Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [Season 1 & 2] - Slavery Game

Tim siapakah anda?

  • Lia

    Votes: 65 20,4%
  • Indah

    Votes: 40 12,6%
  • Vera

    Votes: 20 6,3%
  • Yolanda

    Votes: 60 18,9%
  • Azizah

    Votes: 123 38,7%
  • Natsu

    Votes: 10 3,1%

  • Total voters
    318
Udah ane tambahin ya deskripsi pil nya.. btw kok pada percaya seriesnya uda tamat ya wkwkk.. masih ada lagi ini, emg pada ga mau baca action waktu di HK? 🤣
Spoiler Alert : agak sadis dikit gpp ya gans.. parental adversory needed 😎
 
Sadis gpp om, karena pembalasan harus jauh lebih kejam hehehehe
 
SG 85 – A Pleasant Surprise yet Worrying at the Same Time


Melihatku membalik badan lalu menatapnya sambil terbengong, Lia seketika berhenti berjalan dan bertanya,

“Kenapa, sayang?”

Aku masih belum pulih dari syokku sehingga aku tidak menjawab pertanyaan Lia itu. Sampai ketika Azizah memegang tanganku dan bertanya pelan di belakangku,

“Mas.. Ada apa?”, suara Azizah menyadarkanku.

Aku langsung tersadar dari lamunanku dan melihat semua orang yang ada di ruangan ini sedang menatapku dengan heran. Aku mengambil dan menghela nafas panjang lalu menjelaskan,

“Ba-baru saja, suara sistem terdengar di dalam kepadaku. Ia memberiku sebuah reward baru”, ujarku terbata karena masih tidak menyangka sistem akan memberikanku reward seperti itu.

Kemudian aku dengan sekejap masuk ke dalam ring dan langsung menemukan reward yang baru saja diberikan oleh sistem kepadaku itu, karena cuma itulah satu-satunya barang di dalam ruangan dimensional yang berbentuk sebuah pil.

Pil itu berada di sebuah gelembung yang melayang dan berwarna hijau pekat yang menyala. Dengan perlahan aku mengambil pil itu, diiringi suara ‘Plop’, gelembung itu pecah lalu membawa pil itu kembali ke dunia nyata.

Aku membuka mataku dan juga tangan kananku yang sedang menggenggam pil itu. Semua mata langsung melirik ke arah pil hijau yang ada di atas telapak tanganku itu.

“Apa itu, Za?”, tanya Lia kepadaku.

Aku kembali mengela nafas lalu menatap Lia dengan penuh kelembutan seraya berkata,

“Kata sistem, pil ini bisa menyembuhkan semua jenis penyakit dan kelainan kesehatan. Aku yakin pil ini bisa menyembuhkanmu, Li..”, ujarku.

“Ohhhh!!”, Vera dan Indah seketika tersentak kaget dan menutup mulut mereka seraya melihatku dengan pandangan tak percaya.

Lia juga kulihat sangat terkejut setelah mendengar perkataanku. Ia bertanya kepadaku dengan terbata,

“Ma-maksudmu, pil itu bisa menyembuhkan… A-apa kau yakin, Za?”, tanya Lia dengan suaranya yang terdengar penuh pengharapan. Aku menganggukkan kepalaku dan menjawab,

“Ya.. Aku sangat yakin.. Aku sudah berulang kali menyaksikan keajaiban yang dilakukan oleh sistem. Jadi kali ini, keajaiban itu pun pasti terjadi lagi”, jawabku yakin.

Kali ini, Lia tidak mampu menahan tangis bahagianya lagi. Ia menutup wajahnya dan menangis haru.

“Ohh mbaa..”, Indah langsung menghampiri Lia dan memeluknya erat disusul oleh Vera sesaat kemudian.

Melihat mereka bertiga berpelukan, Azizah yang bingung dengan apa yang sedang terjadi, dengan ragu-ragu ia pun berdiri dan ikut bergabung dengan mereka. Aku memang belum menceritakan soal ini kepada Azizah. Tapi aku memang berniat membiarkan hal itu, biar Lia atau wanitaku yang lain, yang akan menceritakannya kepada Azizah.

Kulihat Yolie juga berdiri lalu menghampiri keempat wanita yang sedang berpelukan. Kemudian ia membelai pundak Lia 2 kali lalu berjalan menuju sofaku dan duduk di sampingku. Aku menoleh ke arahnya dan tersenyum.

“Hm? Kamu gak menyuruhku untuk ikutan berpelukan kayak telletubies seperti itu kan?”, tanya Yollie sambil menatapku tajam.

Aku tersenyum semakin lebar lalu menarik tubuhnya agar mendekat ke arahku. Yollie pun menurut dan menyenderkan punggungnya sedikit ke dadaku. Tanganku merangkul pinggangnya.

Beberapa saat kemudian, keempat wanita yang saling berangkulan itu, melepaskan pelukan mereka lalu masing-masing duduk lagi di sofa.

Indah memapah Lia yang tubuhnya masih terlihat lemas akibat syoknya setelah mendengarkan bahwa ada obat yang bisa menyembuhkan masalah kemandulannya itu, lalu duduk di sofa yang sama dengan Vera. Sedangkan Azizah duduk di sofa yang sama denganku dan Yollie.

Setelah duduk, Lia berusaha untuk menenangkan dirinya. Lalu setelah dirasakannya ia sudah berhasil menormalkan emosi dan nafasnya yang tak beraturan tadi, Lia bertanya lagi kepadaku,

“Katamu tadi, pil itu bisa menyembuhkan segala jenis penyakit dan kelainan kesehatan?”

Aku mengangguk seraya tersenyum kepadanya.

Lia berpikir beberapa saat kemudian melanjutkan,

“Kalau begitu, kita lebih baik menyimpan pil itu untuk berjaga-jaga kalau ada keluarga kita nanti yang sakit parah”, kata Lia setelah ia mulai bisa berpikir rasional.

Aku menatap Lia sambil masih tersenyum lalu mengkodekan kepada Yollie untuk menggeser badannya. Kemudian aku berdiri dan berjalan menghampiri Lia. Aku berlutut di depannya lalu meraih tangan Lia yang diletakkannya di atas pahanya. Lalu aku membuka telapak tangannya dan meletakkan pil itu ke tangannya seraya berkata,

“Kita gak perlu mikirin sesuatu yang belum pasti terjadi di masa depan. Minumlah pil ini secepatnya, Li.. Kita sudah lama menanti-nantikan ini. Ini adalah anugrah buat kita, jangan disia-siakan. Lain waktu, bisa saja sistem akan memberiku reward seperti ini lagi..”, ujarku lembut.

Lia menatapku selama beberapa saat, kemudian ia akhirnya menganggukkan kepalanya dengan mata yang kembali berkaca-kaca. Aku bangkit dari posisiku lalu mengecup lembut kening Lia. Setelah beberapa saat, aku kembali duduk di sofaku.

Lalu Lia berkata kepada semua wanitaku yang ada di ruangan ini,

“Mba Azizah, mba Yollie dan Vera.. Ada beberapa hal yang harus kita bahas, sekaligus aku mau menyampaikan permintaanku pada kalian”, Lia berhenti sesaat kemudian melanjutkan,

“Yang pertama adalah.. Walaupun mungkin aku akan sembuh dari kemandulanku setelah meminum pil ini, aku belum tentu bisa langsung hamil dan mengandung anaknya Reza. Dan karena aku yakin, kita semua sudah siap untuk membentuk sebuah keluarga besar, jadi aku harap setelah pernikahan kalian nanti, kalian jangan menunda-nunda kehamilan.. Dengan hadirnya buah hati dari rahim kalian nanti, aku yakin akan bisa menambah kebahagiaan kita semua. Bisakah kalian menyanggupi permintaanku ini? Aku dan Reza sudah lama ingin bisa mempunyai momongan..”

Setelah menyelesaikan perkataannya itu, Lia bergantian menoleh ke arah Vera, Azizah dan Yollie. Azizah dan Vera langsung mengangguk sambil tersenyum kepada Lia, menyanggupi permintaannya itu. Yollie, walaupun dengan ekspresi datarnya, ikut mengangguk juga.

Lalu Lia berkata lagi,

“Terima kasih semuanya.. Kesanggupan kalian itu, sangat berarti buatku dan juga Reza.. Lalu yang kedua, mulai sekarang, karena kita ini keluarga besar, aku harap mba Azizah dan mba Yollie mau untuk tinggal di rumahku atau Vera. Ehmm.. menurutku mba Azizah yang tinggal di rumahku dan mba Yollie di rumah Vera.. Mau kan?”, pinta Lia kali ini kepada Yollie dan Azizah.

“Iya mba Lia, aku mau”, ujar Azizah lembut.

Namun Yollie tidak menjawab permintaan Lia itu. Ia hanya menatap tajam ke arah Lia, lalu beberapa saat kemudian ia berkata,

“Maaf aku gak bisa.. Aku terbiasa hidup independen dan punya rumah sendiri di kota J. Dan aku juga tidak mau memindahkan Adrian ke sekolah lain. Aku tau, kamu menyarankan hal ini supaya Reza bisa dengan mudah membagi waktunya dan membagi jatah buat istri-istrinya nanti. Tapi aku gak peduli, atur saja bagaimana menurut kamu baiknya kalau untuk soal pembagian jatah. Karena aku yakin, laki-laki mesum ini suatu saat juga akan merindukan tubuhku, ya kan?”, jawab Yollie santai sambil menoleh ke arahku lalu menatapku tajam.

“Eh, i-iya sayang”, jawabku buru-buru ketika melihat tatapannya itu. Namun aku langsung melirik ke arah Lia.

Dan benar saja.. Setelah mendengarkan jawaban dari Yollie, ekspresi wajah Lia seketika berubah. Lia menatap Yollie dengan tatapan yang tajam dan sedikit dingin.

Yollie terlihat cuek dan tak mau kalah lalu membalas tatapan Lia itu. Kejadian saling tatap yang terjadi di safe house waktu itu, terulang kembali. Namun kali ini, aku membiarkan kedua wanitaku itu menyelesaikan masalah mereka sendiri. Untuk soal seperti ini, seorang suami tidak perlu ikut campur. Bukankah aku tinggal menikmati apapun hasil keputusannya nanti? Kekekeke…

Kemudian Yollie melanjutkan,

“Lagipula aku sedang mempertimbangkan tawaran dari kementrian hukum untuk menjabat sebagai ketua BPK, menggantikan almarhum suami mba Azizah. Apa kamu yang mengatur semua ini, Za?”, Yollie bertanya kepadaku.

Aku sedikit terkejut mendengar perkataan Yollie itu, namun aku langsung menjawabnya,

“Ya.. Setelah aku berhasil mengontrol Rudy Zhao, aku sempat mendiskusikan hal ini dengan Kolonel Bagus. Aku merekomendasikan kamu kepadanya, agar kita bisa menjerat tikus-tikus koruptor dalam negri. Aku tidak tau kepada pejabat tinggi mana lagi Kolonel Bagus merekomendasikanmu. Tapi aku cukup kaget karena mereka sudah memutuskan secepat ini. Aku harap kamu menerima tawaran itu, sayang”, ujarku.

“Kalian dengar sendiri kan?”, kata Yollie kepada wanitaku yang lain. Namun tak lama kemudian, Yollie melanjutkan perkataannya. Kali ini suara Yollie terdengar lembut dan ia berkata sambil tersenyum ramah kepada Lia,

“Tapi tenang aja. Kalau tiap ada acara kumpul-kumpul keluarga, aku dan Adrian pasti akan datang kemari. Jarak dari sini ke rumahku kan paling cuma 2.5 jam”

Ekspresi dingin Lia seketika mencair setelah melihat Yollie tersenyum dan mendengar perkataannya barusan. Lia menghela napas dan berkata,

“Baiklah.. Aku tidak akan memaksamu soal ini. Aku cuma berharap agar keluarga kita menjadi lebih harmonis”

“Tentu..”, jawab Yollie lugas.

Kemudian Lia berkata lagi,

“Ok.. Hal yang ketiga adalah soal diskusi kalian tadi. Aku tidak mau ada satupun yang ikut dengan Reza ke HK.. Selain karena itu berbahaya, aku juga mau kalian membantuku untuk mempersiapkan pesta pernikahan kalian nanti. Aku gak mau melakukan ini sendirian”, kata Lia tegas.

Namun keempat wanitaku yang lain, langsung memprotes keputusan Lia itu.

“Mba.. Vera gak mau.. Pokoknya Vera harus ikut.. please izinin Vera..”, rengek Vera.

“Indah juga harus ikut, mba Li.. Mas Reza bisa sewaktu-waktu butuh kemampuan Indah”, Indah juga bersikeras.

“Aku juga harus ikut Reza ke HK.. Aku punya dendam pribadi dengan penjahat itu, yang harus kuselesaikan. Aku akan menghabisi pria itu dengan tanganku sendiri”, ujar Yollie tak mau kalah.

“Zizah juga mau ikut..”, Azizah berkata pelan.

“Semua yang ada disini juga punya dendam sama orang itu kali mba.. Jadi itu bukan alasan yang kuat. Kalau Vera kan harus mencari tau keberadaan kak Mey, jadi Vera harus ikut..”, Vera menyanggah Yollie.

Lalu seperti yang terjadi tadi, waktu aku dan Lia memasuki rumah ini, keempat wanitaku saling sahut-menyahut dan berdebat, bersikeras untuk ikut denganku ke HK.

Kali ini, Lia juga ikut berdebat dengan mereka dan tetap melarang mereka untuk ikut. Kulihat muka Lia sudah mulai menunjukkan kekesalannya karena tidak ada satu pun yang mau mengalah.

Aku sudah siap untuk melerai dan memberikan keputusanku. Aku sebenarnya juga setuju dengan Lia dan tidak mau ada seorang pun wanitaku yang ikut denganku ke HK. Namun baru saja aku mau membuka mulutku, tiba-tiba..

“DIAM SEMUA!! JANGAN ADA YANG BICARA LAGI”, Lia berteriak cukup keras.

Aku semakin tersentak kaget ketika melihat keempat wanitaku yang lain, mendadak tidak bisa bersuara. Padahal dapat kulihat, mulut mereka bergerak seolah sedang berusaha untuk mengatakan sesuatu.

Kulihat juga, keempat wanitaku itu menjadi panik dan membelalakkan mata mereka, karena tiba-tiba mereka jadi bisu dan tidak bisa mengeluarkan suara apa-apa.

Lalu suara sistem itu terdengar di kepalaku,

..


“” Tringg.. Congratulation Master.. Your slave has obtained a new title [Final Decider] and new skill [Decide (passive)] “”


“” Skill Effect : If there is an argument between your slaves that does not find a solution, the leader of your slaves will be the final decider on the problem they’re facing “”


..



Lalu, setelah beberapa saat keempat wanitaku itu mencoba bersuara dan tidak berhasil, akhirnya mereka menyerah.

“Ok.. Aku gak akan ikut”, suara Yollie tiba-tiba terdengar ketika ia sudah pasrah dengan keputusan Lia. Sontak ketiga wanitaku yang lain, yang masih bisu, terkaget setelah mendengar Yollie bisa bersuara dan mereka akhirnya menyadari situasi mereka saat ini. Yollie pun tampak sama terkejutnya dengan mereka, tapi ia tidak berkomentar apa-apa lagi.

Azizah yang pertama kali mengikuti cara Yollie dan berujar lirih,

“Iya.. Zizah gak ikut juga”

Namun Indah dan Vera tampak masih belum menyerah dan masih bersikeras dengan keinginan mereka. Lalu tiba-tiba, wajah Vera terlihat pucat dan panik,

“Hwughh”, Vera seketika menutup mulutnya dan memasang ekspresi wajah seperti mau muntah. Ia langsung berlari menuju kamar mandi lalu menutup pintunya.

Aku dan keempat wanitaku langsung saling menatap heran. Kulihat Indah mau berdiri untuk menyusul Vera, namun sudah keduluan oleh Lia yang langsung bergegas mengejar Vera. Aku pun segera mengikuti Lia dan berdiri tepat di belakangnya.

Tok..tokk..tokk

“Ver, kamu gpp?”, tanya Lia khawatir sambil mengetuk pelan pintu kamar mandi.

“Hm mmh.. hoekk.. hoekk”, jawab Vera tak jelas disusul dengan suara ia muntah dan suara flushing air toilet tak lama kemudian.

Lia tiba-tiba berbalik badan dan menghadapku. Di wajahnya terlihat jelas kecemasan dan kekhawatirannya dengan kondisi Vera. Lalu Lia menarikku menuju sofa lagi. Namun sebelum sampai ke sofa, ia berhenti lalu memukul tanganku sekali dan bertanya dengan suara pelan,

“Kamu selama ini berhubungan badan dengan Vera, gak pernah pake kondom ya?”

Mataku langsung terbelalak setelah mendengar perkataannya itu. Dengan cepat aku melakukan kalkulasi di dalam pikiranku.

1 minggu.. 2 minggu ..

Aku semakin menunjukkan keterkejutanku ketika aku menyadari sudah sekitar 3 minggu lebih, aku dan Vera menjalin hubungan intim. Itu artinya, bisa jadi kemungkinan Vera..

Perasaanku langsung campur aduk setelah menyadari hal itu. Cemas, gugup, sedikit takut namun juga ada perasaan bahagia yang tercampur menjadi satu di dalam hati dan pikiranku saat ini.

Aku hanya bisa terdiam dan tidak menjawab pertanyaan Lia. Sekitar 5 menit kami menunggu dalam diam, lalu pintu kamar mandi terdengar terbuka. Kemudian Vera dengan raut wajah cemasnya, keluar dari dalam kamar mandi sambil memegang alat uji kehamilan.

Vera lalu mencari keberadaanku dan langsung menemukanku yang sedang menatapnya khawatir. Aku melirik ke arah alat uji kehamilan yang dipegangnya dan melihat 2 garis merah di alat itu..



….

….

….
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd