Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA SECRETUM TENEBRIS (UPDATE PAGE 103)

Status
Please reply by conversation.
Lonewolf?werewolf?or hungry like a wolf?
Whatever lah.. Detail, lugas, informatif yg jd kekuatan cerita ini.. Two thumbs up brada :jempol:

Selain coffee stuff dan vapor tentunya...

:haha:..

SMOKING IS DEATH.. VAPING IS THE FUTURE..AND THE FUTURE IS NOW.. Buahhaahaha
 
Cahaya rembulan bersinar
Menemani sang serigala yang kesepian
Lolongan serigala seakan mengatakan
“aku selalu menantimu dalam gelapku”



LUNAM ET LUPUM



Dilla masih terbaring lemas di lantai kantor. Nafas nya memburu, dan terengah engah. Mencoba untuk mengumpulkan kesadarannya yang entah tercecer kemana.

“baru pertama kali ini dilla? Merasakan kenikmatan seperti ini?” tanyaku setengah mengejek. Aku bangkit dari duduk ku, menghampiri dilla. Membelai rambutnya. Dan mengangkat tubuhnya ke sofa kantorku. Aku menelanjangi Dilla hingga benar benar bugil. Dan aku pun melepaskan seluruh pakaianku.
“ini belum selesai dilla sayang, aku belum puas” bisikku ke telinga Dilla, sambil meremas dan memainkan putting nya.
“mmmhh….dok…pak…lemes…mhhh” Dilla mencoba mencegah ku memainkan putting nya.
Aku tida peduli dan kembali melahap payudaranya. Penisku mulai menegang. Aku membelai seluruh tubuh Dilla. Menikimati setiap jengkal kulitnya yang lembut. “bau tubuhmu tetap harum meski setelah bertugas, aku ingin tau memekmu apakah juga tetap harum”
Aku berjongkok dan dengan kasar aku melebarkan kaki Dilla. Nampak lah memeknya yang sudah kembali basah akibat rangsanganku. Masih cukup bagus pemandangan yang kudapat. Labia mayornya memanga gak sedikit melebar, tapi tidak seperti jengger ayam. Saat kuregangkan labia memeknya, nampak bagian dalam memeknya yang merah….berdenyut…
Aku mulai mendekatkan wajahku pada memeknya…”dok…ughh…*** jijik apa ama memek dilla?” lenguhan Dilla dalam racau nya karena jelas nafasku terhembus ke memeknya, dn membuat sensasi rangsangan untuknya. Aku diam dan secara perlahan menjilatnya. Slup…slupp…slup….dengan lembut aku menjilat memek Dilla, labianya..sekitar labianya….clitorisnya….bahkan lubang kencingnya….lembut aku memperlaku kan memek Dilla. Aku ingin menguasainya bukan merusaknya….hehehehehehe….otak jahatku ingin Dilla ketagihan diperlakukan seperti ini….

Tubuhnya merespon setiap jilatanku…ada saat dimana aku menghentikan jilatanku…dan Dilla memajukan pinggulnya seakan memintaku untuk tidak berhenti. Memeknya semakin basah dan pinggulnya semakin bergerak liar mencari kenikmatan……aku tetap memperlakukan lembut..


“oughh dok….enak…uhhhhh…hufftt..kenapa bisa enak gini..” Dilla meremas dan mengacak2 rambutku. Kedua pahanya seakan mau menjepit kepalaku, namun kutahan tetap terbuka dengan kedua tanganku. Hal ini tentu saja membuat Dilla semakin gelisah. Geli Geli Basah…..dimana tidak berdaya untuk bergerak mencari kenikmatan yang lebih.

“aaakkhhhhh….dooookkk……” tubuh Dilla melenting ke atas saat aku dengan tiba tiba menyedot dan menjilati clitoris nya dengan tiba tiba. Cukup lama aku melakukan hal itu. Paha Dilla bergetar dan pinggulnya mencoba membebaskan diri dari mulutku. Tangannya meremas dan menjambak rambutku lebih keras. Cairan bening mengalir deras dari memeknya…..hmmmm….rasa dan bau yang khas dari cairan orgasme seorang wanita.

Aku berdiri dan memainkan penisku….yang sudah tegang. Aku menahan kedua paha Dilla terbuka, dan aku memasukkan penisku dengan perlahan ke memek nya. Pelan tapi pasti aku masukkan hingga deep penetration…”uuhhhh….mmmhhh…dok.. enak” Dilla menggigit bibirnya sendiri, matanya terpejam menikmati kehangatan penisku dalam memeknya. Aku merasakan sensasi hangat dan cengkraman memek basahnya.

Aku mulai menggoyangkan pinggulku. Aku menikmati tiap sodokan ku ke memek Dilla. Aku memang sangat menyukai memberikan kejutan kejutan dalam berhubungan sex, kejutan yang tersembunyi dalam metode sex yang lambat. Aku menikmati setiap sodokan ku ke memek Dilla.
Aku memegang ke dua lutut Dilla dan melebarkan kaki nya agar aku bisa melakukan penetrasi lebih dalam. “ahhh…ahh..mhhh..dok…kerasa..mentok” Dilla meracau sambil memegang tanganku. Untunglah kukunya tidak panjang sehingga tidak menancap dan meninggalkan bekas.

“ughhh…cepetin dok…enak…mmmhhh….cepetin” Dilla merengek di dera nafsunya. Dia menginginkan orgasme sekali lagi. Memeknya terasa lebih hangat dan banyak cairan vagina yang keluar. Aku pun ingin segera ejakulasi, aku mulai mempercepat goyangan ku. Makin cepat dan dalam. Dilla memejamkan matanya dan mulutnya meracau, aku melihat air liur menetes dari sudut mulutnya. Tubuhnya yang tereksitasi, mengacau kan alam kesadarannya.

“akkhh…enak..mentok..uhhh” Dilla mengerang di setiap sodokanku yang mengenai mulut rahimnya. Aku makin mempercepat laju sodokanku. Penisku mengeras dan terasa panas, hal yang selalu terjadi saat aku mendekati ejakulasi.

“HGHHHH…..ARGHHHH…AHHHHH” aku mengerang melepaskan sperma ku ke dalam memek Dilla. Dilla spontan mengejang dan melenting “akh……dilla..dapett …lagi” dan badannya terjatuh kembali ke sofa dengan nafas tersengal sengal. Dibalik temaram cahaya lampu di luar kantor, tubuh Dilla telanjang terbaring dengan keringat yang mengalir di seluruh tubuhnya.

Penisku masih menikmati remasan memek Dilla yang baru saja orgasme. Kedua tanganku masih menikmati payudara nya, meremas dan memilin putingnya. Sexy…..satu kata jika melihat wanita telanjang dengan peluh di sekujur tubuhnya, tergeletak paska orgasme tak berdaya.

Aku berdiri mencabut penisku dan segera mengambil HPku. Tanpa Dilla sadari aku mengambil video dan foto saat spermaku keluar dari memeknya yang masih berkedut. Well…aku memang sesakit itu…memek yang berdenyut dan mengalirkan sperma bersama dengan cairan orgasme….aku selalu menyukainya.

Selain memang hobiku melihat hal itu, video dan foto ini hanya sebuah jaminan saja. Kartu JOKER ku, saat semua keadaan tidak sesua dengan rencanaku. Aku harus punya jalan keluar, jalan untuk kabur. Aku selalu berpikir bahwa semua orang jahat dan tidak bisa dipercaya, sampi terbukti sebaliknya.

Aku melangkah ke mejaku dengan masih telanjang. Membuka laci mejaku dan mengambil botol Martell Cordon Bleu ku. Menuangkan pada gelas ku, dan menyesapnya….sambil menghisap alam vapeku. Setidaknya ini semua bisa mengurangi rasa tegang di leherku. Karena aku yakin saat pulang nanti Claire akan cari masalah dengan segala barang online yang dia beli.

Aku menikmati minuman ku sambil melihat suasana malam dari lantai 7 ini. orang berlalu lalang di jalanan depan RS, berbagai jajanan di sediakan. Well kaca jendela yang one way membuatku bebas melakukan apapun tanpa perlu takut orang di luar gedung dapat melihat.

“mhhh..udah malem yah..”
Dilla terbangun dari Tidurnya. Dia berdiri dan segera mengenakan pakaiannya. Bahkan dia memunguti pakaian ku dan memberikannya padaku. “ga dingin apa dok telanjang gt, dilla aja bangun kedinginan” ujarnya dengan masih lemas.

“kamu bisa pulang sendiri? Atau harus aku antar?”
tanyaku
“dilla bisa sendiri kok dok, lagipula klo ada yang liat malah jadi berabe nanti.” Uajrnya.

Anak pintar, dia tau harus menjaga rahasia ini dan tidak membiarkan seorang pun tahu bahwa aku menikmati tubuh sintalnya.. “dilla pulang dulu dok” pamitnya.

“ya, dan aku akan coba membantu dengan kebutuhan mu” aku kembali memandang ke jendela dan menghisap vape ku dalam dalam. “jangan lupa tutup pintunya kembali” …. Segera setelah dilla pergi aku mengenakan pakaianku dan kembali duduk menghabiskan minumanku.


Hari Berganti…

Pagi ini aku sengaja melakukan inspeksi dadakan pada unit ku. Karena unitku bertanggung jawab penuh pada keamanan fasilitas RS ini. aku memeriksa setiap sudut didampingi oleh pak tris kepala sekuriti ku, dan juga orang yang paling kupercaya.

“bos, kudengar kau baku hantam sama direktur kemarin di siding komisaris” tanyanya dengan logat yang aku sulit pahami asal daerahnya.

“darimana lu denger?” sanggahku. Aku dengan pak tris memang sangat dekat sudah seperti sodara sendiri.
“ah kau macam tak paham saja, dinding RS ini punya telinga. Hati hati bos lawan mereka, kau ini orang lurus dan jujur, godaan kau Cuma masalah “lobang berjalan”. Tapi tetap saja itu celah bos. Mreka tuh orang jahat yang bakal halalin segala cara bos” celotehnya

Aku berpikir ada benarnya juga omongan dia. “makanya gue ada lu kan? Yang bakal jagain dan ingetin gue. Bakal ngabarin klo ada apa2”

“ini APAR kok tekanan hampir nol? Kaga lu cek ya?”
ujarku sambil membuka kartu ceklis. Tertanggal hari ini dan dinyatakan OK.
“panggil anak buah lu nih. Tanya kenapa dia asal ceklis dan ga diganti nih APAR.” Aku menyerahkan lembaran ceklis ke pak Trris.

“****** amat ini bocah ya…ku abisin aja kali” kudengar nada gusar dalam kalimat pak Tris.

“woi..lu klo jadi pimpinan jangan asal tebas orang. Mreka juga butuh makan. Mending lu cek dulu kebenarannya, bisa aja emang ni APAR bocor. Bikin anak buahmu segan ke lu bukan takut. Percuma klo mreka nurut karena takut, saat lug a ada ya semua bakal seenaknya. Sekarang gue tanya, lu ikut gue selama ini, belain gue, karena lu takut atau kenapa?” nasehatku ke pak Tris.

“ya aku si respect ke kau pak. Baru kali ini aku kerja ketemu pimpinan macam kau pak” jawabnya
“makanya tiru cara gue mimpin, bukan Cuma niru ngentotnya aja” aku sambil tertawa memberitahu nya tentang apa itu leadership

“iya iya boss, namanya juga orang jalanan mana bisa mikir macam kau bos” jawabnya
“gue tampol juga pala lu tar. Udah tau gue benci pola pikir macam itu. Udah gue bilangin beberapa kali, bukan dari mana lu berasal, tapi mau jadi apa kamu nanti. Mau dari jalanan kek mau dari kolong jembatan kek, selama lu jujur dan tekun berusaha, lu pasti bisa berhasil. Ga perlu gue ulang kan jaman gue masih belom jadi direktur kaya gini?” ujarku gusar
“iyaaaa ampun bosss” pak tris cengengesan menjawabku.

Aku berpisah dengan pak tris di lantai 3. Aku berjalan ke arah lift menuju lantai 5 ke kantor HRD. Aku ingin tahu laporan karyawan masuk dan keluar. Aku tidak suka bila turn over karyawan tinggi, artinya ada yang tidak beres dalam manajemen sumber daya manusianya.

Sesaat sebelum aku masuk pintu HRD.
Brukk…

“Ah… maaf, maafkan saya… aku tak melihat kemana aku berjalan…..”
seorang dokter wanita menabrakku. Cukup keras dan membuatku kaget.

“Ooo… dokter Luna rupanya… tidak apa-apa dok, maafkan saya juga yang ga sengaja nabrak dokter” ujarku dengan lembut. Dan aku heran kenapa nada bicaraku bisa selembut ini. hal yang tidak pernah kualami.

Dokter Luna memang selalu membuatku terbungkam dengan kecantikan di balik kacamatanya. Buka kecantikan fisik….bukan …tapi sorot matanya. Entah aku bisa merasakan aura pejuang, aura pecinta dan juga aura bidadari yang terluka. Yang robek sayapnya dan aku ingin menjadi pria yang menyembuhkannya. Entah kenapa……

“Maaf dok… maaf sekali... saya sama sekali tak melihat kemana saya melangkah… maafkan saya dok” dokter Luna nampak sangat ketakutan dan mengulurkan tangan untuk meminta maaf sembari membungkukkan badan

Saat bersalaman ada hal aneh yang menggangguku. Aku melihat beberapa bekas luka memar di pergelangan tangannya, dan juga di lehernya saat dia membetulkan letak rambutnya. Dugaanku ada benarnya, ada sesuatu di balik sayu matanya.

“itu tanganmu kenapa dok?” tanyaku. Yang membuatnya nampak gelisah dan kebingungan.

“hmm,, itu dok, tadi ada pasien yang gelisah di IGD dan mencengkeram tangan saya…” jawab dokter luna dengan kikuk. Aku tau kamu berbohong dokter Luna dan aku tidak suka di bohongi. Aku ingin mengetahui apa yang terjadi.

“Lalu pasien itu juga memukul leher belakangmu kah dok? Nampaknya cukup serius luka dokter..” aku mengejar pertanyaanku makin jauh. “Kalau kamu ijinkan, aku ingin merawat lukamu dok…” nada bicara ku memaksanya.

“Dok, sudah cukup... lukaku tidak separah itu kok… Toh saya tadi juga sudah mengobatinya waktu di IGD” dokter luna mencoba mengelak.

“Lukanya dokter obati sendiri dok? Lah, apa yang dilakukan perawat2 IGD itu melihat dokter yang bekerja bersama mereka dilukai oleh pasien? Apa mereka cuma diam saja,,”geramku…jika memang benar mreka tidak melindungi Luna, maka tunggu saja aku datang memberikan pelajaran. Semua tenaga kerja di RS ini harus mendapatkan perlindungan dari kekerasan. Itu sudah hukum yang kuciptakan untuk mejaga kenyamanan bekerja di RS ini.

“ehmm, anu dok…. Itu tadi, eh, saya ngobatin sendiri kok…. Saya ngga mau ngrepotin orang lain… lagipula cuma luka ga seberapa ini…..” Luna berkilah


“Paling tidak biarkan aku memeriksa dan melihatnya dengan lebih teliti dok… luka seperti itu dan apalagi di bagian lehermu, pasti dokter kesulitan mengobatinya sendiri juga kan” aku bersikeras ingin mengobati Dokter Luna. Aku ingin tau seberapa parah lukanya. Entah kenapa hati ini sangat tidak rela “Aku tetaplah seorang dokter, meski sekarang tak lagi menangani pasien secara langsung…”


“Tapi dok…”


“Udah, ga usah pake tapi tapi…. Kalo memang segitunya dokter Luna ngga mau merepotkan orang lain. Oke, cukup saya aja yang meriksa dan ngobatin luka dokter. Supaya perawat poliklinik bisa tetap mengerjakan pekerjaan mereka.”
Aku membujuknya dengan sedikit memaksanya.



“Kosongkan ruangan periksa no. 8, saya mau minta dokter Luna meriksa saya sekarang!” perintahku pada perawat klinik umum. Dan mereka segera bergegas keluar dari station mereka setengah berlari menuju klinik 8.


Aku tau peraturan yang mewajibkan dokter pria di damping saat memeriksa pasien wanita. Tapi ini kami sesame dokter dan peduli setan dengan aturan itu. Luna membutuhkan perawatan.


Aku mempersiapkan semua peralatan bedah minor. Dan semua obat obatan luka luar yang mungkin aku perlukan aku curiga luka luna tidak hanya itu saja.

Dokter Luna nampak melamun dan aku dengan sigap membuka lengan bajunya, “Ah maaf, aku terlalu fokus untuk segera memeriksa lukamu dok… sampai lupa tak meminta ijin untuk memegang tanganmu… bolehkah?” ujarku meminta maaf.

“hmmm.. ini ‘pasien’ nya ganas banget ya dok… Luka nya sampai kemana-mana seperti ini…”
Aku melihat semua goresan bekas kuku dan memar bekas telapak tangan. Jelas ini bukan luka biasa yang disebabkan pasien gelisah. Ini luka yang ga wajar.

“Ahh…. Eh, iya dok... mmm”
Luna nampak kikuk dan salah tingkah.

Aku memeriksa dan merawat luka dokter luna dengan perlahan, aku mencoba teliti dalam setiap detil lukanya, mencoba memeberikan obat tanpa menimbulkan rasa perih yang berlebihan. Aku benar benar penasaran siapa yang tega melakukan hal ini padanya. Jika aku tau jelas akan kuhabisi orang ini.
Baru kali ini aku memeriksa dan mengobati seseorang dengan galau seperti ini. jantungku berdegup tak beraturan. Tanganku bergetar tremor memegang alat alat medis ini. Wajah dokter Luna memerah….nampaknya dia menyadari aku kikuk dan salah tingkah. Aku harus jaga image.


“Syukurlah luka2 dokter Luna tidak ada yang serius… Saya harap tidak ada luka yang membekas dok. Kalau dokter Luna berkenan, tolong ijinkan saya kembali merawat luka dokter Luna besok pagi. Supaya saya yakin dokter benar-benar sembuh” aku menekankan pada dokter Luna untuk kembali control padaku. Aku ingin tau lebih jauh siapa yang berani menyentuhnya hingga seperti ini.


“Terimakasih dok. Tapi saya kali ini harus benar-benar menolak penawaran dokter” dokter luna menolak tawaranku. “Saya mohon diri dok. Saya harus segera kembali bertugas ke IGD” ujarnya dengan kikuk dan terburu buru.


Aku tidak tega menekannya lebih jauh. Dokter Luna melangkah keluar dari ruangan klinik umum, sambil menerima telepon. Dan nampak seperti ketakutan. Ada apa gerangan?




Luna sang rembulan…
Cahayamu telah meluluhkan hati beku serigala ini
Ijinkan aku serigala jahanam
Menjagamu dari sisi gelapku….

 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd