Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Santri dan Syahwat

Status
Please reply by conversation.
Chapter 6



"Ada yang harus kita bicarakan Din, ini tentang Ning Ishma." Gumam Nyai Aisyah merebahkan tubuhnya di samping Burhanuddin yang rebah berbantalkan kedua telapak tangannya, entah kenapa gairahnya kembali bangkit melihat bulu ketiak Burhanudin yang jarang. Perlahan Nyai Aisyah merebahkan kepalanya di pangkal tangan Burhanuddin sehingga dia bisa mencium aroma ketiak pria jantan yang berhasil memberikannya kepuasan...

"Ada apa dengan Ning Ishma, Nyai?" Tanya Burhanuddin berusaha mengabaikan rasa nyeri pada otot-otot ketiak karena menahan beban kepala Nyai Aisyah. Rasa nyeri ini tidak akan seberapa dibandingkan saat kontolnya menerobos masuk memek Nyai Aisyah.

"Jawab pertanyaanku dulu, apa benar kamu mencintai Ning Ishma?" Tanya Nyai Aisyah, dia merubah posisinya menjadi tengkurap, tubuhnya ditopang siku sehingga dia bisa memperhatikan wajah Burhanuddin dan sesekali matanya melihat ke arah ketiak yang jaraknya sangat dekat sehingga dia bisa mencium baunya yang jantan dan membuat jantungnya berdegup kencang.

"Aku tidak tahu Nyai, perasaanku kepada Ning Ishma apakah cinta atau hanya sekedar nafsu. Yang jelas, aku sangat membutuhkan kehadirannya sejak dia merenggut keperjakaanku dan...!" Burhanuddin tidak berani meneruskan perkataannya, dia tidak mungkin mengatakan siapapun yang akan menjadi istrinya antara Ning Ishma dan Ning Sarah sama saja akan membuat ayah dan ibunya bahagia karena mendapatkan mantu anak seorang Kyai.

"Dan kamu sudah berhasil menghamili Ning Ishma, bukan begitu Din?" Tanya Nyai Aisyah salah paham dengan kalimat yang tidak jadi dikatakan oleh Burhanuddin, dugaannya Burhanuddin sudah mengetahui kehamilan Ning Ishma.

"Ap pa?" Tanya Burhanuddin terkejut, Ning Ishma hamil. Dia tidak tahu apakah ini kabar baik atau buruk, atau mungkin keduanya. Pikirannya serasa buntu, dia tidak bisa menerka kejadian apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Apa yang harus aku lakukan, Nyai?" Tanya Burhanuddin membuyarkan perhatian Nyai Aisyah yang tertuju pada ketiaknya, Nyai Aisyah memandang wajah Burhanuddin yang menerawang menatap langit-langit kamar yang berwarna putih.

"Kamu harus menikahi Ning Ishma walau bagaimanapun caranya, hanya itu yang harus kamu lakukan." Jawab Nyai Aisyah pelan, birahi sudah memenuhi dadanya dan dia tidak mampu lagi bertahan untuk tidak menciumi ketiak Burhanuddin dengan bernafsu. Dan dia berhasil membuktikan, nafsu membuat seseorang kehilangan akal sehatnya.

"Nyai....!" Seru Burhanuddin terkejut saat Nyai Aisyah tiba-tiba menciumi ketiaknya dengan bernafsu, refleks dia berusaha menghindar namun Nyai Aisyah memaksa untuk terus menciumi ketiaknya, bahkan menjilatinya tanpa merasa jijik.

"Nyai, jangan..!" Burhanuddin berusaha mendorong wajah Nyai Aisyah dari ketiaknya, tidak pantas wanita semulya dia menciumi ketiaknya.

"Kenapa, Sayang?" Tanya Nyai Aisyah, wajahnya bersemu merah terbakar birahi. Matanya tak pernah lepas dari ketiak Burhanuddin, baunya begitu menggairahkan.

"Nggak boleh Nyai, itu sangat menjijikan.." jawab Burhanuddin mendorong Nyai Aisyah agar terlentang, dia yang seharusnya memberikan layanan maksimal untuk Nyai Aisyah, bukan malah sebaliknya.

"Mau apa kamu, Sayang?" Tanya Nyai Aisyah tersenyum menahan tawa saat Burhanudin merentangkan tangannya sehingga ketiaknya yang mulus terbuka lebar dan sedetik kemudian wajah pemuda tampan itu sudah menciumi ketiaknya dengan rakus, membalas perbuatannya yang tadi.

"Hihihi..., geliiii !" Seru Nyai Aisyah saat Burhanuddin menciumi dan menjilati ketiaknya, rasa geli dan nikmat yang membuat bulu kuduknya berdiri.

Burhanudin yang niat awalnya hanya ingin memberikan layanan maksimal, justru berubah sangat menikmati. Ketiak Nyai Aisyah yang harum membuatnya semakin bernafsu untuk terus menghirup aromanya, saat lidahnya menyentuh ketiak tanpa bulu itu, rasa gurih menyentuh lidahnya.

"Aaahhhh, ohhhh kamuuu pintar Sayang." Mata Nyai Aisyah terpejam menikmati lidah Burhanudin bergerak menyapu ketiaknya, belum pernah Mbah Yai Nafi' memperlakukannya secara istimewa seperti yang dilakukan Burhanuddin.

Ennak, Nyai?" Tanya Burhanuddin menatap wajah cantik Nyai Aisyah yang terpejam, wajah itu terlihat semakin cantik membuat Burhanudin tergoda menciumi wajahnya yang halus. Kesempatan ini tidak boleh disia-siakan begitu saj, Burhanuddin meluoat bibir Nyai Aisyah sementara tangannya meremas payudara yang belum kehilangan keindahannya. Burhanuddin terus melumat bibir Nyai Aisyah yang menyambutnya dengan bahagia, tubuh bugil mereka menjadi saksi betapa panas birahi yang membakar jiwa mereka.

"Ich, geliiii..!" Seru Nyai Aisyah tertawa kecil setelah ciuman panas mereka berakhir dan Burhanuddin mulai menjilati wajah halusnya, bau ludah Burhanuddin seperti wangi surgawi yang semakin membakar gairahnya.

"Ohhh, kamu nakal sayang...!" Seru Nyai Aisyah mendekap kepala Burhanuddin yang bergerak menjilati lehernya yang jenjang, keringatnya tersapu bersih oleh lidah kasar Burhanuddin. Yaa Tuhan, salahkah dia yang hanyut dalam birahi yang dibakar oleh pemuda tampan yang lebih pantas menjadi anaknya? Salahkah dia mengkhianati suami yang sekian puluh tahun menuntunnya ke jalan yang benar, namun tidak pernah sedikitpun menyentuh nurani dan syahwatnya yang liar dan kini pemuda itu berhasil menyentuh bagian terdalam jiwanya yang tersembunyi.

"Jenengan cantik sekali Nyai, sangat cantik." Gumam Burhanuddin menatap lekat wajah yang tergolek pasrah, kecantikannya begitu mempesona di usianya yang sudah matang.

"Gombal, rayuan seperti itukah yang membuat Ning Ishma dan Ning Sarah tergila-gila padamu?" Tanya Nyai Aisyah tersipu malu, bahkan rayuan dan pujian tulus Mbah Yai Nafi' tidak pernah mampu membuatnya sebahagia ini.

"Aku bukan sedang merayu Nyai, aku sedang mengatakan hal yang sebenarnya." Jawab Burhanuddin, tangannya terus meremas payudara Nyai Aisyah yang montok dan pernah menjadi satu-satunya sumber makanan Ning Sarah wanita yang selalu mengisi hati dan pikirannya.

Perlahan Burhanuddin menciumi pernukaan payudara Nyai Aisyah, dihirupnya aroma surgawi yang terpancar dari kulitnya yang putih mulus. Kemudian lidahnya terjulur menyentuh kulit halus tanpa cacat membuat Nyai Aisyah menggeliat kecil, hal itu semakin membuat Burhanuddin bersemangat menjilatinya.

"Ahhh, kamu semakin nakal sayang.." Nyai Aisyah pasrah oleh sensasi yang sedang dirasakannya, dibiarkannya lidah Burhanuddin menyentuh setiap bagian payudaranya hingga akhirnya berhenti di puncak payudaranya. Dan kenikmatan yang dirasakan semakin bertambah, lidah Burhanuddin terus menggelitik putingnya dengan liar.

"Ahhh, terus Sayang, hisap yang keras...!" Nyai Aisyah menjerit kecil saat Burhanuddin menghisap puting payudaranya, rasa geli dan nikmat bersatu membuatnya menggelinjang seperti cacing kepanasan. Belum pernah sekalipun dia merasakan kenikmatan liar seperti ini saat Mbah Yai Nafi' menghisap puting payudaranya. Hubungan sex mereka lebih pada kewajiban antara suami dan istrinya, bukan hubungan sex yang panas dan membuatnya mampu menjerit histeris seperti sekarang. Ini sesuatu yang sangat luar biasa, semakin sering Burhanuddin menggaulinya, semakin dia larut dalam kenikmatan liar yang membuatnya bahagia.

Burhanuddin bergerak mengalihkan sasaran ciuman dan jilatannya saat Nyai Aisyah hampir menyentuh puncak kenikmatan, lidahnya menyusuri perut rata Nyai Aisyah. Tiba-tiba dia teringat perut Ning Ishma yang sedang mengandung anaknya, benarkah Ning Ishma sedang mengandung anaknya atau itu hanya bualan. Tapi, Nyai Aisyah tidak mungkin berbohong, lisannya selalu terjaga dari berkata bohong.

"Nyai, benarkah Ning Ishma mengandung anakku?" Tanya Burhanuddin penuh harap, anak yang dikandung Ning Ishma benar anaknya, bukankah itu artinya dia akan mendapatkan anak dari keturunan Kyai.

"Iya dan kamu harus bertanggung jawab menikahinya, bagaimanapun caranya." Jawab Nyai Aisyah, gairahnya sedikit terganggu oleh pertanyaannya Burhanuddin, namun dia tetap menjawab pertanyaan tersebut.

"Tapi bukankah tidak diperbolehkan menikahi wanita hamil, Nyai?" Tanya Burhanuddin, apakah dia akan menikahi Ning Ishma setelah melahirkan nanti?

"Hei, kenapa kita malah asyik membicarakan Ning Ishma,?" Yang Nyai Aisyah jengkel, saat ini dia hanya ingin dimanjakan oleh kejantanan Burhanuddin, masalah Ning Ishma biarlah dibicarakan nanti.

"Maaf, Nyai..!" Seru Burhanuddin tersadar, dia hanya akan membuang kesempatan menikmati keindahan tubuh Nyai Aisyah dan jepitan memeknya yang sangat nikmat.

Burhanuddin langsung membenarkan wajahnya di selangkangan Nyai Aisyah yang terbuka lebar, aroma memek alami tercium jelas mengalahkan sabun pembersih vagina dan itu justru semakin membakar birahi Burhanuddin.

"Ohhh yaaaa, begitu sayang...!" Nyai Aisyah menjerit lirih saat lidah Burhanuddin menyentuh itilnya, menggelitiknya dengan liar. Tubuhnya menggeliat menahan rasa nikmat yang menjalari syaraf-syaraf yang berada di tubuhnya.

"Awww, nikmati memekku Sayang, memekku adalah milikmu dan kamu bebas menikmatinya." Nyai Aisyah mengeram, rasa nikmat semakin mendera tubuh dan jiwanya. Dibiarkannya pemuda itu menikmati kelaminnya, kelamin yang seharusnya terjaga suci. Tapi kini kelaminnya terbuka lebar di hadapan Burhanuddin dan dia lebih suka menyebutnya MEMEK, penyebutan itu membuatnya semakin bernafsu dan membebaskannya dari belenggu yang dialaminya selama ini.

"Ampun, ampunnnnn, akkkkku ngecrot....!" Teriak Nyai Aisyah histeris, pinggulnya terangkat menyambut lidah Burhanuddin yang masuk ke dalam memekmya, kedua tangganya berpegangan keras pada bantal menyambut orgasme dahsyat dan tidak kalah dahsyat dibandingkan tadi saat kontrol Burhanuddin mengaduk-aduk memeknya.

"Enak, Nyai...!" Tanya Burhanuddin setelah orgasme Nyai Aisyah reda, dia merangkak di atas tubuh Nyai Aisyah yang terpejam menikmati sisa-sisa orgasme.

"Enak, kamu pejantan tangguh. Sekarang kamu mau apa?" Tanya Nyai Aisyah merasakan kontol Burhanuddin menyentuh memeknya, Nyai Aisyah memeluk Burhanuddin. Ah kini saatnya kontol pemuda itu kembali masuk ke dalam memeknya, mengaduk-aduk setiap bagian yang selama ini tidak pernah tersentuh kontol Mbah Yai Nafi'.

"Nyai maunya, apa?" Burhanudin balik menggoda Nyai Aisyah, kontolnya bergerak menggelitik itil Nyai Aisyah yang sudah siap menerima kehadiran kontolnya.

"Aku ingin kontol kamu mengasihi memekku hingga aku tidak bisa bangun karena kelelahan oleh rasa nikmat, Sayang.." bisik Nyai Aisyah binal, kakinya segera merangkul pinggang Burhanuddin dan tangannya ikut menarik tubuh pemuda itu sehingga kontolnya terdorong masuk menerobos memeknya yang sudah banjir oleh cairan birahi.

"Aduhhhh, kontol...!" Nyai Aisyah mengerjap saat kontol Burhanuddin masuk hingga menyentuh dasar memeknya, selalu saja rasa ngilu tidak mau hilang walaupun rasa nikmat yang dirasakan lebih hebat dari rasa ngilu itu. Refleks Nyai Aisyah menggerak-gerakkan otot-otot memeknya untuk menghilangkan rasa ngilu, namun hal itu justru membuat Burhanuddin merasakan sensasi yang berbeda. Terlebih sisa-sisa ngilu sehabis persetubuhan pertama masih belum hilang, entah kenapa walau rasa ngilu selalu dirasakan tapi tidak membuatnya jera menikmati sodokan demi sodokan kontol Burhanuddin.

"Kenapa, Nyai...?" Tanya Burhanuddin merasakan kontolnya sudah sempurna tertelan memek Nyai Aisyah yang lunak dan hangat, entah bagaimana caranya memek Nyai Aisyah bisa berkedut-kedut meremas kontolnya.

"Ngilu tapi enak, kontol kamu terlalu besar." Jawa Nyai Aisyah semakin erat memeluk Burhanuddin saat pemuda itu akan menarik kontolnya, dia masih ingin menikmati kontol Burhanuddin diam dalam memeknya. Kehangatan kontol pemuda itu begitu yeras, dia ingin selama mungkin menikmati momen ini.

"Memek Nyai juga nikmat, bisa mijat-mijat kontolku.." jawab Burhanuddin, kontolnya bergerak perlahan, namun jepitan kaki dan pelukan Nyai Aisyah membuatnya kesulitan.

"Tunggu sebentar Sayang, memekku masih ngilu.' cegah Nyai Aisyah pelan, Nyai Aisyah melumat bibir Burhanuddin dengan segenap perasaannya sehingga rasa ngilu itu perlahan menghilang saat Burhanudin menggerakkan kontolnya perlahan di dalam memeknya.

"Awww ahhhhh, terus sayang, pellan-pelan...!" Nyai Aisyah merasakan tubuhnya menggigil merasakan kontol Burhanuddin bergerak memompa memeknya, rasa nikmat menjalari sekujur tubuh dan jiwanya.

"Nikmat sekali memekmu, Nyai..!" Seru Burhanudin takjub, memek Nyai Aisyah terus memijat-mijat kontolnya dengan lembut, bahkan seperti sedang menghisap kontolnya.

"Nikmat mana dengan memek Ning Ishma dan Ning Sarah, jawab yang jujur?" Tanya Nyai Aisyah terbakar cemburu membayangkan bukan hanya dia yang menikmati kontol Burhanuddin, tapi anak dan keponakannya pun menikmati kontol Burhanuddin.

"Aku tidak tahu Nyai, memek kalian sama-sama enak. Tapi jujur, memek Nyai sangat berbeda dari yang lain, apa mungkin karena Nyai adalah istri dari Mbah Yai Nafi' yang harus aku jaga dan mulyakan.!" Jawab Burhanuddin jujur, sejujur rasa nikmat yang sedang dirasakannya. Nikmat apa lagi yang bisa dipungkirinya, sejak mondok di Pesantren Mbah Yai Nafi' dia mendapatkan keberuntungan menikmati tiga memek wanita paling istimewa di pondo.

"Jangan sebut Nama suamiku, Din...!" Seru Nyai Aisyah kembali melumat bibir Burhanuddin dengan perasaan bersalah, tidak seharusnya dia mengkhianati suaminya namun gairahnya yang selama ini berusaha dipendamnya rapat, kini gairah itu sudah bangkit dan menemukan jalannya, tidak mungkin gairah itu bisa dipadamkannya lagi.

Nyai Aisyah mulai membalas gerakkan kontol Burhanuddin, pinggulnya bergerak menyambut terobosan demi terobosan kontol Burhanuddin dan ternyata dia kembali menemukan keasyikan tersendiri, rasa nikmat yang timbul berkali-kali lipat dari pada dia hanya diam.

"Aduhhhh, senikmat inikah ngentot denganmu Din...?" Nyai Aisyah semakin cepat menggerakkan pinggulnya, membuat kontol Burhanuddin bergerak cepat dan semakin cepat memompa memeknya.

"Memekmu Nyai, bisakah aku menikmatinya setiap waktu?" Tanya Burhanuddin, rasanya dia tidak mau kehilangan memek istimewa yang dimiliki Nyai Aisyah, dia ingin terus menikmatinya setiap kali kesempatan itu datang.

"Ahhh, selama ada kesempatan, kamu bebas menikmati memekku. Karena itu kamu harus menikahi Ning Ishma agar kita bebas ngentot, Sayang..!" Seru Nyai Aisyah, sodokan demi sodokan kontol Burhanuddin membuatnya semakin menggila. Seperti rencananya membantu Ning Ishma kawin lari, lebih tepat itu rencananya.

"Apakah Mbah Yai Maimun menyetujui pernikahan kami, Nyai?" Tanya Burhanuddin penuh harap, gerakan kontolnya tidak berkurang memompa memek Nyai Aisyah.

"Ahhhh, terus yang kenceng...!" Seru Nyai Aisyah menjerit histeris saat orgasme datang tiba-tiba tanpa bisa ditunda, tubuh Nyai Aisyah mengejang dan kedua kakinya merangkul pinggang Burhanuddin dengan kencang bersamaan dengan orgasme dahsyat yang diraihnya.

"Akkkkku kelllllluaarrrrr....!" Teriak Nyai Aisyah, kukunya yang panjang menancap punggung Burhanuddin.

"Aduhhhh...!" Teriak Burhanuddin kesakitan, namun justru rasa sakit itu membuat orgasmenya tertunda, pejuh yang hampir keluar langsung terhenti.

"Din, seenak inikah kontolmu...!" Seru Nyai Aisyah dengan nafas tersengal-sengal menikmati sisa-sisa orgasme yang perlahan memudar, tubuhnya terasa kehilangan tenaga.

Nyai Aisyah melepaskan kakinya dari pinggang Burhanuddin, kembali dia menggerakkan pinggulnya setelah tenaganya kembali pulih dan dia masih ingin merasakan orgasme susulan yang lebih dahsyat dari pada tadi dan hal itu sangat memungkinkan karena kontol Burhanuddin masih tetap keras dalam memeknya.

"Nyai, apakah Mbah Yai Maimun akan merestui hubungan kami?"tanya Burhanuddin teringat dengan pertanyaannya yang belum dijawab, dibiarkannya Nyai Aisyah menggerakkan pinggul sehingga kontolnya ikut bergerak dalam jepitan hangat memek Nyai Aisyah.

"Mbah Yai Maimun tidak menyetujuinya, tapi kalian bisa kawin lari. Sudah, nanti saja kita bicarakan hal itu, sekarang entot aku sekarang.!" Seru Nyai Aisyah diantara deru nafasnya yang tersengal oleh birahinya, pinggulnya terus bergerak memompa kontol Burhanuddin yang berada dalam memeknya.

"Kawin lari Nyai, bukankah itu sangat tidak terhormat, terlebih lagi aku akan mencoreng aib di wajah Mbah Yai Maimun.." jawab Burhanuddin ngeri membayangkan dia akan kena kualat karena perbuatannya itu, jauh sekali dari keinginannya menikahi Ning Ishma dengan cara baik-baik agar derajat keluarganya terangkat.

"Sudah jangan banyak bicara, entot aku sekarang juga..!" Seru Nyai Aisyah jengkel, dia hanya ingin menikmati sodokan demi sodokan kontol Burhanuddin, meraih kenikmatan yang tak pernah didapatkan dari suaminya.

Burhanuddin menyerah, tiada gunanya berdebat saat kontolnya tertancap sempurna dalam memek Nyai Aisyah, lebih baik dia menikmati selagi kesempatan itu ada. Burhanuddin mengusir bayang-bayang kemurkaan Mbah Yai Maimun dengan memompa memek Nyai Aisyah dengan bertenaga sehingga spring bed berguncang keras akibat hentakannya.

"Ya begitu, entot aku sepuasmu..!" Seru Nyai Aisyah berteriak senang, ini momen yang selalu dibayangkan setiap malam hingga terbawa mimpi, momen yang membuatnya bahagia. Peluh sudah membanjiri tubuh mereka, bersatu seperti bersatunya alat kelamin mereka.

"Sssshhhh, ahhhh. .!" Suara tanpa makna memenuhi ruangan kamar, entah suara siapa yang terdengar atau mungkin suara keduanya yang saling tumpang tindih tak beraturan hingga akhirnya puncak kenikmatan itu kembali menyeret kesadaran Nyai Aisyah, bukan hanya sekali namu berkali-kali sementara Burhanuddin belum juga merasakan orgasme yang berusaha diraihnya

"Nyai, kita rubah posisi ya, aku capek dari tadi posisi kita tidak berubah.." Burhanuddin mulai merasa jengkel, sepertinya orgasme menjauh darinya, walau dia sudah berusaha sekuat tenaga meraihnya.

"Nggak mau, aku lebih capek lagi, entah berapa kali aku orgasme ..!" Seru Nyai Aisyah, matanya berbinar indah.

Burhanuddin hanya bisa mengeluh dalam hati, pinggangnya sudah mulai lelah namun orgasme belum juga datang, namun dia tidak berani menolak atau memaksakan keinginannya. Terpaksa dia kembali memompa memek Nyai Aisyah, mengerahkan semua tenaga yang masih dimilikinya.

"Nyai, akkkkku kelllllluaarrrrr...!" Seru Burhanuddin takjub, orgasme datang di saat dia mulai putus asa. Orgasme terdahsyat yang pernah dialami saat pejuhnya berhamburan keluar membanjiri memek Nyai Aisyah.

"Akku jugaaaaa ..!" Teriak Nyai Aisyah seperti tidak mau kalah, orgasme yang tidak kalah dahsyat membuatnya nyaris kehilangan kesadarannya. Dia bukan hanya meraih orgasme dahsyat, tapi juga puncak kebahagiaan yang selama ini dicarinya.

----XXX----

Burhanuddin termenung ragu, matanya menerawang bayang-bayang pohon mangga yang berada di hadapannya. Haruskah dia melakukan perbuatan paling gila dalam hidupnya, membawa lari Ning Ishma dan menikahi wanita itu dalam pelariannya? Hal itu tidak pernah terpikirkan sebelumnya, Burhanuddin menatap surat yang berada dalam genggamannya. Kembali dia menarik nafas panjang berusaha mengumpulkan semua semangat yang dimilikinya.

"Kamu harus membawa lari Ning Ishma, Din. Kamu tidak punya pilihan lain, Ning Ishma akan bunuh diri kalau sampai kamu meninggalkannya." Kata Nyai Aisyah terngiang-ngiang di telinganya.

Apa mungkin Ning Ishma akan nekad bunuh diri hanya karena cintanya kandas di tengah jalan, hal itu rasanya tidak mungkin dilakukan Ning Ishma yang sangat dalam pengetahuan agamanya.

"Jangan berpikir hal itu tidak mungkin terjadi Din, bukankah aku yang seorang Nyai bisa merendahkan diriku di hadapanmu hanya untuk menikmati keperkasaan kontolmu!" " Seru Nyai Aisyah.


Nyai Aisyah benar, dia tidak bisa mengabaikan kemungkinan paling buruk itu dan dia tidak akan bisa memaafkan dirinya kalau sampai hal itu terjadi. Burhanuddin mengepalkan tangan, sudah saatnya dia bertanggung jawab menikahi Ning Ishma walau dengan cara paling konyol.

"Di, Baharuddin...!" Suara keras dari belakang membuat Burhanuddin terkejut setengah mati, reflek dia berbalik melihat siapa yang sudah berteriak memanggilnya, ternyata Zaenab yang berlari kecil menghampirinya. Bibirnya tersenyum lebar tanpa merasa bersalah telah membuat Burhanuddin terkejut.

"Ada apa, Nab? Nggak perlu teriak-teriak, aku belum tuli.." gerutu Burhanuddin setelah Zaenab berdiri di hadapannya tanpa menunjukkan rasa bersalah atas perbuatannya, bisa saja ada orang lain yang mendengar teriakannya dan menimbulkan fitnah.

"Aku punya kabar gembira untukmu, Din..!" Seru Zaenab berlenggak-lenggok sementara kedua tangannya berada di belakang seperti menyembunyikan sesuatu yang mencurigakan, tak urung melihat hal itu membuat Burhanuddin merasa curiga.

"Kabar apa, Nab?" Tanya Burhanuddin berusaha menerka apa yang disembunyikan Zaenab, sepertinya hal itu sangat penting.

"Coba tebak, apa ini ?" Tanya Zaenab menunjukkan sebuah benda tipis seperti kertas dengan panjang, mungkin lima centi atau kurang dari itu.

"Mana aku tahu apa itu, Nab." Jawab Burhanuddin ketus, dia sangat awas dengan benda yang berkaitan dengan wanita.

"Ini tespek, dan kamu tahu apa artinya?" Tanya Zaenab dengan nada riang, semua keinginannya sudah terkabul dan saatnya menagih janji Burhanuddin.

"Aku nggak tahu, katakan apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Burhanuddin jengkel, Zaenab selalu berhasil membuatnya habis kesabaran.

"Ini buat periksa kehamilan, kamu tahu apa artinya?" Tanya Zaenab bahagia, ternyata dia berhasil hamil dan tespek itu sebagai buktinya.

"Apakah artinya kamu,,,,,!" Burhanuddin terpaku, tubuhnya gemetar ketakutan. Apakah benar Zaenab hamil, dan artinya hidupnya semakin kacau. Atau bahkan mungkin ini adalah musibah yang bisa membuat hidupnya berantakan, dia terjebak antara dua janji yang harus dipenuhinya saat ini juga.

"Ya, aku hamil...!" Seru Zaenab meloncat kegirangan, kakinya tersandung akar dan hampir saja terjatuh kalau saja Burhanuddin tidak dengan sigap menarik Zaenab ke dalam pelukannya.

"Terima kasih..!" Seru Zaenab bahagia, tubuhnya jatuh ke dalam pelukan calon Imamnya.

"Kamu serius, hamil?" Tanya Burhanuddin dengan suara lemah, entah apa yang harus dilakukannya kini.

BERSAMBUNG
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd