Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [Season 1 & 2] - Slavery Game

Tim siapakah anda?

  • Lia

    Votes: 68 21,1%
  • Indah

    Votes: 40 12,4%
  • Vera

    Votes: 20 6,2%
  • Yolanda

    Votes: 60 18,6%
  • Azizah

    Votes: 125 38,8%
  • Natsu

    Votes: 9 2,8%

  • Total voters
    322
Oh azizah. Apakah dirimu sudah tau kemampuan Reza. Kenapa.dirimu diam saja. Aku curiga kalo diantara VERA dan AZIZAH ada cerita.. Hhmmmm

Gak seperti yg indah yg curiga kalo di elus2 reza pertama kali.
Kamu kok diam aja sih..

Azizah penuh misteri wakakkaka
 
SG 82 – A Real Show of Painful Memory


Aku melihat sosok Azizah perlahan muncul dalam posisi terbaring di atas ranjang. Wanita cantik yang tadi baru saja ‘kukerjain’ dengan menggunakan SRA dan berhasil membuatnya mencapai puncak klimaksnya sampai dua kali itu, tampak masih kelelahan dan tertidur pulas.

Aku berjalan ke balkon kamar villa ini dan menghadap ke arah view pemandangan laut yang menakjubkan itu. Setelah beberapa saat memikirkan apa saja yang mau aku bicarakan dengan Azizah sesaat lagi, aku lalu membangunkannya dengan posisiku yang berdiri memunggungi ranjang.

“Eh?”, kudengar di belakangku, Azizah seperti terkaget mendapati dirinya yang berada di sebuah tempat yang asing. Padahal pasti dia ingat bahwa sebulumnya ia tadi berada di dalam kamar di rumah saudaranya.

“Ka-kamu..”, terdengar ia semakin terkejut setelah menemukanku yang sedang berdiri memunggunginya, tak jauh dari ranjang tempatnya berada.

“Pemandangan yang sangat indah bukan?”, tanyaku kepadanya sambil masih menghadap ke arah view laut biru sambil menikmati suara debur ombak yang menentramkan jiwa dan membuat rileks itu.

Sesaat kemudian, aku memutar badanku dan melihat ke arah Azizah yang posisinya sekarang terduduk dengan kaki berselonjor. Namun tiba-tiba, Azizah seketika terlihat panik menyadari kondisi tubuhnya saat ini dan refleks memegang kepalanya.

Aku pun terkaget karena baru sadar, aku telah memanggil kesadarannya kesini ketika Azizah hanya mengenakan daster rumahan dan tanpa penutup kepala seperti yang sedang dikenakannya di dunia nyata.

“Oh maaf aku lupa”, kataku buru-buru. Lalu aku melambaikan tanganku sambil mengaktifkan perintah ‘imagine’ dan merubah penampilan Azizah menjadi lebih tertutup.

Azizah tersentak kaget ketika menyadari pakaian yang dikenakannya tiba-tiba berubah dan kepalanya pun sudah terbalut hijab. Saat ini, Azizah memakai gamis dan hijab berwarna krem yang dulu kulihat waktu pertama kali aku bertemu dengannya di rumahnya.

“Maaf, aku hanya pernah melihatmu 3 kali. Jadi aku gak tau penampilanmu selain yang ini, yang waktu aku melayat ke rumahmu dan gamis hijau yang kamu pakai tadi. Tapi aku lebih suka yang ini karena terlihat lebih santai, namun tetap anggun”, ujarku sambil tersenyum kepadanya.

Azizah tidak membalas perkataanku dan hanya diam sambil menatapku tajam. Tak lama kemudian, ia bertanya kepadaku,

“Dimana ini? Gimana kamu bisa membawaku kesini?”, tanyanya dengan nada kecurigaan yang kentara.

“Dream room. Aku membawa kesadaranmu kesini waktu kamu sedang tertidur di dunia nyata sekarang. Ini salah satu kekuatan yang kumiliki..”, jawabku datar.

Azizah tampak bingung dengan jawabanku dan menoleh ke kiri dan kanan untuk mengamati sekelilingnya. Aku melanjutkan penjelasanku,

“Kekuatanku yang lain sudah kamu rasakan tadi sampai kamu 2 kali meraih orgasmemu. Aku bisa memberikan rangsangan kepada targetku dari jarak jauh, sampai targetku itu mencapai puncak kenikmatannya. Lalu lambat laun, aku akan menjadikan wanita itu sebagai budakku yang patuh dan setia sehingga kekuatanku bertambah. Ketiga wanita yang kamu lihat tadi adalah budak-budakku”, kataku sengaja menceritakan tentangku dengan image yang buruk.

Aku berharap dengan cara itu, wanita muslimah yang taat seperti Azizah ini, akan merasa jijik dan membenciku. Jadi dia akan merubah niatnya untuk bergabung mengikutiku dan menjalankan rencanaku bersamanya.

Namun aku langsung heran ketika aku sama sekali tidak mendapati rasa jijik dan benci itu dari ekspresi wajahnya. Azizah hanya menatap mataku dalam-dalam tanpa menunjukkan ekspresi apa-apa. Ia seolah-olah hanya sedang menungguku melanjutkan ceritaku.

“Aku juga tadi sudah menggunakan kekuatanku itu kepadamu karena aku berniat untuk mencicipi tubuhmu lalu menjadikanmu sebagai budakku yang haus seks, yang bisa kuperintah sesuka hati. Setelah kekuatanku bertambah, aku akan membalaskan dendamku dan membunuh semua orang yang membuat hidupku menderita”, aku berkata dengan intonasi sadis dan dingin kali ini, dengan harapan setidaknya wanita di depanku ini akan takut denganku.

Tapi lagi-lagi aku kecewa karena Azizah tetap menunjukkan ekspresi yang sama. Malah setelah mendengarkan perkataanku itu, Azizah bertanya,

“Apakah kalau aku setuju menjadi budakmu, kamu akan membunuh orang-orang jahat yang menjadi musuhmu sekaligus membalaskan dendamku juga?”, tanyanya dengan nada yang tak kalah dingin.

Aku hanya bisa terbengong melihat reaksi yang ditunjukkan oleh wanita cantik di depanku ini. Kesedihan mendalam yang dirasakannya benar-benar membuatnya sudah hanyut dalam perasaan dendamnya yang membara. Aku masih belum menyerah dan menasihatinya,

“Jangan hancurkan hidupmu dengan menyimpan dendam seperti itu.. Aku sangat mengerti apa yang kamu..”, perkataanku terpotong karena Azizah menyelaku sambil berteriak histeris,

“BAGAIMANA MUNGKIN KAMU BISA MENGERTI APA YANG AKU RASAKAN?? Tidak akan ada orang lain di dunia ini yang bisa mengerti..”, Azizah membentakku dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Perkataan Azizah itu terdengar seperti de javu buatku, karena aku pernah mendengar perkataan yang hampir mirip dari mulut mas Teguh. Saat itu, aku bingung harus bagaimana menjelaskan kepada mas Teguh, tetapi saat ini aku punya cara lain agar Azizah bisa mengerti.

Aku mengaktifkan lagi perintah ‘imagine’ sambil melambaikan tanganku dan merubah setting kamar villa ini menjadi setting sebuah gudang.

Di tengah-tengah gudang itu, terlihat seorang wanita berhijab yang sedang terbaring di atas sebuah meja kayu dengan kaki yang mengangkang lebar. Di depannya seorang laki-laki tambun sedang memompa liang senggamanya dan menghentakkan pinggulnya menampar selangkangan wanita itu dengan brutal.

“SUDAH SUDAH STOPP.. SAKITT AHHHH AMPUUNN.. HENTIKANN... AARGHHH.. TOLONGG.. REZA.. TOLONG AKUU.. HIKS..AAHH”, wanita berhijab itu berteriak meminta tolong dan merintih kesakitan atas perkosaan yang sedang dialaminya.

Ia benar-benar tidak berdaya karena kedua tangannya dicengkram oleh 2 pria berbadan kekar dan berpenampilan preman, sedangkan vaginanya diobrak-abrik oleh penis laki-laki yang memperkosanya itu.

Di sekeliling area dalam gudang, terdapat beberapa orang pria berwajah kasar sedang menonton adegan pemerkosaan itu sambil terkekeh menyeringai dan menunggu gilirannya.

Baju dan bra yang dipakainya sudah tersingkap keatas sehingga mempertontonkan gunung kembarnya yang membusung indah dengan puting kecoklatan yang mulai menegang dan runcing.

Celana jeans dan celana dalamnya entah sudah dibuang kemana sehingga area kewanitaannya dengan mudah diakses dan dijamah, menjadi sebuah pemandangan yang sangat menggairahkan. Jilbabnya sudah terlihat kusut namun sengaja masih dibiarkan oleh para pemerkosanya.

Pria-pria yang sedang memperkosanya itu, dengan lancangnya menggerayangi seluruh tubuh mulusnya yang terlihat mulai mengkilap karena keringat dan meremas kedua buah dadanya bergantian.

“Ahhh udaahh pleasee.. cukupp.. ohhh.. hentikaan.. hiks hiks.. mmhh.. ahhh.. Rezaaa.. selamatkan akuu.. ouhh.. hiks hiks”, rintihan kesakitan wanita itu perlahan berubah menjadi desahan dan lenguhan lirih. Rontaannya pun tak seliar dan sekuat sebelumnya. Ia kini hanya bisa terkulai lemah dan pasrah saat pria yang sedang berada di depannya itu memompa penisnya di dalam vagina wanita cantik yang masih mengenakan jilbabnya itu.

“Haha enak sekali tempikmu ini bu Lia. Jepitannya masih sangat rapat.. Kamu pasti sudah mulai merasakan keenakan akibat obat yang kuberikan tadi bukan? Hehehe nikmati saja kontolku ini, cantik. Aku yakin batangku ini lebih besar dan lebih memuaskan dibandingkan punya suami pecundangmu itu.. ahh nikmatnyaa..”, pria yang sedang menyodok-nyodok liang senggama wanita yang bernama Lia itu, berkata dan melecehkannya sambil menunjuk ke arah seorang laki-laki yang sedang terikat di salah satu tiang di dalam gudang ini.

Laki-laki itu terlihat sudah sangat tidak berdaya dalam kondisinya yang babak belur dan kedua tangannya terikat ke belakang punggungnya. Kepalanya terkulai lemah menunduk sambil masih berusaha melihat istrinya dari sudut matanya yang lebam.

Lia sedikit mendongak dan menolehkan kepalanya ke arah suaminya yang sudah dalam kondisi setengah sadar dan menatapnya sayu.

“ahh.. zaa.. nghh.. tolong aku.. ahhhn.. mmhh”, ia masih berusaha untuk meminta tolong kepada suaminya itu dengan sambil mendesah dan merintih.

“Haha tidak ada yang akan bisa menolongmu saat ini, bu Lia.. sudah.. nikmati saja kontol besarku ini.. aku yakin kamu juga sebentar lagi akan ngecrit dan puas dengan servisku ini.. ngghh”, laki-laki tambun itu kembali melecehkannya.

Perkataan laki-laki itu benar terjadi.. Tak berapa lama kemudian, tubuh wanita itu mengejang dan melengkung. Pinggulnya pun bergetar menghentak-hentak sehingga penis laki-laki yang sedang memperkosanya itu terdorong-dorong menusuk lebih dalam ke dalam vaginanya.

Selang beberapa saat setelah wanita itu meraih orgasmenya, laki-laki itu melesakkan penisnya sedalam-dalamnya sambil menggeram,

“Arghh.. memek muslimah berjilbab memang enak betul.. terima pejuku ini sayang..”

CROT CROT CROTT

Laki-laki itu menyemburkan lahar kentalnya ke dalam lubang kemaluan wanita itu. Setelah menumpahkan semua cairan spermanya, ia mencabut penisnya dan mendesah puas lalu berkata kepada anak buahnya yang sedang memegang pergelangan tangan Lia.

“Legit sekali memek wanita ini. Sekarang giliran kalian. Aku harus pergi dulu untuk melapor ke boss Rudy. Jangan lupa urus suaminya itu”, ujarnya memerintahkan anak buahnya itu.

“Baik bos”, jawab anak buahnya sambil menyeringai senang.

Lalu pria tambun yang dipanggil bos itu, pergi meninggalkan gudang itu. Setelah kepergiannya, anak buah dari orang itu menggendong tubuh Lia yang sudah sangat lemah dan membawanya ke sebuah ruangan.

Beberapa orang kemudian berjalan mendekati laki-laki itu dan melepaskan ikatannya. Lalu mereka menyeret laki-laki yang sudah tak berdaya itu ke belakang gudang. Seseorang dari mereka, mengambil sebuah tongkat besi dan menghantamkannya ke arah belakang kepala laki-laki itu. Kemudian semuanya menjadi gelap dan menghitam.

..

Kegelapan itu tak berlangsung lama, karena aku langsung merubah setting dream room ini kembali menjadi kamar villa sebelumnya.

Lalu aku menoleh ke arah Azizah dan berkata,

“Wanita itu adalah Lia, istriku. Dan laki-laki yang terbunuh itu adalah aku di masa depan, tepatnya di bulan November tahun 2023”, ujarku dingin kepada Azizah.

“Apa sekarang kamu masih menganggap aku tidak akan bisa mengerti dendam yang sedang kamu rasakan?”, lanjutku sinis.

Kulihat Azizah terbengong dan menatapku tak percaya sambil menutup mulutnya dengan tangannya. Terlihat air mata Azizah mulai berlinang di pipinya.

“Ka-kamu.. bagaimana kamu bisa..”, ujarnya terbata.

“Bagaimana aku bisa kembali ke dunia ini? Atau bagaimana aku masih bisa berpikir waras setelah kejadian tragis itu?”, tanyaku menyelesaikan pertanyaannya.

Azizah hanya diam dan tidak menjawabku. Ia menatapku dengan matanya yang masih berlinang air mata. Tapi aku tau, ia mengiyakan pertanyaanku itu di dalam benaknya.

Aku menghela nafas panjang lalu berjalan menghampirinya dan duduk di sebelahnya di atas ranjang. Kemudian aku meniru posisi Azizah dengan menyelonjorkan kakiku sambil menghadap ke arah view laut.

Setelah itu aku mulai menceritakan tentang bagaimana aku mendapatkan kesempatan kedua dan kembali ke masa lalu. Aku menceritakan juga sekilas tentang suara yang kudengar di dalam kepalaku, yang telah memberiku the slave system dan bagaimana aku menggunakan kekuatanku itu untuk merencanakan pembalasan dendamku.

“Aku beruntung. Setelah kembali ke masa ini, aku bertemu dengan orang-orang yang membuatku masih bisa berpikir rasional sehingga aku tidak merubah kepribadianku akibat dendamku yang membara dan setelah aku mendapatkan kekuatan anehku itu. Tanpa mereka, aku sudah hampir pasti kehilangan jati diriku yang sesungguhnya”, kataku pelan di sampingnya.

Lalu aku melanjutkan,

“Setelah keberhasilanku menundukkan Indah, aku sudah bertekad tidak akan menggunakan kekuatanku kepada orang yang tidak bersalah atau orang-orang yang tidak ada sangkut pautnya dengan rencana balas dendamku. Terlebih ketika aku bertemu dengan Vera. Awalnya memang aku berencana untuk menjadikannya sebagai budakku karena ia adalah istri dari Bramono yang telah menghancurkan hidupku di kehidupanku sebelumnya.”

Aku melambaikan tanganku dan mengaktifkan lagi perintah ‘imagine’. Kemudian bagai sedang menonton film di bioskop, aku membawa Azizah untuk menyaksikan memori-memoriku.

Berawal dari scene ketika Vera menceritakan kepadaku tentang kisah hidupnya, kemudian berlanjut dengan adegan makan malam di rumah Bramono yang berakhir dengan aku yang berhasil menjadikan Bramono sebagai budakku.

Di sampingku, Azizah hanya diam sambil menonton memoriku yang kutayangkan padanya.

“Sejak malam itu, Bramono sudah berada dalam kendaliku. Pada kehidupanku yang sebelumnya, suamimu, Nuha Paredan, tewas ditembak oleh orang yang tidak dikenal saat pulang dari sholat subuh. Setelah mendapatkan info dari Bramono, aku dan mas Teguh berhasil menyelamatkannya dari eksekusinya itu”, kataku melanjutkan ceritaku.

“Setelah itu, aku mendekati Yollie.. Aku berniat menjadikannya sebagai wanitaku juga, karena aku tau dia termasuk salah seorang yang sedang menyelidiki dan berniat menghentikan kejahatan Bramono dan kelompoknya. Bramono sendiri sebenarnya hanyalah pion dari seorang mafia besar asal HK bernama Rudy Zhao”

Lalu aku menayangkan kepada Azizah, memoriku tentang penculikan Yollie dan anaknya, dan bagaimana proses aku menyelamatkan mereka.

“Kejadian ini, tepat sehari setelah kejadian yang menimpa suami dan anakmu. Rudy Zhao adalah dalang sesungguhnya atas tewasnya mereka. Tapi.. kalau kamu mau membalaskan dendammu kepadanya dengan membunuhnya, kamu harus membunuhku juga. Karena intervensiku di kehidupan kita saat ini lah, anakmu sampai harus ikut jadi korban.. Aku bertanggung jawab atas kematian anakmu.. Maafkan aku..”, aku berujar lirih dan menoleh ke arah Azizah dengan raut wajah penuh penyesalan.

Azizah membalas tatapanku dan bertanya,

“Jadi karena alasan itu kamu menolak permintaanku untuk ikut bersamamu dan membantumu dalam rencanamu?”, tanya Azizah.

Kali ini suaranya terdengar jauh lebih lembut dari sebelumnya. Ia juga menatapku sendu, seolah prihatin dan ikut merasakan kesedihan atas kejadian yang menimpaku di kehidupanku sebelumnya.

“Salah satunya itu. Tapi aku juga memang tidak mau melibatkan orang lain dalam rencanaku. Selain karena pertaruhan yang besar, yang bisa membahayakan keselamatan banyak pihak, aku juga tidak mau kamu sampai hanyut dalam dendammu yang bisa menghancurkan hidupmu. Biarkan aku saja yang menanggung beban ini dan percayalah aku akan membalaskan dendammu pada orang-orang itu”, jawabku sambil berusaha membujuknya kembali.

“Lantas untuk apa kamu menceritakan semua ini kepadaku?”, tanya Azizah seolah mencibirku.

“Waktu kamu ke rumah Vera tadi, aku bisa melihat perasaan dendam yang kamu pendam sudah mulai merusakmu. Aku sudah berusaha membujukmu tapi kamu tetap bersikeras. Setelah kamu pergi, awalnya aku hanya berniat untuk mengawasimu dengan mengintegrasikan sehelai rambutmu dengan SRA. Aku tidak mau kamu sampai berbuat yang tidak-tidak”, jawabku menjelaskan kepadanya.

Lalu aku melanjutkan,

“Tapi setelah melihat statusmu, aku jadi tau bahwa kondisi mentalmu saat ini sudah sangat tidak stabil. Kemudian sistem memberiku saran untuk menggunakan kekuatanku agar kamu bisa menjadi lebih stabil. Jadi maafkan aku karena aku tadi sudah berbuat..”, aku tidak melanjutkan perkataanku karena aku yakin Azizah mengerti maksudku.

Kulihat juga wajahnya seketika merah merona karena aku mengingatkannya pada kejadian di kamarnya tadi, sebelum aku memanggil kesadarannya ke dalam dream room. Azizah langsung menundukkan wajahnya dan tidak berani menatapku lagi. Suasana jadi mendadak berubah canggung.

Untuk mengurai kecanggungan kami ini, aku berkata lagi,

“Saat ini aku akan memberimu dua pilihan. Sebenarnya.. ketika kamu terbangun nanti, kamu akan melupakan semua obrolan kita dan kejadian yang terjadi di dalam dream room ini tadi. Lalu gak lama lagi, aku akan mendapatkan kekuatan baru yang bisa menghapus ingatanmu tentang dendammu dan kamu bisa melanjutkan hidupmu secara normal. Atau opsi kedua.. Aku bisa mencegah dan meminta kepada sistem, supaya kamu bisa tetap mengingat kejadian ini, asalkan...”, aku berhenti sesaat agar Azizah bisa mempertimbangkan opsi yang kutawarkan kepadanya barusan.

Namun tiba-tiba, ia menyelaku dan bertanya,

“Apa.. mas Reza berniat akan menikahi wanita-wanita yang ada di sisi mas saat ini?”, tanyanya ragu.

Aku sedikit kaget mendengar pertanyaannya itu. Tapi kemudian aku menjawabnya dengan mantap,

“Kalau Indah tidak mungkin. Tapi ya.. setelah semua ini berakhir, aku akan menikahi Vera dan Yollie”, ujarku yakin.

Azizah terdiam selama beberapa saat. Lalu ia berkata lirih sambil melirikku,

“Kalau begitu, Zizah akan memilih opsi yang kedua. Zizah bersedia jadi budak mas Reza, asal mas Reza juga berjanji akan menikahi zizah..”, ucapnya dengan volume suara yang semakin mengecil. Kulihat juga wajahnya berubah semakin memerah.

“Eh?”, aku langsung tersentak kaget setelah mendengarkan perkataan Azizah itu. Padahal bukan itu opsi kedua yang akan kutawarkan kepadanya. Aku berniat mengajaknya untuk ikut menjalankan rencanaku asal dia mau tinggal di rumah Vera.

Selain karena aku tidak mau kalau sampai dia bertindak yang aneh-aneh dan bisa mengacaukan rencanaku tanpa kuawasi, aku juga berharap, kalau dia bisa tau hasil akhir dari kesuksesan rencanaku itu, Azizah bisa menghapus dendamnya dan lega setelah mendapatkan keadilan yang dituntutnya itu.

Alhasil, aku hanya bisa terbengong menatapnya tanpa bisa berkata apa-apa. Azizah sepertinya menyadari kekeliruannya yang salah memahami maksudku. Ia menatapku dengan wajah yang merah padam dan bertanya,

“Ah.. Bu-bukannya itu ya, opsi kedua yang mas mau..”, Azizah berkata terbata.

Aku membalas tatapannya dan melihat matanya dalam-dalam. Dan bisa kulihat keseriusannya atas perkataannya tadi dari tatapannya itu. Aku langsung luluh, kawan! Tatapannya yang menyejukkan itu membuatku seketika tidak bisa berpikir jernih.

Aku tidak bisa berkata apa-apa untuk menjawabnya. Kali ini, aku melihat sosok Azizah dalam makna yang berbeda. Paras cantiknya yang sudah membuatku jatuh cinta saat pertama kali melihatnya, dan perkataannya barusan, akhirnya membuatku menyerah. Hatiku telah memilihnya.

Perlahan, aku mendekatkan wajahku ke wajahnya, lalu mendaratkan bibirku di atas bibirnya. Ciumanku kali ini, sangat berbeda dengan ciumanku tadi ketika aku melumat bibirnya lewat hologram SRA.

Tidak ada nafsu yang tersembunyi di balik sentuhan bibirku ini di bibirnya. Hanya ada luapan perasaan cintaku yang berusaha kusalurkan lewat peraduan bibir kami. Kurasakan Azizah pun bereaksi sama denganku. Mulutku dan Azizah saling melumat dan mengecup penuh kelembutan.

Namun ciuman kami itu hanya berlangsung sebentar karena aku menarik wajahku lalu berbisik lirih,

“Apakah aku pantas bersanding denganmu?”, tanyaku rendah diri dengan kesempurnaannya.

Azizah menatapku sambil memberikan senyuman yang membuatku semakin luluh. Lalu ia mengangkat kedua tangannya dan memegang kedua pipiku seraya berkata,

“Dari awal zizah sudah yakin bahwa mas Reza orang yang baik dan bertanggung jawab. Jadi setelah masa iddah zizah selesai, zizah bersedia jadi istri mas kalau mas mau.. Tapi sebelumnya, mas harus minta restu dulu sama pamanku yang menjadi walinya zizah”, ujarnya lembut seraya mendekatkan wajahnya menghampiri wajahku.

Aku mengangguk untuk mengisyaratkan kesanggupanku, lalu aku kembali mengecup bibirnya. Ciuman kami kali ini berlangsung lebih lama dari sebelumnya. Beberapa saat kemudian, aku melepaskan bibirku dari bibirnya dan berkata,

“Mulai besok, tinggallah di rumah Vera. Ajak Ziyan, anakmu, juga kalau kamu mau.. Aku akan bisa melindungi kalian disana. Semua rencanaku juga akan kuceritakan padamu dan kepada yang lain. Dan sebenarnya..”, aku berhenti sesaat karena ragu.

Tapi akhirnya aku memantapkan hatiku,

“Sebenernya 3 hari lagi, Lia akan memberikan keputusannya atas kondisi yang terjadi padaku dan Lia saat ini. Aku akan mengenalkanmu padanya”, ujarku jujur.

“Apa mas yakin, istri mas akan bisa menerimaku dan wanita mas yang lain?”, tanyanya lagi dengan nada sedikit cemas.

“Aku gak tau. Sebelumnya, Lia sudah mengizinkanku untuk berpoligami. Tapi itu sebelum aku menceritakan semuanya kepadanya. Saat ini, aku harap Lia bisa mengerti dengan kondisiku dan akhirnya bisa menerima kamu, Vera dan Yollie”, jawabku.

“Baiklah kalo gitu.. Mulai besok zizah akan tinggal di rumah Vera. Ziyan gak usah ikut, zizah yakin dia aman bersekolah di pesantrennya”, ujarnya lagi sambil memberikanku senyuman terindahnya.

Aku semakin terpana dengan kecantikannya itu. Lalu aku meminta kepada sistem untuk mempertahankan ingatan Azizah tentang dream room ketika ia terbangun nanti. Suara sistem langsung bergema di kepalaku dan mengkonfirmasi permintaanku itu.

Setelah itu, aku tersenyum kepada Azizah dan berniat untuk mencium bibirnya lagi. Namun tiba-tiba..

“Mas..mas.. kok tidur disini sih? Kalo ngantuk tidur di kamar aja. Lagian tidur kok sambil senyum-senyum gitu”, suara Vera terdengar sangat dekat di depan wajahku. Tangannya menggoyang-goyang tanganku pelan berusaha membangunkanku.

Aku seketika membuka mataku dengan perasaan sedikit kesal. Tetapi kekesalanku itu hanya berlangsung sekejap dan menghilang setelah aku melihat wajah seorang wanita yang juga sangat kucintai. Aku tersenyum ke arahnya lalu menarik tubuhnya sampai ia terduduk di pangkuanku. Kemudian aku memeluknya erat dan mengecup pundaknya.

“Ihh bangun-bangun langsung meluk. Hayoo tadi habis mimpi apaan sampe senyum-senyum gitu?”, ujarnya menggodaku.

“Ada deh.. mau tau?”, balasku tak mau kalah dan menggodanya juga.

“Hng”, Vera mengangguk.

“Ada syaratnya tapi..”, kataku.

“Apa syaratnya.. Hyaaa!”, Vera memekik kaget dan refleks merangkulkan tangannya ke leherku karena aku yang tiba-tiba menggendongnya.

Setelah aku berdiri sambil menggendong Vera, aku menoleh ke arah wanita lain, yang juga sudah memiliki tempat hatiku, yang berdiri tak jauh dari Vera tadi. Lalu aku berkata kepada wanita itu,

“Kamu juga ikut”, perintahku padanya dengan tatapan dan senyum menggoda.

“Baik master 💕 “, jawab Yollie lalu berjalan mengikutiku ke arah kamar..



….

….

….
 
Wihhh.. Akhirnya akhirnya akhirnya azizah takluk juga. Tp aku salut buat reza mau menceritakan dan menayangkan dendam lamanya.. Sooo sweet kata azizah..

Dan dan dan
oh lia sainganmu tambah berat. Kamu harus kuat yaa.

Emang suhu @Cikouna emang pintar banget dalam memainkan plot cerita yg tidak bjsa di tebak... Terbaik dah suhu ini
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd