Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sekarang Sedang Jatuh Cinta (Side story 10)

Part 7: Tapi cintaku tak bisa padam.

*Flashback*

"Maaf, tapi lu udah gak boleh kesini." Kata seorang staff di rumah latihan yang sangat ku kenal ini.
"Yaelah Son kyak gak kenal gw aja." Balasku meyakinkannya.
"Gaby bilang udah putus Sa, jadi lu udah gak ada bedanya sama fans yg lain. Tandanya lu udah gak bisa kesini…" balasnya lagi dengan wajah tidak enak padaku.

Aku melepaskan genggamanku pada pintu pagar berwarna putih ini. Setelah melambaikan tangan pada Sony, aku menuju ke kumpulan pedagang kecil yang selalu mangkal tak jauh dari rumah latihan ini. Aku memutuskan untuk membeli minuman dan memesan sepiring siomay. Siomay yang cukup enak untuk ukuran pedagang kecil. Aku melahap siomay itu untuk mengurangi rasa laparku karena aku sudah berdiri di depan pagar rumah latihan lebih dari 4 jam setelah Feni meninggalkanku untuk melakukan kegiatannya, aku langsung menuju rumah latihan karena tak tau harus melakukan apa dan berharap bertemu dengan Gaby disini.

"Jam 5 ya, harusnya break latihan sampai jam 7 baru nanti lanjut lagi." Pikirku saat melihat ke jam di handphoneku.

Memikirkan bahwa sebentar lagi member-member Team J akan keluar dari rumah latihan untuk beristirahat dari latihan membuatku bersemangat. Aku tau pasti mereka semua akan keluar bersama-sama meskipun tujuan mereka akan berbeda, ada yang ke Mall untuk makan, ada yg memilih makan di warung-warung dekat sini. Aku tau mereka jarang sekali memesan melalui aplikasi online karena jarak mall yang cukup dekat dan mampu di tempuh dengan berjalan kaki.

"Nah ini!" Kataku sambil bangkit dari tempat dudukku setelah melihat Aurel dan Rona keluar dari pintu pagar, namun tak lupa aku membayar pada pedagang siomay ini.

Aku berjalan menuju rumah latihan itu, melewati beberapa member yang juga sudah mulai meninggalkan rumah latihan ini satu persatu. Aku berdiri agak jauh dari pagar agar tidak terlalu mencolok, menunggu Gaby keluar untuk pergi makan. Member-member Team J silih berganti keluar dari rumah latihan ini, adapula beberapa member Team lain yang ternyata sedang latihan dan juga mulai meninggalkan rumah latihan ini. Aku menghitung setiap member Team J yang keluar agar aku tidak melewatkan Gaby.

"Udah 12… Feni lagi kegiatan sama Shani, lalu yg belom keluar tinggal Gaby, Frieska, dan Cindy." Tanganku terlipat di depan dadaku sambil berfikir.

Tak berapa lama kemudian aku melihat Cindy, Frieska, Melati, dan Jinan keluar dari balik pagar. Mereka berjalan bersama sambil membicarakan sesuatu. Cindy kembali menoleh dan berjalan sedikit ke dalam, sepertinya ia dipanggil seseorang namun tak lama kemudian ia telah kembali menuju ke arah 3 gadis yang menunggunya. Mereka nampak berbincang-bincang di depan pagar itu, aku dapat melihat Melati yg tiba-tiba nampak kebingungan. Frieska hanya tersenyum memandang tingkah ketiga gadis lainnya itu.

"Gaby mana sih…" kaki kiri ku terus bergerak menginjak-injak tanah karena tak sabar menunggunya keluar.

Jinan dan Cindy meninggalkan Frieska dan Melati, Melati nampaknya ingin ikut dengan mereka namun Jinan memberikan gestur mengusir pada Melati sambil tertawa terkekeh. Jinan dan Cindy lari meninggalkan Melati yang akhirnya hanya mematung di depan pagar.
Aku masih mengamati mereka dari seberang, berdiri di balik sebuah pohon yang cukup besar. Disaat sedang mengamati pintu rumah itu, aku melihat sebuah siluet yang sangat aku kenali. Aku memajukan sedikit tubuhku untuk melihat lebih jelas, sekarang aku dapat melihat Gaby yang sedang berdiri di depan pintu sambil menatap ke arah Frieska dan Melati. Gaby hanya berdiam di depan pintu tak bergerak sedikitpun.

"Kamu emangnya gak makan apa? Nanti kamu sakit…" pikirku saat melihat Gaby yang tak kunjung meninggalkan rumah ini.

Pandanganku tak lepas dari Gaby, mengamati setiap gerak geriknya. Entah mengapa aku merasa seperti waktu berdetak begitu pelan, tak semili detik pun aku melepaskan pandanganku darinya. Ia menoleh ke arahku, namun aku yakin ia tidak akan melihatku. Aku masih memandanginya dari sini, mencoba mengurangi rasa rindu dan kesedihan yang bertumpuk. Air mataku mulai mengalir ketika melihat Gaby yang tersenyum tipis entah kepada apa, rasa rindu dan kesedihan yang seharusnya tuntas malahan semakin tak terbendung.
Gaby menengok, pandangannya berubah ketika matanya dan mataku bertemu. Aku dapat merasakan bahwa pandangan kami saat ini saling bertemu walaupun dari jarak yang jauh ini. Ia menatapku tak percaya, bibirnya yang tipis itu terbuka sedikit ketika melihatku. Entah apakah aku harus senang atau takut ketika ia mengetahui keberadaanku di sini, aku tak peduli lagi dengan apa yang akan ia pikirkan tentangku yang seperti ini. Aku hanya ingin bertemu dengannya.
Aku keluar dari persembunyianku, berjalan cepat menuju ke arah rumah latihan sebelum kesempatanku untuk bertemu dengan Gaby habis. Ia masih menatapku tak percaya ketika aku semakin mendekati rumah latihan, aku tak sabar untuk dapat berbicara dengannya setelah kejadian semalam. Gaby membuka mulutnya seperti ingin mengatakan sesuatu, namun sepertinya ia membatalkan niatnya itu. Air mata mengalir di pipinya, ia buru-buru mengusapnya dan memasuki rumah latihan. Pintunya tertutup rapat di depan mataku yang sudah berada di depan pagar.

"Loh Kak Yusa?" Melati nampak terkejut melihatku yang berdiri mematung di depan pagar itu.

Frieska menutup mulut Melati dan menuntunnya berjalan pelan ke arahku. Air mataku tak lagi mengalir, sepertinya telah habis oleh tangisanku yang tak hentinya keluar sejak semalam. Kuusap mataku dengan tangan.

"Yusa…" aku mendengar Frieska memanggilku.
"Iya." Balasku.
"Ikut kita makan yuk." Ajak Frieska padaku yang langsung menarikku untuk mengikuti ia dan Melati.

Tak berapa lama…

Kami telah sampai di mall terdekat dari tempat ini, kami bertiga makan di sebuah restaurant yang sepi agar tidak bertemu dengan fans lain yang berkunjung ke mall ini. Setelah menyantap makanan itu, Frieska mengajak kami berdua untuk pergi ke sebuah toko pakaian dari korea.

"Me, kamu gapapa kan aku tinggal beli baju sebentar?" Tanya Frieska pada Melati yang sedang melihat sebuah rak pakaian.
"Sip kak, santuy hehe" Melati mengacungkan jempolnya.

Frieska menarik tanganku saat melati tidak melihat, ia mengambil beberapa baju asal dan mengajakku menuju ruang ganti. Ia membuka pintu ruang ganti itu lalu masuk ke dalamnya sambil membawa keranjang pakaian yang tadi ia pilih. Namun Frieska kembali keluar dan menarikku masuk lalu mengunci pintunya. Ia melepas kaus putihnya dan menggantungnya, membuka bra hingga menampilkan payudaranya yang besar itu lalu menggantungnya juga. Ia menarik kepalaku hingga kini terbenam di dadanya yang empuk dan harum.

"Yusa jangan galau lah. Kamu teh fakboi tapi nangisan" ia mengusap-usap rambutku, nyaman sekali rasanya.
"Kak…" aku memeluk tubuhnya dan semakin membenamkan wajahku disana, aku merasakan tenang dari kenyamanan yang di berikan Frieska.
"Udah diem… Nduselan aja sampai gak sedih lagi." Balasnya lembut.

Aroma tubuhnya membuatku melayang, hangat tubuhnya menyelimutiku, nyaman sekali rasanya. Dengan cepatnya kesedihanku terlupakan sementara dengan bantuannya.

"Ngh…" Frieska mengerang pelan saat kepalaku bergerak.

Puting coklatnya telah ku hisap dengan lahapnya. Ia memegang kedua payudaranya agar aku dapat menikmati putingnya itu. Frieska membuka celanaku dengan cepat.

"Langsung aja" kata Frieska sambil membuka celananya.

Ia mengocok penisku dan memasukannya ke mulutnya. Kocokan dan hisapannya membuat penisku perlahan membesar di mulutnya. Ia meneteskan liurnya keatas penisku lalu mengocoknya kembali agar basah. Ia membalik tubuhnya sendiri membelakangiku, mengarahkan penis itu ke vaginanya dan perlahan-lahan memasukkannya.

"Nggghhhh…. Masih keseeet…" Frieska sedikit meringis saat penisku memaksa masuk.
"Gapapa goyang ajaaaa…"

*Flashback end*

"Apartemenku yuk, ajak dia sekalian." Kak Frieska mengedipkan sebelah matanya padaku sambil menunjuk Melati yang kebingungan melihat kami berdua.

Frieska menggandeng tangan Melati dan berjalan didepanku. Aku mengikuti langkah mereka berdua dengan kebingungan namun tak bisa menolak. Melati hanya menurut mengikuti Frieska yang berjalan dengan senyum menyeringai di bibirnya.

"Hahaha bener tuh Del" sayup-sayup ku mendengar percakapan wanita yang sedang berjalan bertiga di keramaian mall ini.
"Iya Tine, bagus buat kulitnya dia." Aku mencoba memperhatikan kembali ketiga wanita itu yang berjalan dengan cepat melewati keramaian.

Mereka berjalan berbeda arah denganku, aku berniat mengikuti mereka dari belakang sebelum kehilangan jejak mereka lagi.

"Kamu teh mau kemana Yus?!" Frieska memanggil dan memegang lenganku.
"Mau kesana…" balasku berusaha melepaskan genggamannya.
"Ih mau kemana?!" Frieska kembali menarik lenganku lebih kuat.
"LEPAS!" Suaraku meninggi bersamaan dengan tanganku yang menghempaskan genggamannya.

Aku bergegas mengejar ketiga orang tadi, aku yakin gadis yang berjajar di paling kiri adalah orang yang telah lama menghilang dari hidupku.

"Yuk cepet yuk naik." Gadis yang berjalan di paling kiri itu mempercepat langkahnya.
"Eh buru-buru banget." Kata gadis ditengah.
"Udah ayo!" Gadis itu meninggalkan teman-temannya dan menaiki eskalator terlebih dulu.

Aku masih mencoba mengejar mereka sampai disebuah ballroom besar yang tertutup, aku tau ini adalah gereja tempat Della beribadah. Aku melihat mereka memasuki pintu ballroom itu, kupercepat langkahku untuk dapat bertemu dengan gadis yang ku kejar ini. Aku hanya ingin bertemu dengannya karena sudah lama sekali tidak pernah bertemu setelah ia graduate.

"La tunggu!" Langkahku menjadi setengah berlari sebelum gadis itu menutup pintu ballroom ini.
"Della!!" Panggil ku sekali lagi saat teman-temannya menoleh kearahku dan seperti memberi tahu padanya atas panggilan dariku.
"La!"

Brak!

Gadis itu menarik tangan kedua temannya untuk masuk ke area ballroom dan menutup pintunya. Langkahku terhenti tepat di depan pintu ballroom yang hanya berjarak beberapa meter dari tematku berdiri, menatap kearah pintu yang ditutup itu menandakan orang yang kukejar ini tak mau kutemui. Aku menghela nafas berat.
Kenapa aku mengejar-ngejar dia padahal aku dapat menghubungi dan mengunjungi rumahnya? Karena sudah lama sejak ia graduate, kami tidak saling mengontak. Della mengganti seluruh kontkanya dan memblock social mediaku, aku yang bertanya-tanya dengan sikapnya itu pun mengunjungi rumahnya untuk meminta penjelasan. Namun ketika sampai di depan rumahnya, yang ku dapati adalah fakta bahwa Della dan keluarganya telah berpindah rumah sejak April yaitu tepat tidak lama setelah kelulusannya. Sejak saat itu lah aku tidak pernah bertemu dengannya lagi dan penasaran dengan dia. Memang aku tidak bodoh, aku telah mencoba memfollow IGnya dengan akun samaran namun tidak ada hasil berarti yang ku dapatkan disana. Hanya fakta bahwa Della sering melakukan kegiatan di gereja yang terletak di mall ini.

"Coba lagi lain waktu deh" pikirku sambil berlalu, kembali ke depan toko pakaian tempat Frieska dan Melati berada.

Ternyata Frieska dan Melati sudah tidak ada di sana, aku mencari mereka di sekitar toko ini namun tak menemukannya di manapun. Sepertinya mereka pergi setelah ku tinggalkan mengejar Della.
________________________________________

Aku memasuki pintu apartementku dengan gontai. Kulepaskan sepatuku dan melemparnya sembarang, meletakkan jaketku di meja dan merebahkan tubuhku di sofa sambil tengkurap.

"Udah pulang kak?" Tanya Feni yang sedang menatap layar hpnya padaku.
"Iya" balasku malas.
"Kenapa kak?" Tanyanya lagi.
"Gapapa kok" balasku tersenyum padanya.
"Hmmm oke" Feni meletakkan handphonenya dan bangkit dari duduknya.

Ia berjalan menuju ke arah tempatku tiduran. ia duduk di sofa tempatku merebahkan diri, kepalaku ia angkat lalu menaruhnya di atas pahanya.

"Hari kak Yusa berat ya?" Tanyanya sambil memainkan rambutku.
"Gak kok biasa aja" balasku sambil tertidur diatas pahanya.
"Kak Yusa masih sedih ya?" Tanyanya lagi padaku.
"Yaiyalah Fen, baru kemarin." Jawabku.
"Kan ada Feni kak…" katanya sambil tersenyum padaku.
"Ya mau gimana lagi…" balasku lagi.

Aku memejamkan mataku karena rambutku di mainkan oleh Feni, membuatku merasa nyaman tidur di atas pahanya sambil di mainkan rambutnya. Feni memperlakukanku dengan sangat lembut.

"Besok kakak nonton theater aja. Pasti ketemu kak Gaby kan?" Feni memberikan saran padaku.
"Lah iya, udah lama gak theater sampe lupa. Bener juga!" Aku bangun dari tidurku dan langsung menatap Feni kegirangan.
"Kak Yusa teh mentang-mentang pacarnya member Jeketi sampe lupa theater. Inget Kak Yusa fans duluna" ledeknya padaku.
"Hehe ya gimana ya, nonton theater liat paha, lalu barusan aja boboan di paha member Jeketi. jadi ngapain aku theater lagi kan? Haha." Balasku meledek.
"Iiiiih Kak Yusa!" Ia mencubit pahaku kesal.
"Hahaha bener dong" balasku mencubit pahanya.
"Heh cubit-cubit!" Ia melotot padaku kesal.
"Biasanya juga lebih dari cubit…" balasku menjulurkan lidah.

Feni menaiki kedua lututku, kuangkat tubuhnya yang mungil dan kurus itu dengan bersemangat dan membawanya ke lantai atas. Ku lemparkan tubuhnya yang mungil itu ke kasur dan kemudian ikut naik ke kasurku. Apa yang terjadi setelahnya sudah pasti tertebak...
________________________________________

Pagi hari telah tiba, Feni membangunkanku untuk mandi karena kami akan berangkat ke FX bersama. dengan tubuh yang masih lemas dan tanpa sehelai benangpun, aku bangkit dari kasurku dan menuju ke kamar mandi bersama Feni. Kami kembali mandi bersama agar lebih cepat selesai, namun ternyata malah lebih lama karena satu ronde tambahan akibat permintaan Feni.

"Kakak masih ngerti kan cara theater?" Ledeknya padaku.
"Masih lah!" Balasku padanya.
"Nanti aku waro terus yaaaa." Ia kembali memeletkan lidahnya padaku.

Kami berdua menaiki motorku dan menuju FX. Sepanjang perjalanan Feni banyak bercerita padaku soal project-project yang sedang ia kerjakan. Aku mendengarkan ceritanya dengan seksama dan membalasnya, aku pun juga menceritakan soal magangku dan mundurnya acara sang pemilik restaurant. Aku dapat melihat Feni mengangguk angguk dibalik helm kebesaran yang ia gunakan, senyumnya yang lebar itu benar-benar menggemaskan.

"Aku naik duluan ya kak." Ia memegang kedua tanganku.
"Iya, nanti ketemu lagi ya di theater pala jamur" Balasku sambil mengacak-acak rambut pendeknya yang membulat akibat memakai helm.
"Iiiiih kakak!! Aku kan cantik gini!" Balasnya cemberut.
"Gak usah cemberut dong!" Cubitku di pipinya lalu mencium bibirnya lembut.

Ia melotot akibat terkejut lalu melepaskan ciumanku.

"Ini di FX!" Ia marah sambil berbisik.
"Hehe lupa!" Balasku terkekeh.

Ia bergegas meninggalkanku sambil setengah berlari, ia memakai jaket dan maskernya untuk bersembunyi. Aku terkekeh melihat tingkahnya yang seperti anak kecil di umurnya yang 20 tahun ini.
________________________________________

"Woy!" Seseorang berteriak kearahku, membuatku terkejut dan langsung menoleh kearahnya.
"Wah gila pacarnya member masih berani ke FX!" Tambah orang yang berdiri di sebelahnya.
"Ini nih buronan kita!" Tambah seorang lainnya.

Mereka adalah Felix, Senpai dan David. Aku senang sekali akhirnya bisa bertemu teman-teman ngidolku yang lama. Sudah lama sekali rasanya tidak bertemu mereka dan menonton bareng disini setelah mulai berpacaran dengan Gaby. Mereka bertiga meledekku.

"Hah serius?!" Felix terkejut mendengar kata-kataku.
"Boong lu!" Tambah senpai.
"Pantesan theateran lagi, putus tah" kata David sambil mengangguk-angguk mengerti.
"Kok bisa?" Tanya senpai kembali.

Aku menceritakan segalanya pada mereka yang di balas anggukan anggukan dari mereka bertiga. Mungkin untuk fans-fans lain yang mendengar pasti akan menganggap kami berempat adalah orang orang halu yang sedang bercerita ngalor ngidul, namun kami tidak menghiraukan hal itu karena hanya kami yang tau kebenaran ini.
Kami berempat akhirnya mengikuti bingo, dengan bingo biru nomor 9 kami bertaruh memperebutkan kursi terdepan. Namun nasib berkata lain, kami berempat dipanggil paling terakhir dan akhirnya harus berdiri.

"Bala nih" kata Senpai dengan wajah bete.
"Iyalah ada pacar member." Ledek David padaku.
"Mantan… hahaha" ledek Felix padaku.

Setelah menunggu beberapa lama sampai seluruh penonton masuk, akhirnya Overture dimulai. Kami berlima berteriak dengan semangat seperti waktu dulu, penonton lain pun tak kalah bersemangat dengan kami berlima. Lagu pertama member Team J bernyanyi sambil memainkan alat musik, aku memperhatikan Gaby yang jauh di sebelah kiri membawa flutenya dari standing kanan. Dadaku sesak sekali melihat senyumnya yang sangat manis, lagu berlalu begitu saja sampai pada satu bagian Gaby menuju ke dermaga kanan. Aku memperhatikannya berjalan dengan senyuman menyapa para penonton kurang beruntung yang harus berdiri di standing area.

"Kamu cantik banget sih, meskipun kamu mutusin aku, tapi cintaku tak bisa padam" pikirku dalam hati saat melihatnya tampil dengan baik.

Matanya menyisir standing area dan bertemu dengan mataku, kami saling tatap sepersekian detik dan raut wajahnya berubah. Air matanya berlahan mengalir di tengah-tengah penampilannya. Aku berjalan mundur perlahan, bersembunyi di balik penonton lain. Aku merasa menyesal telah datang dan merusak performancenya.
________________________________________

Show berlalu dengan sangat muram, Timeline twit**ter pun ramai dengan berbagai pertanyaan para penonton yang kebingungan melihat Gaby menangis beberapa kali dan performancenya sangat berantakan. Aku menghindari area theater bersama dengan Felix, menuju ke lobby untuk menunggu Gaby pulang. Perasaanku campur aduk.

"Gimana tadi HT sama Gaby?" Tanya Felix padaku sambil menyulut rokoknya.
"Dia bahkan gak nengok sama sekali." Balasku sambil menyandarkan tubuhku ke dinding.
"Fyuuhh… tapi dia nangis waktu liat lo." Felix kembali berkata setelah menghembuskan asap rokok keluar dari mulutnya.
"Gw juga… gw sayang banget sama dia Fel" kataku sambil menunduk.
"Gw tau lo orangnya gimana, bahkan dari sekian member yang udah lu celap celup, dia yg officially pacar lo malah sama sekali tak tersentuh." Felix tertawa kecil menyindirku.
"Such an Evil act like a noble hahaha." Tambahnya.
"Gw gak butuh comment lo…" balasku kesal.
"Itu karma ******, lo mau cewek baik tapi kelakuan lu dajjal." Wajah Felix begitu meledek.

Namun kata-katanya itu membuatku berfikir, apa yang dikatakannya itu bisa 100% benar. Masuk akal bila aku yang amat sangat rusak ini mencoba untuk memiliki gadis yang baik seperti Gaby. Jangankan malaikat, iblis pun akan menggelengkan kepalanya melihat tingkahku.

"Gw harus tobat." Kataku pada Felix.
"UHUK UHUK UHUK!!" Felix terbatuk karena asap rokoknya tertelan.
"Anjing lo!" Felix marah dengan wajah memerah padaku.
"Apaan sih, gw serius!" aku balik marah padanya.
"Becanda kira-kira kek… seorang Yusa bilang mau tobat adalah hal terlucu di tahun ini. Hahahahaha." Felix tertawa geli di depanku.
"Dukung kek, anjing." Aku kesal dan memukul lengannya.

Kami kembali berbincang-bincang saat David akhirnya datang dan bergabung bersama kami. Sudah lama sekali rasanya aku tidak demachi seperti ini bersama teman-temanku, aku rindu masa-masa seperti ini tanpa beban. Saat hubunganku hanya sebatas fans JKT48 dan teman kecil Della, tak lebih dari itu.

Beberapa saat berlalu sampai akhirnya Felix memanggilku memberi sinyal. Terlihat member team J mulai keluar dari dalam mall dan berkeliaran di lobby, menunggu jemputan mereka pulang. Aku tau Gaby akan naik Ojek Online bila tak bersamaku, jadi dia akan keluar lebih lama dari yang lainnya. Sekitar 5 menit kemudian.

"Sa, Gaby!" Felix berbisik kearahku.

Kami langsung mengambil sikap stay cool dan pura-pura tak tau, namun aku sendiri berkeringat dingin dan sedikit grogi. Aku tak tau setelah hari itu akan seperti apa reaksi Gaby ketika bertemu denganku secara langsung. Aku bersembunyi di balik dinding sedangkan teman-temanku berada di dekat asbak, Gaby berjalan perlahan menuruni tangga lobby dan mendekati kami. Ia berjalan perlahan sambil menatap kearah teman-temanku.

"Yusa mana?" Ia berdiri tepat di depan Felix yang langsung panik karena di hampiri secara tiba-tiba.
"Awas…" Gaby menggeser tubuh David yang dengan mudahnya menurut.

Teman-temanku terkejut karena sikap Gaby, ia nampak sudah tak peduli berada di mana saat ini. Aku muncul dari balik dinding dan Gaby langsung menatap tajam kearahku.

"Aku tunggu di situ." Kata Gaby sambil menunjuk sebuah tempat yang gelap dan sepi dekat gerbang senayan FX, ia berjalan lebih dulu meninggalkanku.
"I..iya." kataku menurut.

Teman-temanku sepertinya masih shock dan menatap kami berdua dalam diam. Felix menelan ludah dan akhirnya membuka suara.

"Good luck bro, cewek emang serem." Katanya sambil menepuk pundakku.
"Udah bagus lo tadi diem bangsat!" Makiku padanya dan meninggalkan mereka.

Aku berjalan menuju tempat yang kami janjikan dan melihat Gaby yang telah menunggu dengan melipat kedua tangannya di dada. Ia terus menatap kearahku tajam tanpa melepaskan pandangannya dari setiap gerak-gerikku.

"Kenapa sayang?" Tanyaku padanya.
"Jangan panggil sayang." Balasnya dingin.
"Kenapa Gab?" Tanyaku lagi memperbaiki kesalahanku.
"Ada 3 hal yang mau aku lurusin." Ia mengangkat ketiga jarinya di depan wajahku.
"1. Aku gak mau punya cowok fakboy, makanya aku putusin kamu." Ia melipat satu jarinya.
"Kamu tau dari…" aku terkejut mendengar kata-katanya.
"No interupsi" gaby menyuruhku diam.

Aku dan Gaby bergantian melihat keadaan, kami tak ingin ada siapapun yang melihat kami apalagi mendengarkan percakapan ini.

"2. Kamu gak boleh datang ketempat yang bisa ketemu aku, terutama theater." Ia melipat satu jarinya lagi, menyisahkan 1 jari terakhir yang terangkat.
"Loh itu kan hak aku buat liat kamu. Kamu gak berhak untuk ngelarang aku buat ketemu kamu, aku cuma mau ketemu orang yang paling aku sayang." Balasku tak terima.
"Kamu liat gak sih perform ku jadi berantakan ada kamu?!" Ia berkata dengan nada yang sangat marah.
"Yaudah jangan liat aku! Aku mau liat Feni, aku mau liat Julie, hak aku dong?!" Aku mencoba membela diri.
"Susah banget sih dibilanginnya!" Ia menggertakan gigi saking kesalnya.
"Aku mau ketemu kamu!" Balasku tak kalah kesal.
"Kamu masih gak ngerti juga kalo kita itu udah putus!" Nada suara Gaby meninggi kepadaku, untung saja kami berdua saat ini berada di dekat Tarti*e yang sepi dan gelap sehingga tidak membuat orang curiga.
"KAMU MUNCUL LAGI DI HADAPANKU ITU SEBUAH KESALAHAN, KAMU BISA GAK SIH NGERTIIN AKU?!" Gaby membentakku, namun tangisan di matanya tak terbendung dan ia menangis di dekapanku.

Aku mengusap kepalanya itu lembut, menenangkan mantan kekasih yang masih kucintai itu.

"Kamu memendam semuanya sendiri, bahkan menutup semuanya dari aku. Gimana aku mau ngertiin kamu kalau kamu gak cerita apa-apa?" Kataku tanpa melepaskan dekapanku.
"Yusa... Hiks... Hiks..." Gaby masih menangis di dalam dekapanku, air matanya membasahi baju di bagian dadaku.

BEEP!

"Ayo By kita pulang." Sebuah mobil mewah Bertipe S berhenti di samping kami berdua tanpa membuka kaca gelapnya.

Mobil itu menunggu Gaby yang masih menangis di dekapanku, sampai akhirnya Gaby melepaskanku dan mengusap air matanya. Ia memandangku dalam, aku dapat melihat raut wajahnya amat begitu sedih, marah, kecewa, semua emosinya terpancar melalui tatapan itu.

"Ketiga…" jarinya yang terakhir ia lipat.
"Itu pacar baruku sekaligus tunanganku." Gaby membalik tubuhnya dengan cepat dan berjalan kearah mobil itu.

Hatiku hancur berantakan mendengar kata-katanya, sesuatu yang sangat tidak kusangka. Aku yakin ini semua hanyalah mimpi buruk dari tidurku bersama Feni semalam. Ini pasti bunga tidur yang tumbuh akibat perasaan galauku karena putus darinya, bunga tidur yang amat busuk dengan bau menyengat. Aku akan bangun sebentar lagi dan mendapati dunia yang indah bersama Gaby, namun nampaknya ini bukanlah mimpi.

"Yusa…" Gaby menoleh kearahku saat telah berada di depan pintu mobil.
"Tolong…" Gaby menitikan air matanya dan membuka pintu mobil.

Aku menatapnya tanpa berkedip, melihat setiap gerakannya memasuki mobil itu, melihat setiap helai rambutnya yang terkibas mengikuti gerakan kepalanya. Aku menatapnya duduk di kursi mobil pria lain, pria yang berhasil merebutnya dariku.

"Tolong jangan ganggu aku lagi!" Ia membanting pintu mobilnya.

Mobil itu berjalan meninggalkanku, meninggalkanku yang berdiri mematung bersandarkan dinding agar tidak terjatuh. Mencoba mengumpulkan kewarasan yang ku punya, mencoba mengerti apa yang baru saja terjadi, mencoba untuk menyadari kenyataan.

"Kak."

Aku semakin gila, mendengar suara orang memanggilku dari belakang.

"Kak Yusa..."

Secepat inikah aku menjadi tidak waras?

"Kak Yusa, nengok sini." Suara itu memanggilku kembali dan membuatku menoleh.
"Julie?!" Kataku terkejut karena Julie telah berdiri di sampingku, menatapku dengan wajah kasihan.
"Kok kamu ada di sini?" Tanyaku padanya bingung.
"Aku tau ini bakal terjadi, makanya aku ngikutin kak Gaby." Balasnya dengan senyum licik andalannya.
"Trus kamu mau apa?" Tanyaku kembali.
"Mau bantuin kak Yusa lah!" Balasnya lagi.

Julie kembali tersenyum, ia nampak begitu yakin akan sesuatu yang ada di kepalanya membuatku semakin kebingungan melihatnya.

"Kita harus mulai misi penyelamatan kak Gaby. Emangnya Kak Yusa pikir Julie rela kalo Kak Gaby gak sama Kak Yusa? Gak lah!" Julie menunjuk wajahku.
"Cuma Kak Gaby yang bisa bikin Kak Yusa tobat! Jadi Julie mau kak Yusa balikan dan bebasin kak Gaby dari tunangannya!" Tambahnya lagi sambil melipat tangannya.
"Caranya?" Tanyaku bingung.
"Sabar, pelan-pelan…" Julie tersenyum lebar.
"Pertama-tama kita harus singkirkan kak Feni dulu"

-Bersambung-
 
Terakhir diubah:
dikit lg final battle nih kayanya della vs gaby

atau berakhir yusa poligami jg sabi, della gaby feni julie melati frieska diembat semua :pandaketawa:
 
Emmm jadi penasaran antagonis disini. Kalo menurut ane antara Feni atau Gaby sendiri

Gak2 canda yus:Peace:
 
Saya emang suka kentang
Feni ada keinginan buat dapetin yusa ye
Kalo dipikir pikir iya juga sih, diliat dari intens nya doi muncul di apart yusa every single day dan main 😏😂😂
Siapa sih yg gak mau dapetin yusa?

Della: aku aku!!
dikit lg final battle nih kayanya della vs gaby

atau berakhir yusa poligami jg sabi, della gaby feni julie melati frieska diembat semua :pandaketawa:
Yusa tidak di bolehkan poligami oleh agama...
ajg sakit slur
Author ngetiknya aja nyeeesss...
Alias padahal udah nungguin adegan 3s ama meme :(
Hehe mupeng
Emmm jadi penasaran antagonis disini. Kalo menurut ane antara Feni atau Gaby sendiri

Gak2 canda yus:Peace:
Antagonisnya jelas yusa dong
Best quote sejauh ini :v
Haha impossible
wkwk si frieska udah 2 kali aja di tai taiin sama yusa, salah apaan sih dia suhuuu
Kenapa tiap mau ena" sama mpries selalu ga jadi ?? Kenapaa huuuuuu ?? ☹☹☹
mpris baik banget tapi selalu diskip asik asikannya sama yusa... heran wkwk.....
Karena Yusa sayang banget sama kak Frieska.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd