Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Santri dan Syahwat

Status
Please reply by conversation.
Chapter 4



Ning Ishma berlari semakin cepat menghampiri gubuk yang hanya beberapa meter di hadapannya, sesampainya di gubuk di gubuk para santri sedang merubungi temannya yang baru saja terjatuh dari pohon mangga, sepertinya kakinya terkilir terlihat dari wajahnya yang pucat memegangi betisnya.

"Ada apa, ini?" Tanya Ning Ishma terkejut membuat tiga orang santri yang sedang mengelilingi temannya yang mengerang kesakitan langsung berdiri ketakutan, perbuatan mereka nyolong mangga akan segera terbongkar akibat temannya yang kurang berhati hati hingga terjatuh.

----XXX----

Sementara itu di bagian barat yang jaraknya sekitar 700 meter dari tempat Ning Sarah, di sebuah gubuk reot yang hampir tidak pernah di datangi para santri maupun penduduk sekitar karena sebuah rumor adanya makhluk halus yang sering menjelma. Itu sebabnya Zaenab berani mengajak Burhanuddin berasyik masyuk di tempat ini, mengumbar syahwat yang sekian lama tidak tersalurkan.

"Sudah Din, jangan cuma dijilat memeknya, masukin kontolmu biar si Latifah ketagihan dan akan merahasiakan kejadian ini sehingga rahasia kita tetap aman." Perintah Zaenab jengkel melihat Burhanuddin justru asyik menjilati memek Latifah, ada perasaan cemburu melihat perlakuan istimewa Burhanuddin. Seingat Zaenab, hanya sekali Burhanuddin menjilati memeknya saat pertama kali akan merobek selaput daranya, setelah itu tidak pernah lagi. Zaenab dan Burhanuddin belum sadar, Latifah pingsan ketakutan dan juga karena staminanya terkuras akibat pergumulannya dengan Zaenab.

"Iya, " jawab Burhanuddin sadar, tempat ini bukanlah tempat aman untuk bermesum ria, sewaktu waktu akan datang orang yang memergoki perbuatan mereka dan itu akan sangat berbahaya. Dia harus bertindak cepat memperkosa Latifah, membungkam mulut gadis cantik ini agar merahasiakan perbuatannya dengan Zaenab dan Burhanuddin merasa itu hal yang paling masuk akal. Buktinya Ning Sarah pun merahasiakan perbuatan mesumnya dengan Nyai Aisyah setelah merasakan kejantanan kontolnya, bahkan gadis itu masih sempat mengajaknya mengumbar syahwat sebelum berangkat ke Mesir dan memintanya untuk menghafalkan beberapa macam kitab agar bisa meminangnya.

Burhanuddin mulai merangkak di atas tubuh Latifah yang kehilangan kesadarannya dan Burhanuddin tidak mengetahui hal itu, bahkan saat kepala kontolnya mulai menyentuh memek Latifah, Burhanuddin menganggap gadis itu sudah pasrah menerima apa yang akan dilakukannya. Tentu Latifah sudah terangsang akibat jilatan pada memeknya, gadis ini pasti sudah merasakan betapa nikmat saat lidahnya mengaduk aduk memeknya. Burhanuddin tersenyum bangga melihat mata Latifah yang terpejam karena malu, perlahan lahan kontolnya mulai menusuk masuk hingga kepalanya terbenam, Burhanuddin tidak mau melakukannya dengan terburu-buru, dia segera menarik kontolnya dan kemudian kembali menusuk memek Latifah perlahan-lahan. Berulang-ulang Burhanuddin melakukan hal itu, hingga akhirnya dia merasa memek Latifah sudah siap menerima seluruh kontolnya, Burhanuddin menusuk pelan hingga akhirnya seluruh kontolnya terbenam di memek Latifah.

Burhanuddin tersenyum senang dengan keberuntungan yang dimilikinya, kembali dia mendapat memek perawan dan Latifah adalah perawan ke tiga yang berhasil didapatkannya. Burhanuddin mendiamkan kontolnya dalam jepitan hangat memek Latifah, gadis itu masih saja memejamkan matanya tanpa ekspresi, seolah kehilangan keperawanan bukanlah hal yang luar biasa.

"Ennak, Fah..!" Bisik Burhanuddin, dia masih belum menyadari Latifah pingsan sehingga gadis itu tidak merasakan selaput daranya sobek oleh terjangan kontol Burhanuddin yang kini terdiam di dalam memeknya.

"Ahhhh, memek kamu sempit banget..!" Seru Burhanuddin takjub saat kontolnya bergerak naik hingga tertinggal kepalanya dalam jepitan memek Latifah, pada saat itulah Burhanuddin menyadari sesuatu yang janggal, Latifah tetap diam tidak bereaksi sama sekali.

"Fah, Fah...!" Panggil Burhanuddin, dia mulai merasa ketakutan kalau sampai Latifah mati karena tusukan pada memeknya, bisa saja hal itu terjadi karena kontolnya terlalu panjang dan besar serta lobang memek Latifah terlalu dangkal sehingga kontolnya mengenai usus. Burhanudin meraba bawah hidung Latifah untuk memastikan gadis itu masih bernafas, jarinya terasa hangat terkena hembusan nafas Latifah yang halus dan teratur membuat Burhanuddin merasa lega.

"Kenapa Din, Latifah pingsan?" Tanya Zaenab yang juga baru menyadari keadaan Latifah, dia mulai merasa ketakutan kalau sampai keadaan Latifah semakin memburuk.

"Pingsan, mungkin kontolku kepanjangan dan memek Latifah cetek jadi kontolku nusuk ususnya.' jawab Burhanuddin, dia langsung mencabut kontolnya sebelum keadaan Latifah semakin memburuk.

"Bisa jadi, " jawab Zaenab panik dan semakin panik saat melihat darah di memek Latifah yang sangat banyak, ini tidak pernah dibayangkan sebelumnya oleh Zaenab maupun Burhanuddin membuat mereka ketakutan setengah mati.

"Darahnya banyak banget, Din !" Seru Zaenab, tanpa pikir panjang dia mengambil celana dalamnya untuk melap darah di memek Latifah, namun darah yang keluar dari dalam memek Latifah seperti tidak berhenti. Celana dalam yang digunakan untuk melap, dalam sekejap berubah warna menjadi merah, bahkan sebagian daerah menodai tangan dan lengan baju Zaenab membuat keadaan semakin genting. Cepat atau lambat Latifah akan kehabisan darah, lalu setelah itu? Zaenab bergidik ngeri membayangkan hal terburuk itu, air mata mulai mengenangi matanya yang indah dan sebentar lagi akan tumpah membasahi pipinya yang halus.

"Nab, sepertinya benar kontolku menusuk ususnya...!" Seru Burhanuddin dengan suara bergetar ketakutan, bagaimana kalau sampai Latifah mati dan dia harus bertanggung jawab atas perbuatannya ini, mendekam di dalam penjara. Burhanuddin jatuh terduduk di tanah, semua tenaganya seperti lenyap sehingga dia tidak mempunyai kemampuan menggerakkan tubuhnya. Dia terpaku menatap Zaenab yang sibuk berusaha menghentikan pendarahan, Burhanuddin memejamkan mata menyesali perbuatannya, namun sesal selalu datang terlambat dan tidak ada gunanya lagi.

"Kita harus bagaiman, Din?" Tanya Zaenab mulai menangis, perbuatan bodohnya ternyata berakibat fatal. Celana dalamnya sudah berubah warna menjadi merah dan menodai tangannya yang halus, apa yang harus dilakukannya pada situasi seperti ini? Pada saat itulah sebuah tamparan keras menghantam pipi Zaenab yang sedang menunduk berusaha menghentikan pendarahan pada memek Latifah, membuatnya jatuh duduk.

"Aduhhhhh....!" Seru Zaenab kaget, dia memegang pipinya yang terasa panas, lalu pandangannya beralih pada Latifah yang berusaha duduk dan menutupi selangkangannya dengan rok lebarnya. Zaenab terpaku, tangisnya semakin kencang melihat Latifah sudah tersadar dari pingsan. Kecemasannya mulai reda.

"Apa yang kamu lakukan, Nab ?" Tanya Latifah menatap Zaenab dengan kemarahan yang berusaha ditahan, sahabat yang selama ini selalu seiring sejalan sudah menjerumuskannya pada lembah nista.

"A a ku sedang mengobati memekmu yang berdarah, Fah !" Jawab Zaenab, dia mulai merasa tenang melihat Latifah tidak menunjukkan tanda-tanda seseorang yang sedang terluka parah, atau seseorang yang sedang menghadapi sakaratul maut.

"Apa?" Tanya Latifah kembali menampar Zaenab dengan keras, sungguh tega sahabatnya ini membantu Burhanuddin memperkosanya. Panik Latifah melongok ke dalam rok lebarnya, dan benar apa yang dikatakan Zaenab, darah membasahi selangkangannya dan juga menodai rok lebarnya. Apakah benar ini adalah darah keperawanan atau ?

"Aduh celaka, aku lupa pakai pembalut .!" Seru Latifah panik, dia mentruasi sejak pagi tadi dan belum sempat memakai pembalut ketika Ning Ishma menyuruhnya mencari Burhanuddin. Rasa panik membuatnya melupakan rasa perih dan ngilu pada memeknya yang habis diterobos kontol Burhanuddin.

"Apa ?" Tanya Burhanuddin tidak mengerti apa yang baru saja dikatakan Latifah, dia tidak tahu menahu tentang pembalut. Namun yang membuatnya heran Latifah sepertinya tidak menyadari kehadirannya.

"Kamu lagi menstruasi, Fah ?" Tanya Zaenab lega, ternyata darah yang disangkanya luka adalah darah menstruasi, pantas saja darahnya sangat banyak.

"Aduhhh, gimana ini, darahnya tembus ke rokku...!" Seru Latifah panik, dia berdiri mencari celana dalamnya yang dilemparkan oleh Burhanudin entah ke mana, untung dia bisa menemukannya dengan cepat dan segera memakainnya.

"Fah, ganjel pake celana dalamku biar darahnya nggak semakin menodai rokmu...!" Seru Zaenab berbaik hati memberikan celana dalamnya yang sudah berubah warna menjadi merah.

Tanpa bicara Latifah menerima celana dalam Zaenab dan menyelipkannya di antara celana dalam yang dipakainya dengan memeknya yang terus menerus mengeluarkan darah menstruasi, rasanya memang tidak nyaman namun dalam keadaan darurat seperti ini sudah cukup membantu.

"Kamu belum ngapa-ngapain, aku kan?" Tanya Latifah menatap Burhanuddin penuh harap keperawanan masih tetap utuh, semoga darah menstruasi membatalkan rencana Burhanuddin memperkosanya.

"Enggak..!" Jawab Burhanuddin menunduk malu, situasinya berubah dalam sekejap hanya karena darah mentruasi.

"Syukurlah !" Seru Latifah menarik nafas lega, dengan tertatih-tatih Latifah meninggalkan Burhanuddin dan Zaenab dengan kemarahan belum reda.

"Tunggu, Fah..!" Zaenab mengejar Latifah, dia harus meminta maaf dan membujuk Latifah merahasiakan apa yang baru saja terjadi.

Burhanuddin menatap kepergian Latifah dan Zaenab hingga hilang di balik rimbunan pohon, perasaannya masih bingung dengan kejadian yang baru saja dialaminya. Tolol, hanya karena darah mentruasi di gagal menikmati memek Latifah, pantas saat kontolnya menerobos selaput dara gadis itu rongga memeknya terasa licin, ternyata itu adalah darah menstruasi. Burhanuddin menyingkap sarung yang dipakainya, darah menstruasi mulai mengering di kontolnya. Bergegas Burhanuddin menghampiri solokan berair jernih yang berada di hadapannya untuk membersihkan kontolnya dari noda darah mentruasi, hingga tidak ada sedikitpun noda darah yang menempel pada kontolnya yang kembali tegang karena nafsunya yang belum tersalurkan. Memang benar tadi dia sempat menikmati memek Zaenab tanpa orgasme, bahkan dia sempat mencicipi selaput dara Latifah, namun dia belum orgasme dan hal itu membuat birahinya kembali bergejolak.

Burhanuddin berjalan menyusuri parit ke arah timur, menurut kabar di sana juga ada gubuk yang dibangun untuk beristirahat setelah panen buah mangga. Walau belum waktunya panen karena buah mangga yang bergelantungan masih muda, Burhanuddin berharap ada santri yang bisa diajaknya ngobrol untuk merendam birahiku yang bergolak liat. Langkahnya semakin dipercepat saat melihat tiga orang santri berjalan memapah temannya yang jalan pincang, rasa ingin tahunya bergejolak membuatnya sedikit melupakan birahinya.

Namun langkahnya terhenti saat melihat ke gubuk, Ning Sarah melambaikan tangan kearahnya membuat Burhanuddin bersorak kegirangan, nafsunya akan tersalurkan oleh Ning Ishma yang pasti sedang mencarinya. Dengan langkah ringan Burhanuddin menghampirinya Ning Ishma, untung saja ketiga santri itu tidak menyadari kehadirannya sehingga dia bisa dengan bebas menghambat Ning Ishma yang tersenyum lebar menyambut kedatangannya.

"Ning, kenapa ada di sini?" Tanya Burhanudin tidak bisa menyembunyikan gairahnya yang belum tersalurkan, ingin rasanya memeluk Ning Ishma saat ini juga, namun Burhanuddin harus tetap menghargai Ning Ishma sebagai guru yang tidak bisa diperlakukan semaunya.

"Aku menunggumu, sayang..?" Ning Ishma meraih tangan Burhanuddin dengan perasaan bahagia, layaknya seorang gadis remaja yang bertemu dengan kekasih pujaan hatinya.

"Menungguku, Ning?" Tanya Burhanuddin heran, dia membalas genggaman tangan halus Ning Ishma yang hangat. Aroma tubuh Ning Ishma memenuhi rongga dadanya, aroma tubuh alami yang semakin membangkitkan gairah Burhanuddin.

"Iya, aku menyuruh Latifah untuk memanggilmu dan menemuiku di sini." Jawab Ning Ishma sambil memeluk pinggang Burhanuddin, kepalanya bersandar pada dada bidang Burhanuddin yang lebih tinggi darinya. Dirinya merasa semakin nyaman saat Burhanuddin membelai kepalanya, detak jantung pemuda itu berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Kamu nakal, sayang...!" Seru Ning Ishma geli merasakan tonjolan pada sarung Burhanuddin menusuk perutnya, pemuda itu begitu mudah terangsang, bahkan di tempat umum seperti ini. Ning Ishma tersenyum memandang Burhanuddin, dia tidak bisa menyalahkan gairah pemuda itu yang mudah terpancing, dia yang sudah membuat Burhanuddin seperti ini.

"Ma maaf,, Ning." Jawab Burhanuddin malu, tidak mungkin Ning Ishma merendahkan dan membahayakan dirinya dengan melayani nafsunya di tempat umum seperti ini.

"Kamu kamu pasti kangen memekku, ya? Sudah lama kita tidak melakukannya, sayang ! Ayo kejar aku, hadiahnya kamu bebas menikmati memekku sampai puas...!" Ning Ishma berlari kecil meninggalkan Burhanuddin yang berdiri mematung, tawanya lepas bahagia. Inilah kebebasan yang sudah lama dinantikannya, berlari memasuki hutan jati seperti seorang gadis remaja yang sedang dimabuk cinta.

"Ning, hati-hati nanti jatuh...!" Seru Burhanuddin khawatir, dia segera mengejar Ning Ishma yang berlari semakin kencang masuk ke dalam hutan jati tanpa khawatir tersesat.

"Ayo kejar aku, sayang...!" Ning Ishma tertawa bahagia, beberapa kali dia berpegangan pada batang pohon jati agar tidak terjatuh. Saat Burhanuddin hampir meraihnya, dia menjadikan batang pohon bambu untuk berlindung dari sergapan Burhanuddin.

"Kena...!" Seru Burhanuddin kegirangan, akhirnya dia berhasil meraih pinggang ramping Ning Ishma, memeluknya dengan erat agar tidak terlepas.

"Hihihi....!" Ning Ishma hanya tertawa bahagia, punggungnya bersandar pada tubuh Burhanuddin yang berdiri tegak di belakangnya.

"Nakal, kenapa ngajak kejar kejaran seperti ini Ning ? Bagaimana kalau kamu terjatuh dan terluka, Ning.!" Bisik Burhanuddin pelan, dihirupnya aroma yang terpancar dari wajah Ning Ishma. Wajahnya menempel pada pipi halus Ning Ishma yang masih terus tertawa bahagia menikmati kebebasannya.

"Kan ada kamu yang akan menggendongku pulang, kekasihku.." jawab Ning Ishma lirih merasakan hembusan nafas Burhanuddin membangkitkan bulu bulu halus di tubuhnya. Ning Ishma membalikkan tubuh menghadap Burhanuddin, tangannya melingkar mesra di leher Burhanuddin.

Entah siapa yang memulai, dan itu bukanlah hal yang penting. Bibir mereka sudah bertautan mesra, saling hisap dan lidah Ning Ishma menerobos masuk rongga mulut Burhanuddin. Ciuman mereka semakin panas, bahkan mereka sama sekali tidak terusik saat beberapa helai daun jati yang lepas.dari dahan menimpa kepala mereka. Semua kerinduan yang berbalut birahi tercurahkan saat itu juga, beberapa ekor serangga yang melintas segera menjauh melihat kemesraan dua insan berlainan jenis itu.

"Aku mencintaimu Din, jadikan aku sebagai ratu dalam mahligai rumah tanggamu...!" Seru Ning Sarah setelah ciuman panas yang mereka lakukan terhenti, matanya menatap penuh harap kesanggupan Burhanuddin menjadikan dirinya sebagai wanita satu satunya yang bersanding dalam mahligai rumah tangga.

"Iya, Ning..!" Jawab Burhanuddin, bayang bayang Ning Sarah seperti memudar dalam ingatannya. Kehangatan dan cinta yang diberikan Ning Ishma memenuhi jiwanya, harapan itu begitu nyata di hadapannya dari pada harus menunggu Ning Sarah yang belum pasti.

"Aku rindu kamu, apa kamipun merindukan aku?" Ning Ishma menatap lekat mata Burhanuddin, konon mata tidak pernah berdusta.

"Sangat, aku sangat merindukanmu." Jawab Burhanuddin jujur, dia sangat merindukan kehangatan tubuh Ning Sarah dan juga kenikmatan memekmya, semuanya terpancar jelas di mata Burhanuddin.

"Kamu merindukanku, atau hanya merindukan kehangatan dan kenikmatan memekku?" Goda Ning Ishma tersenyum geli merasakan kontol Burhanuddin mengganjal perutnya, kontol Burhanuddin ternyata tidak bisa berdusta.

"Eh, semuanya.." kembali Burhanuddin menjawab jujur apa yang diinginkannya, kehangatan dan jepitan memek Ning Ishma tidak pernah bisa dilupakan, dia selalu merindukan hal itu setiap malam menjelang tidur.

"Kamu jahat, pikiranmu hanya kehangatan tubuhku dan juga memekku. Apakah kamu tidak mau menanyakan kabarku, perasaanku dan juga anak dalam kandunganku?" Tanya Ning Ishma tersenyum, dia tidak pernah bisa marah dengan pelecehan yang dilakukan Ning Ishma, itu hanyalah bumbu dari cinta mereka yang panas.

"Ka ka mu?" Tanya Burhanuddin tidak bisa melanjutkan pertanyaannya, berita itu membuatnya sangat terkejut. Hamil, Ning Ishma hamil oleh siapa? Mungkinkah oleh benih yang rutin ditaburkannya selama beberapa bulan ini, dan benih yang ditaburkan berhasil membuahi rahim Ning Ishma, artinya dia tidak mandul seperti tuduhan Zaenab.

"Ya, aku hamil anakmu Sayang !" Jawab Ning Ishma sambil menarik kepala Burhanuddin agar mendekati wajahnya, ciuman hangat dan panas kembali dilancarkannya dengan segenap perasaannya, antara cinta dan nafsu sudah sulit dibedakan. Ciumannya bersambut, Burhanuddin membalasnya dengan bernafsu, tangannya meremas pantat sekal Ning Ishma yang bahagia mendapatkan perlakuan seperti itu.

"Sayang, aku akan menemui Abah untuk meminta restu untuk pernikahan kita berdua." Kata Ning Ishma bahagia, dia merasa yakin ayahnya Mbah Yai Maimun akan memberinya restu hubungannya dengan Burhanuddin.

Burhanuddin terpaku mendengar perkataan Ning Ishma, memang dia menaruh harapan untuk bisa menikahi Ning Sarah ataupun Ning Ishma untuk membahagiakan kedua orang tuanya yang berharap dirinya menjadi Kyai, namun dia tidak membayangkan hal itu akan terjadi dalam waktu secepat ini.

"Kenapa kamu diam, apa kamu tidak bersedia menikahi ku?" Tanya Ning Ishma was-was, dia tidak mau kehilangan Burhanuddin, pria yang menjadi sumber kebahagiaannya.

"Aku akan menikahimu, membawamu ke hadapan kedua orang tuaku sebagai hadiah terindah." Gumam Burhanuddin pelan, tidak ada lagi jalan mundur yang bisa dilakukannya.

Ning Ishma tertawa bahagia, dia berjongkok di hadapan Burhanuddin dan menyingkapkan sarung yang dipakainya sehingga kontol Burhanuddin mengenai hidungnya yang mancung.

"Hihihi, nakal kamu, nggak pake celana dalam !" Seru Ning Ishma meraih kontol Burhanuddin yang mengacung perkasa, digenggamnya batang kontol yang sudah sangat keras tanpa berpikir dan bertanya kenapa Burhanuddin tidak memakai celana dalam, padahal setahunya Burhanuddin selalu memakai celana dalam.

"Atau mungkin karena kamu tahu akan memasuki memekku, makanya kamu sengaja gak pakai sarung. " Goda Ning Ishma tanpa rasa curiga, dia menjulurkan lidahnya menyentuh kepala kontol Burhanuddin yang sensitif membuat tubuh Burhanuddin mengejang beberapa detik. Dijilatinya setiap permukaan kepala kontol itu dengan lembut, untung Burhanuddin sudah membersihkan kontolnya di parit dangkal sehingga bau memek Zaenab dan Latifah tidak membekas di kontolnya.

"Aduhhh Ning, ngilu...!" Seru Burhanuddin saat lidah kasar Ning Ishma menggelitik lobang kencingnya, ngilu bercampur rasa nikmat membuatnya mendorong kepala Ning Ishma menjauh dari kontolnya. Burhanuddin menarik Ning Ishma agar kembali berdiri, dia was-was bau memek dan bau darah menstruasi emasih membekas.

"Kenapa, Sayang?" Goda Ning Ishma membelai wajah pemuda yang mengisi ruang hatinya sehingga tidak ada hal lain yang bisa membahagiakannya, kecuali kehadiran pemuda ini.

Burhanuddin menjawab godaan Ning Ishma dengan cumbuan panas pada bibir dan wajah halus Ning Ishma, diciuminya dengan gairah yang bergejolak liar, aroma tubuh yang tercium dari Ning Ishma semakin membuatnya terangsang. Tangannya pun berlomba menjamah pantat bulat dan kenualNing Ishma, meremas-remasnya dengan lembut, membuat birahi Ning Ishma yang terpendam selama beberapa bulan ini terbakar dan membesar.

"Ah, hidup ini akan semakin indah dan sempurna bila bisa menjalaninya denganmu, Sayang. " Gumam Ning Ishma memejamkan matanya ketika Burhanuddin menyingkapkan jilbab lebarnya sehingga dia bisa menciumi leher jenjang Ning Ishma tanpa membuka jilbabnya. Butir-butir keringat Ning Ishma yang asin dijilatinya dengan rakus seperti musyafir yang dahaga.

"Gelliiii,!" Seru Ning Ishma merasakan sekujur tubuhnya merinding nikmat, dia merangkul kepala Burhanuddin yang tersembunyi di balik jilbab lebarnya. Tubuhnya semakin menggeliat saat payudaranya menjadi sasaran kenakalan tangan Burhanuddin yang meremasnya dengan lembut, kelenjar payudaranya yang membesar membuatnya merasa agak ngilu.

"Jangan diremas Sayang, ngilu..!" Seru Ning Ishma menyerah, kehamilan membuat kelenjar payudaranya membesar dan membuatnya tidak bisa menikmati remasan lembut Burhanuddin.

"Sakit, Ning?" Tanya Burhanuddin heran, selama ini Ning Ishma selalu merintih nikmat sat dia meremas dan menghisap puting payudaranya dengan bernafsu

"Mungkin karena kehamilanku sehingga payudaraku bengkak, kamu nggak marah kan sayang?" Tanya Ning Ishma dengan suara bergetar, dia takut penolakannya membuat Burhanuddin tersinggung dan menjadi marah, namun rasa ngilu yang dirasakannya membuatnya terpaksa melarang Burhanuddin terus meremas payudaranya.

"Bagaimana mungkin aku bisa marah kepada bidadari secantik kamu, Ning.." jawab Burhanuddin membuatnya terkejut sendiri, dari mana kata kata rayuan itu keluar dari bibirnya? Kemana Burhanuddin yang lugu dan canggung saat berhadapan dengan wanita, rayuan itu membuat Burhanuddin merasa jengah dan malu. Dia berjongkok menghindari tatapan mesra Ning Ishma, gamis lebar Ning Ishma segera disingkapkannya dan Burhanuddin terpaku melihat Ning Ishma tidak mengenakan celana dalam sehingga dia bisa melihat memek mulus terjepit oleh sepasang paha yang jenjang.

"Hihihi, ..!" Tertawa kecil melihat Burhanuddin masuk ke dalam gamis lebarnya seperti anak kecil yang sedang main petak umpet, dia memang sengaja tidak mengenakan celana dalam untuk mempermudah Burhanuddin menggaulinya di tempat terbuka seperti ini. Coba kalau dia memakai celana dalam yang harus dibuka saat Burhanuddin menggauli dan celana dalamnya tertinggal, konon celana dalam bekas wanita bisa digunakan untuk pesugihan, itu artinya dia akan menjerumuskan orang yang menemukan celana dalamnya menjadi syirik.

"Indah sekali memekmu Ning, benarkah calon anakku akan keluar melalui memek ini?" Kembali Burhanuddin mengeluarkan kata rayuan yang tidak disadarinya, matanya terpaku melihat keindahan memek Ning Ishma yang tepat berada dihadapannya dan bentuk memek Ning Ishma terlihat semakin jelas saat Ning Ishma mengangkat gamisnya agar tidak menutupi wajah Burhanuddin.

"Ya sayang, memekku hanya milikmu." Jawab Ning Ishma menyenderkan punggungnya ke batang pohon jati, kaki kirinya terangkat dan disampirkan pada bahu kekar Burhanuddin agar bisa melihat lebih jelas memeknya.

"Iya Ning, memek ini hanya milikku." Jawab Burhanuddin, kedua jarinya membuka belahan memek Ning Ishma untuk melihat bagian dalamnya yang berwarna merah dan basah oleh cairan birahi. Aroma khas memek yang menyegarkan membuat birahi Burhanuddin semakin tidak terkendali, lidahnya terjulur menyentuh bagian dalam memek yang lunak dan rasanya sedikit asin.

"Ahhh, nikmat sekali sayang...!" Mata Ning Ishma terpejam menikmati lidah kasar Burhanuddin menyentuh dinding memeknya, bergerak keluar masuk seperti ular yang membuat lubang. Ini salah satu hal yang membuatnya semakin tergila-gila pada Burhanuddin, pemuda ini begitu pandai memberikannya kenikmatan. Lidah dan kontolnya sama-sama mampu membuatnya orgasme, mempermainkan birahinya yang tersembunyi rapat di balik gamis lebar yang dikenakannya.

"Iyya sayang, jilatin memekku, kuras habis semua cairannya..." Ning Ishma merasakan tubuhnya bergetar, dia berpegangan pada batang pohon dan kepala Burhanuddin agar tidak terjatuh. Otot-otot memeknya berkedut-kedut merespon rasa nikmat yang terus menjalari setiap sel-sel syaraf di sekujur tubuhnya, hingga akhirnya dia menyerah.

"Aaaakkku kelllllluaarrrrr...!" Seru Ning Ishma histeris, dia menjambak rambut Burhanuddin hingga hampir saja kehilangan keseimbangan kalau saja dia tidak dengan sigap meraih batang pohon jati yang berada di belakangnya.

Burhanuddin semakin bersemangat menghisap cairan birahi yang semakin deras memancar dari memek Ning Ishma, tanpa rasa jijik menelan setiap cairan yang.

"Sudah Sayang, entot aku sekarang..!" Ning Ishma menurunkan kakinya dari bahu Burhanuddin dan mendorong kepala Burhanuddin menjauh dari memeknya. Dia sudah sangat merindukan kontol Burhanuddin mengaduk aduk memeknya, menyemburkan pejuhnya ke dalam rahimnya yang kering dan haus kehangatan.

"Iya, Ning .!" Burhanuddin berdiri, menggulung sarungnya hingga pinggang. Kontolnya yang mengacung keras sudah siap melakukan tugas mulianya, menyusuri lorong terdalam memek Ning Ishma yang segera menungging dan berpegangan pada pohon jati.

"Ayo masukin memekku Sayang...!" Seru Ning Ishma menggoyang-goyangkan pantatnya menggoda Burhanuddin yang dengan sigap memegang kontolnya dan mengarahkan ke lobang memeknya yang sudah sangat basah

"Jangan cuma digesek-gesek, masukinnnnn...!" Seru Ning Ishma merasakan kontol Burhanudin hanya menggesek-gesek permukaan memeknya, dia ingin secepatnya merasakan kenikmatan yang lebih dari sekedar ini, kenikmatan yang akan membawanya ke puncak orgasme tiada duanya.

"Sabar, Ning.." jawab Burhanuddin, kontolnya terus menggoda birahi Ning Ishma, berkali-kali menggesek itilnya dan kemudian masuk dalam memek Ning Ishma yang semakin merekah terbuka, namun Burhanuddin langsung mencabutnya setelah setengah batang kontolnya terbenam.

"Udinnnn..!" Seru Ning Ishma jengkel, kontol Burhanuddin tidak pernah masuk seutuhnya, Burhanuddin selalu mencabut kontolnya setelah terbenam setengahnya dan kontol itu akan kembali menusuk memeknya. Burhanuddin seperti sengaja menggodanya, menggoda kerinduannya akan kontol Burhanuddin.

"Begini, Ning ?" Tanya Burhanuddin, kontolnya amblas seluruhnya dalam memek Ning Ishma. Burhanuddin memejamkan matanya merasakan kehangatan memek Ning Ishma pada seluruh batang kontolnya, otot-otot memek Ning Ishma berkedut-kedut meremas kontolnya, seperti ada sebuah sensasi unik yang timbul akibat dinding memek yang berkedut seperti menghisap kontolnya.

"Aku keluar, keluarrrr Dinnnn..!" Seru Ning Ishma histeris, teejangan kontol Burhanuddin justru membuatnya orgasme dalam waktu sangat cepat, orgasme tercepat yang diraihnya. Tubuhnya mengejang berpegangan pada pohon jati, tubuhnya mendorong ke belakang agar kontol Burhanuddin mentok dalam memeknya.

"Udinnn...!" Seru Ning Ishma manja, belum lagi orgasmenya reda, Burhanuddin sudah menggerakkan kontolnya mengaduk-aduk memeknya dengan cepat sehingga Ning Ishma sekuat tenaga bertahan dari dorongan yang membuatnya hampir terjatuh.

"Ennnak memekmu, Ning..!" Seru Burhanuddin bersemangat memompa memek Ning Ishma, rasa nikmat yang dirasakannya sangatlah luar biasa terlebih mereka melakukannya di alam terbuka, di tengah rimbunan pohon jati yang daunnya berserakan di tanah menunggu pembusukan, seperti busuknya perbuatan yang sedang mereka.lakukan.

Burhanuddin semakin cepat memompa memek Ning Ishma sambil memegang pinggangnya yang ramping, setiap kali pinggulnya mendorong, tangannya menarik pinggang Ning Ishma sehingga kontolnya menumbuk dasar memek Ning Ishma dengan keras.

"Ibu, Akku kelllllluaarrrrr lagiiii...!" Teriak Ning Ishma keras sehingga mengagetkan seekor burung yang bertengger di atasnya, burung itu terbang ketakutan.

Burhanuddin terlalu asik mengocok memek Ning Ishma, dia tidak peduli betapa Ning Ishma terus menerus menggapai orgasme berulang-ulang. Kontolnya terus bergerak dengan kecepatan tinggi berusaha meraih orgasmenya yang tertunda, orgasme yang seakan menjauh setiap kali dia hampir meraihnya.

"Terus sayang, kamu hebat membuatku meraih orgasme berkali-kali. Ohhh yaaaa, entot memekku, jangan kasih ampun...! Seru Ning Ishma diantara desah nafasnya yang tersengal-sengal. Wajahnya yang cantik berubah warna menjadi merah, keringat mengalir deras dari pori-porinya yang halus.

"Ohhhh,iyaaa Ning, memekmu nikmat sekali." Jawab Burhanuddin diantara dengus nafasnya yang terputus-putus, namun gerakan kontolnya begitu stabil mengaduk-aduk memek Ning Ishma yang sudah banjir oleh cairan birahi, sebagian besar cairan birahi itu menetes dan mengaliri pahanya yang jenjang dan mulus tanpa cacat.

Pergumulan itu terasa sangat lama, Burhanuddin belum juga mendapatkan orgasme yang iinginkannya. Namun Burhanuddin terus bergerak memacu memek Ning Ishma yang membelakanginya sambil memegang pinggang ramping Ning Ishma.

"Terusssss sayang. Akkkku mau kelllllluaarrrrr lagiii....!" Seru Ning Ishma takjub, ini persetubuhan paling panas yang dilakukannya dengan Burhanuddin. Persetubuhan yang membuatnya meraih orgasme berulang kali dalam jarak yang sangat pendek.

"Iyyyyaaa, akkku jugaaaa ..!" Seru Burhanuddin, diapun merasakan hal yang sama. Detik-detik menjelang orgasme membuat seluruh ototnnya menegang namun sodokan ya semakin kencang membuat tubuh Ning Ishma terguncang semakin keras bahkan kepalanya hampir saja terjedot batang pohon jati yang keras kalau saja Ning Ishma tidak kuat berpegangan menahan tubuhnya.

Dan akhirnya perjuangan panjang Burhanuddin berhasil, dia mengeram keras disertai semburan pejuhnya membasahi lobang memek Ning Ishma, bercampur dengan cairan orgasme Ning Ishma yang kembali meraih orgasmenya dalam saat hampir bersamaan.

"Ampunnnnn, akkku kelllllluaarrrrr lagi...!" Seru Ning Ishma, orgasme kali ini lebih dahsyat dari yang sebelumnya karena disertai semburan hangat pejuh Burhanuddin.

"Iya Ning, aku juga keluar." Jawab Burhanuddin mendiamkan kontolnya dalam jepitan memek Ning Ishma yang berkedut-kedut keras, perlahan kedutan itu mengendur dan akhirnya berhenti sama sekali.

"Ennak sekali, Sayang. Nanti setelah kita menikah, kita bebas ngentot setiap saat dan setiap kali kita mau." Ning Ishma tersenyum bahagia, bibirnya mendesis kecil saat Burhanuddin mencabut kontolnya, rasa geli dan nikmat membuat sekujur tubuhnya merinding.

BERSAMBUNG
 
Wah kirain udin yg kepergok, nanggung amat ya dpt perawan tp mecahin segel doank trus kentang, untung ad ning ishma...
 
Makasi suhu updatenya..

Kerinduan Ning Ishma tuntas pada hari itu, terpuaskan oleh Burhanuddin.
Namun menjadi semakin penasaran, siapa nanti yang akan menjadi istri Burhanuddin.
Apakah Ning Ishma atau Ning Sarah..? Atau kedua nya..?

Ahh .. itu sih urusan suhu @Satria_cabul

Yang penting Burhanuddin gaaasss poolll dengan Ning Ishma, sambil menunggu Ning Sarah.

Eh...jangan lupa ada Ning Yuni...

Langscroot suhu... :semangat:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd