Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Sekuel : Skandal Sekolah Pelosok

Next Episode Mau Seperti Apa?

  • Lanjutkan Eksekusi Nia dan Ika

  • Perawanin Aliyah

  • Menguak Kembali Kisah Novi


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
gws suhu...
ga krn abis nabrak tiang listrik kn hu?
 
[HIDE]WARNING!!!
Cerita di bawah ini hanya karya FIKSI TS belaka, jika ada kesamaan nama, tempat dan karakter itu bukanlah suatu hal yang disengaja.
***************************************************************************************************************************************
Sekuel : Skandal Sekolah Pelosok

Chapter 18 : Ia yang Telah Binal
***************************************************************************************************************************************
Boby

Setelah 3 hari lalu aku bisa melampiaskan nafsuku pada sahabat terdekatku, ya wiwi. Hari ini aku kuliah seperti biasa, selesai perkuliahan aku tak dapat menemukan wiwi, apakah ia marah karena beberapa hari yang lalu itu aku tidak berusaha melindunginya dari perbuatan cabul mas ari, dan hanya duduk bersimpuh di lantai setelah menggapai kenikmatan? Pikiran it uterus menerus berputar di kepalaku sampai aku akhirnya dikejutkan dengan sapaan bu rida “Boby, kok melamun?”, “Eh gak kenapa-kenapa kok bu” jawabku singkat yang sedikit salting berada di dekatnya, aku salting karena teringat desahan manja yang ia keluarkan saat dientot oleh mas ari beberapa hari lalu.

“Masih ada kuliah?” Tanya bu rida, “Udah gak ada bu, ini mau pulang” ucapku seraya meninggalkan beliau, “Hati-hati nak..” ucapnya singkat, “Oke bu..” jawabku. Di dalam perjalanan menuju kos-kosan aku tak henti-hentinya memikirkan nasib wiwi, yang bisa saja ia akan kembali menjadi ‘budak lelaki’. Setibanya aku di kosan, mas ari menyapaku “Eh bob, baru pulang?” tanyanya, “Iya mas” jawabku singkat, “Yaelah sewot amat” ucapnya seraya mengikuti masuk ke ruang kos ku, “Jangan tersinggung gitu lah” ucapnya, “tersinggung apa lagi nih?” tanyaku singkat masih membelakanginya, “Kamu tersinggung yang kemarin kan? Ntar mas hapus deh foto-fotonya, tapi…” tanyanya. “tapi apa mas?” tanyaku curiga, “Tapi kamu harus relakan teman atau cewekmu itu mas pakai sepuas mas” ucapnya, aku yang sudah paham maksudnya hanya melihat sinis padanya, “Jangan begitu mukamu, mas ngerti juga kemauanmu, jadi disini kita akan barter, mas pakai temen cewekmu itu, dan kamu bisa pakai bu rida sepuasmu” mas ari memberi tawaran yang membuat tatapan sinisku berubah menjadi segar. Aku langsung menjabat tangannya “Oke deal”.

Saat panas matahari menyorot lurus ke kamarku, aku terbangun dari tidur singkatku, karena mendengar hp ku berdering, saat hendak kuangkat aku tak dapat mengenali nomor siapa itu, namun aku beranikan diri mengangkat panggilan tersebut,

“Halo..” ucapku.

“Halo, apa kabar?” ucap suara disana, yang kutebak adalah suara seorang wanita.

“Iya, kabar baik, maaf ini siapa ya?” tanyaku bingung.

“Masa’ kamu ndak ingat suara saya?” tanyanya yang semakin membuatku penasaran.

“Maaf saya tidak mengenali suara anda” ucapku.

“Waduh kamu ini, saya bu ecy” ucapnya singkat.

“Ooo bu ecy toh, suara ibu kok beda sekarang?” tanyaku yang ternyata bu ecy.

“Beda gimana nih? Makin lembut atau makin seksi?” tanyanya dengan nada sedikit menggoda.

“Eenng…makin lembut bu” ucapku yang menjadi canggung mendengar pertanyaanya.

“Hahaha pemalu kamu sekarang yaa..” tawanya.

“Kamu sekarang di mana bob? Kuliah ya?” tanyanya.

“Iya bu kuliah di univ ****” jelasku.

“Oo disitu, dekat dengan rumah ibu dong berarti” ucapnya.

“Oh ibu sekarang tinggal di kota ini juga ya?” tanyaku.

“Iya nak, kapan-kapan main ke rumah ibu lah” ucapnya.

“Oh boleh bu, besok ibu sibuk?” tanyaku.

“Gak sibuk kok, nanti ibu sms alamat lengkapnya ya, sampai jumpa besok” ucapnya yang diikuti selesainya panggilan ini.

Keesokan harinya…

Setelah aku menyelesaikan perkuliahanku pada pagi ini, aku lekas memacu sepeda motorku ke alamat yang bu ecy berikan padaku melalui sms kemarin. Setibanya pada alamat yang dimaksud, aku melihat sebuah rumah dengan halaman yang cukup luas, lalu aku menekan tombol bel berkali-kali, tak berapa lama keluar seorang wanita muda dengan pakaian sedikit lusuh, kuduga dia adalah PRT di rumah ini, “Cari siapa mas?” tanyanya, “Cari bu ecy” ucapku yang melihat dari atas sampai bawah tubuh mbak ini, yang kuanggap tubuhnya sangat proporsional, “Oh bu ecy nya ada di dalam, sila masuk mas” ucap mbak tersebut. Aku lekas memarkirkan sepeda motorku di halaman rumah bu ecy. “Assalamualaikum..” aku memberi salam.
“Wa’alaikumsalam, mari masuk boby, jangan sungkan” ucap bu ecy yang hanya mengenakan kaos lengan panjang, rok biru muda dan jilbab panjang berwarna ungu yang ia sampirkan ke bahunya, aku masuk dan duduk dengan tak henti-hentinya memperhatikan tubuhnya yang tidak banyak perubahan dibandingkan semasa aku SMA dulu, “Ngeliat apa toh bob?” tanyanya yang mengagetkanku, “Gak banyak perubahan ya tubuh ibu?” tanyaku, “Ah masa’ iya?” ucapnya seraya berkacak pinggang saat sedang duduk, terlihat samar-samar pentil toketknya muncul dari balik baju kaos yang ia kenakan, “Eh iya deh ada yang berubah bu” ucapku salting karena menyadari ukuran toket bu ecy yang sedikit membesar jika dibandingkan dulu saat aku masih sering ‘mengerjai’ nya. “kan ada yang beda gitu kok kamu bilang gak ada yang beda” ucapnya.
“Hehe iya bu, makin besar dada ibu” ucapku malu-malu. “Wah sopan bahasamu sekarang ya, ngomong-ngomong dari SMA dulu siapa aja yang sama-sama kuliah di univ itu?” tanyanya mengalihkan pembahasan. “Ada nia, ika, dan wiwi bu” ucapku. “Wah satu geng ya kalian..” ucapnya yang terputus karena PRT nya membawakan dua cangkir teh hangat, saat mbak itu menunduk menyusun cangkir di meja aku dapat melihat belahan toket yang tidak terlalu besar, sehingga membuat aku sedikit salting saat ia tersenyum padaku. “Riani, mas ini sekampus denganmu loh” ucap bu ecy, yang ternyata ia bernama riani. “Oh salam kenal ya mas, saya riani dari kelas A5 jurusan ***” sapanya seraya menjabat tanganku, “Saya boby, oo sejurusan kita tapi saya kelas A1” ucapku, “Oo sekelas dengan mbak wiwi dong” ucapnya, “Iya sekelas” jawabku seraya tersenyum.

Sesaat ia telah meninggalkan kami, “Heh bob, liatnya santai dong” ucap bu ecy menyadarkanku. “Eh iya bu, maaf, ngomong-ngomong suami ibu dimana ya?” tanyaku mengalihkan pembicaraan. Bu ecy diam, “Atau anak ibu mana?” tanyaku lagi. “Saya sudah cerai nak, dan anak saya dibawa sama mantan suami saya untuk tinggal bersamanya” ucap bu ecy yang mengagetkanku. “Kok bisa cerai bu?” tanyaku prihatin. “Ceritanya panjang nak, intinya setelah dirimu eksekusi ibu dulu, ibu terpaksa memuaskan birahi pak kepsek, karena ia menjamin kesejahteraan anak ibu yang saat itu akan lahir, namun permainan beliau yang berbeda dengan suami ibu, membuat ibu terlena dan lebih sering bermain dengan beliau, hingga akhirnya suami ibu tidak dapat jatah, akhirnya suami ibu murka dan tepat setelah anak ibu lahir, suami menggugat cerai dengan tuntutan menginginkan anak yang baru saja ibu lahirkan itu dipindah hak asuh kepadanya, karena ibu sadar bahwa ibu salah, akhirnya ibu mengikhlaskan hal itu terjadi, dan setelah itu, ibu yang masih terbuai dengan permainan terlarang dengan pak kepsek, meminta hak khusus pada beliau, dan beliau hanya bisa menikahi siri ibu, dan menjadikan ibu sebagai wanita simpanannya, sehingga semua kebutuhan ibu termasuk rumah ini adalah uang yang diberikan oleh pak kepsek” jelas bu ecy panjang lebar yang membuatku hanya manggut-manggut.

“Maafin saya ya bu” ucapku singkat. “Sudah sudah bob, jangan disesali, toh sekarang ibu bisa punya rumah sebesar ini sekarang, dibalik kepedihan terpancar kenikmatan” ucapnya menenangkanku, “Ah bahasa ibu bisa aja, hehe” ucapku yang sedikit geli mendengar pribahasa asal yang beliau ungkapkan. Aku pun tak sungkan lagi menggeser posisi dudukku, sedikit mendekat dengan beliau. “Jadi sekarang sering main dengan pak kepsek aja lah ya bu?” tanyaku. “Sudah jarang, karena bapak kan masih menjabat di desa, sementara ibu disini, ya jadi kesepian lah” ucapnya. “Maka dari itu ibu manggil saya ya?” ucapku seraya usil mengelus pahanya. “Huu GR kamu” ucapnya seraya mencubit tanganku. Aku semakin berani mengelus pahanya, “Saya rindu ibu sebenarnya..” ucapku seraya mendekatkan bibirku ke telinganya yang masih tertutup jilbab. “Ah kamu gombal..ssh” ucapnya. Tanganku berusahan menaikkan rok yang beliau kenakan namun lekas ia tepis tanganku. “Jangan disini nak, nanti riani liat” ucapnya seraya menuntunku menuju kamarnya. Setiba di kamarnya, aku lekas melepaskan seluruh pakaianku, “Gak sabar banget ya kamu nak” ucapnya yang mulai menurunkan roknya dan hendak membuka jilbabnya namun kutahan.

“Jangan buka jilbab dan bajunya bu” ucapku.

“Mulai doyan akhwat ya kamu? Dasar gigolo syar’i” goda bu ecy yang mulai membaringkan tubuhnya di ranjang dengan masih mengenakan baju kaos lengan panjang dipadukan jilbab panjangnya namun sudah tanpa bawahan. Aku yang sudah bugil, mendekati ranjang seraya mengocok kontol 17 cm ku, Aku lekas menimpa tubuh beliau, tanganku sibuk masuk ke balik baju kaos beliau mencari gunung kembar indah yang sudah sangat kurindukan, kuberikan pijatan lembut pada gunung kembar tersebut, “Ahh…bob…” desahnya menerima serangan pertamaku pada toketnya.

“Makin besar bu..” komen ku. Aku menciumi bibirnya dan sesekali mencupang pipinya, “Sshh nak…kontolmu makin panjang yaahh” ucapnya yang asik mengocok kontolku. Saat kupastikan bahwa ia benar-benar telah horny, aku lekas memposisikan palkonku untuk segera membelah memek bu ecy yang ditumbuhi bulu-bulu halus ini. Perlahan kumasukkan kontolku ke memeknya, terasa pijatan hangat namun ada satu hal yang membingungkanku sehingga aku menghentikan sejenak kontolku, “Kok stop sihhh” Tanya bu ecy. “Memek ibu rasanya seperti perawan..” ucapku teringat jepitan memek aliyah. “Ahh iyaahh dong, ibu selalu rawat biar kontol yang masuk jadi nikmat, cepetan genjot aahh” godanya diikuti goyang pinggul beliau meminta untuk segera kusodok. Melihat beliau yang tersiksa birahi, akupun lekas menghentakkan kontolku sekeras mungkin sehingga seperti mengetuk pintu rahimnya, “Akhh bob…” desahnya.

Aku lekas menggenjot memeknya, tanganku tak tinggal diam, kuremas kanan dan kiri toketnya. “Akkhh nikmat kontolmu bob sshh” desahnya menerima tumbukan demi tumbukan kontolku dalam memeknya. Tak butuh waktu lama, “Akkh cepetan bob, genjot memek ibu, ibu sampai akkhh” desahnya diiringi semburan hangat cairan cinta beliau menghangatkan palkonku yang masih asik menggenjot memek beliau, aku abaikan ia yang sedang menikmati orgasme pertamanya, tubuh lemasnya kuposisikan menungging, aku rindu posisi ini, dengan toketnya yang menggantung indah, terus menerus kuremas, kuberikan beberapa cupangan di lehernya yang sedikit terbuka karena jilbab panjangnya menjuntai kebawah pada posisi menungging ini. “Akkh gila kamu bob sshh…ibu keluar lagi..sshh” desahnya diikuti semburan kedua cairan cintanya.

Menyadari aku telah dua kali mengalahkan pertahanan beliau, aku semakin kasar saja menggenjot memek beliau yang sangat rapat dan legit ini, ada sekitar 5 menitan aku terus menggenjot memek beliau sehingga aku benar-benar tidak tahan lagi untuk menahan peju yang sudah tersimpan dalam 3 hari ini, “Sshh saya sampai dikit lagi buu” ucapku. “Tahan nak, ibu juga hampir sampai lagiiihh ssshh cepetan..” desahnya.

Benar saja, tak berapa lama kurasakan memeknya berkedut beberapa kali sehingga membuatku tak mampu lagi menahan luapan peju yang sudah terkumpul di palkonku. “Akkhh saya sampai” ucap kami hampir berbarengan. “Croott…croott.crroooott” ada sekitar 5 semburan peju hangatku keluar di dalam memek bu ecy, diikuti semburan hangat cairan cinta bu ecy yang ketiga kalinya. Setelah semburan terakhir selesai kami lekas merubuhkan tubuh kami ke ranjang beliau, dimana kontolku masih tertancap, kini bu ecy membelakangiku, “Huuhh sshh sshh ibu puasss” ucapnya seraya mengatur nafas.

Saat kontolku mulai melemas, aku keluarkan dari memek beliau, terasa cairan cinta beliau yang telah bercampur dengan pejuku ikut mengalir keluar dan membasahi sprei ranjang beliau. Beliau lalu memutar tubuhnya berbaring menyamping sama sepertiku, sehingga kini kami berhadapan. “Makasih ya boby sayang, ibu udah lama banget gak orgasme tiga kali, karena ibu rasa kini pak kepsek sudah mulai edi tansil” ucapnya. “Jangan berprasangka buruk bu, bisa aja ia gak tahan dengan memek ibu yang rapet itu” ucapku menyemangatinya. “Oiya yaa..makasih ya sayang” ucapnya seraya mencumbuku dan meremas kontolku yang masih lembab karena cairan cintanya dan pejuku.

“Ya sama-sama bu, itu tadi saya crot dalam apa ibu ndak bakal hamil?” tanyaku. “Ndak kok, ibu udah steril nak” jelasnya. “Oo syukur deh” ucapku. “Jangan syukur-syukur aja, kalau saya horny kamu harus puasin saya kayak tadi ya” ucapnya seraya mencubit dada bidangku. “Iya sayang iyaaa” ucapnya seraya meremas salah satu toketknya. “Huu nakal ya remas-remas, dah mandi dulu deh kamu terus pulang, nanti keburu si riani sadar lagi kamu kelamaan disini” jelas bu ecy. “Oke bu..” ucapku yang segera beranjak dari ranjang cinta beliau dan berberes.[/HIDE]
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd