"Kamu masih gak ngerti juga kalo kita itu udah putus!" Nada suara Gaby meninggi kepadaku, untung saja kami berdua saat ini berada di dekat Tarti*e yang sepi dan gelap sehingga tidak membuat orang curiga.
"Aku salah apa? Aku cuma nonton theater." Balasku bingung, namun rasa kesal mulai muncul di hatiku.
"KAMU MUNCUL LAGI DI HADAPANKU ITU SEBUAH KESALAHAN, KAMU BISA GAK SIH NGERTIIN AKU?!" Gaby membentakku, namun tangisan di matanya tak terbendung dan ia menangis di dekapanku.
Aku mengusap kepalanya itu lembut, menenangkan mantan kekasihku itu.
"Kamu memendam semuanya sendiri, bahkan menutup semuanya dari aku. Gimana aku mau ngertiin kamu kalau kamu gak cerita apa-apa?" Kataku tanpa melepaskan dekapanku.
"Yusa... Hiks... Hiks..." Gaby masih menangis di dalam dekapanku, air matanya membasahi baju di bagian dadaku.
BEEP!
"Ayo By kita pulang." Sebuah mobil mewah Bertipe S berhenti di samping kami berdua tanpa membuka kaca gelapnya.