Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI Sang Ketua Teater

Bimabet
Ajeng anak indigo kayaknya nih..

Tandain dulu :Paws:,
nunggu episode full part.
baru :baca::baca:
 
Episode 2. Para Saksi.

“bapak yakin di sini aman?” ucap Heni kepada Purwoto, Dekan Fakultas Sains.

“Ini istana aku Heni sayang, tak ada yang bisa mengganggu kita di sini,” jawab Purwoto seraya duduk di meja yang penuh dengan surat-surat yang harus ia tanda tangani.

“CCTV?”

“Sudah aku matikan, jadi kamu tenang saja,”

Dosen muda itu masih belum nyaman, ia tak henti-hentinya melangkah kesana kemari seolah sedang berusaha akrab dengan suasana ruang dekan di lantai 3 gedung Fakultas Sains. Jilbab besar berawarna hitam dan gamis biru gelap memang agak kontras dengan ruangan dekan yang di design berwarna cerah. Sesekali ia menatap Purwoto lalu kembali melihat kesekitar ruangan itu.

Heni menyibakkan gorden biru muda yang menutup jendela kaca ruang dekan yang mengarah ke bagian samping gedung Fakultas.

“Pak Ada orang,” Heni mengintip ke arah lantai 1.

Purwoto langsung bergegas menuju tempat Heni, ia ikut mengintip dari balik jendela.

“Ngapain mereka disitu malam-malam begini?” kata Heni heran.

“Mungkin dia ingin bersenang-senang seperti kita” rayu Purwoto seraya memeluk tubuh heni dari belakang. Tangannya membelai lembut payudara Heni yang tertutup jilbab besar berwarna hitam.

“mmhhh,” lenguh Heni yang tak bisa menahan saat area sensitifnya di sentuh purwoto. Purwoto bisa meraskan bahwa heni tak melapisi payudaranya kecuali dengan baju gamisnya sehingga ia bisa merasakan puting Heni dan sedikit memilinnya.

"Sudah pak," kata Heni.

“Kau itu selalu saja aneh,” kata purwoto seraya melepaskan sentuhannya di payudara Heni. Kini ia hanya melingkarkan tangannya di pinggul ramping Dosen berjilbab itu.

“Aneh kanapa pak?” jawab heni sambil mengelus elus tangan berbulu Purwoto.

“Kau selalu menyuruhku mencari tempat umum untuk memenuhi fantasimu namun awalnya kamu selalu panik seperti ini,” kata Pak Purwoto.

Heni berbalik menghadap Purwoto namun membiarkan tangan dekan itu tetap melingkar di pinggangnya.

“Aku hanya mencoba meresapi ketegangannya sayang namun setelah bukannya selalu bapak yang kewalahan meladeni permainanku, bagiku kepuasan bukan hanya masalah sentuhan tapi rasa khawatir bahwa ada orang yang akan melihat kita, hal itu bisa bikin aku puas” kata Heni seraya mengecup bibir Purwoto. Heni melepaskan pelukan purwoto dan kembali mengintip dari jendela.

“Mereka sudah gak ada di sana," kata Heni.

“Mungkin mereka sedang mencari tempat untuk bermesraan,"

"Ditempat seperti itu,"

"Mungkin saja mereka punya fantasi sepertimu,"

"Tapi tidak di tempat seperti itu juga, kotor,"

Purwoto berjalan menuju sofa, ia lalu menyandarkan badannya di sofa yang terletak ditengah tengah ruang dekan. Ia masih tak habis fikir bahwa kini dia sedang bersama Heni, mahasiswa yang pernah ia ajar dulu. Purwoto masih ingat setahun yang lalu, Heni datang ke ruangannya setelah seleksi dosen baru usai. Tanpa basa basi Heni memohon kepada purwoto agar diterima menjadi dosen di fakultas sains. Padahal Heni salah satu kandidat terkuat calon dosen di fakultas sains namun ada dua kompetitor lain yang membuat Heni pesimis bahwa dia akan diterima. Pada saat itu purwoto menolak untuk mengintervensi seleksi itu namun Heni bertindak ekstrem. Ia merayu purwoto sampai akhirnya dekan bijak itu termakan rayuan Heni, kini sudah setahun mereka diam-diam berhubungan tanpa ada orang yang curiga. Purwoto masih tak menyangka, wanita berjilbab besar ini menyembunyikan syahwatnya dengan baik di depan orang-orang.

“Sayang? Apa aku perlu membuka bajuku?” tanya Heni.

Purwoto menggeleng.

"Kamu senang aku memakain baju ini," tanya Heni.

"Tentu saja sayang, sesuatu yang tertutup jauh lebih menggoda daripada yang sering dihumbar,"

Heni lalu duduk di samping Purwoto.

Purwoto mendekati Heni lalu dengan cepat memasukan tangannya ke sela jilbab Heni dan membuka kancing baju sehingga payudara Heni menyembul walau kini masih tertutup jilbab besarnya.

"Mau nyusu ke aku sayang? sini," goda Heni.

Purwoto lalu menyusup di sela jilbab besar Heni dan langsung melumat puting Heni dengan liar. Heni hanya bisa mendesar nikmat.

"Sedot terus sayang," desah Heni.

Purwoto sesekali menggigit puting Heni namun Heni malah mendesah lebih keras.

"Ahhhhhh.... sayang,"

Purwoto lalu perlahan menyusupkan tangannya ke rok Heni, sambil menjilat susu heni dengan lembut tangannya kini menyentuh lubang memek Heni yang masih dilapisi celana dalam hitam berenda.

"Ahh sayang, usap sayang,"

"Enak sayang,"

"Iyah, ahhh.... enak sayang elus terus,"

Tangan Purwoto mengusap memek heni dengan cepat di balik Celana dalammnya. Heni terus mengelinjang tak bisa menahan gairah yang semakin menjadi jadi.

"Masukin memekku sayang, masukin memekku ini, pak dekan enak pak dekan," Heni terus mendesah.

Cukup lama purwoto melayani Heni sampai akhirnya Heni tak bisa menahan lagi gairahnya.

"mas, aku ahhh mas,,"

"Mas,,, ah,,, pak,,,,sayang... terus sayang"

Heni bergelinjang kuat lalu memeluk Purwoto dengan erat.

Purwoto mencoba memangku Heni untuk berciuman dalam posisi duduk namun Heni malah berlutut dan membuka celana panjang purwoto.

"kini giliran bapak,"

“Aku kangen sama kontol bapak, pasti kontol bapak juga kangen kan sama mulut aku,” kata heni.

“Ya, kontol bapak udah kangen banget” jawab Purwoto.

“Jangan kangen Pak, berat, biar aku kocok aja,”

“Hmmm.... aduh kontol sayang, udah kangen ya sama Heni, sini heni jilat ya heni jilat,” kata heni.

Heni lalu menjilat kontol Purwoto dengan pelan, kontol itu tak panjang namun memiliki diameter yang tabal.

“Terus Hen, kamu memang paling jago ngemut kontol,”

Heni menjilat kepala penis purwoto dengan lembut, purwoto dapat merasakan sensasi hebat dari lidah heni yang mungil, tak sampai disana Heni sesekali mengemut kontol purwoto lalu mengocok-ngocokkan dengan tangannya.

“MMmhh eenak pak?”

“Enak banget sayang,”

Heni mengulum kontol Purwoto dengan lembut sesekali ia menjilat helm kontolnya sampai purwoto menggelinjang kenikmatan.

“terus sayang, ahhh,”

“Enak banget kontol bapak, mmmhh,,,”

“ya sayang, kocok terus sayang, emut semua sayang,”

permainan tangan Heni mampu membuat Purwoto tak bergumam kenikmatan. melihat suasana itu, Heni mulai ikut terangsang, ia mengulum kontol purwoto sambil meremas payudaranya dengan liar.

"Ahh sayang, ahh," namun sebelum purwoto klimaks ia lalu menarik kontolnya dan menyuruh Heni untuk berdiri. Lelaki tua itu lalu menyuruh Heni duduk di atas sofa. Purwoto lalu masuk di sela sela baju gamis menuju memek heni yang sudah sangat basah.

“Bapak mau cari sorga dunia dulu,”

“Ih sayang bisa aja,”

“Aku buka ya,”

Heni mengangguk.

“Purwoto lalu membuka celana dalam renda hitam sehingga kini lubang memek heni sudah tersaji di depan wajah purwoto.

“Aku singkap aja ya sayang roknya,” kata heni.

Sudah biarkan saja, bapak mau memberikan kenikmatan dalam gelap,”

“Ih bapak bisa aj aahhhhhh pakk.” Belum selesai Heni bicara lidah Purwoto langsung menjilat memek Heni. Heni bisa merasakan setiap inchi lubang memeknya di usap oleh lidah purwoto. Sesekali ia menggigit itil heni sampai heni menjerit...

“Ahhh sayang! Teruss sayang... memekku nikmat banget ahh...”

“ssssshhhpp...” isapan demi isapan membuat kaki Heni tak bisa berhenti bergerak. Sesekali ia menekan kepala Purwoto agar menjilatnya lebih dalam.

“Saayyngg.... aku ahhh sayang,,,”

Sambil menjilat memek heni purwoto juga menjelajahi baju gamis Heni lalu mendapati gundukan besar yang ternyata tak menggunakan BH. Purwoto lalu memilih puting merah muda itu. Heni menggelinjang merasakan kenimatan di seluruh tubuhnya. Desahannya mulai membesar sampai memenuhi ruangan dekan.

“Nikmat sayang, teruss... memekku , susuku, ahhhh sayang aku mau,,,”

Heni malah menekan kepala Purwoto mendekati memeknya saat cairan nikmatnya keluar untuk pertama kalinya malam ini.

“Ahhh maaf sayang, aku gak tahan lagi,”

Purwoto keluar dari balik gamis dengan lendir yang menempel di wajahnya.

“Kamu puas sayang sama jilatanku?”

Heni mengangguk sambil tersenyum.

Tak lama kemudian heni berdiri dan menyuruh purwoto untuk duduk. Purwoto lalu menarik heni dan memangkunya. Ia menyingkap roknya agar memek heni dan kontolnya bisa saling bersentuhan. Walau begitu kaki mereka benar-benar tertutup rok gamis Heni. Purwoto lalu menuntun kontolnya untuk masuk ke memek Heni. Heni membantunya dengan menganggat pinggangnya dan blesss... Kontol purwoto langsung menusuk ke memek heni disertai desahan keras dari heni.

“Ahhhhhhhhhh”

Purwoto memainkan kontolnya dengan menarik lalu memasukkanya kembali dengan pelan. hal itu membuat heni tak sabar ingin merasakan memeknya dikocok dengan kontol. Heni yang tak tahan lalu menurun naikan pinggangnya. Ia sesekali menggoyang untuk merasakan sensasi yang berbeada...

“Ahh sayang.. mmmm, ahhhh”

Payudara heni bergoyang mengikuti gonjotan pinggangnya. Purwoto ikut membantu agar penisnya bisa melesak lebih dalam.

Tiba tiba...

Kring... kring....

Ponsel purwoto yang berada di saku celananya yang terletak di sofa berdering. Heni yang kaget mengehentikan gerakannya. Purwoto lalu memerika ponselnya dengan cepat.

‘RUMAH’

Tandanya istri purwoto menelfon.

“Siapa sayang?”

“Istriku,” jawab purwoto.

“Angkat saja,” jawab Heni walau dia agak kecewa. Padalah penis purwoto masih berada di memek Heni.

“Gak apa apa?”

“Angkat saja mungkin aja penting,”

“Hallo,”

“Hallo pah,”

“Ya mah.. ahh..”

Purwoto kaget saat heni malah menaik turunkannya pinggangnya sehingga Purwoto tak bisa menahan nikmat yang ia rasakan.

“kenapa pah?” kata istri purwoto di balik telepon.

Heni tersenyum menatap wajah purwoto yang menahan kenikmatan seraya mengoyangkan pantatnya tambah cepat.

“ehh hmmmm anuh mah, ini lagi kepedesan mah.” Kata purwoto.

“Papa kok makan pedes sih, nanti maghnya kambuh gimana?”

“Iyah mah,, hhh,,,, papa ngidam makanan pedes,”

Heni ingin tertawa namun ia menutup mulut dengan tangan agar tak mengeluarkan suara. Bukannya malah memelan, goyangan heni tambah dipercepat sampai purwoto susah menahan diri untuk tidak mendesah.

“Ahhh ahh,, ahhh,”

“Papa kenapa?”

“Mau muntah mah ahh kepedesahaan ahh..” jawab purwoto.

Heni tambah memompa kontol Purwoto sambil mengelus elus payudaranya sendiri. pemandangan itu membuat purwoto semakin terangsang. Heni membelai lembut payudaranya sendiri dan sesekali menyodorkannya di depan wajah Purwoto.

Purwoto memejamkan mata sambil menahan nafas, ia takut mendesaj terlelu keras.

Heni malah tambah kuat menahan tawa.

“Papa pulang ya, kalau enggak mama yang ke tempat papa rapat,”

“Pulang sayang, tapihh papa masih eh"

"Kalo gak pulang mama yang kesana," Ancam istrinya.

Heni mengangguk.

“Oke deh mah,”

Purowoto menutup telfon.

“Kok kamu malah goyangannya tambah kenceng, padahal bapak lagi nelfon loh,”

“Enggak apa apa, sayang. Aku suka. bagi aku sensasi hampir ketahuan itu yang membuat aku puas. Sayang pulang aja, barangkali istri minta jatah juga di rumah,” kata Heni.

Bukannya berhenti purwoto malah membalikkan badannya hingga kini Heni ada di bawah. ia lalu melebarkan paha Heni sambil menyingkapkan roknya. Memek merah mudah terlihat mentang menunggu untuk di masukkan kontol.

Tak menunggu lama, Purwoto langsung memasukkan kontolnya dengan cepat. Heni sedikit meringis karena purwoto bertindak cukup kasar.

"Ahhh,"

"Sakit sayang?"

"Enggak kok, aku suka,"

Purwoto lalu memasukan keluarkan kontolnya dengan cepat, payudara heni bergerak kesana kemari mengikuti gerakan genjotan purwoto.

"Ahhh sayang, aahhh.... "

Mereka berada di posisi itu cukup lama sampai akhirnya purwoto meresakan air maninya akan keluar.

"Sayang, aahhh aku keluar,"

Ia lalu menarik kontolnya lalu mengarahkan ke wajah Heni.

Croot croot....

Air mani itu menempel di wajah heni dan sebagian terciprat di jilbab besarnya.


***

Seminggu ini kampus digemparkan oleh berita bunuh diri ketua teater Fakultas sains. Banyak spekulasi yang menyebar di kalangan mahasiswa. Mulai dari depresi karena kuliah, ada juga yang mengaitkannya dengan pesugihan karena banyak bekas lilin ditemukan saat jasad ajeng ditemukan. Mereka kaget dengan berita kematian ini namun mereka menganggapnya hal wajar mengingat ketua teater itu memang terkenal karena kepribadiannya yang aneh dan misterius.

Berita hororpun mulai terbentuk gara-gara peristiwa bunuh diri itu namun banyak yang bilang itu hanya rumor-rumor belaka. Yang pasti kematian ajeng masih menimbulkan tanda tanya di benak Tama.

“Woy! Ngelamun aja loh,”

“Apa?”

“ih lo kenapa sih akhir-akhir ini?”

“Gak apa apa” jawab Tama kepada Aldo, sehabatnya sejak menjadi mahasiswa baru.

“Apa gara-gara ketua teater itu?”

Deg.... jantung Tama berdetak cepat.

“Lo kan pengen banget masuk teater, mungkin aja lo kaget dia meninggal kayak gitu tapi untunglah lo belum sampai masuk sana, ih serem banget,” Aldo merinding membayangkan kejadian itu.

“Gua pulang dulu ya,”


“Pulang?” kita masih ada satu kuliah lagi.


“Gua pusing,” kata Tama lalu beranjak pergi.


“Tam? Lo gak apa apa kan” Tama gak mengubris Aldo. Ia hanya berjalan meninggalkan ruang kuliahnya.


“Tama kenapa?” soerang cewek mendekati Aldo.


“Gak tahu juga,” jawab Aldo. “Ngapain nih tanya-tanya Tama, Des? Suka ya sama temen gua?” goda Aldo.


“Bocah banget lawakan loh!” balas desi jutek.


“hahahaha,”


***


“Argghhhh,” Tama menggumam kesal. Seminggu ini dia tak bisa tidur nyenyak. Bayang-bayang ajeng terus menghantui dirinya dan tiap kali dia tidur dia selalu bermimpi ajeng tersenyum lalu memberikan mahkota kepadanya. Walau polisi sudah hampir yakin bahwa Ajeng mati bunuh diri namun Tama tetap takut bila ada yang tahu bahwa malam itu dia bersama Ajeng di ruangan itu. Berapa kali Tama mengehela nafas sambil berjalan menuju kosannya yang tak jauh dari kampus. Ia berjalan sambil menggenggam secarik kertas dan menekannya hinyya berbenuk bola.

Tama baru sadar, sejak kapan kertas itu ada ditangannya. Ia menghentikan langkahnya lalu membuka kertas itu. Tampak ada tulisan tebal berwarna merah terukir disana.


“Sang Raja,”


***
 
asik baca kisah misteri nya....
ajeng nyerahin kuasa ke tama

tama pnya kekuatan buat entot bnyk cewe di kampus ya
 
Dikira Ajeng jadi pemeran utamanya bersama Tama, ternyata ajeng hanya cameo saja, perannya singkat amat sih hu... Tp kematiannya masih jd misteri.

Tama orang terpilih yg nanti naik tahta, ntah jd ketua teater yg baru, apa mungkin jd Raja, begitukah suhu..

Masih ditunggu kelanjutannya om @AdrianErcia

Tq. Updatenya.. yg sdh agak panjangan sedikit.
 
Titip sandal sekalian nunggu updatenya...
 
Selamat Pagi Selamat Berhari Minggu dan Tetap Semangat. :semangat:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd