Kertasbasah
Suka Semprot
- Daftar
- 8 Jan 2021
- Post
- 16
- Like diterima
- 98
Salah hangat para suhu semptoters kali ini saya Mr.Happy ( Sang Koki petualang ) ingin membagikan cerita perjalanan dan pertualangan bersama para wanita berhijab. Aggap saja Cerita ini cerita tidaklah nyata hanya saja nama wanita wanita yang ada dalam ilustrasi tersebut di samarkan agar tidak ada dusta di antara kita.
Ilustraai
Yumna
https://www*****picture.com/q/Screenshot_2022-03-11-13-22-20-25.png
Jakarta, 3 Januari 1999.
Perjalanan yang panjang dan melelahkan pun ber akhir di terminal Kp. Duku yang ada di pinggiran kota metropolitan, sebuah kota besar dimana setiap orang menaruh mimpi, harapan beserta cita-citanya.
Pejalanan darat yang memakan waktu hampir 1 malam dengan bus gajah putih. Pertama kali nya kaki yang sudah lelah ini memijak aspal di pagi buta, dimana langit nampak temaram jingga penuh pesona. Hiruk pikuk aktifitas terminal mulai nampak riuh, para kondektur bus dan angkutan kota saling bersaut meneriakan kemana rute yang mereka lewati.
Aku masih berdiri di pinggiran jalan. Sambil menyalahkan roko matahari yang sudah penyok karena tertindih dalam tas.
Dalam batin mulai berbicara, otak ini di paksa berbikir keras. Angkutan mana yang akan aku naiki ke alamat tujuan yang tertulis lengkap dalam selembar kertas. hingga akhirnya aku putuskan bertanya pada pedagang asongan.
" Permisi pak, maaf saya mau tanya kalo saya mau ke daerah cipete saya harus naik apa dan turun dimana.? " tanya ku pada pedagang asongan itu.
" Mas, naik koantas bima 509 turun di trakindo. Dari situ nanti mas naik angkot lagi warna putih jurusan cipete, pd labu. Tapi naik nya jangan dari dalam terminal. Mas jalan kali dulu ajah sampe pintu keluar terminal, terus belok ke kiri sampe agak jauh. Soalnya kalo naik dari sini banyak calo. Nanti malah di sasarin. "
Ujar sang penyual asongan itu.
Sepertinya masih ada orang baik di kota ini. Tidak seperti yang kawan dan rekan ku di pekerjaan katakan.
" oya pak, terimakasih, ini saya beli roko suriya nya setengah ." Sembali menyodorkan uang 10 ribuan. Kepada penjual roko asongan tersebut.
Akhirnya aku berjalan ke arah yang bapak penjual asongan itu arahkan. Dan tiba lah aku di titik yang di tuju.
Disana aku menunggu bus koantas bima 509 sambil kembali menyalakan roko suriya. Hampir habis satu batang roko di tangan akhirnya angkutan kota yang di nanti pun tiba. Dengan kondisi miring di bagian kirinya. Nampak sesak dan berhimpitan para penumpang itu. Segeralah aku naik di dengan bergelantungan. Aku tak menaruh curiga sedikitpun terhadap para penumpang lain yang berdiri di sebelahku. Pikirku sudah biasa mungkin bis mikrolet ini penuh. Lagi pula ini hari kerja dan pasti nya banyak pegawai kantoran yang hendak berangkat juga. Bis mulai melaju hingga sampai di persimpangan pasar hari. Banyak dari penumpang yang turun. Hingga kondisi di dalam bus pun mulai sengang. Namun masih ramai penumpang. Aku duduk di dekat pintu keluar. Sang kernet pun mulai menagih ongkos.
" Turun mana bang " tanya sang kernet
" Di trakindo " jawabku singkat.
Kemudian si kernet dengan teliti nya menarik ongkos dari para penumpang lainya. Hingga di bangku bagian tengah seorang wanita. Nampak seperti bingung dan akhirnya dia bicara.
" Maaf bang, dompet saya hilang " ujar sang wanita yang nampak menggunakan kerudung warna silver.
" Laah gimana sih neng? Kok bisa ampe dompet nya ilang?. Yadah nanti sebelum masuk tol turun ajah dah. Masih banyak penumpang yang mau bayar. " sambil dia melotot kepada sang wanita tersebut. Nampak murung dan bingung wanita itu.
Aku yang melihat nya jadi tak tega. Sehingga aku putuskan untuk bicara.
" Oi, tuh si emba biar ongkos nya saya yang bayar. " teriaku dari bangku belakang.
Sontak sang kernet dan semua penumpang pun menengok ke arahku.
" Tuh masih ada orang bae, yang mau bayarin ongkos lu neng. " ujar sang kernet.
" Lain kali hati2 mba, kalo baik angkutan, soalnya di terminal duku banyak copet. " ujar ibu di sebelahnya.
Singkat cerita akhirnya aku sampai di tujuan tempat ku transit. Aku berdiri di atas tortoar dan wanita itu terus saja menatap ku dari jendela.
Batinku.
" aah sialan kenapa tadi aku gak tanya dia mau kemana, dan kerja dimana yah? " ucapku penuh dengan penyesalan.
Aku kemudian menunggu angkutan putih yang di maksudkan bapak asongan yang aku kumpai di terminal tadi. Dan tak lama akhirnya angkot itu pun muncul.
Okey parah suhu. Itu dulu intronya.
Ilustraai
Yumna
https://www*****picture.com/q/Screenshot_2022-03-11-13-22-20-25.png
Jakarta, 3 Januari 1999.
Perjalanan yang panjang dan melelahkan pun ber akhir di terminal Kp. Duku yang ada di pinggiran kota metropolitan, sebuah kota besar dimana setiap orang menaruh mimpi, harapan beserta cita-citanya.
Pejalanan darat yang memakan waktu hampir 1 malam dengan bus gajah putih. Pertama kali nya kaki yang sudah lelah ini memijak aspal di pagi buta, dimana langit nampak temaram jingga penuh pesona. Hiruk pikuk aktifitas terminal mulai nampak riuh, para kondektur bus dan angkutan kota saling bersaut meneriakan kemana rute yang mereka lewati.
Aku masih berdiri di pinggiran jalan. Sambil menyalahkan roko matahari yang sudah penyok karena tertindih dalam tas.
Dalam batin mulai berbicara, otak ini di paksa berbikir keras. Angkutan mana yang akan aku naiki ke alamat tujuan yang tertulis lengkap dalam selembar kertas. hingga akhirnya aku putuskan bertanya pada pedagang asongan.
" Permisi pak, maaf saya mau tanya kalo saya mau ke daerah cipete saya harus naik apa dan turun dimana.? " tanya ku pada pedagang asongan itu.
" Mas, naik koantas bima 509 turun di trakindo. Dari situ nanti mas naik angkot lagi warna putih jurusan cipete, pd labu. Tapi naik nya jangan dari dalam terminal. Mas jalan kali dulu ajah sampe pintu keluar terminal, terus belok ke kiri sampe agak jauh. Soalnya kalo naik dari sini banyak calo. Nanti malah di sasarin. "
Ujar sang penyual asongan itu.
Sepertinya masih ada orang baik di kota ini. Tidak seperti yang kawan dan rekan ku di pekerjaan katakan.
" oya pak, terimakasih, ini saya beli roko suriya nya setengah ." Sembali menyodorkan uang 10 ribuan. Kepada penjual roko asongan tersebut.
Akhirnya aku berjalan ke arah yang bapak penjual asongan itu arahkan. Dan tiba lah aku di titik yang di tuju.
Disana aku menunggu bus koantas bima 509 sambil kembali menyalakan roko suriya. Hampir habis satu batang roko di tangan akhirnya angkutan kota yang di nanti pun tiba. Dengan kondisi miring di bagian kirinya. Nampak sesak dan berhimpitan para penumpang itu. Segeralah aku naik di dengan bergelantungan. Aku tak menaruh curiga sedikitpun terhadap para penumpang lain yang berdiri di sebelahku. Pikirku sudah biasa mungkin bis mikrolet ini penuh. Lagi pula ini hari kerja dan pasti nya banyak pegawai kantoran yang hendak berangkat juga. Bis mulai melaju hingga sampai di persimpangan pasar hari. Banyak dari penumpang yang turun. Hingga kondisi di dalam bus pun mulai sengang. Namun masih ramai penumpang. Aku duduk di dekat pintu keluar. Sang kernet pun mulai menagih ongkos.
" Turun mana bang " tanya sang kernet
" Di trakindo " jawabku singkat.
Kemudian si kernet dengan teliti nya menarik ongkos dari para penumpang lainya. Hingga di bangku bagian tengah seorang wanita. Nampak seperti bingung dan akhirnya dia bicara.
" Maaf bang, dompet saya hilang " ujar sang wanita yang nampak menggunakan kerudung warna silver.
" Laah gimana sih neng? Kok bisa ampe dompet nya ilang?. Yadah nanti sebelum masuk tol turun ajah dah. Masih banyak penumpang yang mau bayar. " sambil dia melotot kepada sang wanita tersebut. Nampak murung dan bingung wanita itu.
Aku yang melihat nya jadi tak tega. Sehingga aku putuskan untuk bicara.
" Oi, tuh si emba biar ongkos nya saya yang bayar. " teriaku dari bangku belakang.
Sontak sang kernet dan semua penumpang pun menengok ke arahku.
" Tuh masih ada orang bae, yang mau bayarin ongkos lu neng. " ujar sang kernet.
" Lain kali hati2 mba, kalo baik angkutan, soalnya di terminal duku banyak copet. " ujar ibu di sebelahnya.
Singkat cerita akhirnya aku sampai di tujuan tempat ku transit. Aku berdiri di atas tortoar dan wanita itu terus saja menatap ku dari jendela.
Batinku.
" aah sialan kenapa tadi aku gak tanya dia mau kemana, dan kerja dimana yah? " ucapku penuh dengan penyesalan.
Aku kemudian menunggu angkutan putih yang di maksudkan bapak asongan yang aku kumpai di terminal tadi. Dan tak lama akhirnya angkot itu pun muncul.
Okey parah suhu. Itu dulu intronya.
Terakhir diubah: