah panas ni dek, kita lanjut disini atau dimana?” bisiknya. “jangan disini” bisikku pelan. “Okeh di toilet pangkalan ya” bisiknya sembari menghentikan semua aktifitasnya dan memasukkan kembali penisnya ke dalam celana begitu juga aku yang mulai membereskan pakaianku.

Setibanya di pangkalan …

Bapak ini mengajakku menuju toilet pria, setibanya di dalam toilet, aku yang masih malu-malu berdiri menghadapnya, “Panggil saja saya pak trisno” ucapnya sambil mendekatiku yang masih diam malu-malu. Ia tarik tanganku untuk bersender di tembok toilet, ia buka 4 kancing teratas baju osisku, dan melepaskan braku dengan ganas, pentil toketku yang sudah tegak mengacung ia lahap dengan buas, “Ahh pak…” desahku yang tidak lagi malu-malu. Tangan kanannya asik meremasi kedua toketku bergantian dan tangan kirinya mulai menyibakkan rokku ke pinggang, ia colok-colokkan jarinya ke dalam liang vaginaku, “Ahh sshh” desahku. Setelah ia memastikan bahwa libidoku sudah naik kembali, ia mulai melepaskan celana panjang dan cd yang ia kenakan, ia lebarkan pahaku, dan mulai memasukkan kepala penisnya ke dalam bibir vaginaku, aku merangkul lehernya, ia pegang kedua pahaku, dan dalam satu kali hentakkan penisnya masuk semua ke dalam vaginaku.

“Akkhh pakhh..” desahku menerima hentakkan penisnya. “Ahh rapat banget memeknya dek..sshh” desahnya menikmati pijatan vaginaku pada penisnya. Aku hanya tersenyum genit padanya.

Ia mulai memaju mundurkan penisnya pada vaginaku, kini aku tak malu lagi untuk mendesah di depannya “Ahh…sodok pak sodok..sshh” desahku, “Iyaaah dek..” desahnya. Kami tidak menyadari bahwa ada orang lain yang mengetahui perbuatan kami. Posisiku saat ini adalah berdiri bersender di tembok toilet dengan kaki mengangkang, rok abu-abu yang terangkat dan baju osis yang kancingnya terbuka, pak trisno dengan semangat menggenjot vaginaku seakan ia ingin memasukkan semua penisnya ke dalam tubuhku. “Ukkhhh..aakkhh” hanya desahan seperti itu yang keluar dari mulutku. Tak berselang berapa lama, “Akhh saya sampai pak” desahku menerima orgasme keduaku, cairan vaginaku dengan cepat menghangatkan penis pak trisno yang masih asik menggenjot vaginaku.

“Dek ganti posisi yuk, kamu duduk diatas wastafel itu” ucapnya. Saat kami ingin berpindah posisi, “Brak!” terdengar suara pintu toilet yang didobrak oleh seseorang, aku dan pak trisno panik, lalu masuk lah seorang pria ternyata dia adalah mas riki. “Wah pak trisno main sama dedek-dedek gemes ya” ucapnya. Pak trisno yang tadi kaget, sekarang terlihat lebih tenang. “Iya ni mas, ngantri yah” ucapnya. “Sudah tenang dek, mas riki cuman minta jatah kok” ucap pak trisno santai. “Gak mau! Emang saya perempuan apaan!” bentakku. Mas riki yang sudah sedari tadi mendekatiku, menampar pipiku, “Gak usah sok jual mahal ko lonte” ucapnya. “Tenang mas tenang” lerai pak trisno. “Dek jangan ngomong gitu, saya tau kamu doyan kontol, jadi lebih baik kamu puasin kami saja atau kami sebarkan skandal ini ke sekolahmu” ucap pak trisno mengancam. “Cekrek..cekrek” terdengar suara kamera, ternyata mas riki mengambil foto aku sedang terduduk di lantai toilet dengan kaki mengangkang yang menampakkan vagina lembabku, aku mengelus pipi bekas tamparan dan bangkit kembali hendak merampas hp mas riki, namun tubuhku ditahan oleh pak trisno.

Pak trisno memeluk erat tubuhku dari belakang dan mengangkat tubuhku supaya duduk mengangkang diatas wastafel, namun aku meronta agar ia lepaskan, namun hal itu sia-sia saja, aku menendang-nendang kakiku supaya pak trisno menjauh, namun ia semakin beringas, ia kangkangkan pahaku dan ia masukkan kembali penisnya ke dalam vaginaku dan ia genjot kasar vaginaku, “Akkhhh hentikan pakkhhh” ucapku seraya menampar-nampar wajah pak trisno, namun ia tak memperdulikanku, kulihat mas riki asik merekam adegan pemaksaan ini. Kuludah-ludahi mas riki, walaupun aku tahu itu sia-sia saja. Kulihat mereka berdua terkekeh-kekeh melihat penolakanku. “Akhhh…ssshhh…oohh” penolakanku perlahan berubah menjadi desahan. Kurangkul erat leher pak trisno, “Halah! Sok nolak, sekarang kau rangkul juga bapak tua itu” ucap mas riki yang mulai membuka celananya, terlihat ia sedang mengocok penisnya yang tidak sebesar milik pak trisno.

“Ahh dek…bapak tidak tahan..nih” ucap pak trisno yang mempercepat genjotan penisnya, aku tersadar bahwa pak trisno akan menumpahkan spermanya di dalam vaginaku, akupun sekuat tenaga mendorong tubuh pak trisno untuk menjauh, namun gagal, ia hentakkan dengan keras “Aaaaaaaakkkkkkhhh” desah panjangnya memenuhi ruangan toilet “Crooott…crottt…croott” ada sekitar 5 semburan sperma hangat yang memenuhi liang vaginaku. “Ahh tidak pak..” desahku menerima semburan spermanya. Kurasakan spermanya meleleh dari sela-sela vaginaku yang masih tersumbat oleh penis besar beliau, ia tarik keluar penisnya, terasa cairan spermanya langsung meluber keluar, membasahi pahaku dan rok abu-abu ku. “hikss hikss..kok bapak tega buang di dalam” ucapku seraya menangis.

“Maafin bapak ya, nanti jadi istri ketiga bapak aja kalau memang hamil, bapak gak tahan sama memek rapetmu” ucapnya seraya memberikan beberapa lembar uang 50 ribuan ke kocek baju osisku. Kulihat mas riki mulai memposisikan penisnya untuk masuk ke vaginaku yang masih dipenuhi sperma pak trisno, “Hikksss mas jangan…” ucapku. Namun mas riki tak mempedulikan ucapanku. Ia masukkan perlahan penisnya, dan ia mulai menggenjot pelan penisnya di dalam vaginaku, “Uhh..sshh mas” desahku. “Ah longgar nih gara-gara kontol bapak” ucapnya ke pak trisno. “Hehe sorry sorry mas” ucap pak trisno yang mulai mengenakan celananya dan membakar rokok. Sodokan demi sodokan merangsang diriku untuk meraih orgasme ketigaku hari ini, “Ahhh mas saya sampai…” desahku disertai semburan hangat cairan vaginaku.

“Ebuset tadi gak puas sama pak trisno ya? Sini mas puasin deh” ucapnya melihatku yang sangat menikmati orgasmeku. Ia percepat genjotan penisnya di dalam vaginaku. Tangannya mulai meremasi kedua toketku, “Kecil tapi montok ya toketmu, sering diremes sendiri ya” racau mas riki yang sedang asik menyetubuhiku. “Ahh walaupun tadi agak longgar tapi nikmat juga nih memek” ucapnya lagi. “Gak tahan saya dek…mas keluar yaaahh!” ucapnya seraya mempercepat sodokan penisnya di dalam vaginaku.

“Masss jangan di dalem…aahhh uhhh” desahku menolak mas riki menyemburkan spermanya di dalam vaginaku seperti yang telah pak trisno lakukan tadi. Mas riki menarik keluar penisnya, ia tarik tubuhku agar berjongkok di depan penisnya, aku yang paham maksudnya, langsung bantu mengocok penisnya, “Wah telaten juga kamu dek, pasti ada tarifnya deh ini, tapi kalau sama kami gratis aja deh ya..hehe” ucap pak trisno yang kagum dengan inisiatifku mengocok penis mas riki. “Akhh nih terima pejuku!” teriak mas riki yang disertai 4 semprotan spermanya yang membasahi wajah dan jilbab putih yang aku kenakan saat ini.


Setelah kedua pria itu merasa puas telah mengerjai aku, mas riki mulai berkemas sementara pak trisno mengambil braku yang tergeletak di lantai toilet, “Saya minta ini ya dek” ucapnya seraya meremas kedua toketku bergantian. Pak trisno meninggalkan ruang toilet ini diikuti dengan mas riki. Aku mulai memasang kembali kancing bajuku, membersihkan vaginaku yang berlumuran sperma dengan air, dan merapikan jilbabku. “Maaf boby sayang…maafin novi yang lebih doyan penis laki-laki lain” aku membatin seraya meninggalkan ruangan yang menjadi awal cerita baru dalam kehidupan syahwatku.[/HIDE]
 
Terakhir diubah:
Ouw begitu to ceritanya knp novi mau di GB.
Mantap om update nya
 
Novi mangstaff...bikin lebih binal lagi
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd