Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [Season 1 & 2] - Slavery Game

Tim siapakah anda?

  • Lia

    Votes: 65 20,4%
  • Indah

    Votes: 40 12,6%
  • Vera

    Votes: 20 6,3%
  • Yolanda

    Votes: 60 18,9%
  • Azizah

    Votes: 123 38,7%
  • Natsu

    Votes: 10 3,1%

  • Total voters
    318
Edannn... ceritanya sungguh keren hu, alur yg runtut dan penuh dengan plot plot keren jadi gaberasa nyimak cerita ini. Terimakasih atas cerita kerennya hu
 
SG 80 – How to be like Spiderman


“Stop.. stop..”, aku buru-buru mencegah Azizah untuk meneruskan aksinya, namun pengait bra-nya itu sudah terlepas walaupun kedua tali bra-nya masih menyangkut di pundaknya.

“Gila kamu ya! Bagaimana mungkin seorang wanita muslimah seperti kamu berani membuka auratnya di depan laki-laki yang bahkan belum kamu kenal hah..”, ujarku memarahinya dengan intonasi suaraku yang meninggi.

Azizah hanya menundukkan wajahnya ketika kuomeli. Kulihat ia kembali menangis dan air matanya menetes jatuh ke lantai.

Aku menghela nafas panjang karena aku tidak tau harus bagaimana menghadapi wanita cantik yang sudah setengah telanjang dihadapanku ini. Perasaan campur aduk antara kasihan, kesal dan juga horni tentunya, setelah melihat pemandangan tubuh mulusnya, sehingga aku tidak tau harus melihat ke arah mana.

Masa aku harus memalingkan wajahku dan menyia-nyiakan sajian indah di depan mataku ini, tapi aku juga harus menjaga image dan attitude-ku di depan wanita-wanitaku yang lain. Belum lagi ada sebuah dorongan perasaan lain dari dalam hatiku sejak pertama kali aku bertemu dengan Azizah, yang membuatku bingung harus berbuat apa.

Aku juga seolah mendengar suara sistem ‘setan’ yang seperti sedang tertawa mengejekku di dalam kepalaku. Namun kali ini aku masih sangat bisa mengontrol gairah yang perlahan mulai menggebu-gebu dari dalam diriku.

“Fck.. fck.. fck”, aku langsung mengutuki diriku yang telah menempatkanku dalam situasi seperti ini. Ide gilaku tadi benar-benar sebuah kesalahan yang harus segera kuperbaiki.

Dengan perlahan, aku berjalan ke belakang Azizah lalu dengan tangan yang gugup dan sedikit gemetar aku mengaitkan kembali pengait bra-nya. Jariku menyentuh kulit punggungnya yang halus, yang langsung memunculkan getaran-getaran birahi yang tidak bisa kutolak.

Kemudian aku melirik ke arah ketiga wanitaku yang lain, untuk meminta bantuan mereka. Tapi aku langsung lemas ketika melihat mereka sepertinya tidak berniat sedikit pun mau membantuku.

Indah masih memalingkan wajahnya tidak mau melihatku, sedangkan Yollie hanya melirikku sesaat sebelum kembali sibuk dengan ipadnya. Lalu Vera.. Hahh.. Wanitaku yang satu ini benar-benar membuatku hopeless.

Masih sambil memangku pipinya, Vera hanya tersenyum ke arahku dan Azizah. Aku sudah memberinya kode untuk membantuku tapi ia justru malah mengedipkan satu matanya kepadaku.

“What the hell!! Apa maksudnya mengerling seperti itu..”, batinku kesal dengan tingkahnya itu.

Akhirnya aku sadar, hanya aku sendiri yang bisa menyelesaikan situasi aneh namun mendebarkan saat ini yang diakibatkan oleh kebodohanku sendiri.

Aku dengan perlahan menurunkan tubuhku sampai berjongkok dan mengambil baju gamis Azizah yang masih belum terlepas dari kakinya. Aku memalingkan wajahku ke kanan dan berusaha untuk tidak menghiraukan dan sampai tergoda dengan pemandangan indah yang hanya berjarak beberapa sentimeter saja di depanku.

Namun bagaimana mungkin bisa sob?!.. Aku kan harus melihat gamis yang berniat kunaikkan kembali dan kupakaikan kepada wanita cantik nan jelita ini. Alhasil mataku harus melihat kaki jenjangnya yang putih serta paha dan bokongnya yang tepat berada di depan wajahku.

Belum lagi harum tubuhnya yang menusuk ke dalam hidungku dan langsung membuat darahku berdesir. Si Joni sudah menegang sejak dari tadi dan sedang kuusahakan untuk kusembunyikan sebaik-baiknya.

Dengan perlahan aku menaikkan gamisnya sambil berusaha berdiri. Tak ayal wajahku harus menelusuri bagian belakang tubuh Azizah itu. Kulit putih mulus tanpa cacat dan pinggangnya yang ramping tanpa lemak membuat pertahanan mentalku nyaris runtuh.

Kalau saja hanya ada aku dan Azizah di dalam ruangan ini, sudah pasti aku akan langsung memeluk pinggangnya itu dan tanganku pasti sudah akan menangkup kedua payudara indahnya dan meremas-remas gemas.

“Ok stop Reza!! Buang pikiran-pikiran mesummu itu”, batinku mengomeli diriku yang sudah sangat bergairah.

Akhirnya aku berhasil menaikkan gamis itu sampai ke depan dadanya. Aku langsung bernafas lega ketika Azizah mau memasukkan tangannya ke dalam lengan gamisnya dan memakainya. Tapi tetap saja, gerakannya itu malah seperti sedang menggeliat erotis di dalam pikiran sesatku.

Kemudian dengan tangan yang masih gemetar, aku menaikkan resleting gamisnya. Azizah pun membantu menyampirkan hijabnya agar lebih rapih dan tidak masuk ke dalam gamisnya. Alhasil aku sekilas bisa melihat tengkuk dan sedikit rambutnya yang tergulung di balik hijabnya itu.

Setelah aku berhasil memakaikan gamisnya, aku berdiam diri sesaat sambil berusaha menenangkan nafasku yang mulai memburu.

Beberapa saat kemudian aku memutari tubuhnya dan berdiri di hadapannya seraya berkata kepada Azizah yang masih menundukkan kepalanya dan sama sekali tidak berani menatapku,

“Aku sangat mengerti perasaanmu dan terlebih aku sangat memahami dendammu kepada orang-orang yang telah menghancurkan keluargamu itu. Percayalah, aku pernah berada di posisimu dan merasakan yang sama denganmu. Tapi jangan kamu biarkan dendam itu menghancurkan hidupmu. Apa kamu tidak memikirkan bagaimana perasaan keluargamu yang lain yang masih hidup?”, ujarku lirih dan berusaha membuat suaraku terdengar selembut mungkin.

Lalu aku melanjutkan,

“Kasihani orang-orang terdekatmu saat ini, terutama putra sulungmu itu.. jangan sampai ia harus kehilangan ibunya juga. Itu akan menghancurkan masa depannya.. Bersabarlah.. Biarkan aku yang menanggung dendammu. Aku berjanji akan membuat penjahat-penjahat itu menerima ganjaran atas perbuatan mereka di dunia ini”, kataku mencoba meyakinkannya.

“Aku tidak mau melibatkanmu dalam rencanaku, karena selain aku tidak mau mempertaruhkan keberhasilan rencanaku, aku juga berusaha untuk melibatkan sesedikit orang mungkin.. Orang-orang yang kita hadapi adalah kelompok yang sangat berbahaya dan memiliki kekuatan dan pengaruh yang besar”, lanjutku.

“Yang kupertaruhkan bukan hanya keselamatan nyawa orang-orang di sekitarku, tapi juga masa depan keluarga lain dan juga negri ini. Aku akan membalaskan dendammu yang menjadi dendamku juga. Percayalah dan serahkan urusan ini padaku, OK?”, tanyaku menuntut reaksinya.

Kali ini Azizah menurut dan mengangguk lemah. Kulihat ia masih sedikit menangis terisak. Aku mengambil tisu dari atas meja dan memberikannya kepada Azizah. Lalu aku berkata,

“Pulanglah dan temani anakmu. Dia butuh keberadaanmu di sampingnya saat ini. Aku akan meminta mas Teguh untuk mengantarkanmu ke rumahmu”

Namun Azizah menggelengkan kepalanya dan berujar lirih,

“Gak usah.. Aku bawa mobil sendiri.. Aku menginap di rumah saudaraku di kota B malam ini”, ucapnya sambil menghapus air matanya dengan tisu yang aku berikan tadi.

“Kamu yakin bisa menyetir dalam kondisi seperti ini? Biarkan mas Teguh yang akan mengantarkanmu”, bujukku lagi.

Azizah kembali menggeleng dan berkata,

“Gak usah.. aku bisa sendiri.. aku permisi dulu.. maaf sudah mengganggumu”

Lalu Azizah masih dengan menundukkan wajahnya, bergegas berjalan menuju pintu depan. Kali ini Vera akhirnya bergerak. Ia berdiri lalu mengantarkan Azizah ke depan rumah.

“Mas yang mestinya nganterin dia”, tiba-tiba Indah berkata ketus kepadaku dan melihatku dengan raut wajah marah.

Aku menghela nafas lalu berjalan menghampirinya dan duduk di sampingnya. Indah memutar tubuhnya dan memunggungiku. Aku mencoba untuk memegang pundaknya, tapi Indah mengelak dari tanganku.

“Aku gak mau nganterin dia karena takut dia nanti akan mencoba untuk membujuk mas lagi. Aku gak mau ngelibatin Azizah dalam rencanaku nanti”, kataku lembut tapi terdengar tegas.

Indah membalikkan badannya dan berkata,

“Trus kenapa mas malah menyuruhnya berbuat seperti itu? Apa mas gak kasihan sama dia? Dia baru saja kehilangan suami dan anaknya, mas!!”, Indah mengomeliku.

“Iya mas salah. Mas pikir dengan cara seperti itu akan membuatnya menyerah. Kamu sendiri juga tau, perasaan dendamnya itu akan menghancurkannya, ndah.. Kalau dulu bukan karena kamu, mas juga pasti sudah tenggelam dalam dendam mas dan tidak bisa berpikir jernih. Aku bisa saja jadi bertindak dan mengambil keputusan yang keliru yang justru malah mengancurkan semua yang aku miliki saat ini”, jawabku mencoba untuk membela diri dan menjelaskan kepadanya.

“Justru itu mas.. Walaupun mba Azizah gak secara langsung jadi terhubung sama mas dan gak ada sangkut pautnya sama rencana mas nanti, mas harus menolongnya. Mas harus tanggung jawab..”, kata Indah.

“Iya Vera setuju sama Indah.. Mas harus menolong mba Azizah.. Lagipula Vera tau kok, mas juga suka sama mba Azizah kan? Kenapa ga sekalian aja mas jadiin mba Azizah sebagai wanita mas juga? Ya kan mba Yollie?”, Vera menyahut setelah ia kembali dari mengantarkan Azizah ke gerbang depan.

“No comment”, jawab Yollie cuek.

Aku langsung menoleh ke arah Vera dan menyuruhnya untuk duduk di sampingku.

“Sini duduk dekat mas”, kataku sambil tersenyum. Vera membalas senyumku lalu duduk di sebelahku.

Namun baru saja bokong Vera menyentuh sofa, aku langsung mencubit gemas pipinya,

“Kamu ya.. Dari tadi mas udah kesel sama kamu. Kenapa kamu gak bantuin mas tadi?”, ujarku menggeram sambil menjewer pipinya sebentar lalu melepaskannya.

“Aduduh sakit.. ampun mas.. hehe maaf mas, habis seru ngeliatin mas sama mba Azizah.. kayak di drakor-drakor hihi.. Lagian Vera percaya kok, mas gak akan berbuat aneh-aneh sama dia”, jawabnya polos sambil meringis dan mengusap pipinya.

Aku menghela nafas dan menyerah dengan tingkah Vera ini lalu menoleh lagi ke arah Indah,

“Kenapa harus aku yang bertanggung jawab sih? Wanita itu gak ada hubungannya denganku. Ok mas akui, memang mas menyukai kecantikannya, tapi cuma itu.. Aku gak ada niatan untuk menjadikannya sebagai wanitaku. Dengan Yollie dan Vera aja mas udah pusing, Lia juga masih belum tentu bisa menerima keadaan kita sekarang.. masa harus ditambah lagi dengan keberadaan Azizah? Mas gak mau melakukan kesalahan lagi seperti..”, perkataanku langsung terhenti karena sadar aku sudah keceplosan.

Indah langsung menjawabku dengan suara yang meninggi,

“Iya.. Indah juga tau kok hubungan mas sama Indah adalah sebuah kesalahan. Tapi bukan berarti hubungan mas dengan mba Azizah juga salah. Jadi itu yang mas takutkan? Mas takut mba Lia jadi lebih susah menerima kondisi mas sekarang? Biar Indah yang bilang kalo gitu sama mba Lia”, ujarnya tegas.

“Jangan ndah..”, pintaku kepadanya.

“Nggak.. pokoknya Indah harus menceritakan kejadian ini sama mba Lia. Indah yakin mba Lia akan ngerti, asal mas juga berniat memperistri mba Azizah juga seperti niatan mas mau menikahi Vera dan mba Yollie. Jadi mas harus segera minta maaf sama mba Azizah, trus bawa lagi dia kesini.. atau Indah gak mau lagi bicara sama mas Reza”, katanya cemberut. Lalu ia berdiri dan melanjutkan,

“Pokoknya sebelum mas minta maaf dan membawanya kesini, Indah gak mau ketemu mas Reza lagi. Dan jangan panggil Indah ke dalam dream room, Indah lagi dapet.. Indah pulang dulu.. Salamualaikom”, Indah kemudian berjalan meninggalkanku dan pergi keluar rumah.

Aku hanya bisa terbengong dengan sikap Indah ini. Aku tidak tau bagaimana harus menjelaskan kepadanya dan hanya bisa membalas salamnya lirih.

“Eh tu-tunggu ndah.. Aku ikut nganterin kamu.. Yok mba Yollie, kita anterin Indah”, kata Vera lalu berdiri dan mengikuti Indah.

“OK”, jawab Yollie santai lalu berdiri. Ia menatapku sesaat dan seperti mau mengucapkan sesuatu. Namun ia akhirnya hanya mengangkat kedua bahunya lalu pergi meninggalkanku dan berjalan mengikuti Vera.

“Oh my..”, aku hanya bisa menghela nafas pasrah melihat kepergian mereka. Aku sungguh tidak tau harus berkata dan berbuat apa.

Sesaat kemudian, mas Teguh berjalan dan duduk di sofa di sampingku. Lalu ia menyodorkan sebungkus rokok kepadaku. Aku langsung mengambilnya dan membakarnya sebatang.

“Sshh fuhhh”, aku menghembuskan asap melalui mulutku sambil berusaha menenangkan pikiranku yang ruwet. Kemudian aku bertanya kepada mas Teguh yang ikut merokok di sebelahku,

“Apa kamu juga setuju dengan perkataan Indah, mas?”, kataku meminta pendapatnya.

Mas Teguh berpikir beberapa saat lalu menjawabku,

“Kamu juga pasti sudah lihat tatapan mata wanita itu. Tatapan itu sama sepertiku dan kamu”

“Ya..”, jawabku singkat.

Mas Teguh melanjutkan,

“Kalau aku tidak bertemu denganmu, mungkin aku sudah mati dalam rencana balas dendamku. Kamu juga begitu.. Kalau kamu gak dapet kekuatan itu dan kesempatan kedua yang diberikan sistem kepadamu, aku yakin kamu juga sudah mati dalam usahamu membalaskan dendam. Aku dan kamu cukup beruntung, kita masih diberikan jalan dan berada di tengah-tengah orang yang men-support kita, sehingga kita masih bisa berpikir secara rasional..”, katanya. Lalu ia meneruskan,

“Tapi bagaimana dengan wanita itu.. Seperti yang kamu lihat, dia saja sudah berani berbuat seperti itu dan tidak peduli dengan kondisi dirinya. Kalau dibiarkan, wanita itu akan terjerumus dalam dendamnya dan bisa saja melakukan hal-hal yang malah membuatnya rusak atau malah mengacaukan rencanamu”, mas Teguh mencoba memberiku nasihat dari perspektif yang berbeda.

“Ya aku mengerti. Tapi yang aku heran kenapa harus aku yang bertanggung jawab atas wanita itu?”, kataku dan bertanya kepadanya.

“Apa kamu ga pernah mendengar kata-kata ini.. With great power, there must also come great responsibility..”, jawabnya santai.

“Cih! Aku dari dulu lebih suka DC daripada marvel”, ujarku mencibirnya yang menggunakan catchphrase dari film spiderman itu.

Mas Teguh hanya terkekeh dan berkata,

“Hehe.. Aku yakin kamu tau apa yang harus kamu lakukan. Apa kamu mau aku membantumu untuk mendapatkan nomer telpon wanita itu?”, katanya menawarkan bantuannya.

“Tidak perlu”, jawabku cuek. Lalu aku mengeluarkan sehelai rambut dari dalam saku celanaku dan berkata,

“Aku tadi mengambilnya untuk mengawasi kondisinya. Aku takut dia nanti bisa berbuat yang aneh-aneh”

Mas Teguh seketika terkejut dengan perbuatanku itu dan berkata dengan kesal,

“Hah brengsek. Rugi aku sudah mengkhawatirkan penjahat kelamin sepertimu.. Ya sudah aku harus menghubungi Kolonel Bagus untuk mempersiapkan semua yang kita butuhkan nanti di HK. Good luck.. widow master!!”, ujarnya mengejekku lalu langsung melengos pergi meninggalkanku sendirian di ruang tengah ini.

Aku sedikit tersinggung dengan perkataannya itu tapi hanya bisa menatap kepergiannya sambil menahan kesal.

Aku menghisap dan menyemburkan asap terakhirku dari rokokku lalu mematikannya. Kemudian setelah berpikir beberapa saat, aku mengaktifkan perintah ‘ring’ dan mengintegrasikan sehelai rambut Azizah itu dengan SRA..



….

….

….
 
Suhu2.. Barangkali bisa bantu yang pertama kali reja ketemu liat azizah di page berapa ya? Mau baca ulang hehe biar redrawing imajinasi di pikiran kamsia kamsia
Lupa di page berapa pokoknya setelah Reza dan Om teguh menyelamatkan Pak Nuha seusai sholat subuh. Mereka diajak kerumah.
Disitulah Reza ketemu Azizah yg memberikan minuman, yang ternyata digunakan oleh Nuha untuk mengacaukan pikiran Reza karena saking cantiknya istrinya itu.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd