Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [Season 1 & 2] - Slavery Game

Tim siapakah anda?

  • Lia

    Votes: 69 21,2%
  • Indah

    Votes: 42 12,9%
  • Vera

    Votes: 20 6,1%
  • Yolanda

    Votes: 60 18,4%
  • Azizah

    Votes: 126 38,7%
  • Natsu

    Votes: 9 2,8%

  • Total voters
    326
"Zehahaha! Bramono diselamatkan oleh dewi fortuna untuk kesekian kalinya. Semoga Bramono menepati janjinya untuk membawa Saya, Koh Aliong, dan Hansen berjualan bakso di acara pernikahan William Zhao," ujarku yang bersemangat ketika mendengar kabar Bramono selamat dari TKP. Jika tidak ada Bramono, maka kami akan kesulitan untuk menyelundupkan gerobak bakso ke HK.

😁
 
"Zehahaha! Bramono diselamatkan oleh dewi fortuna untuk kesekian kalinya. Semoga Bramono menepati janjinya untuk membawa Saya, Koh Aliong, dan Hansen berjualan bakso di acara pernikahan William Zhao," ujarku yang bersemangat ketika mendengar kabar Bramono selamat dari TKP. Jika tidak ada Bramono, maka kami akan kesulitan untuk menyelundupkan gerobak bakso ke HK.

😁
Org2 HK ga doyan bakso gan.. doyannya cilok sama seblak 😑
 
SG 65 – A Thrilling Duel


Beberapa menit yang lalu..


POV Reza

Aku memarkirkan mobilku di spot yang sudah dipilih oleh mas Teguh untukku, di samping pagar kawat yang membatasi area pergudangan tempat Yolanda dan anaknya disekap. Gudang tempat Yollie dan anaknya itu berada, juga tak jauh dari posisiku sekarang. Kalau aku bergerak cepat, sekitar 3 menit aku bisa mencapainya.

Lalu aku memakai earpiece yang tadi diberikan oleh mas Teguh lalu memberitahunya,

“Aku sudah di posisi mas. Apa mas sudah melihat mereka?”

“Wanita itu terikat di dinding sebelah kanan dari pintu yang kamu masuki nanti. Tidak ada orang lain saat ini”, suara mas Teguh menjawabku dari dalam earpiece itu.

Aku memejamkan mataku dan masuk ke dalam ruangan dimensional lalu melihat posisi tubuh Yolanda dari hologramnya dan kembali lagi ke dunia nyata,

“OK. Aku sudah melihatnya. Sepertinya dia baik-baik saja.. tidak terluka sedikitpun”, kataku mengkonfirmasi kepada mas Teguh.

“Hmm”, mas Teguh menjawabku singkat.

Lalu kami berdua terdiam dan menunggu selama beberapa saat. Sampai akhirnya mas Teguh mengabariku lagi,

“Pintu depan gudang terbuka”

Mendengarkan info dari mas Teguh itu, aku merasakan jantungku semakin berdetak kencang. Tapi aku mencoba untuk menenangkan diriku dengan bernafas secara teratur. Namun tiba-tiba mas Teguh berkata lagi,

“Sepertinya kita harus merubah rencana kita. Bramono tidak bermain seperti yang sudah kita rencanakan. Ia membawa 3 orang lagi selain 2 pria dari HK itu. Aku tidak akan bisa membunuh mereka satu per satu tanpa membahayakan keselamatan wanita itu dan anaknya. Aku akan menghubungi tim ku.. mereka akan segera bergerak menyerbu tempat ini”

“Eh? Tu-tunggu sebentar mas.. biar aku cek”, kataku buru-buru sebelum mas Teguh merubah plan A kami ini.

Aku lalu memejamkan mataku untuk merasakan apa yang sedang dipikirkan oleh Bramono. Perasaan-perasaan Bramono dan yang sedang dipikirkannya saat ini seketika terlintas dalam pikiranku. Aku langsung mengerti apa yang sedang ia rencanakan dan memberitahukannya kepada mas Teguh,

“Dia sedang berimprovisasi, mas. Dia takut tembakanmu meleset dan membunuhnya, jadi dia sudah menemukan cara lain. Sepertinya dia lebih memilih cara ini ketimbang ditembak olehmu”, kataku dengan nada mencibir.

“Hmm. Baiklah aku akan memantau beberapa saat. Tapi kalau kurasa situasinya memburuk, aku akan langsung menghubungi timku”, ujar Teguh.

“Ok”, jawabku pasrah lalu menunggu lagi sambil mengamati hologram Yolanda dari dalam ring.

Beberapa saat kemudian, suara mas Teguh terdengar lagi,

“1 orang anak buahnya keluar dari gudang itu”

Dan tak lama setelah itu, mas Teguh melanjutkan,

“Bramono pingsan. 2 orang anak buahnya menggotongnya keluar gudang. Bersiaplah sekarang.. 2 orang HK itu akan segera kuhabisi. Tunggu aba-abaku..”

“OK aku siap”, jawabku sambil menghela nafas panjang. Lalu aku turun dari mobilku sambil menenteng pisau dan berjalan ke satu bagian pagar kawat itu yang tertutup semak-semak tanaman liar di pinggir jalan.

Setelah mencari sebentar, aku menemukan bagian pagar yang dibawahnya sudah digunting. Aku berjongkok dan membersihkan sebagian semak-semak itu sehingga gampang dilewati lalu aku mendorong bagian kawat yang sudah digunting itu sampai membuat celah yang bisa dilewati oleh satu orang.

Kemudian aku masuk melalui celah itu dan dengan mengendap, aku berjalan melewati beberapa tumpukan kotak kayu lalu menyenderkan punggungku ke sudut dinding belakang salah satu bangunan yang ada di area pergudangan ini.

Di sebelah kananku terdapat celah antara 2 dinding bangunan yang terdapat beberapa outdoor AC dan pipa-pipa besi yang menempel di beberapa bagian dinding. Setelah nanti mas Teguh memberiku kode, aku akan melewati celah ini lalu kalau aku berbelok ke kiri beberapa meter kemudian setelah berbelok ke kanan, aku akan bisa melihat gudang tempat Yollie disekap.

Aku menunggu aba-aba dari mas Teguh, sambil mengatur kembali nafasku untuk lebih menenangkan diri. Lalu tak lama kemudian, suara mas Teguh terdengar dari earpiece yang kupakai,

“OK sekarang. Bergeraklah cepat dan berhati-hati”, ujar mas Teguh menginstruksikanku.

Dengan cepat aku berjalan melewati celah itu lalu sampai di sebuah jalan yang cukup lebar. Aku berbelok ke kiri san mengendap menyusuri dinding sebuah bangunan lalu berbelok ke kanan. Tak jauh dari sana aku bisa melihat gudang yang kutuju itu.

Kembali aku menyusuri dinding beberapa bangunan sampai akhirnya aku tiba di pintu belakang gudang. Di sebelah kananku terdapat satu area yang berisi tumpukan-tumpukan peti-peti kayu.

Dan kalau aku melihat lebih jauh melewati beberapa atap bangunan kecil, aku bisa melihat 1 bangunan yang paling tinggi dari beberapa bangunan di sekitarnya.

Aku tau itu adalah posisinya mas Teguh berada sekarang. Aku yakin saat ini mas Teguh bisa melihatku melalui teropong senjatanya.

Tanpa ragu-ragu aku membuka pintu itu lalu dengan cepat masuk ke dalam gudang. Di tengah gudang aku melihat Adrian berdiri sambil gemetar. Di sebelah kirinya, terlihat tubuh seseorang yang memakai setelan jas hitam, sudah tergeletak di lantai dan terbujur kaku bersimbah darah.

Dengan cepat aku menghampiri Adrian dari belakangnya sambil berbisik,

“Adrian.. jangan takut.. Aku teman ibumu.. tetap tenang dan jangan bersuara, aku akan melepaskan ikatanmu.”

Lalu dengan menggunakan pisau, aku memotong ikatan tali di tangannya itu dengan hati-hati. Kemudian aku membantunya melepaskan kain yang menyumpal mulutnya, lalu berkata,

“Tunggu di sini.. aku akan membebaskan ibumu”

Adrian hanya mengangguk setelah mendengar perkataanku.

Lalu aku berjalan ke arah Yolanda yang terikat di dinding di depanku dan memotong tali yang mengikat kedua pergelangan tangannya. Kulihat ia terbengong melihatku. Aku balas menatapnya seraya berkata dengan lembut,

“Kamu bisa bergerak? Kita harus segera pergi dari sini”

Setelah itu aku mengambil sapu tangan dari dalam saku jaketku dan menekannya di dahi Yolanda yang sobek dan sedikit mengeluarkan darah akibat tandukannya tadi ke Bramono.

Yolanda terlihat masih terbengong menatapku. Aku memegang tangannya dan berkata lagi untuk menyadarkannya,

“Ayo cepat ikuti aku”

Yolanda seketika tersadar dari bengongnya itu, lalu sambil berpegangan tangan, kami bergegas ke arah Adrian yang masih berdiri dan menunggu kami di bagian tengah gudang. Kulihat Yolanda meraih tangan Adrian lalu mengikuti arah tanganku menariknya ke pintu belakang gudang.

Waktu sudah di dekat pintu, aku menjulurkan kepalaku keluar pintu untuk melihat situasi. Ketika kulihat di luar aman, aku menarik lagi tangan Yolanda untuk mengikutiku.

Aku memandu mereka dengan berjalan sedikit di depan Yollie dan anaknya lalu menyusuri jalur yang sama dengan yang aku ambil tadi..

..



POV Teguh

Teguh mengawasi Reza dari kejauhan dengan teropong senjatanya, dan waspada untuk bisa segera mengantisipasi datangnya kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi ketika Reza berusaha menyelamatkan Yolanda dan anaknya.

Setelah Reza melepaskan wanita itu beserta anaknya dari ikatan tali, dan berhasil melarikan diri dari tempat penyekapan tersebut, Teguh bergegas untuk pergi menuju rute pelarian setelah membereskan senjatanya. Seorang penembak runduk tidak mungkin meninggalkan jejak sedikitpun walaupun hanya sebutir selongsong peluru.

Teguh bergegas menuruni anak tangga sambil menenteng koper yang berisikan senjata yang telah dibongkar.

Ketika telah mencapai lantai bawah dan hendak menuju ke pintu keluar, seseorang dari balik pintu berhasil menjatuhkan Teguh sehingga ia tersungkur ke lantai.

BRAKKK…

Orang tersebut menjulurkan kakinya hingga membuat Teguh terjatuh dan tidak sengaja melemparkan koper senjatanya ke sembarang arah.

Teguh segera bangkit dan menarik pistol dari balik jaketnya, lalu menembak ke arah orang tersebut dengan tergesa-gesa.

DORRR..DORRR..DORRR..

Teguh melepaskan tembakan namun tidak mengenai sasaran. Kemudian dengan cepat ia berlindung dari balik mobil forklift sambil menyiapkan rencana perlawanan.

Dari ciri-ciri fisik dan pakaian yang dikenakannya, teguh menyadari bahwa orang yang menyergapnya itu, mirip dengan kedua orang yang sudah mati tertembus timah panas hasil bidikannya tadi.

“Sial! Ternyata Rudy diam-diam mengirimkan 1 orang suruhannya lagi kesini. Aku harus segera pergi dari tempat ini!”, batin Teguh berteriak dalam keadaan panik karena tidak menduga kalau masih ada orang suruhan Rudy Zhao yang tersisa.

Tak ingin berlama-lama dan berharap keajaiban yang tak mungkin datang, Teguh segera melepaskan tembakan lagi ke sembarang arah sambil mengintip lokasi orang yang menyerangnya itu.

DORRR…DORRR…DORRR

Ternyata orang tersebut sudah tidak ada di tempatnya dan telah berpindah lokasi.

Dengan cekatan, Teguh segera melepaskan klip peluru yang kosong dan menggantinya dengan yang baru.

“Hidup atau mati, aku akan berusaha sampai titik terakhir!”, ucap teguh dalam hati, kemudian berlari menuju tempat berlindung selanjutnya sambil melepaskan tembakan perlindungan.

DORRR…DORRR…DORRR…

DORRR…DORRR

Orang suruhan Rudy Zhao itu, mulai menampakkan diri dari balik kontainer dan menembak ke arah Teguh yang sedang berusaha mencari tempat perlindungan.

“Argghh”, Teguh merintih kesakitan akibat terkena tembakan di perut bagian kirinya.

Darah mulai mengalir dari luka tembakan yang diberikan oleh orang itu. Namun, rasa sakit tersebut segera teralihkan oleh adrenalin yang terpacu semakin kencang.

“Disitu rupanya kau!!”, batin Teguh berbicara, setelah tadi ia mengundi nasib demi menemukan keberadaan musuhnya yang bersembunyi.

Lalu Teguh mulai melancarkan serangan balik dan telah siap dengan konsekuensi yang akan terjadi.

..

Pertempuran Teguh dan orang kepercayaannya Rudy Zhao itu, berlangsung semakin sengit, dimana keduanya mempertaruhkan hidup atau mati. Berlari, bersembunyi dan saling menembak satu sama lainnya hingga keduanya sama-sama kehabisan amunisi.

KLIK

Teguh mengeluarkan klip peluru dan mengeceknya.

“Aku kehabisan amunisi”, ujarnya membatin sambil terengah-engah, bersembunyi di balik kotak kayu.

Teguh kembali menerima dua tembakan pada bagian yang tidak terlalu berbahaya, namun tetap mengurangi efektifitasnya dalam bertarung. Begitu juga dengan lawannya yang beberapa kali terkena tembakan pada bagian lengan dan perut.

“Hei.. Kau! Sepertinya kita tidak bisa bermain-main lagi.. mari akhiri dengan cara lama?”, teriak orang kepercayaan Rudy Zhao itu dari balik kotak kayu yang berseberangan dengan Teguh.

Teguh menggeram pertanda setuju untuk segera mengakhiri pertarungan mereka yang telah mendekati puncaknya.

Mereka berdua berdiri secara bersamaan sambil mengangkat kedua tangan yang memegang pistol kosong. Namun ketika sudah berhadap-hadapan, orang itu berlaku curang dan menembakkan peluru terakhirnya tetapi berhasil dihindari oleh Teguh.

Teguh tersenyum sinis dan segera mengeluarkan pisau komando dari sarungnya.

..

Saat ini Teguh dan orang dari HK itu, sedang berhadap-hadapan sambil mengambil ancang-ancang untuk menyerang.

Tatapan mata mereka tajam dan fokus dalam mencari celah untuk menusukkan mata pisau ke tubuh lawannya. Bertaruh antara hidup dan mati.

Orang kepercayaan Rudy Zhao segera melancarkan serangan pertamanya namun berhasil ditangkis oleh Teguh dengan menggunakan pisaunya.

TRING..

Dua sisi pisau yang saling berbenturan, menghasilkan sedikit percikan api.

Keduanya saling menyeringai dan mengintimidasi satu sama lain dengan tatapan mata yang menunjukkan aura untuk bertahan hidup.

BUGGH..

Teguh melancarkan pukulan uppercut, namun berhasil ditangkap dan dicengkram oleh lawannya.

Kini mereka saling beradu ketahanan dan ketangkasan dengan saling mendorong satu sama lain.

Sesaat kemudian, orangnya Rudy dengan tangkas menendang bagian paha Teguh menggunakan dengkulnya.

BUGHH

Teguh mulai kehilangan keseimbangan dan terdorong jatuh ke tanah.

“Hiaaa..”

Melihat kesempatan emas, orang HK itu kembali melancarkan serangan dengan menusukkan pisaunya ke arah Teguh.

Teguh yang sadar, segera berguling-guling menghindari hujaman pisau dari lawannya dan berusaha menjauh.

“Belum saatnya…”, ucap Teguh dalam hati, sambil melotot dan berpacu dengan adrenalin yang lebih kencang dari sebelumnya.

Ketika Teguh hendak bangkit, orang kepercayaan Rudy Zhao itu segera menendangnya sekuat tenaga sehingga membuat Teguh tersentak.

BAGH..

“Arghhh..”

Tidak tinggal diam, Teguh secara spontan mengayunkan pisaunya dan berhasil menyayat paha lawannya.

Sontak orang itu berteriak meringis kesakitan dan mundur beberapa langkah untuk menjauh.

Melihat lawan yang lengah, Teguh segera bangkit dan berlari untuk menusuk lawannya.

“Haaaa…”, teriak Teguh.

Ketika mau menusukkan pisau, orang kepercayaan Rudy Zhao itu sengaja merelakan tangan kirinya tertusuk dan mencengkram tangan Teguh dengan sekuat tenaga.

Sesaat kemudian, orang itu melakukan serangan balik dengan pisau miliknya namun berhasil ditahan oleh Teguh.

Sekarang, daya tahan lah yang akan menentukan hasil dari pertarungan sengit mereka. Pertarungan antara dua orang yang terlatih dan memiliki latar belakang yang sama di kemiliteran.

“Aaaaaa…”, Teguh berteriak dengan suara keras dan berusaha bertahan sekuat tenaga.

Sadar akan dirinya yang mulai mendekati batas, Teguh merelakan pisau lawan menusuk perutnya. Kemudian ia mematahkan pergelangan tangan lawannya dan mendorongnya hingga terjatuh ke tanah.

“Mampus kau…”, teriak Teguh dengan mata melotot lalu mendorong pisaunya ke arah jantung lawan dengan semua tenaga yang tersisa.

Orang kepercayan Rudy itu berusaha menahan laju pisau agar tidak menusuk jantungnya.

“Hahaha….”, orang itu tertawa dengan sinis sambil menyeringai dan berjuang mempertahankan hidupnya yang berada di ujung tanduk.

“Grahhhh!”, Teguh menggeram, mengumpulkan semua tenaganya lalu mendorong pisau hingga berhasil menembus dada lawannya.

“Mati kauu…!!”, Teguh menghentakkan pisau dengan kedua tangannya dan menusuk jantung lawan hingga tewas.

“Argh..”, mata orang itu membelalak akibat kesulitan bernafas, kemudian menghembuskan nafas terakhirnya.

Setelah itu Teguh langsung ambruk akibat kelelahan dan kehabisan tenaga di samping tubuh lawannya. Ia menatap langit dengan pandangan mata yang mulai samar.

Tak lama kemudian, ia mendengarkan beberapa langkah kaki yang berlari ke arahnya. Teguh hanya bisa menghela nafas pasrah menghadapi situasinya saat ini.

Namun tiba-tiba..

“Pak.. Bertahanlah! Bantuan telah tiba”, ucap salah satu pasukan Teguh yang datang menyelamatkannya.

Teguh yang mendengar suara tersebut, tersenyum lega lalu langsung pingsan tak sadarkan diri..



….

….

….
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd