Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - SANG PENJAJAH -

Status
Please reply by conversation.

Bab Tujuh​

---


Hajah Ainun Kurniasih

Sesampainya di kebun milik Bu Ainun, kami pun langsung berkenalan dan dengan cepat menjadi akrab.

Bu Ainun orang nya supel. Bahkan agak cenderung cerewet. Maklum lah, ibu-ibu seusia nya memang kalau sudah ngobrol susah untuk berhenti.

Sambil memandu ku berkeliling kebun nya, Bu Ainun bercerita banyak hal. Dari mulai gosip-gosip di Cicilok, hingga ke kehidupan keluarga nya.

Bu Ainun sekarang umur nya 49 tahun. Beliau merupakan istri dari seorang kiai kampung yang paling tersohor di desa Cicilok.

Keluarga mereka cukup disegani. Selain banyak juga warga Cicilok yang bekerja untuk Bu Ainun, kebanyakan penduduk desa pun rajin mengaji dengan Haji Eman, suami nya.

Ada selisih 20 tahun antara usia Bu Ainun dengan usia suami nya. Bu Ainun memang istri kedua Pak Haji, istri pertama nya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.

Karena ada selisih usia yang sangat jauh, pantas saja Bu Ainun perlu mencari kontol tambahan untuk memuaskan hasrat nya.

Menjelang menopause, sepertinya gairah Bu Ainun masih saja menggebu-gebu. Sayang, Pak Haji yang sudah sepuh seperti nya sudah tidak kuat untuk memuaskan Bu Ainun di ranjang.

Selesai sudah kami berkeliling kebun. Laporan pun sudah ku kirimkan ke Mamah.

Mendapatkan laporan dariku, seperti nya Mamah tidak ada masalah untuk menunjuk kebun milik Bu Ainun sebagai supplier nya. Bu Ainun pun langsung kegirangan mendapatkan kabar itu.

Sebagai balas budi, Bu Ainun mengajak ku ke saung yang ada di balik kebun bunga milik nya. Letak nya bersampingan dengan sebuah curug kecil yang agak tersembunyi. Tempat favorit Bu Ainun kalau sedang ingin sendirian.

Suasana di saung itu begitu nyaman. Kicauan burung dan suara gemericik air membuat suasana makan liwet sore itu menjadi semakin hangat. Ditambah dengan obrolan-obrolan seru Bu Hajah yang selingi becandaan khas wanita berumur. Tak sadar, rantangan yang di bawa Bu Ainun tadi telah habis kami santap.

"Sering kesini bareng Pak Haji dong Bu?" tanyaku sambil membakar rokok ku sehabis makan. Bu Ainun masih sibuk merapikan rantangan yang ia bawa tadi.

"Ahh.. si Bapak mah sibuk Kang.. jam segini juga paling dia lagi ngajar ngaji anak-anak. Maleman dikit udah siap-siap ceramah. Ga sempet si Bapak nemenin Ibu kemari.." jawabnya sambil menghela nafas.

Sebagai satu-satu nya kiai dan guru ngaji di Cicilok, jadwal Pak Haji memang lumayan padat. Ternyata selain nafsu nya yang memang tinggi, Bu Ainun di hinggapi rasa kesepian dari sang suami.

Bu Ainun tampak termenung memandangi pemandangan curug di sebelahku. Tatapannya sendu, seakan merindukan kehangatan yang sudah lama tidak ia peroleh.

"Deuh gimana sih Pak Haji. Punya istri cantik kaya Bu Hajah malah di anggurin" celetukku asal. Bu Ainun tersenyum mendengar celetukanku barusan.

"Cantik darimana atuh kang, yang ada mah Ibu udah peot. Pak Haji aja udah ga pernah bilang Ibu cantik.." ujarnya lagi penuh kesedihan. Kasian Bu Hajah, di saat masa-masa menjelang tua malah ia makin merasakan kesepian.

"Ah, kalo saya jadi Pak Haji mah Bu, Bu Hajah bakal saya kekep terus ga boleh kemana-mana.." ujarku kepadanya. Mata ku mencuri-curi pandang ke tetek nya yang besar itu. Enak juga ya ngekep tetek gede punya Bu Hajah..

"Akang teh daritadi ngelirik kemana sih.. Banyak atuh kang yang masih muda di Cicilok mah.." ternyata lirikanku daritadi tertangkap oleh ujung mata Bu Ainun. Wah.. ketangkep basah nih..

"Hampura ya Bu.. atuh gede pisan ga konsen saya ngobrol nya juga daritadi" jawabku segan dengan sindiran Bu Hajah barusan. Dia hanya terkikik berhasil membuat ku merasa tidak enak.

"Gede tapi si Bapak ga doyan mah buat apaan kang.." kembali Bu Hajah menjawab dengan lirih. Apakah ini suatu undangan untuk ku?

"Saya mah doyan kalo dikasih Bu Hajah.." ujarku yang berhasil membuatnya lumayan terkejut. Mungkin tak terpikirkan kalau bos muda seperti ku akan menggodanya.

"Hush.. gini-gini kan saya Hajah kang.. jangan gitu atuh becanda nya, ga enak kalo ada yang denger.." Bu Ainun seakan memperingati ku dengan sopan.

"Hajah tapi kok mau sama kuli sih Bu? Hehehe" ledekku kepadanya. Muka sendu Bu Ainun langsung berubah kaget. Mungkin dia tidak percaya dengan apa yang dia dengar barusan. Bu Ainun terlihat panik memandang ke arahku.

"Maksud akang apa ya.." intonasi nya berubah menjadi serius.

"Daripada saya capek ngejelasin, mendingan kita nonton ini aja Bu.." ujarku sambil mengeluarkan handphone ku.

Video nya dengan Ujang langsung ku putar. Tangan nya langsung refleks menutup mulut nya karena terkejut. Bu Ainun kehilangan kata-kata untuk mengeles.

"Tuh, ngiri ih saya sama si Ujang. Jadi kepengen saya Bu.." godaku sambil tetap memutar video nya itu. Bu Ainun semakin bingung dan ketakutan.

"Apus atuh kang.." ujar Bu Ainun memelas. Dengan barang bukti sekuat ini, percuma kalau dia putar otak mencari alasan.

"Saya mah gimana sogokan Bu Hajah aja.." aku melirik ke arah Bu Hajah yang tampak kebingungan. Jelas Bu Hajah mengerti maksud ku. Bu Hajah tampak bimbang.

"Tapi janji ya kang nanti dihapus.." ujarnya memelas. Status keluarga nya lebih penting daripada segalanya. Apa jadinya kalau video ku ini menyebar di Cicilok? Bisa ditalak dan diusir suami nya pasti...

"Iya janji Bu.." jawabku menenangkan nya. Bu Hajah hanya menghela nafas nya panjang.

"Akang mau saya ngapain? Pindah ke rumah akang aja atuh, ga enak kalo disini kalo diliat orang.." kembali wajah memelas itu memohon pengertianku. Nafsu ku yang sudah tertahan daritadi sepertinya tidak bisa diajak kompromi.

"Disini aja Bu, kita cepet aja. Buka dulu baju Bu Hajah.." ujarku cepat.

Tanpa menunggu nya bergerak, aku langsung menelanjangi tubuh ku sendiri.

Baru kali ini aku bermain di luar, agak ngeri juga kalau ada yang liat, makanya aku ingin bermain cepat sebelum ada yang memergoki kami.

Ga lucu kan kalo tadi aku merekam Bu Hajah, nanti malah aku yang di rekam orang lain?

Melihatku telanjang, Bu Ainun langsung melotot ketika mata nya memandang arah selangkangan ku.

Torpedo ku yang masih setengah tiang sudah terlihat besar dibanding milik Pak Haji maupun Ujang. Walaupun sepertinya Bu Hajah posisi nya sebagai korban, tapi sepertinya dia mendapatkan rejeki nomplok kalau bisa merasakan batang sebesar ini untuk memuaskan hasrat nya.

Tak ingin membuat ku jengkel lama menunggu, Bu Hajah langsung menarik retsleting gamis nya turun.

Dengan sekali tarikan, gamis panjang itu pun langsung tanggal dari tubuhnya. Tubuh Bu Hajah yang putih, kini hanya ditutupi dalamannya saja.

Ceklek..

Beha nya pun terlepas..

Tetek jumbo Bu Hajah langsung terpampang jelas di depan mata ku. Bentuk nya yang besar seperti melon membuat ku semakin bernafsu ingin mencaplok nya. Meskipun sudah agak turun, tetap saja tetek ini begitu menggiurkan untuk ku santap.

Hingga akhirnya celana dalam Bu Hajah terlepas.

Kini terpampang tubuh bugil seorang Hajah di depan ku. Lipatan lemak terlihat menutupi beberapa bagian tubuhnya. Keriput dan selulit juga ada di perut dan lengan nya. Tapi tetap saja, tubuh bugil Bu Hajah begitu seksi untuk seumuran nya.

Hmm.. Bu Hajah kayaknya seumuran Mamah..

Entah kenapa aku terlintas tubuh Mamah ku dikepalaku.

Membayangkan tubuh dan kemolekan Mamah ku memang sangat gampang. Bayangkan saja Wulan Guritno, kecantikan dan keseksian Mamah tidak jauh beda dengan dia.

Di umur nya yang hampir kepala 5, Mamah ku memang masih rajin perawatan, gym dan yoga. Duh.. kok jadi ngebayangin Mamah sih..

Aku pun mengembalikan fokus ku ke Bu Hajah yang kini sedang duduk sibuk menutupi area sensitif nya dengan tangannya.

Cupp...

Kucium lembut bibir Bu Hajah. Bibir nya masih diam belum merespon ku.

Kukulum bibir nya yang berlipstik merah itu. Mulut nya mulai menganga sedikit.

Slurppp..

Akhirnya lidah ku menyorong membelah bibir nya terbuka. Dengan ditambah kuluman dan hisapan bibirnya, akhirnya Bu Hajah tak kuasa membalas pagutan bibir ku.

Lidah kami saling beradu. Mulut kami saling mengulum. Liur kami saling bertukar.

Mulut nya yang tiap malam digunakan untuk mengaji itu kini menciumi laki-laki yang bukan muhrim nya.

Bu Ainun sudah terpejam melupakan status nya sebagai Hajah terpandang. Kini fokusnya adalah memuaskan lelaki yang kini sudah menindih tubuh bugil nya di saung ini.

Ciuman ku mulai turun ke leher dan tetek nya. Aku berhenti sejenak untuk memandangi tetek nya yang sungguh besar itu. Andai saja Ratna bisa hamil, mungkin besar nya tetek Ratna tidak kalah dengan tetek Bu Ainun ini.

"Accchhhh... enak kanghhh... iya digituinhhhh..." Bu Hajah mulai meracau keenakan ketika lidah ku mulai bermain di pentil nya yang besar itu.

Tetek nya kuremasi dengan sungguh bernafsu. Gila, telapak tanganku tak cukup untuk menggenggam tetek besar ini..

Cuhh...

Bu Hajah meludahi telapak tangannya. Aku pun bingung sambil menunggu aksinya.

"Mhhh... bandel ih Bu Hajah.." desisku ketika tangannya yang basah dengan liur nya itu mengocok penis ku yang sudah tegang.

Tempo kocokan nya pas. Jemari nya juga pintar melingkari dan meremas penisku. Benar-benar jago Hajah binal ini memuaskan penisku.

Tidak mau kalah, dengan masih tetap menyedot-nyedot kedua tetek nya, tangan ku mulai hinggap di memek Bu Hajah.

"Iyah kanghhh... udah gatel daritadi kanghhh..." racau Bu Hajah ketika 2 jari ku masuk mengocok memek nya.

Jemari ku sibuk menyodok memek Bu Hajah, jemari Bu Hajah sibuk mengocok penisku. Ahhh.. enaknya...

"Kang masukin.. ntar kelamaan dicariin anak buah.." ujar Bu Hajah menyadarkanku. Suasana saung memang sepi tidak ada orang selain kami, tapi erangan dan desahan kami bisa saja terdengar sampai ke kebun. Aku pun mengangguk mengiyakan.

"Di atas atuh Bu.." ujar ku sambil mengambil posisi rebahan. Bu Ainun yang paham langsung naik menunggangi tubuh ku.

Blesss...

Dengan sekali hentakan penisku masuk ke dalam memek nya.

Meskipun kontol ku mungkin yang terbesar yang pernah masuk ke liang memek nya, tapi memek Bu Hajah terasa longgar karena sudah pengalaman untuk dipakai melahirkan 2 orang anak. Tak sulit makanya penisku menyodok masuk ke dalam memek Bu Ainun.

"Gustiiii... gede amat sih kang kontolnyahhhh..." erang Bu Ainun menahan nikmat akibat penetrasi torpedoku.

"Jangan teriak Bu Hajah.." ujarku panik mendengar erangan Bu Ainun yang tak terkontrol. Iya hanya mengangguk dan mulai bergoyang liar di atas penisku.

Memek nya memang kurang terasa nikmat karena jepitan nya sudah tidak terlalu berasa. Untungnya Bu Hajah menggoyangkan pinggul dan pantat nya yang besar itu dengan sangat luar biasa. Penisku sampai terasa terbetot akibat gerakan pinggul Bu Hajah yang menakjubkan.

"Penuh pisan kanghhh... uh.. uh.. uh..." Bu Ainun mendesah berusaha keras memelankan suara nya.

Tangannya sudah sibuk meremasi tetek nya sendiri tanpa kusuruh. Tetek nya yang besar itu terlihat memantul kesana kemari akibat goyangan tubuh dan remasan tangannya.

"Kanghh.. teu kuathh... Ibu nyampehhh..." pinggulnya menghentak-hentak dengan kuat. Untuk menahan desahan dan erangan dari kenikmatan deru orgasme nya, dia langsung ambruk dan mengigit bahu ku dengan kencang.

Achhhhh.... rasa nyeri langsung terasa akibat gigi-gigi Bu Ainun terasa menancap di kulit bahu ku.

"Maaf yah kang.. Ibu ga tahan mau teriak kenceng.." ujarnya setelah gelombang klimaksnya mereda. Aku hanya bisa mendengus melihat cetakan gigi nya yang lumayan dalam.

"Langsung ya Bu.. saya juga udah tinggal dikit lagi.." ujar ku membalikkan badannya menungging. Bu Ainun hanya pasrah menumpu badan nya agar memek nya bisa ku sodok dengan gaya doggy.

Sebelum masuk ke liang senggama nya, ku gesek-gesekkan penisku di bibir memek nya.

Pantat nya yang besar itu meliuk-liuk menahal geli di memek nya. Andai saja aku tidak lupa kalau kami sedang bergumul di saung, pasti sudah ku tampar keras bokong Bu Hajah yang besar itu.

"Buru atuh kanghhh... ampunhhh..." ujar Bu Ainun mendongak pasrah akibat godaan ku di bibir memek nya.

"Aggghhhhhhhhhhhhhh....." kembali Bu Ainun teriak akibat sodokan penisku ke memek nya.

"Maap... uhhh... maapin kanghhh..." Bu Ainun meracau tidak jelas akibat nafsu nya yang telah membumbung akibat sodokan penisku ke dalam memek nya.

Kupompa memek Hajah itu dengan liar. Tubuh nya kini makin tengkurap karena sorongan pantat ku makin mendorong maju tubuh gemuk Bu Hajah ke lantai saung.

Beberapa kali kurasakan getaran dan semburan cairan memek Bu Hajah membasahi batang kontol ku.

Sepertinya Bu Hajah di dera orgasme terus menerus sepanjang sodokan ku. Lenguhannya semakin melemah karena tubuh nya sudah lemas. Hanya tersisa kedutan kedutan kecil di selangkangannya menandakan orgasme nya masih berlanjut.

Becek memek Bu Ainun membuat suara pergumulan kami semakin berisik.

Aku pun makin nafsu mengejar klimaks ku karena persetubuhan kami sudah lumayan lama. Bu Ainun sepertinya sudah pasrah tak merespon goyanganku. Mulutnya masih membuka dengan liur menetes ke pipi nya. Bu Hajah sudah kepayahan meladeni ku.

Setelah beberapa menit memompa penisku dengan tempo yang tinggi, akhirnya kurasakan gelombang orgasme ku akan tiba.

Dengan meremas kuat pantat Bu Hajah, kusemprotkan sperma ku ke dalam liang kemaluannya.

"Aahhh........." Bu Hajah melenguh kembali merasakan rasa hangat memenuhi memek nya.

Brughh...

Tubuh gemuk Bu Hajah akhirnya ambruk ke lantai saung. Tubuh nya penuh dengan peluh keringat.

Mata Bu Hajah masih terpejam. Dada nya masih berdebar naik turun. Aku benar-benar puas dapat menaklukkan wanita sholehot ini.

Tanpa membersihkan diri ku dulu, aku langsung memakai kembali baju ku, siaga kalau saja ada yang mendengar lolongan kami tadi.

Ku lap memek Bu Ainun yang masih merembes sperma dan cairan orgasme nya. Badan nya meliuk merasakan usapan celana dalam nya menyapu bibir memek Bu Hajah.

Dengan susah payah kupakaikan kembali beha dan gamis nya. Kubiarkan dia tanpa mengenakan celana dalam. Toh celana dalam nya sudah basah akibat cairan yang keluar dari memek nya.

"Udah bisa berdiri Bu?" tanyaku setelah menunggu beberapa menit agar Bu Hajah dapat mengembalikan tenaga nya. Bu Hajah hanya mengangguk lemas merespon ku.

"Jangan sering-sering ya Kang.. meriang ini Ibu di ewe sama kamu" ujarnya masih dengan kondisi kepayahan. Aku pun hanya tersenyum mendengar ocehannya.

"Udah saya hapus nih video nya, jadinya saya ga bakal ngancem-ngancem Bu Hajah lagi" ujar ku lagi sambil menunjukkan folder video di handphone ku. Bu Ainun sudah masa bodoh sepertinya.

"Mau disimpen juga gapapa kang. Pokoknya Ibu jangan di ewe keseringan aja yah.. Ngeri ga bisa jalan selese nya" Bu Ainun sudah pasrah kalau ku gauli lagi sepertinya. Lumayan lah nambah stok memek di Cicilok. Kapan lagi kan bisa dapet stw cantik dan masih mulus seperti dia.

Dengan susah payah akhirnya aku membopong tubuh gemuk namun seksi ini turun kembali ke kebun.

Di sepanjang perjalanan kami kembali bercanda dan mengobrol seperti tadi. Kali ini obrolannya lebih kepada gosip-gosip yang ada di Cicilok.

Awalnya aku tidak tertarik dengan cerita-cerita itu. Sampai akhirnya dia bergosip tentang Rachmat..

Rachmat ternyata punya selingkuhan..

Pacar lama nya yang tidak disetujui Pak Jaelani untuk menjadi menantu..

Dan sekarang selingkuhannya itu berprofesi sebagai biduan dangdut..

Wahhh... bisa-bisa nya si Rachmat mendua dari Annisa. Sang pujaan hatiku. Wanita tercantik se-Cicilok. Wanita yang tidak akan kujadikan gundik tapi akan menjadi kekasihku..

Harus dikasih pelajaran sepertinya si Rachmat.

Atau pelajarannya buat selingkuhan nya?

Si biduan dangdut itu?

TARIK MANGGGG...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd