Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Sebuah Keluarga

Hukuman apa ya yang cocok buat tante May

  • Dilecehin

    Votes: 111 34,0%
  • Dipamerin

    Votes: 123 37,7%
  • Diumpanin

    Votes: 33 10,1%
  • Dianggurin

    Votes: 59 18,1%

  • Total voters
    326
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Tante may di gangbang petugas pemasang hernes mantap ini hu
 
Suara deburan ombak bercampur dengan dengungan mesin boat jetski ditambah dengan suara - suara jeritan gembira serta percakapan orang di pantai ini terdengar dalam ritme dan notasi yang sama dengan debaran jantungku saat ini, percakapan Rei dengan pihak vendor terlihat seperti bibir yang bergerak tanpa kata - kata, pandanganku sedikit kosong namun dapat menangkap jelalatan mata - mata para lelaki yang memandang tubuhku dengan pandangan lapar. Bulir keringat mengalir pelan dari leher turun ke bagian atas dadaku, bergerak pelan lalu kembali turun dan masuk ke belahan dada seiring dengan nafas berat yang membuat buah dadaku bergerak naik turun.


"Bu... ibu..."

"eh... iya mas?" aku terkaget saat mas - mas vendor melambaikan tangan mencari perhatianku, Rei tertawa ngakak melihat ekspresiku

"haha... rileks bu, jangan takut sampai melamun... saya Riki, senior instruktur disini, nanti ibu langsung saya dampingi untuk gamenya" kata Riki sambil mengulurkan tangannya


Aku menjabat tangan riki dan merasakan genggaman yang kokoh, badan Riki terlihat gagah dengan otot yang atletis namun tidak berlebihan dipamerkannya dengan hanya bercelana pendek seatas lutut dan sebuah tas pinggang melingkar dibawah perutnya yang kotak - kotak, sebuah kacamata disampirkan keatas rambutnya yang dipotong pendek.


"Santai taaann.... ini si Riki jago orangnya, aman deh..." tambah Rei yang sekarang berdiri disebelahku sambil mengelus cepat punggungku, gayanya sih berusaha menenangkan, tapi gerakannya malah membuat bajuku tertarik - tarik dan beberapa kali menyingkap daging payudaraku yang bergoyang - goyang... sial.

"Iyaa... terus ini gimana caranya?"

"Oke.. mari ikut saya" ajak Riki

"Tante, Rei liat dari situ aja ya sambil nyante and cari spot foto"

"loooh... Rei"

"udaaah... sama Riki aja aman, trust me" sahut Rei sambil tersenyum


Riki kemudian menjelaskan secara singkat apa itu parasailing serta cara dan aturan mainnya, terakhir Riki menjelaskan mengenai perlengkapan yang harus dipakai dan fitur keselamatan. Kuakui Riki ini profesional, cara menjelaskannya runtut, penyampaiannya santai dan pembawaannya menyenangkan serta menenangkan. Baru sebentar saja aku sudah merasa santai dan mulai tertawa - tawa kecil. Beberapa sentuhan ringan di lengan dan bahu mulai mewarnai pembicaraan kami, terlihat jelas Riki menahan matanya untuk tidak memperhatikan dadaku namun ada saatnya bola mata Riki terarah langsung ke buah dadaku apalagi saat aku tertawa
sehingga membuat buah dadakuterpantul - pantul, semakin keras tawaku semakin kencang pantulan buah dadaku, aku tahu itu... bahkan aku juga merasa Riki sengaja terus memancingku dengan candaan - candaan jayus dan kadang menjurus ke candaan porno untuk melihatku tertawa, eeh... tidak... untuk melihat buah dadaku bergoyang tepatnya, namun pada akhirnya aku malah menikmati itu.


"Oke, ini pake dulu pelampungnya" kata Riki sambil membawa sebuah pelampung tipis namun padat berwarna merah terang, akupun mulai memakai pelampung itu dan kemudian aku menyadari bahwa dengan pakaianku ini maka saat aku harus merentangkan tangan dan memposisikan badan untuk memakai pelampung yang kecil dan ketat itu, maka otomatis pakaianku akan tertarik kesamping namun hal itu terlambat ku antisipasi, gerakan badanku refleks lebih cepat dari daya pikirku dan benar saja, saat tangan kananku terentang kebelakang mencari lubang tangan pelampung, kain kemejaku sebelah kanan ikut tertarik dan menyibak hingga memperlihatkan payudara kanan ku bergelantungan bebas.


Sontak mata Riki melotot melihat payudaraku yang terbuka, dengan wajah yang merona merah saking malunya, aku menarik lagi tanganku dan cepat - cepat menutup kain bajuku kembali, jantungku berdebar kencang namun anehnya cairan tipis kurasakan mengalir didalam vaginaku, aku terangsang.


"Ma...maaf bu..." tergeragap Riki memalingkan wajahnya, telat mas batinku.

"iyaa... nggak apa mas, tapi saya bisa dibantu untuk pakai nggak?" pintaku

"ooo.. bi.. bisa bu" masih dengan gugup Riki melangkah ke belakangku, kulihat celana pendeknya yang lemas membentuk tonjolan gemuk dibagian depannya, dengan Riki dibelakangku aku berharap dia tidak dapat melihat apabila payudaraku sekali lagi tersingkap tanpa sengaja.

"Permisi ya bu" kata Riki pelan tepat ditengkuk sampingku sambil memakaikan pelampung itu.


Badanku sedikit bergetar saat nafas hangat Riki terasa di tengkuk, perlahan aku mulai memakai pelampung, tanganku bergantian memegangi kemejaku agar tidak terbuka kembali. Aku merasakan Riki tidak melepaskan tangannya dari pelampung tersebut, kulihat tangannya bergerak ke depan untuk mengaitkan pelampung tersebut, sesuatu yang seharusnya bisa kulakukan sendiri, tapi aku diam.


"Permisi bu saya kancingkan dulu.." bisik Riki lembut di kupingku, kini posisiku seperti dirangkul dari belakang oleh Riki, tanganku lunglai disamping tubuh. Mataku terpejam dan nafasku memberat saat kurasakan punggung jemari Riki yang mengaitkan pelampung itu menggesek kulit payudaraku, ujung jarinya terkadang menyentuh putingku, lututku terasa bergetar, vaginaku membasah, kugigit bibir bawahku agar tidak bersuara.

"Terlalu kencang bu?" tanya Riki, kubuka mataku dan baru kusadari tangan Riki sudah lepas dari badanku.

"eeh... udah, pas ini..." aku terkejut saat melihat kebawah, ketatnya pelampung membungkus tubuhku membuat kedua belah payudaraku tertekan dan membulat sempurna disela - sela pelampung, baju ku tertutupi oleh pelampung sehingga seakan - akan aku tidak menggunakan pakaian lagi dibalik pelampung ini.


Riki yang kembali kedepanku tercekat melihat hasil karyanya, dia menjadi salah tingkah... namun dibalik itu aku melihat tonjolan di celananya semakin tercetak jelas.


"Bu... maaf ya kalau nggak nyaman, apa saya carikan yang lain ya... siapa tau ada yang lebih besar ukurannya" sahutnya sedikit kebingungan, aku tersenyum geli melihat kegugupannya. Aku yakin dia ini anak balik, dengan segala kesempatannya sama sekali dia tidak mengambil keuntungan bahkan terkesan menjaga sekali.

"Udah nggak apa mas, wong ibu yang salah kok pakai baju ini" sahutku menenangkan

"eee... iya bu, bukan eee... maksud saya kalau ibu tidak berkenan nggak apa saya ganti"

"udah udah... nggak apa ini aja, lagian ini kan tempat wisata pantai mas, pasti banyak juga yang sedikit terbuka kaya ibu kan, bule - bule tu lebih malah" kataku kembali menenangkan Riki menggunakan kata - kata Rei

"iya sih... tapi lokal lebih sexy" Riki terkaget sendiri mendengar ucapannya, sepertinya dia keceplosan, aku tertawa

"eeehh.. maaf bu, tapi bener kok"

"hahahaha.... bisa aja, ibu nggak percaya ah, orang ibu juga udah tua" elak ku namun tetap dengan pipi merona, aku merasa tersanjung sekali saat ini.

"haduuuh... kalo ibu sekarang sudah tua, saya nggak berani bayangin gimana dulu mudanya ibu" balas Riki mulai kembali rileks menggoda

"hahaha... kamu itu, anak muda sekarang emang pada bisa ngerayu ya"

"hahahaha...." tawa Riki, kecanggungan kami kembali mencair.


Selanjutnya kamipun kembali keluar ruang instruktur untuk memasang harness parasailing dibadanku, nafas hangat Riki kembali kurasakan kali ini dipahaku saat dia membantuku memakai harness. Pandangan mata para pria di lokasi itu hampir seluruhnya terpaku padaku, dadaku yang terbuka dan membulat penuh serta kakiku yang terbuka hingga atas paha karena celanaku tertarik oleh harnes menyebabkan pahaku yang gempal dan putih berkilau diterpa mentari menjadi bulan - bulanan pandangan penuh nafsu pria - pria itu.


"Sip..! udah siap tante" kata Riki sambil mengacungkan jempol kearahku, aku masih merasa sedikit takut untuk terbang, dari kejauhan aku melihat sepasang anak muda yang barusan turun menggunakan model harness tandem.


Ide cepat muncul di kepala, aku mulai celingukan mencari sosok Rei yang tidak kutemukan.


"Kenapa tante? ada yang salah?" tanya Riki memperhatikan kebingunganku

"Eh... enggak, tante baru nyadar itu ada yang tandem ternyata ada ya?"

"Ada tante... kita punya yang jejer atau yang depan belakang, tapi kebetulan ini yang jejer abis, tinggal depan belakang" jelas Riki

"oooh.... tante nyari Rei ni, kok ga ada ya... tante takut nih, kalo tandem masih berani" kataku

"ooo... kalau nggak keberatan bisa sama saya juga tante, disini yang bisa jadi instruktur tandem ada 4 orang termasuk saya" lanjut Riki


Aku terdiam sejenak, sebenarnya sedikit risih juga berdua dengan Riki, namun mengingat kembali bagaimana anak muda ini memperlakukanku, terdapat rasa percaya di diriku. Kembali aku menengok kanan kiri mengharap kehadiran Rei, namun tidak kutemukan, aku menghela nafaas kesal.


"Yaudah deh, boleh mas berdua ya... tapi sama mas Riki, yang lainnya saya belum kenal" kataku

"hahaha... iya tante, kalau gitu sebentar kita tukar harnessnya" lanjut dia sambil mulai melepaskan harness yang kupakai, kembali sentuhan - sentuhan kecil di tubuhku membuat aku sedikit merasa terangsang.


Riki sekarang mulai memasang harness baru ditubuhku, lalu Riki memposisikan diri dibelakangku, dua orang rekannya lalu membantu memasangkan harness, kini kurasakan tubuh Rei mendesak tubuhku, bau tubuh terbakar matahari tercium di hidungku, baunya sungguh lelaki membuatku berdebar. Setelah itu kamipun bersiap untuk ditarik boat.


"Bu... Ibu yang pegang tali kemudinya ya... digerakan sesuai dengan instruksi orang di kapal, biar saya yang take of dan landing, kaki ibu ditekuk saja, lalu saya ijin memeluk ibu ya agar gerakan saya bisa maksimal" keterangan yang disampaikan oleh Riki terdengar cepat bagiku namun melambat dibagian "memeluk", ketika tangan Riki membelit pinggangku jantungku terasa berdebam.


Belum sempat aku berpikir tiba - tiba aku terpekik ngeri karena ternyata kami mulai terbang, mataku terpejam, kudengar tepat ditelingaku Riki menenangkan diriku, perlahan kubuka mata dan kulihat pemandangan yang sangat indah terbentang dibawahku. Walau dengan perasaan ngeri namun aku tetap menguatkan diriku untuk melihat kebawah, pemandangan ini sungguh sayang bila terlewatkan, biru laut dan bayangan hitam koral terlihat sepanjang aku memandang, angin menerpa wajahku. Sekitar 2 menit kulewatkan dengan terdiam menikmati pemandangan ini sambil memperhatikan instruksi dari kapal atas tali mana yang arus aku tarik, hingga akhirnya kusadari tangan Riki ternyata sudah berada diatas pahaku yang terbuka. Perlahan kembali kurasakan nafsu muncul di tubuhku.


Diatas sini Riki kadang bercerita mengenai hal - hal yang diketahuinya mengenai potensi alam laut pulau ini, aku mendengarkan dan menimpalinya dengan kurang konsentrasi akibat tangan Riki yang ada di pahaku terkadang bergerak ringan seakan mengelus ataupun meremas, klitorisku yang hanya tertutup celana kain lembut mulai tergesek - gesek pada harness yang keras menimbulkan rasa nikmat dibawah sana, sementara nafas Riki yang berkali - kali menerpa kuping, tengkuk dan leherku saat berbicara membuatku semakin terlena.


Hingga akhirnya kamipun mulai turun, aku mulai menarik perlahan kedua tali kemudi. Mendekati daratan Riki memintaku untuk mengangkat kaki agar tidak cedera saat hentakan turun, karena nantinya Riki lah yang akan bertumpu saat mendarat. Akupun mengkangkangkan kaki lurus terbuka kedepan, dibawah kulihat terdapat 3 orang rekan Rei yang bersiap membantu pendaratan.


Saat mendarat kulihat didepanku berdiri salah satu rekan Riki yang menjaga, aku mulai sedikit grogi mengingat kakiku yang mengangkang ini tentunya akan tepat mengarah ke badan lelaki itu.


"Perfect landing...!!" seru Riki dibelakangku, aku terpejam merasakan tumbukan ringan didepanku, terasa beberapa tangan terasa memegangi lengan dan perutku, namun bisa kurasakan sebuah telapak tangan tepat berada didadaku, tiga ujung jemari kurasakan meraba dadaku yang terbuka, pahaku dicengkeram oleh tangan Riki sementara sebuah telapak tangan lain berada di sebelah tangan Riki.


Nafasku memburu, aku tidak berani membuka mata, suara tepuk tangan menyadarkan ku, perlahan kubuka mataku dan kulihat posisiku sungguh menggairahkan. Didepanku berdiri seorang lelaki yang memegangi paha dan betisku yang mengalung kebadannya sementara dikedua sisiku dua orang rekan Riki lainnya memegangi tubuh dan lenganku, entah siapa yang tadi menyentuh dadaku karena saat mata terbuka tidak ada tangan disana. Bila dilihat maka posisiku ini serasa diriku sedang melakukan double penetration dan digerayangi oleh dua orang lainnya.... aku di gangbang. Otak kotorku membuat nafsuku menggelak, tatapan ketiga rekan Riki tidak lepas dari gundukan buah dadaku yang terasa panas akibat birahi seakan ingin disentuh.


Disekeliling kami tampak berkerumun beberapa bule dan wisatawan lokal yang hampir kebanyakan pria dan seluruhnya melihat kondisi ku dengan pandangan nafsu, aku merasa pusing.


"Oke hebat bu... sekarang bisa kita lepas harnessnya, ibu bisa menapakkan kaki" kata Riki tegas dan langsung kuturuti, kini seluruh harnesku mulai dicopot oleh mereka.

"Yuhuuuu... keren tanteee!!" kudengar teriakan Rei mendatangiku dengan menenteng kameranya, sebal rasanya aku melihat dia.

"Dapet fotonya mas?" tanya Riki ke Rei

"Dapat lah keren, n udah aku beresin ya didepan termasuk tips nya" sahut Rei

"Oke terima kasih juga mas Rei" sahut Riki

"Beres tinggal copot pelampung" kata Riki mulai melangkah menuju ruang instruktur, namun otakku yang belum sepenuhnya kembali malah dengan reflek membuka kaitan pelampung dan membuka pelampung dilokasi itu.


Keheningan tiba - tiba hadir, bahkan suara ombak dan angin pun serasa berhenti, otakku mulai beradaptasi dan langsung terkejut setengah mati saat mendapati buah dadaku terbuka keduanya, kain baju kananku tersingkap memperlihatkan buah dadaku utuh menggantung dengan indahnya, sementara bagian kiri bajuku terlepas hingga siku sehingga dada kiriku benar - benar terekspose menantang. Aku terdiam tanpa bisa berkata maupun melihat sekelliling karena aku yakin seluruh mata disitu melihat tubuhku saat ini, termasuk Riki yang tercengang saat membalikan badannya melihatku. Sebuah kain kurasakan tersampir menutupi tubuh terbukaku, baju Rei... tangan Rei dengan cepat menahan bajunya ditubuhku dan memapahku pelan.


"hahahaha... tante mabuk udara pasti" teriak Rei menenangkan orang - orang, seketika keriuhan muncul kembali.

"Bravooo!!!" teriak salah seorang bule

"Ati - ati bu..."

"Wow... amazing"

"Oh... God so georgeous"

"nice boobs"

"dikasih minum dulu mas"


Beraneka ragam celotehan muncul dan ditanggapi dengan tawa keras Rei, otak ku sudah bekerja penuh sekarang, perasaan malu bercampur horni muncul didiriku, termasuk perasaan sebal karena Rei menghilang. Tanganku mulai membenahi bajuku, lalu aku berhenti dan menatap Rei yang bengong. Tanpa bicara kugeret Rei menuju parkiran mobil, sepanjang jalan orang - orang memperhatikan kami dengan heran, aku sudah tidak memperdulikan gerakanku yang cepat menyebabkan payudaraku berguncang hebat, Rei juga hanya diam sambil tersenyum kecut.


"Kunci" kataku ketus saat mendekati mobil, kusahut kunci mobil yang disodorkan Rei, kubuka kunci.

"Masuk" perintahku lagi sambil melangkah ke kursi pengemudi, Reipun patuh masuk via pintu penumpang.


Sesampainya didalam, aku menyalakan mobil dan memasang AC, Rei masih terdiam disebelahku, aku menghentakan badanku ke belakang, lalu dengan cepat aku berpaling ke hadapan Rei, mukaku cemberut. Beraneka ragam perasaan kurasakan muncul di dalam hatiku. Rei terdiam menghadapku.


"AAAAAAAAAAAAAAAAAAKKKKKK!!!!!!" aku berteriak dengan kencang dan nyaring melampiaskan seluruh kekesalanku kepada Rei, membuatnya sedikit berjengit kaget.


Tanganku dengan cepat membuka celana pendek yang kukenakan dan memelorotkannya hingga terlepas, lalu dengan cepat aku melompat kearah Rei, kakiku mengangkangi paha Rei dan kuatur dan dorong kebelakang kursi Rei dan kuturunkan sandaran kursinya sehingga tertidur kebelakang, kuciumi mulut Rei dengan bernafsu, kini saatnya melampiaskan seluruh nafsuku. Rei yang awalnya kaget kini tertawa jahil dan mengimbangi keliaranku.


Tangan Rei, membuka celananya dan menurunkannya hingga pinggang, lalu memposisikan kontolnya yang mulai menegang ke belahan vaginaku dan langsung kugesek dengan liar, vaginaku yang sudah basah kuyup sedari tadi melumuri seluruh bagian kontol Rei dan membuat nikmat saat menggesek hingga klitorisku. Tangan Rei mulai membuka seluruh kancing kemejaku dan melepasnya sebatas siku, lalu dimainkannya kedua buah dadaku yang bergerak memantul akibat gerakan pinggangku.


"Oooouhhh... ssshhh... aaahh.. OOOUUHH" desahanku semakin keras didalam mobil saat kontol Rei mulai memasuki liang vaginaku dengan mudah, terasa penuh didalam membuat gerakanku semakin liar menggoyang, aku sudah tidak memperdulikan kondisi sekitar.

"Aaahh... banjir banget tan... nafsu banget ya"

"AAAAHH... BRENGSEK KAMU REEEEI... FUUUCK" teriakku sambil terus menggenjot kontolnya

"sshhh... enak ya dilihatin orang"

"ngggghhh... fuuuckk!! ssshh.. ouuuhh... isep pentil tante" pintaku sambil menarik kepala Rei kearah dadaku.

"Oohh... yees... iyaaah.... aaahh... gitu Rei... ooouuhh" desahanku semakin menjadi

"Ceritain gimana rasanya" kata Rei disela dadaku

"FUUUCKKK!! tante aaahhh.... tanteee.... ooouhhh shiiiit.. tante maluu... ooouhhh..." kepalaku bergoyang ke kanan dan kiri menikmati sodokan kontol Rei

"Tapi geli kan tempiknya" lanjut Rei

"Hhhhmmmm....mmmppphh.... aaaah... pentil tante ouuhh.. disenggol... aaahh.... tante banjiiiirr... oooouhh... fuccck meee.... tante keluaaaar...." aku tak sanggup lagi menahan orgasmeku, bayangan saat tadi aku mempertontonkan payudaraku ke lelaki lain dan saat tangan Riki menyenggol dada dan pentilku serta elusan dan remasan yang seperti tak disengaja di pahaku membuat birahiku memuncak, aku diambang orgasme.

"Oooouhh... binal banget tante sexy..." sahut Rei sambil ikut menghentakkan pinggul membuat kontolnya semakin dalam melesak ke ujung vaginaku, saat tertarik kepala kontolnya menggesek G-Spot ku. Mulut Rei terus menghisap dan menjilati puting ku yang semakin gatal, tangan Rei berulangkali meremas dan menampar pantatku yang terbuka.

"Oooouugghhh... Reeeii... kontoliiinnn... aaahhhh"

"Ngggghhhh... fuck tanteee... ga nahaaan..." geram Rei menahan orgasmenya

"tanteee.. aaaahh... juga sayaang.... ooouhh... geli tempiknyaaa aaaahh" sahutku terus menggeolkan pantat agar kontol Rei semakin menggesek dinding vaginaku.


Gerakan kami semakin menggila dipenghujung orgasme, tiba - tiba aku baru menyadari bahwa disebelah berdiri seorang bapak - bapak, terkaget aku sedikit menghentikan goyanganku. Namun kembali kusadari bahwa kaca film mobil ini cukup gelap walau tidak total. Aku yakin orang itu tidak akan bisa melihat kedalam namun pasti dia masih bisa melihat siluet ku yang bergoyang dengan liar, sementara dari luar pasti mobil inipun sudah bergoyang tidak karuan dan mungkin itu yang menyebabkan bapak - bapak itu terdiam di sebelahku dan memicingkan matanya menatapku.


Sensasi ini sungguh luar biasa, aku seperti sedang bersetubuh dengan dilihat oleh orang lain, gerakanku semakin dalam dan patah - patah, pandanganku tertuju ke jendela menatap langsung mata bapak itu, kulihat istri dan anaknya sudah masuk mobil namun dia belum juga beranjak dari posisinya. Pandanganku sayu menatapnya, kugigit bibirku dengan kencang, aku meledak....


"AAAARRRHHHHHH.... AAAAHH.... OOOUGGHHH.... FUUUCKK... AAAHHH..." teriakku keras menyambut orgasmeku, kepalaku tertunduk sedikit dari jendela dan aku terlambat menyadari jemari Rei di panel window. Seketika kaca jendela turun hingga sebahuku.

"AARRRGGGGGGHHH.... OOOOUHH..!!!" lolongku lagi, wajahku pucat terkejut namun dipenuhi pancaran kepuasan nafsu memandang lurus ke bapak - bapak tadi yang terkejut mendengar teriakan kepuasanku. Aku langsung menjatuhkan badanku kearah Rei dan melumat bibir Rei dengan beringas, kaca jendela tertutup kembali, goyanganku masih intens mengocok kontol Rei, tiba - tiba gelombang orgasme muncul lagi

"mmmppphh... tanteee....OOOUGGHHH!!!" Sperma hangat kurasakan membasahi rahimku saat Rei orgasme, aku menekan pinggulku dalam - dalam, dan kugigit bibir Rei

"NGGGGGHHHH!!!! NNNGGGGHHH!!!!" aku terkejang - kejang mengalami orgasme keduaku, pantatku bergera pelan diatas paha Rei, asin kurasakan dimulutku dan kusadari bibir Rei telah berdarah akibat gigitanku.

"Reeei.... nakaaaal...!!!!" sahutku sambil terengah - engah, badan kami bercucuran keringat meski AC mobil ini terasa dingin di pantatku

"Enak kan... sampe bibir gua digigit gini"

"gemeeeeessss!!! habis kamu nakal banget sih, kalo orang tadi lihat gimana??"

"ya ga apa lah, cuman liat muka aja kan ga sampe bawahnya"

"Nakaaal...." balasku sambil melumat kembali bibir Rei

"Tante binal banget sih, suka ya dilihat orang?"

"bodo.... ga tau"

"ngaku deeeh"

"enggaaaaak...!"

"bayangin begini terus disodomi Riki dari belakang ya??"

"aaah... Reeeei...!!!" aku terangsang saat Rei mengatakan itu, aku menggeliat kecil dan menutup mataku merasakan geli ditempikku

"Kaaan... bener..."

"tapi enggak mauuu... maunya cuman sama kamu sayaaang" kataku sambil menciumi pundak dan leher Rei dengan bernafsu

"tapi kalau cuman pamer - pamer dikit mau ya tan"

"sshhh.... ga tau aah...." kataku sambil memejamkan mata menenangkan diri, sensasi betapa malu namun terangsangnya diriku dilihat orang lain masih membekas divaginaku yang berkedut pelan.


Aku lalu berguling kembali ke kursi pengemudi dan memakai celanaku, kurasakan cairan sperma Rei sedikit mengalir namun kubiarkan. Rei pun telah kembali memakai celananya, lalu duduk menghadapku.


"Cantik..." bisiknya lembut

"apaan sih ngerayu terus" kataku sambil cemberut

"Wkwkwkwk... turun yuk, siapa tahu pada udah selesai"

"hmmm" sahutku kecil sambil mengancingkan kemejaku, Rei tersenyum kecil saat aku kembali tidak mengancingkan kemeja hingga setengah payudaraku


Kamipun turun dari mobil dan berjalan kembali kepantai, sepanjang jalan kembali banyak mata yang tertuju padaku khususnya ke bagian dadaku yang terbuka, namun kali ini aku merasa lebih tenang dan percaya diri. Kugandeng Rei seperti sepasang kekasih kami berjalan kembali ke gazebo kami dan tertawa terbahak - bahak saat menyadari bahwa barang kami ternyata ditinggal disini, untung sekali tidak hilang.


Sambil menunggu anak - anakku, kami memesan makan siang dan mulai menyantap terlebih dahulu mengingat perut yang lapar akibat persetubuhan kami. Beberapa saat kemudian anak - anaku datang dan mulai berceloteh dengan semangat soal pengalaman mereka bermain surfing dan sea walker, beberapa kali kulihat Mika melirik pakaianku yang terbuka dan menggodaku.


"Mamiii! itu tetek kemana - mana, mika jadi pengen mik cucu lagi" katanya sambil mengerucutkan bibirnya saat Rei dan Anna keluar membayar bill dan membeli beberapa souvenir

"siniii.. tar malem ya netek ibu lagi" kataku

"Asiiikkk..."

"Kamu ga pengen netek mbak dek?" celetuk Nia sambil memegang bagian buah dadanya dan menggoyang - goyang.

"Ogaaah... pahit!" balas Mika

"Enak aja...."

"Bu... kok bisa gede gitu sih? kok Mika kecil?"

"hahahaha... ya ga semuanya gede, yang kecil juga bagus kok, anak ibu juga yang besar cuman mbak Nia aja"

"tapi kan Mika ga bisa pamer kaya mami"

"husshhh... ya ga usahlah, Mika kan cakep, ga usah pamer juga banyak yang ngelirik"

"napa dek? ga pede ya teteknya kecil?" tanya Nia

"Pede sih, cuman kayanya seru juga kalo gede" jawab Mika

"hahaha... ga usah, bener kata ibu tu, kamu gitu aja cowok ngelirikin kamu mulu gimana gede, abis udah cowok kamu embat semua" sahut Nia

"hihihihi...." Mika tertawa kecil lalu rebah dipahaku

"Emang Mika mau pamer? kesiapa?" tanyaku sambil mengelus rambutnya

"hihihi... enggak, habisnya Mika selalu dianggap anak kecil, padahal udah gede" katanya lirih sambil cemberut

"hahaha... ya emang masih kecil kok" kataku sambil tertawa


Tak berapa lama Anna dan Rei datang dan kami pun lanjut bersiap pulang ke Villa


---------- oooOooo ----------


Sesampainya di mobil.......


"Aduuuuuh.... baunya yaaa... buka dulu kacaaaa!!!" kata Anna saat memasuki mobil, ternyata tercium olehnya bau persetubuhanku dengan Rei, aku hanya bisa tersenyum malu sementara Rei tertawa dengan keras.

"Apaan sih? pada ketawa???" tanya Mika yang datang belakangan

"hahahaha... Mas Rei kentuut!" sahut Nia sambil menyemprotkan parfum didalam mobil untuk menyamarkan bau.

"joroooook!!!" kata Mika sambil menutup hidung.


---------- oooOooo ----------


Akhirnya malam itu kami sampai di Villa setelah sebelumnya membungkus nasi pedas khas yang cukup laris di daerah Kuta, malam kami hendak menghabiskan malam di kolam renang, last night in Bali harus berkesan kata Rei dan Anna. Namun sebenarnya ada satu lagi yang berkesan di hari ini.... Ulang tahun Mika, kami semua sudah sepakat untuk berpura - pura lupa dan sama sekali tidak mengucapkan serta membahas mengenai hal itu. Maka tadi aku sempat tertawa saat di pantai Mika menyinggung soal dianggap anak kecil.


Sambil tiduran diranjang, kulihat Mika yang sedang berganti bikini Two Pieces membuatnya tampak cantik, kulit putih dan mulusnya benar - benar tanpa cela, payudaranya memang mungil, namun siapa yang tidak tergoda melihat kecantikan Mika bahkan pantat nya kulihat sudah membulat kecil, sexy...


Kulirik smartphone ku, pesan dari Anna


"Persiapan clear... giring bu" aku tersenyum melihat chat Anna

"Mi..! malah senyum - senyum, ayo cepat ganti"

"iya... tunggu mami ya bawel" kataku sambil bangkit dari ranjang dan mulai mencopot seluruh pakaianku dan menggantinya dengan bikini


Kamipun keluar berbarengan dari kamar dan langsung disambut dengan kegelapan, seluruh lampu di Villa ini ternyata dimatikan kecuali kamar kami, dilantai telah ditata sederet lilin yang mengarah ke kolam renang membentuk jalan, tidak terlihat adanya Nia, Anna dan Rei disana.


"Ap... apa apaan ini mi??" Mika tergagap kaget

"Sssst... ikutin yuk" ajak ku sambil menggiring Mika ke arah kolam

"SURPRISEEEEE!!!!" teriak Anna, Nia dan Rei seketika saat kami tiba dibelakang, suara perfeti bersahutan dari mereka bertiga

"HAPPY BIRTHDAY ADEEEKK" Jerit Nia

"HAPPY SWEET SEVENTEEN YA" lanjut Anna

"MET ULTAH MIK, TIUP LILIN" tambah Rei, yang kebagian membawa roti tart coklat tiramisu

"Met ulang tahun sayang" kataku sambil mengecup kening Mika yang terkejut menutup mulutnya, matanya yang berkaca - kaca menatapku dengan haru

"Makasih mamiii... sayang mamiii" jerit Mika lirih lalu memeluk dan menciumku

"Makasih mbaaak" jerit Mika melepaskan diri dariku dan berganti memeluk dan mencium Anna serta Nia yang mendekat

"Makasih mas Rei baiiikk!!!" jerit Mika mendatangi Rei dan mencium pipi Rei, kulihat Rei sedikit terkejut

"woooooh.... ga bakal cuci muka itu Rei dapat rejeki nomplok" kata Anna sambil tertawa

"Cuci mulut Mik, tetanus tar" tambah Nia

"husss... udah tiup lilin dulu sambil make a wish" cetus Rei


Mikapun menutup matanya mulai berdoa dan kemudian meniup lilin tersebut, kembali Mika memeluk erat tubuhku dan menghujani pipiku dengan ciuman, Nia dan Anna pun lalu ikut bergabung memeluk adik kesayangan mereka.


"Tambah gede tambah pinter ya dek" kata Anna mengecup kening Mika

"Iyaaa... makasih banget... sayang semuanyaaaa...."

"potong dong kuenya ayoooo... lapar nih!" jerit Rei sambil menyiapkan pisau

"dih... barusan juga makan 2 bungkus nasinya" sahut Nia

"Lapeeerrr... habis kerja rodi" kata Rei sambil tersenyum geli kearahku, sial...


Mika pun kemudian memotong kue dan memberikan potongan pertama padaku, lalu selanjutnya ke Anna dan Nia, potongan terakhir namun paling besar dia berikan kepada Rei yang menerima dengan sumringah, aku tersenyum melihatnya, Rei.... Rei... bahkan dengan apa yang telah kami berikan tampaknya masih belum cukup bagiku untuk berterima kasih padamu.


"Daaaann.... hadiahnya adalaaaaah...." Teriak Rei sambil tertawa jahil lalu tiba - tiba menyergap Mika dan menggendongnya, Mika yang kaget berusaha memberontak sambil berteriak dan tertawa, lalu dengan satu lemparan mudah mengingat tubuh Mika yang mungil, Rei melempar Mika kedalam kolam yang disusul oleh Nia dan Anna menceburkan diri ke kolam. Rei yang masih berdiri dipinggir kolam membuatku gatal untuk tidak mendorongnya, saat tanganku berhasil mendorong Rei, ternyata tangan Rei sigap ikut menarik lenganku sehingga kami berdua sama - sama tercebur
dikolam dan disambut heboh oleh ketiga anakku.


Malam ini kami berlima saling bercanda dan bermain air dibawah cahaya bulan yang terang dan kerlip lilin diseputar kolam, menikmati malam terakhir kami di Bali.








---------- oooOooo ----------


Tengah malam menjelang dini hari......


Aku berbaring di kamar menikmati musik dari smartphone, pikiranku berkelana membayangkan pengalaman seminggu ini di Bali, ketika aku terbayang bagaimana persetubuhanku dengan mas Rei di pinggir tebing karang, aku tersenyum sendiri. Huuuh.... mas Rei, pikirku sambil memeluk gulingku, sampai kapan ya mimpi ini berlangsung... akankah aku terbangun dari mimpi indah ini. Karena pasti suatu ketika saat mas Rei sudah menjadi milik Anna, maka aku harus merelakannya.


"Huuuufffhhh...." Aku menghembuskan nafas keras membayangkannya, tepat pada saat pintu kamar mandi terbuka.

"Kirain ada kuda dalem kamar, kenceng amat dengusnya" kata Anna sambil menutup pintu kamar mandi

"hihihi... enak aja" kataku sambil tersenyum ke Anna

"emang mikir apa kok sampe hela nafas kenceng banget gitu?" tanya Anna sambil melepas handuk yang dipakainya, tubuh Anna yang telanjang bulat terpampang seketika

"lagi... mikir mas Rei" kataku sambil menatap Anna yang hendak memakai baju tidurnya, sebuah lingerie coklat muda yang transparan

"Hah? kenapa dia?"

"enggak... cuman mikir, mas Rei tu baik banget...."

"hahahaha... kok pake dipikir sih, emang kan"

"bukaaan... cuman kepikiran, mbak mau ga ya aku ajakin ke kamar mas Rei"

"hahahaha.... Niaaa ta pikir napa, bilang aja kamu pengen kan" sahut mbak Anna jahil sambil melompat berbaring kesisiku

"Dikit, tapi beneran, gimana kalo kita ke kamar mas Rei... kita kasih hadiah"

"Emang apaan hadiahnya adik ku yang paling sexyyyy...."

"aaah... mbak aaahh... mau gaaa?"

"hihihi... iyaa... tapi tar mbak ga usah ya, kamu aja... aga capek mbak hari ini"

"yaaah... ga seru dong"

"udaaaah... ga ada seru - seruan, mbak sekarang cape tapi paling nanti juga nafsu kalo liat kamu disodok kontol Rei" kata Anna sambil menarik ku turun dari tempat tidur.


Kamipun keluar dari kamar dan menuju kamar Rei, villa ini masih gelap, semua telah masuk kamar masing - masing.


"Hayoo.." tiba - tiba kami dikagetkan suara teguran dari arah belakang, serempak kami menengok

"Ibuuu!!! bikin kaget" jerit Anna tertahan

"Pada mau ngapain?" tanya ibu sambil menahan senyum

"kepo deh...! ibu sendiri mau apa hayooo! udah pake lingerie gitu..." balasku sambil terkikik geli melihat ibu memakai baju tidur berupa piyama dari bahan sutra yang sangat tipis sehingga sebenarnya tidak berguna menutupi vagina dan payudara ibu yang terlihat jelas

"hihihi...." ibu tertawa kecil, pipinya memerah malu

"Dasar ganjeeen...!" bisik Anna sambil merangkul ibu lalu membuka pintu kamar Rei yang tidak terkunci.

"Loh... aduh ngagetin aja masuk sembarangan untung ga lagi bugil" cerocos Rei yang terkaget mendapati kami didalam kamarnya saat dia keluar dari kamar mandi hanya dengan memakai boxer

"malah bagus kalo kamu bugil, noh... pada kepengen" celetuk Anna sambil melemparkan dirinya kepinggir ranjang.

"enak ajaaaa... orang Nia mau say thanks kok ke mas Rei, ibu nih mas... memeknya gatel" kataku sambil terkikik geli mendorong ibu mendekati Rei

"kok ibu sih yang diumpanin?" protes ibu

"wkwkwkwk... ada - ada aja" tawa Rei sambil merangkulku dan ibu lalu membimbing kami semua tidur di ranjang, Rei diapit aku dan ibu sementara Anna berada disampingku.

"Nia cuman mau ucapin terima kasih ama mas Rei kok... udah baik ngajakin kita liburan seru banget" kataku sambil mengecup bibir mas Rei lembut.

"hahahaha... okeeey, sekarang tante.... kenapa coba?" tanya mas Rei sambil menengok ke Ibu

"Ibu juga" kata ibu sambil mengecup bibir mas Rei

"Kalo lu Na?" tanya mas Rei ke mbak Anna

"Nganter ini dua betina... pada pengen ngentot aja susah banget ngomongnya berbelit... hihihi...." kata Anna yang langsung kuhadiahi cubitan kecil

"hahaha... aduuuuuhh.... ampun deh gua capek banget malam ini, ga ada tenaga buat gituan" kata mas Rei

"kok ngaceng tapinya?" tanya ibu dengan tangan yang tau - tau berada di dalam boxer mas Rei
"Ya ngaceng lah tante geniiit..." kata mas Rei mengangkat kakinya lalu melepas boxer nya hingga telanjang bulat.


Mbak Anna menyenggolku pelan, saat kutengok dia tersenyum jahil sambil mengedikan dagunya ke arah mas Rei. Aku yang paham maksudnya langsung menjawil pundak ibu, yang dibalas dengan senyum dikulum.


"Kenapa?" tanya ibu genit kearah mas Rei.

"dikerubutin trio macan gini..." sahut mas Rei sambil mulai meremas dada ibu yang membusung.

"eeeh... eehh.. katanya capeeek, ini kita kesini cuman mau ucapin terima kasih kok Rei" sahut mbak Anna cepat

"iya nih, sama mau ucapin met bobok sayang" kataku sambil mengecup pipi mas Rei lalu mengikuti mbak Anna beranjak dari ranjang.

"tante jugaaa... makasih banyaaaak ya sayangkuuu" kata ibu sambil memeluk mas Rei yang terbengong, lalu ibu bangkit dan berjalan kepintu keluar menyusul kami meninggalkan mas Rei yang terbengong telanjang dengan kontol menegang.

"Bangkeeeeeee!!!!" teriak mas Rei lalu tertawa geli

"hahahaha..." tawa kami bertiga

"tinggalin satu napa, buat malam ini... ga ngapa - ngapain deh, temenin bobok aja" sahut mas Rei merajuk

"kok cuman satu? kenapa ga tiga - tiganya?" tanyaku sambil membuka tanktop tipis yang kukenakan sehingga kini aku bertelanjang dada

"hahaha... gila deh Nia ni" mbak Anna tertawa geli melihat kelakuanku namun mengikuti meloloskan seluruh pakaiannya

"loh gimana sih? ibu kok bingung, ini jadinya keluar apa nggak?" tanya ibu sambil bengong memegang gagang pintu

"hihihi... ya sana deh kalo ibu mau balik, kontol mas Rei buat Niaaa" teriak ku sambil berlari kecil menghampiri ranjang, disusul mbak Anna, buah dadaku berguncang saat berlari.

"dasaaar... ibu ah" kata ibu dan menyusul mempreteli pakaiannya.


Rei terlentang diranjang dengan kaki yang terbuka, aku bersimpuh diantara kedua kakinya dan mulutku sibuk menghisap batang kontol mas Rei yang selama ini memberiku kenikmatan, mbak Anna asyik berciuman berbaring disebelah kanan mas Rei, tangan mas Rei meremas - remas lembut payudara mbak Anna, ibu yang datang belakangan langsung berlutut disamping disisi kiri mas Rei dan mulai menjilat dan menghisap puting dada mas Rei.


"Ssllluurrrp... slurrrpp... ggllkk... mmpphh..." decakan mulutku saat semakin dalam memasukan kontol mas Rei, baunya yang khas meningkatkan gairahku, rongga mulutku menghisap dengan kuat, kurasakan batang mas Rei sudah tegang maksimal.

"nggghh... aaahh..." kulepas kulumanku dan kubanjiri kontol mas Rei dengan ludahku, kukocok dengan cepat kontol itu.


Pinggang mas Rei menegang dan desahan keluar dari mulutnya, aku lalu berjongkok di atas selangkangan mas Rei, kugenggam kontolnya dan kuarahkan ke memek ku, kulihat mas Rei dan mbak Anna melirik kearahku saat kepala kontol mas Rei mulai masuk ke memekku, mataku terpejam merasakan sensasi ini, desisan lirih keluar dari bibirku.


"aaaahh...." desahku saat seluruh kontol mas Rei tertelan habis didalam memek ku, pinggulku mulai bergoyang pelan mengaduk kontol mas Rei.


Ibu yang melihatku lalu ikut mengangkangi perut mas Rei menghadapku, mata kami berhadapan, tangan ibu meraih tanganku dan menaruhnya di payudaranya yang menggantung besar, hangat dan lembut kurasakan payudara ibu di genggamanku yang tidak cukup membungkus seluruh bulatan daging itu, perlahan tangan ibu membimbingku meremas dan memainkan payudaranya dengan kedua tanganku. Perlahan bibirku maju, ibu memejamkan matanya dan mendesah saat bibir kami bersentuhan, kusesap lembutnya bibir ibu dan mulai melumat dengan penuh gairah, ibu pun membalas dengan liar lidahnya melintas bibir dan menyapu rongga mulutku, mencari lidahku lalu menyedot dengan nafsu, air liur kami menyatu dengan mudah sementara kedua tangan kami saling bergantian meremas payudara, pinggulku bergoyang semakin cepat, tangan kiriku mengarah kebawah dan masuk ke sela - sela memek ibu dan mulai mengobel klitoris dan mencolok - colok liang kenikmatan ibu.


Mbak Anna tidak mau kalah, kini dia sudah mengangkangi wajah mas Rei dan membenamkan memeknya di mulut mas Rei, pinggul mbak Anna bergoyang - goyang kecil, tangan kanannya bertumpu ke dinding tempat tidur. Aku dan ibu kini sudah semakin dilanda nafsu, tubuh ibu sudah kupeluk dan tangan kami saling meraba dan merangsang bagian tubuh sensitif satu sama lain, bibir ibu sudah berpindah ke leherku dan membuat cupangan kecil disana.


"Aaah... ibu... aaahh... enaak bu..." racauku

"enak kontol ya Nia... aaassshh... goyang terus nak... yang dalam"

"Iyaaah... ooouhh... dalem memek Nia gateel bu... aahhh"

"ibu... aah jugaa... jarimu... oouhh... enak Nia..." racau ibu, pinggulnya menggoyang jariku yang terbenam di memeknya

"OOOOUUGGHHH...!!! OOOHH... KELUAAARR... AAAAHHHHH" jerit mbak Anna keras, suaranya yang sexy tampaknya membuat mas Rei tambah semangat, pinggulnya ikut menghentak - hentak menyambut goyanganku yang sudah tidak terkontrol.

"mmmmppphh... ibuuuu... Niaa ga kuaaat...." desahku sambil menekan kepala ibu yang kini berada didadaku, mulut ibu melumuri puting payudaraku dengan lidahnya yang panas

"aaaahh.... aaaaahh.... AAAAHHHH... OOOOOUUHHHH" teriak ku parau saat orgasme datang, pinggul ku bergetar, sodokan kontol mas Rei semakin brutal di memekku sama sekali tidak memberiku kesempatan.

"tanteeee... ga tahaan.... emutin" pinta mas Rei, akupun menggulingkan tubuhku kesamping memberi kesempatan ibu

"aaah..." desahku lirih saat kontol mas Rei tercerabut dari memekku, kini ibu langsung maju dan menurunkan kepalanya, mulut ibu langsung melahap kontol mas Rei, tangannya aktif meraba kantung zakar mas Rei hingga lubang anusnya, kepala ibu naik turun dengan cepat, pinggul ibu bergoyang kecil sambil bersujud diatas tubuh mas Rei.


Aku dan mbak Anna bangkit dari sisa nikmat orgasme kami dan mendekati pinggul ibu, kuelus memek ibu dengan jemariku, perlahan kumasukan dua jariku ke memek ibu yang sudah basah, kurasakan pinggul ibu terjingkat
saat sodokan jariku mulai intens mengocok memeknya. Tangan kiri mbak Anna mulai ikut menggesek klitoris ibu dengan cepat membuat pinggul ibu mulai bergoyang liar, tangan kanan mbak Anna mengelusi pantat ibu, perlahan wajah mbak Anna mendekat dan mulai menjilati pantat ibu yang membulat menungging dengan sexy.


Remasan kecil kurasakan di pantatku, kulirik tangan mas Rei kini mulai gatal menyusuri seluruh bagian pantatku, jemarinya meremas bokongku dan kadang menyelinap ke memek ku yang masih basah.


"aaaaahh... fuuuuck... kontol gua... aaahh" mas Rei mulai menggeliat menahan kenikmatannya, ibu yang menyadari itu makin gencar menaik turunkan kepalanya, ludah berleleran diseputar mulutnya bercampur dengan precum mas Rei, pinggul ibu juga makin menungging menahan rasa nikmat sodokan tanganku, jilatan mbak Anna kini seringkali mampir ke liang anus ibu.

"anjiiiing.... sexy banget siiih... aaah... aahh.. AAAAAHHHH... FUUUCKK!!!!" akhirnya mas Rei tidak kuat lagi badannya mengejang, kakinya tertekuk kaku lalu luruh melemas disertai desahanpanjang keras. Ibu masih tetap mengulum kontol mas Rei, pinggulnya bergerak liar.

"MMMMPPPPPHHH.... NNGGGHHH.... MMMMHHHH..." ibu seketika ikut mengalami orgasmenya, pinggulnya bergerak liar bergoyang menghindari sodokan jariku yang masih bersarang di memeknya, cairan ibu mengalir di
tanganku, akibat gerakan ibu yang liar akhirnya jariku terlepas dari liang memek ibu, dan semprotan kecil cairan dari memek ibu memancar keluar, badan ibu tersungkur ke depan sambil terengah - engah.


Sambil tersenyum geli akhirnya aku mengetahui dari mana bakat squirt ku, kamar ini terasa hening, hanya desah - desah lembut keluar dari mulit kami, tangan mas Rei masih meraba pantatku, tanganku merabai punggung mbak Anna dan tangan mbak Anna masih mengelusi paha dalam ibu. Kami bergelimpangan telanjang, bau persetubuhan tercium pekat didalam kamar. Setelah beberapa saat melepas lelah dan mengurangi rasa nikmat yang berangsur mereda, ibu mulai bangkit dari posisinya, lalu duduk memandang kami semua, dikecupnya pipi mbak Anna, lalu beralih mengecup hidungku dan terakhir mengecup bibir mas Rei.


"Ibu mau kemana?" tanya mbak Anna saat melihat ibu turun dari ranjang

"balik kamarlah, kan nemenin Mika" sahut ibu

"Mbak...." kataku

"ya?"

"....kita disini dulu yuk, aku mau tidur disamping mas Rei" sahutku sedikit malu

"hahaha..." mas Rei tertawa sambil menepuk kecil pantatku

"hihihi... yaudah kamu disini aja kalo mau" jawab mbak Anna

"enggaaaak... aku maunya sama mbak disininya.. ya..." pintaku, kulihat mbak Anna melirik mas Rei sejenak sambil tersenyum lalu melihatku dan mengangguk

"iyaaa... udah sini tidur sama gua, lu disini Nia, biar Anaa disini" kata mas Rei mengatur posisi kami mengapit mas Rei.


Aku merasa senang dan langsung menyelusupkan badanku miring kearah tubuh mas Rei yang hangat, mbak Anna yang melihat itu tertawa geli dan menyahut selimut lalu menyelimuti kami semua dan ikut tidur disisi mas Rei. Ibu hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan kami.


"Nia kok kolokan ya... kalian jangan siang - siang bangunnya ga enak kalo dilihat Mika" sahut ibu yang telah selesai mengenakan pakaiannya dan melangkah keluar kamar sambil mematikan lampu.

"Have a nice dream..." bisik ibu sebelum menutup pintu kamar.


---------- oooOooo ----------


Dengan berjingkat perlahan aku memasuki kamar dan berharap Mika tidak terbangun, setelah menutup pintu kulihat Mika masih tertidur lelap membelakangiku, kusingkap selimut dan mulai merayap disebelahnya dan mulai memejamkan mata.... aahhh... liburan yang nikmat pikirku sebelum terlelap.


---------- oooOooo ----------


Kudengar ibu memasuki kamar dengan perlahan, aku memejamkan mataku dan mengatur nafas, kurasakan ranjang kami bergerak saat ibu merayap kesebelahku, tak berapa lama kudengar nafas ibu terasa mulai teratur.... tampaknya ibu tertidur. Kubuka mataku memandang jendela yang terbuka kordennya memperlihatkan taman yang asri diluar, bibirku tersenyum kecil, lalu perlahan aku kembali terlelap.


To be Kontolnyut
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Thx updatenya om

Keknya Mika belum tidur, ane curiga dia mengintip aktivitas di Lamar Rei dan kembali ke kamar beberapa saat sebelum si mama.
:pandaketawa:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd