Halimeda
Semprot Lover
- Daftar
- 28 Jun 2019
- Post
- 209
- Like diterima
- 449
INDEX :
Part 01 --------------- page 01
Part 02 --------------- page 01
Part 03 --------------- page 02
Part 01
Believe it or not, kisah ini adalah serangkaian peristiwa yang pernah terjadi pada diriku. Namun untuk menjaga nama baik semua pihak, nama – nama pelaku dan tempat kejadian kusamarkan. Semoga bisa menghibur siapa pun yang membaca kisah nyata ini.
Sebut saja namaku Elizabeth. Tapi teman – temanku selalu memanggilku Liz saja.
Sudah 3 tahun aku menikah dengan Bang Dias. Tapi sengaja kami mengikuti program keluarga berencana, agar kami tidak punya anak dulu. Supaya “honeymoon” kami jadi panjang. Maklum usia kami masih muda. Pada saat kisah ini dimulai, usiaku 26 tahun, sementara suamiku berusia 31 tahun.
Bang Dias sudah menyelesaikan kuliahnya, tapi tidak punya pekerjaan tetap. Dia lebih suka berbisnis dengan teman temannya yang cukup banyak. Hasil bisnisnya pun tidak tetap. Namun cukup untuk menghidupi rumah tangga kami secara layak. Sebelum menikah denganku, Bang Dias sudah punya rumah sendiri di kompleks perumahan yang lumayan elit, yang letaknya sekitar 20 kilometer dari kota besar. Mobil pun sudah punya, sehingga Bang Dias bisa melancarkan bisnisnya bersama teman – temannya.
Rumah kami bahkan dijadikan semacam basecamp teman teman bisnis Bang Dias. Aku sudah terbiasa didatangi mereka, lalu mereka melakukan diskusi tentang bisnis yang sedang mereka tekuni. Mereka lebih dari 20 orang. Tapi yang paling sering datang ke rumahku adalah Yudah, Roy, Fabian. Daniel, Andre dan Laurent. Mereka rata rata masih bujangan semua, Hanya Gerry, Yudah dan suamiku yang sudah punya istri. Maklum usia mereka pun lebih muda dari suamiku. Ada yang baru 24 tahun, ada yang baru 22 tahun bahkan ada yang baru 18 tahun.
Teman teman suamiku sopan semua. Bahkan mereka sering memanggil suamiku dengan sebutan Boss. Mungkin karena dalam menjalankan bisnisnya, suamiku tak pernah pelit untuk mengeluarkan biaya operasional. Kalau mau ngurus bisnis di luar kota, mobil suamiku yang dipakai. Untuk bensinnya pun suamiku yang biasa merogoh koceknya. Tentu semua itu akan diganti setelah bisnisnya sukses.
Aku jadi terbiasa dengan suasana banyak tamu setiap hari. Aku pun jadi terbiasa membuat cemilan seperti pisang goreng, bakwan, tempe goreng dan sebagainya. Terbiasa pula menyediakan beberapa cangkir kopi panas. Semuanya itu untuk menyuguhi teman teman Bang Dias.
Kalau teman teman Bang Dias mau merokok, mereka biasa ngobrol di teras depan. Karena di situ pun ada meja dan beberapa buah kursi. Mereka tak pernah merokok di ruang tamu, karena mereka tahu di ruang tamu ada ACnya.
Rumah kami cukup besar. Di lantai bawah, ada 2 kamar berukuran luas, di lantai 2 ada kamar 1 dan sebuah ruangan luas yang biasa dipakai untuk meeting.
Aku merasa bahagia punya suami Bang Dias. Karena dia seorang lelaki penyabar, sementara aku sendiri seorang wanita yang tidak banyak tuntutan, terkecuali 1 hal, yakni … hubungan sex.
Jujur, aku ini seorang wanita yang “doyan” alias suka disetubuhi oleh suamiku. Seakan ingin agar tiada hari tanpa sex. Tapi kalau melihat Bang Dias letih, aku pun tidak menuntutnya untuk menggauliku.
Jujur pula, kalau sehari saja tidak digauli oleh suamiku, aku suka melakukannya sendiri di kamar mandi. Bermasturbasi dibantu dengan licinnya air sabun.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu dan bulan berganti bulan.
Sampai pada suatu hari …
Suamiku pulang dari luar kota, dengan wajah ceria. Membuatku heran dan bertanya, “ Sukses ya bisnisnya ? “
Suamiku mengangguk dengan senyum di bibir dan mengajakku duduk di sofa ruang keluarga. Lalu berkata, “ Kita harus merayakan kemenangan ini dengan sesuatu yang fantastis. Karena aku mendapatkan profit besar. “
“ Memangnya berapa profit yang Abang dapatkan ? “ tanyaku.
Suamiku menjawabnya dengan bisikan. Tentang jumlah uang yang didapatkannya bersama Yudah. Gila …. ! Jumlahnya teramat sangat sangat dan sangat besar sekali … !
“ Wah … itu cukup untuk membeli sebuah rumah super megah berikut sebuah sedan sport super mahal Bang, “ tanggapku.
“ Gak usah. Biar saja uang itu mengendap di rekening kita. Soal rumah, kan rumah ini sudah cukup megah. Soal mobil, masih baru dan mampu dipakai ke mana pun. Sementara kalau saldo kita di bank sedemikian besarnya, aku bisa memodali bisnis yang membutuhkan modal. Tak usah minta bantuan funder lagi. “
“ Yudah juga mendapatkan uang sebanyak itu ? “
“ Tidak. Dia hanya mendapatkan kira – kira seperempat dari profitku. Soalnya kami sudah sepakat, Yudah akan mendapatkan fee dari owner, sementara aku akan mendapatkan fee dari buyer. “
“ Terus … kata Abang mau merayakan kemenangan … dengan cara apa ? Mau mengadakan pesta atau gimana ? “
“ Pestanya dengan Yudah bersama istrinya aja. Tapi dengan acara yang fantastis. “
“ Memang acaranya bagaimana ? “
“ Ini sesuatu yang sudah lama diinginkan olehku dan Yudah. “
“ Iya. Acaranya seperti apa ? “
“ Kita akan melakukan wife swap … melakukan tukar istri. “
“ Jadi … ? “
“ Kita akan menyewa dua buah villa di daerah yang sunyi dan sejuk. Di sana kita tukar pasangan. Kamu bersama Yudah, sementara aku bersama Merry di villa yang lain. “
Tentu saja aku terkejut mendengar “acara” itu. Bahwa aku harus bersama Yudah, sementara istri Yudah yang bernama Merry itu akan bersama suamiku.
“Asyik kan ? Kamu akan bersama si tampan Yudah, “ suamiku mencolek pinggangku.
“ Dan Abang akan bersama Merry yang seksi abis itu. Hmm … itu kan tujuan utama Abang ? Biar puas bisa bersama Merry ?! “
“ Justru aku ingin memuaskan hasrat seksualmu. Karena aku tau kalau kamu punya hasrat birahi yang gede. Kalau tidak puas olehku, kamu suka pakai vibrator segala untuk menyelesaikannya kan ? “
“ Kalau perempuan sih gak seperti lelaki Bang. Puas gak puas, tetap bisa memaklumi keadaan. Tidak seperti lelaki, tidak puas dengan istri bisa cari kepuasan di luar rumah. “
“ Sayang … tujuan utamaku hanya ingin membuatmu tidak jenuh. Ingin menciptakan kepuasan dari cara yang di zaman sekarang sudah tidak aneh lagi itu. Kalau tidak percaya, nanti akan kupanggil Yudah ke sini, khusus untuk menggaulimu. Biar kamu yakin bahwa tujuan utamaku untuk menciptakan kepuasan bagimu. “
Aku terdiam.
Lalu suamiku bertanya, “ Bagaimana ? Aku akan minta Yudah datang nanti malam. Khusus untuk menggaulimu di depan mataku. Oke ? “
“Nggak ah. Kalau Yudah diminta menggauliku nanti malam, gak adil dong. Maksudku Merry dan Abang tidak merasakan apa – apa. “
“ Jadi kamu setuju untuk wife swap hari Sabtu sampai Senin yang akan datang ? “
“ Tapi apa manfaatnya buat Abang sendiri ? “
“ Aku takkan mengingkari. Bahwa aku akan menikmati tubuh Merry. Tapi yang terpenting, aku akan membayangkan betapa nikmatnya kamu disetubuhi oleh Yudah yang tampan dan jauh lebih muda dariku itu. Tentu aku akan merasa cemburu. Tapi dari perasaan cemburu itu akan timbul sensasi dan akan timbul pula gairah untuk lebih intensif menggaulimu setelah wife swap itu terjadi. “
“ Bang Dias yakin bahwa wife swap itu akan mendatangkan hal – hal positif bagi Abang ? “
“ Sangat yakin. Kamu buktikan aja nanti. “
“ Baik. Kalau Abang yakin akan mendatangkan hal yang positif, aku setuju pada rencana Abang dan Yudah itu. “
Suamiku menjadi ceria lagi. Mencium pipiku, lalu berkata, “ Kamu memang istri yang patuh pada suami, Sayang. Itulah yang membuat cintaku padamu makin lama makin mendalam. “
Aku cuma tersenyum mendengar ucapan suamiku itu.
Padahal di dalam hati, aku sangat tertarik pada rencana suamiku itu. Bahkan sudah terbayang betapa indahnya bercinta dengan Yudah yang begitu tampan dan masih muda itu.
Tiba – tiba handphone suamiku berdering. Suamiku melihat layar monitor hapenya sambil berkata padaku, “ Ini dari Yudah. Mungkin akan bicara soal rencana kita. Akan kukeluarkan suaranya ya. “
Lalu :
Bang Dias : “Hallo Yud … “
Yudah : “Bang … villa harus check in hari ini. Kalau besok, biasanya sudah habis dibooking. “
Bang Dias : “ Oh iya ya. Besok kan Jumat. Biasanya sudah banyak yang booking untuk weekend. “
Yudah : “ Terus gimana Bang ? “
Bang Dias : “ Ya udah, check in sekarang aja. Talangin dulu sama Yudah, Nanti kuganti. “
Yudah : “ Untuk berapa hari bookingnya Bang ? “
Bang Dias : “ Terserah Yudah. Atur aja. Seminggu juga boleh. Hitung hitung long weekend aja. “
Yudah : “ Oke Bang. Gimana Kak Liz udah deal ? “
Bang Dias : “ Sudah clear. Bagaimana dengan Merry ? “
Yudah : “ Sudah oke juga Bang. Ohya, nanti kita langsung ketemuan di lokasi aja ya. “
Bang Dias : “ Oke. Dua jam lagi kami meluncur ke sana. “
Yudah : “ Siap Boss. “
Setelah menutup hubungan dengan Yudah, suamiku meletakkan hapenya di atas meja makan. Sambil berkata, “ Ayo siap – siap Liz, Aku udah janji dua jam lagi mau meluncur ke arah kompleks villa itu. “
“ Aku mau mandi dulu ya Bang, “ kataku.
“ Iya. Aku juga harus mandi dulu, “ sahut suamiku.
Sesaat kemudian aku dan suamiku sudah sama – sama telanjang di kamar mandi. Lalu shower utama memancarkan air hangat ke kepala dan tubuh kami. Lantas mulailah kami saling menyabuni seperti biasanya kalau sedang mendi bareng begini.
Ketika Bang Dias sedang menyabuni kemaluanku, dia berkata, “ Deuh … memekmu yang istimewa ini hanya dalam hitungan jam akan dientot sama kontol Yudah. “
“ Iiihhh Bang Dias jangan ngomong gitu ah. Kan semua itu atas keinginan Bang Dias. Lagian Abang juga tak lama lagi bakal menikmati memek Merry yang seksi abis gitu. “
“ Liz tau gak ? Merry itu sudah janda beranak satu sebelum menikah sama Yudah, :
“ Haaa ?! Merry kan sering jumpa denganku. Tapi gak pernah bicara soal itu. “
“ Kalau gak percaya nanti tanya aja sendiri pada Yudah. Lagian Merry itu lebih tua dari Yudah. Lebih tua juga darimu. “
“ Masa sih ? Dia dan aku gak pernah bicara soal umur sih. “
“ Kalau gak salah Merry itu sekarang udah tigapuluh tahun. Jadi dalam segalanya, kamu lebih unggul Sayang. “
Aku senang mendengar ucapan suamiku itu, yang secara tak langsung memuji kelebihanku.
“ Memeknya juga pasti beda, karena dia sudah pernah melahirkan. Sedangkan memekmu belum pernah dilewati kepala dan badan bayi, “ kata suamiku lagi.
“Hihiiiihiii … Abang bisa aja ngomongnya. Terus kapan aku boleh hamil ? “
“ Nanti aja kalau umurmu udah tigapuluh. Biar aku puas dulu menikmati memek yang belum pernah melahirkan. Lagian kita harus mempersiapkan dulu masa depan anak kita. “
“ Kalau Abang setuju sih, aku mau mengadopsi anak Sis Karen yang baru setahun itu anaknya. “
“ Memangnya Sis Karen tak keberatan anaknya diadopsi sama kita ? “
“ Aku pernah iseng minta anak itu. Dia malah bilang, kalau mau ambil aja. Asalkan masa depannya meyakinkan. Terutama pendidikannya. “
“ Oh, dia pernah ngomong gitu ? Ya udah ambil aja. Anaknya cewek apa cowok ? “
“ Cewek. Pasti udah gedenya cantik kayak ibunya. “
“ Kamu lebih cantik daripada Sis Karen. “
“ Tapi Sis Karen lebih putih kulitnya. Dia nurun sama Papa. Kalau aku nurun dari Mama. “
“ Anak Sis Karen sudah banyak. Sudah lima orang anaknya kan ? “
“ Enam, bukan lima. Kalau anak bungsunya kita adopsi, tinggal lima anaknya. “
Pembicaraan itu terputus, karena kami sudah selesai mandi.
Setelah menghanduki tubuh masing – masing, kami keluar dari kamar mandi. Dengan hanya bercelana dalam kukemasi pakaianku ke dalam koperku yang berwarna pink, sementara suamiku mengemasi pakaiannya sendiri ke dalam kopernya yang berwarna hitam.
“ Bawa pakaian ganti untuk seminggu ya Bang ? “ tanyaku.
“ Iya, “ sahut suamiku, Anggap aja kita mau tinggal di villa selama sepuluh hari. Jadi bawalah pakaian ganti secukupnya, jangan sampai kekurangan nanti. “
“ Iya. Mau bawa selusin aja sekalian. “
“Yap. Ohya … nanti bikin Yudah benar – benar puas. Jangan sampai dia kapok. Pokoknya kamu boleh sebinal mungkin nanti sama dia. “
“ Nanti kalau Yudah ketagihan gimana ? “
“ Justru aku ingin dia ketagihan. Supaya dia selalu siap untuk menggaulimu kelak. “
“ Jadi Abang punya rencana men-threesome aku bersama Yudah kelak ? “
“ Iya. Biar birahi kita semakin lama semakin hangat. “
“ Aku mau ikut kemauan Abang aja deh. “
Beberapa saat kemudian aku sudah berada di dalam mobil yang dikemudikan sendiri oleh suamiku.
“ Liz … mau punya mobil sendiri gak ? “ tanya suamiku.
“ Ya mau lah. Tapi yang kecil aja. Biar gak berat nyetirnya. “
“ Kamu gak usah nyetir sendiri Sayang. “
“ Aku kan bisa nyetir Bang. Gak usah gaji sopir segala. “
“ Ya udah. Nanti kubelikan mobill eropa yang matic dan kecil. “
“ Gak usah yang mahal – mahal Bang. Yang pasaran juga gak apa – apa. Yang penting kecil. Jangan yang gede – gede seperti mobil Abang ini. “
“ Kalau mobil ini kan buat dipakai bisnis doang. Karena terkadang aku harus bawa barang banyak. Terkadang juga harus bawa teman lebih dari lima orang. “
Mobil suamiku mulai jalan menanjak terus. Di kanan kirinya banyak hutan pinus.
“ Di luar kota villanya ya Bang, “ ucapku.
Suamiku mengangguk sambil menyebut nama lokasi yang sedang dituju.
Setengah jam kemudian, kami sudah tiba di depan sebuah villa, di mana Yudah dan Merry sudah menunggu. Villa itu terletak di antara pohon – pohon pinus, sehingga dari jalan raya tidak terlihat sama sekali.
Aku turun dari mobil dan langsung menghampiri Merry. Aku berpelukan dengan istri Yudah itu sambil cipika – cipiki. Sementara Yudah menghampiri Bang Dias lalu masuk ke dalam mobil. Di situ mereka tampak ngobrol. Entah apa yang mereka bincangkan.
Aku jadi punya kesempatan berbincang – bincang juga dengan Merry.
“ Kita ikuti aja apa yang mereka inginkan ya, “ kataku sambil menepuk bahu Merry yang saat itu mengenakan gaun coklat muda dengan belahan di kanan kirinya, sehingga pahanya terpamerkan. Sementara aku mengenakan celana jeans dan baju kaus hitam tanpa tangan, tanpa mengenakan BH di baliknya. Aku tidak mau mengenakan pakaian yang mencolok. Tapi aku sudah menyemprotkan parfum ke setiap bagian “penting” di tubuhku, karena sudah bisa memperkirakan apa yang bakal terjadi.
Merry menyahut, “ Iya. Kita nikmati aja apa yang mereka inginkan itu. Kita harus yakin apa pun yang mereka inginkan itu, adalah yang terbaik bagi kita. “
Tak lama kemudian suamiku turun dari mobil, sambil menyeret koper htamnya. Sementara Yudah menyeret koper pink-ku.
Suamiku mendekatiku, lalu mencium bibirku disusul dengan ucapan, “ Enjoy aja ya. Jangan kaku. “
Aku mengangguk. Lalu suamiku menghampiri Merry. Menggandeng lengannya, lalu bersama – sama melangkah ke arah hutan pinus. Dan menghilang di kerimbunan pepohonan di antara pohon – pohon pinus.
“ Villa mereka jauh dari sini ? “ tanyaku pada Yudah yang memegang pergelangan tanganku dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya menyeret koperku yang ada roda di bawahnya.
“ Dekat … sekitar limapuluh meteran, “ sahut Yudah sambil membuka pintu depan villa. Lalu mengajakku masuk ke dalamnya. Aku pun masuk ke dalam villa, sementara Yudah menutupkan lagi pintu depan sekaligus menguncinya. Membuatku mulai degdegan. Karena mulai membayangkan apa yang bakal terjadi.
Tapi jujur, aku tidak menyesal. Karena Yudah begitu tampannya. Sejak mulai dikenalkan padanya, hatiku selalu meleleh tiap kali bertemu pandang dengannya.
Yudah membawa koperku masuk ke dalam sebuah kamar, sementara aku duduk di sebuah sofa putih di ruang tengah. Tak lama kemudian Yudah duduk di samping kananku, sambil berkata, “ Aku merasa beruntung dengan acara istimewa ini. Karena sejak lama aku mengagumi Kak Liz. “
“ Usiamu berapa Yud ? “ tanyaku.
“ Duapuluhenam Kak. “
“Kalau gitu kita saling panggil nama aja. Gak usah pakai istilah kak atau Mbak atau Teh dan semacamnya. Karena umurku juga duapuluhenam. Jadi kita sebaya. “
Yudah melingkarkan lengannya di leherku, lalu menatapku dari jarak dekat sekali. Lalu berkata perlahan, “Kakak … eh … Liz cantik sekali di mataku. Makanya aku sangat bersemangat dengan acara istimewa ini. “
“ Yudah juga tampan sekali di mataku … “ sahutku dengan suara agak parau.
Tiba – tiba Yudah mencium bibirku sedemikian lengketnya, membuatku agak kaget. Tapi lalu kuremas -remas bahunya dan bahkan rambutnya juga kuremas.
Ketika lidahku dijulurkan, Yudah menyedotnya ke dalam mulutnya. Lalu menahannya agak lama di dalam mulutnya. Dan ketika ia menjulurkan lidahnya, aku pun menyedotnya ke dalam mulutku. Lalu menggerak – gerakkan lidahku di atas lidah Yudah. Air liur pun berpindah – pindah tempat. Air liurku pasti tertelan oleh Yudah tadi. Sekarang giliran air liur Yudah tertelan olehku. Tapi aku tak peduli itu. Bahkan merasa mulai terangsang, karena Yudah seperti tahu bahwa aku tidak mengenakan beha di balik baju kaus hitamku yang youcansee alias tanpa lengan ini. Tangannya mulai merayap ke balik baju kausku dan menangkap payudaraku yang berukuran sedang ini.
“ Hmmm … payudara Liz masih padat gini, “ kata Yudah.
“ Memangnya payudara Merry udah kendur ? “ tanyaku.
“ Wah … payudara yang pernah nyusuin bayi gak bisa dibandingkan sama Liz. “
“ Oh iya … sebelum nikah sama Yudah, Merry itu janda beranak satu ya ? “ tanyaku sambil ingin tahu kebenaran cerita dari suamiku.
“ Iya. Jodoh memang aneh …. “ sahut Yudah sambil mendekatkan mulutnya ke payudaraku. Lalu mengemut pentilnya, sambil menggerayangi ritsleting celana jeansku.
Aku pun cepat tanggap. Kuturunkan ritsleting celana jeansku, lalu celana jeans ini kuturunkan sampai ke paha.
Yudah tampak semakin bersemangat. Ia melanjutkan mengemut pentil payudaraku, sementara tangannya diselinapkan ke balik celana dalamku. Dan … jemarinya mulai menggerayangi kemaluanku yang selalu kucukur bersih ini.
“ Yud … ooooooo ….. ooooooh Yuuuud … “ rintihku perlahan, “ aku udah horny berat nih Yud … ooooh… “
Yudah melepaskan puting payudaraku. Tangannya pun ditarik ke luar dari balik celana dalamku. Lalu ia melangkah ke atas busa tipis di dekat jendela kaca. Di situlah ia melepaskan baju kaus dan celana jeansnya. Bahkan juga celana dalamnya … !
Aku terpukau ketika melihat dada Yudah yang berbulu dan batang kemaluannya yang aduhai… gede dan panjang sekali … !
Aku pun melepaskan celana jeansku. Lalu duduk di dekat kaki Yudah, dalam keadaan tinggal bercelana dalam dan berbaju kaus tanpa lengan ini. Karena sudah sangat penasaran, ingin memegang lontong yang panjang gede ini. Tentu saja dengan jantung yang degdegan dan hasrat birahi yang semakin menagih nagih.
“ Ini ular cobra apa penis Yud ? “ cetusku sambil menggenggam batang kemaluan Yudah yang masih lemas ini.
Yudah hanya tersenyum dan tidak menjawab.
Aku lagi lagi ingin cepat tanggap seperti yang sudah dianjurkan oleh suamiku. Tanpa sungkan sungkan lagi kuciumi kepala batang kemaluan Yudah yang masih lemas ini. Lalu kujilati moncong dan lehernya. Dan akhirnya kukulum dengan penuh nafsu.
Tanpa ragu kuselomoti batang kemaluan Yudah, tak ubahnya anak kecil yang sedang menyelomoti permen loli.
Dalam tempo singkat, alat kejantanan Yudah sudah membesar, memanjang dan mengeras. Setelah “ular cobra” itu benar – benar keras, aku pun menelentang di atas lembaran busa yang terhampar di lantai ini. Dengan sikap menantang, agar Yudah segera mengentotku.
Sebenarnya lubang kenikmatanku sudah basah. Tapi aku tak mau mengatakannya. Biar saja Yudah menyelidikinya sendiri nanti.
Yudah yang sudah telanjang bulat merayap ke atas tubuhku. Mencium bibirku lagi dengan mesranya, sementara batang kemaluannya yang sudah ngaceng itu terasa menempel di selangkanganku. Aku sendiri pun mengangkat baju kaus hitamku tinggi – tinggi, agar sepasang toketku terbuka sepenuhnya. Sehingga Yudah semakin leluasa untuk mengemut puting payudara kiriku, sambil meremas halus payudara kananku.
“ Liz berdarah campuran kan ? “ tanya Yudah sambil menarik celana dalamku sampai terlepas dari kedua kakiku.
“ Iya, “ sahutku, “ Papaku orang Inggris, mamaku orang Indonesia. “
“ Pantesan kulitnya putih bersih gini. “
“ Kakak kandungku lebih putih lagi, “ sahutku yang mendadak teringat pada kakakku, Sis Karen.
Yudah tidak menanggapi. Karena sedang “sibuk” menggores – goreskan kepala batang kemaluannya ke mulut kemaluanku.
Tentu saja kemaluanku makin basah saja dibuatnya.
Dan ketika batang kemaluan Yudah mulai menyelundup ke dalam liang kenikmatanku, spontan aku merenggangkan jarak kedua pahaku selebar mungkin, karena Yudah membenamkan batang kemaluannya sambil berlutut. Sehingga pangkal pahaku berada di atas kedua paha Yudah.
“ Yuuuudaaaah ….. aaaaaa …. aaaaaahhhhhhh ….. “ erangku sambil memejamkan mata.
Apalagi setelah tongkat kejantanan Yudah yang sangat panjang itu membenam sekujurnya, sehingga terasa kepala batang kemaluannya mendesak mulut rahimku. Aku pun merintih lagi, “Oooh Yuuuuuuddd …. punyamu memang panjang sekali Yuuuud ….”
Yudah tidak bersuara. Karena ia mulai menarik batang kemaluan panjang gedenya perlahan – lahan … lalu mendesakkannya lagi …. Membuatku semakin terkejang – kejang dalam nikmat yang mulai kurasakan.
Terlebih setelah Yudah benar – benar mengayun batang kemaluannya, terasa sekali luar biasanya tongkat kejantanan lelaki yang bisa disebut sebaya denganku itu.
Geseran demi geseran dan gesekan demi gesekan batang kemaluan Yudah di dalam liang kemaluanku benar benar terasa. Mungkin karena batang kemaluannya lebih gede dan lebih panjang daripada punya suamiku.
Semua ini punya sensasi tersendiri bagiku. Sensasi yang luar biasa. Sehingga baru beberapa menit Yudah mengentotku, detik – detik menuju orgasme mulai kurasakan. Membuatku makin klepek – klepek dan terlupa segalanya.
“ Yuuud … oooo … ooooo … oooooh …Yuuuuud … entot terus Yuuud … percepat entotannya Yuuuud … ooooooh …. Yudaaaaaahhh ….. “ rintihan histerisku tak terkendali, karena aku sudah melayang ke arah puncak orgasme yang luar biasa nikmatnya ini.
Akhirnya aku mengejang dan menikmati puncak orgasmeku. Liang kemaluanku berkedut kedut, lalu terasa lendir libidoku mengalir … membuat liang kemaluanku semakin basah. O my God … ini nikmat sekali … baru sekali ini aku merasakan kenikmatan bercinta sefantastis ini.
Tapi aku tak mau merendahkan suamiku. Karena itu aku tak mau mengatakan kepada Yudah, bahwa dia lebih memuaskan daripada suamiku sendiri.
Lalu bagaimana dengan suamiku bersama Merry di villa lain itu ? Apakah suamiku juga mendapatkan sesuatu yang fantastis di tubuh Merry. Hmmm … membayangkan apa yang tengah terjadi antara Bang Dias dan Merry, kecemburuanku pun timbul di dalam batinku. Dan anehnya, kecemburuan ini membuat aku jadi bersemangat kembali. Untuk meladeni entotan Yudah yang makin lama makin gencar ini dengan goyangan pantatku yang pernah kupelajari dalam grup senam wanita.
Dengan penuh gairah, kugeolkan pantatku dengan putaran meliuk liuk, seolah sedang membentuk angka 8. Sehingga liang kemaluanku bisa membesot besot dan meremas remas batang kemaluan Yudah dengan kencangnya.
Yudah pun mulai mendengus dengus, “ Uuuuuughhhhhhh ….uuuuughhhh …. Liiiiiz …. uuuuughhhhh …. Liiiiiizzzz …. ini lu…. luar biasa enaknya Liiiiiiiz …. uuuuughhhh …. ba … baru se … sekali ini aku merasakan … yang … yang seenak ini …. Liiiiz …. “
Mendengar cetusan Yudah itu, aku semakin bersemangat untuk menggeolkan pantatku. Bahkan aku ingin agar Yudah merasakan bahwa bersetubuh denganku ini jauh lebih indah dan lebih memuaskan daripada bersetubuh dengan Merry.
Keringat Yudah pun mulai bercipratan ke sana sini. Bercipratan juga ke atas tubuhku, bercampur aduk dengan keringatku sendiri. Alat kejantanannya pun semakin gencar mengentot liang kenikmatanku. Bahkan pada suatu saat Yudah minta agar aku miring ke kanan. Aku pun mengikutinya. Aku jadi miring ke kanan, tidak celentang lagi.
Lalu Yudah melanjutkan aksinya. Mengentotku dengan gencarnya. Bahkan terdengar suaranya di antara dengus – dengus nafasnya, “ Oooooohhhh … Liiiiiiz … aaaaa … aaaaku uuuuugh … sudah hampir ngecrot Liiiz …. uuu … uuuugh … “
“ Ayo barengin Yuuuud …. oooooohhhhh …. “ cetusku histeris.
Akhirnya Yudah mencabut zakarnya yang lalu menyemprot nyemprot air maninya ke permukaan kemaluanku.
“ Kenapa dilepasin di luar Yud … ? Ayo masukin lagi …. “ protesku, karena aku sendiri sudah hampir orgasme.
Yudah pun membenamkan lagi batang kontolnya ke dalam liang memekku. Pada saat itulah aku berhasil mencapai orgasmeku yang … keempat kalinya. Karena diam diam tadi aku sudah orgasme 3 kali, tapi tak pernah kuucapkan pada Yudah.
Betapa indahnya orgasmeku yang keempat kalinya ini. Bahwa ketika kepala zakar Yudah mendesak mulut rahimku, liang kemaluanku pun berkedut kedut indah, sambil mengalirkan lendir libidoku.
Ooooh … tak pernah aku mengalami orgasme yang seindah ini.
Lalu terasa batang kemaluan Yudah menciut dan melemas. Akhirnya alat vital lelaki tampan itu terlepas dari liang kenikmatanku.
“ Terima kasih Liz. Akhirnya kunikmati juga tubuh Liz yang sudah sejak lama kudambakan, “ ucap Yudah disusul dengan ciuman mesranya di bibirku.
“ Aku juga merasa telah mengalami sesuatu yang paling indah di dalam hidupku. Terima kasih Yud, “ sahutku sambil tersenyum.
Lalu Yudah mengajakku pindah ke kamar. Aku mengangguk, lalu bangkit berdiri dan melangkah agak gontai menuju kamar. Dan langsung masuk ke kamar mandi, untuk membersihkan air mani yang berceceran ke pangkal paha. Sekaligus mencuci celah kemaluanku juga.
Kupakai shower untuk memancarkan air hangat, sehingga akhirnya aku mandi juga.
Ketika aku sedang memancarkan air shower ke kepala dan sekujur tubuhku, Yudah masjuk juga ke kamar mandi. “Aku juga ingin mandi, supaya badan kita segar kembali, “ kata Yudah sambil mengambil handy shower yang sudah kugantungkan di dinding, karena aku mulai menyabuni tubuhku.
Waktu Yudah menyemprotkan air hangat ke badannya, aku agak menjauh. Karena belum selesai menyabuni tubuhku. Tapi Yudah tak cuma menyemprotkan air hangat ke badannya. Namun juga menyemprotkannya ke arah selangkanganku. Kemudian ia menyabuni kemaluanku dulu sebelum menyabuni badannya sendiri.
“ Memekku udah bersih Yud, sampai ke sela – selanya juga udah, “ ucapku sambil memegang batang kemaluan Yudah yang masih lemas. Lalu meremasnya perlahan.
Hanya beberapa detik aku meremas ular cobra Yudah … sedikit demi sedikit alat kelamin lelaki tampan berdada penuh bulu itu pun mulai membesar dan memanjang. Kuremas – remas terus sambil menahan tawaku.
Akhirnya batang kemaluan yang panjang gede itu ngaceng sekali. Pertanda bisa diajak “bergulat” lagi. Dan memang itu yang Yudah lakukan. Ia mendesakkanku ke dinding kamar mandi yang dilapisi keramik putih itu. Kemudian puncak tongkat pusakanya dicolek – colekkan ke belahan kemaluanku. Dan akhirnya Yudah berhasil membenamkan lagi batang kejantanannya dalam keadaan sama sama berdiri ini.
Kemudian Yudah memeluk sambil mencium bibirku, sedangkan zakarnya mulai mengentot liang kewanitaanku yang basah dan licin oleh air sabun ini. Aku pun mendekap pinggang Yudah, sementara dadanya yang berbulu lebat itu menempel dengan sepasang payudaraku. Jelas ini menimbulkan geli geli enak di sepasang puting payudaraku, karena dada kami selalu bergerak gerak ke sana sini, terbawa oleh ayunan batang kemaluan Yudah yang mulai mengentot liang kemaluanku.
Lagi lagi batinku dibuat melayang layang oleh buaian birahi. Membuatku terpejam pejam dalam nikmat yang sulit dilukiskan dengan kata kata.
Kenapa aku merasakan setiap geseran dan gesekan zakar Yudah sebegini nikmatnya. Jauh lebih nikmat dari semua ML yang pernah kualami bersama suamiku sendiri. Apakah karena aku sedang dibantu oleh setan, agar aku ketagihan sama tongkat kejantanan Yudah ?
Entahlah.
Yang jelas dalam tempo singkat saja aku sudah mengalami orgasme yang luar biasa nikmatnya. Tapi aku masih ingin merasakan entotan Yudah lebih lama lagi. Kalau perlu dientot semalam suntuk pun aku mau.
Aku memang seorang wanita yang sangat menggilai hubungan sex. Sehingga seringkali suamiku kewalahan. Karena aku ingin agar suamiku menggauliku paling tidak 3 kali sehari. Tapi suamiku hanya mampu menyetubuhiku 2 hari sekali. Dengan alasan, jangan berlebihan dan jangan memaksakan diri.
Maka sekaranglah saatnya untuk menikmati kejantanan Yudah sepuas mungkin. Aku tak mau menyia nyiakan kesempatan baik ini.
Yudah memang lelaki muda yang tangguh dan perkasa. Setelah aku orgasme 3 kali, barulah dia membenamkan batang kejantanannya sedalam mungkin. Lalu terasa zakar yang sangat panjang itu mengejut ngejut di dalam jepitan liang kewanitaanku. Lalu Yudah mengejang dengan nafas tertahan, sementara moncong penisnya memuncratkan air maninya berkali kali di dalam liang kewanitaanku.
Creeeeeeetttttt … croooottttttttttttttt … cretttt …. croooooooooooottttttt … crooooooooootttttt …. cretttttttt …. crooooooooooooooooootttttttt ….. !
Oooh, betapa indahnya semprotan lendir hangat yang membanjiri liang kenikmatanku ini. Sungguh mengesankan. Bahkan paling mengesankan selama aku mengenal sex ini.
Kemudian kami melanjutkan mandi sampai bersih dan bersama sama mengeringkan badan kami dengan handuk masing masing.
Lalu kami keluar dari kamar mandi dalam keadaan sama sama telanjang namun dengan badan yang telah segar kembali.
Namun setelah berada di dalam bedroom, Yudah memegangi batang zakarnya yang ternyata sudah ngaceng lagi … !
“ Gila … ! “ seruku tertahan, “ udah mau joss lagi ? “
Yudah mengangguk sambil tersenyum. Lalu mendorongku ke atas bed, sehingga aku celentang lagi. Dan membiarkan Yudah memasukkan kembali zakarnya ke dalam liang kewanitaanku.
Ooooooh … ini semua jadi detik detik yang kudambakan sejak lama. Bahwa pasangan seksualku harus seperkasa Yudah ini. Sehingga aku bisa menikmatinya sepuas mungkin. Mungkin karena pada dasarnya aku ini berhawa nafsu besar terhadap hubungan badan dengan lawan jenis kelaminku. Namun selama ini aku sembunyikan terus di dalam hati, karena sebagai seorang wanita aku merasa malu untuk mengakui hasrat birahiku yang sering meledak ledak seperti ini.
Batang kemaluan Yudah mulai maju mundur lagi di dalam jepitan liang kewanitaanku yang mulai dibasahi lendir libidoku ini. Membuatku tak lagi diam. Membuat bokongku gatal kalau tidak kugeolkan sebinal mungkin, agar Yudah menganggapku perempuan yang paling memuaskan di dunia ini. Selain daripada itu, ketika bokongku digeolkan sebinal mungkin, clitorisku jadi sering bergesekan dengan batang kejantanan Yudah yang panjang gede itu. Akibatnya, dalam hitungan menit aku sudah mencapai orgasme lagi. Namun aku tak mau mengakuinya secara lisan. Aku hanya terdiam beberapa detik, lalu mulai menggoyang bokong semokku lagi.
Lendir libidoku yang mengalir ketika orgasme barusan, membuat kontol Yudah lancar mengentot liang kenikmatanku. Maka aku pun mengangkat sepasang pahaku, sehingga kedua lututku berada di atas sepasang payudaraku. Entotan Yudah pun semakin cepat. Menabrak nabrak bagian yang terdalam di lubang surgawiku.
Yudah bukan cuma mengentot liang kenikmatanku, tapi juga meremas sepasang payudaraku yang berukuran sedang tapi masih padat kencang ini. Terkadang Yudah mengentotku sambil mencium dan melumat bibirku. Yang tentu kubalas dengan lumatan binal pula. Di saat lain Yudah menjilati leherku, menyedot nyedot puting payudara kiriku sambil meremas remas payudara kananku.
Ooooo … betapa indahnya perilaku seksual yang sedang diperagakan oleh teman suamiku ini. Sehingga aku seolah sedang melayang layang di langit tinggi, langit yang ketujuh bertaburkan bunga bunga surgawi.
Padahal tubuh Yudah sudah bermandikan keringat lagi. Sebagian berjatuhan di atas tubuhku dan bercampur aduk dengan keringatku sendiri.
Namun Yudah seperti tak cukup dengan menjilati leherku yang sudah keringatan ini. Pada suatu saat dia pun menjilati dan menyedot nyedot ketiak kiriku. Membuatku terpejam pejam saking gelinya. Geli yang enak. Geli yang membuatku semakin melayang layang diterpa badai birahi yang indahnya sulit dilukiskan dengan kata kata belaka.
Desahan desahan napasku sudah berubah jadi rintihan rintihan histeris yang tak terkendalikan lagi. “Yuuudaaaaahhh …. aaaaaaa … aaaaaaaah …Yuuuuuud …. aaaaaaahhhh … ini luar biasa indahnya … Yuuud … jangan cepat cepat dimuntahkan ya Yuuuddd … aku ingin menikmati multi orgasmeku Yuuud … entot terus Yuuuuddd … ini luar biasa enaknya … Yuuuddd … “
Lalu aku menikmati orgasmeku lagi untuk yang kesekian kalinya. Membuatku lunglai beberapa detik. Tapi lalu bergairah lagi untuk mengejar orgasme berikutnya.
Sampai pada suatu saat, ketika Yudah menyatakan sudah bakal ejakulasi, aku pun menanggapinya, “Barengin Yud … biar lebih nikmat … ! “
Lalu batang kejantanan Yudah menggenjot liang kewanitaanku dengan cepatnya. Dan ketika aku tiba di puncak kenikmatanku, Yudah pun membenamkan zakarnya sedalam mungkin. Kepala penisnya terasa mendorong mulut rahimku. Dan ketika liang kewanitaanku berkedut kedut sambil mengalirkan lendir libidoku, penis Yudah pun mengejut ngejut sambil memuntahkan lendir surgawinya.
Cretttt … croooooooottttt … croooooooooooooooottttt … cretttt … crooooooooooooooootttttt … crettt …!
Lalu kami terkulai dan terdampar di pantai kepuasan.
( Bersambung )
Part 01 --------------- page 01
Part 02 --------------- page 01
Part 03 --------------- page 02
Part 01
Believe it or not, kisah ini adalah serangkaian peristiwa yang pernah terjadi pada diriku. Namun untuk menjaga nama baik semua pihak, nama – nama pelaku dan tempat kejadian kusamarkan. Semoga bisa menghibur siapa pun yang membaca kisah nyata ini.
Sebut saja namaku Elizabeth. Tapi teman – temanku selalu memanggilku Liz saja.
Sudah 3 tahun aku menikah dengan Bang Dias. Tapi sengaja kami mengikuti program keluarga berencana, agar kami tidak punya anak dulu. Supaya “honeymoon” kami jadi panjang. Maklum usia kami masih muda. Pada saat kisah ini dimulai, usiaku 26 tahun, sementara suamiku berusia 31 tahun.
Bang Dias sudah menyelesaikan kuliahnya, tapi tidak punya pekerjaan tetap. Dia lebih suka berbisnis dengan teman temannya yang cukup banyak. Hasil bisnisnya pun tidak tetap. Namun cukup untuk menghidupi rumah tangga kami secara layak. Sebelum menikah denganku, Bang Dias sudah punya rumah sendiri di kompleks perumahan yang lumayan elit, yang letaknya sekitar 20 kilometer dari kota besar. Mobil pun sudah punya, sehingga Bang Dias bisa melancarkan bisnisnya bersama teman – temannya.
Rumah kami bahkan dijadikan semacam basecamp teman teman bisnis Bang Dias. Aku sudah terbiasa didatangi mereka, lalu mereka melakukan diskusi tentang bisnis yang sedang mereka tekuni. Mereka lebih dari 20 orang. Tapi yang paling sering datang ke rumahku adalah Yudah, Roy, Fabian. Daniel, Andre dan Laurent. Mereka rata rata masih bujangan semua, Hanya Gerry, Yudah dan suamiku yang sudah punya istri. Maklum usia mereka pun lebih muda dari suamiku. Ada yang baru 24 tahun, ada yang baru 22 tahun bahkan ada yang baru 18 tahun.
Teman teman suamiku sopan semua. Bahkan mereka sering memanggil suamiku dengan sebutan Boss. Mungkin karena dalam menjalankan bisnisnya, suamiku tak pernah pelit untuk mengeluarkan biaya operasional. Kalau mau ngurus bisnis di luar kota, mobil suamiku yang dipakai. Untuk bensinnya pun suamiku yang biasa merogoh koceknya. Tentu semua itu akan diganti setelah bisnisnya sukses.
Aku jadi terbiasa dengan suasana banyak tamu setiap hari. Aku pun jadi terbiasa membuat cemilan seperti pisang goreng, bakwan, tempe goreng dan sebagainya. Terbiasa pula menyediakan beberapa cangkir kopi panas. Semuanya itu untuk menyuguhi teman teman Bang Dias.
Kalau teman teman Bang Dias mau merokok, mereka biasa ngobrol di teras depan. Karena di situ pun ada meja dan beberapa buah kursi. Mereka tak pernah merokok di ruang tamu, karena mereka tahu di ruang tamu ada ACnya.
Rumah kami cukup besar. Di lantai bawah, ada 2 kamar berukuran luas, di lantai 2 ada kamar 1 dan sebuah ruangan luas yang biasa dipakai untuk meeting.
Aku merasa bahagia punya suami Bang Dias. Karena dia seorang lelaki penyabar, sementara aku sendiri seorang wanita yang tidak banyak tuntutan, terkecuali 1 hal, yakni … hubungan sex.
Jujur, aku ini seorang wanita yang “doyan” alias suka disetubuhi oleh suamiku. Seakan ingin agar tiada hari tanpa sex. Tapi kalau melihat Bang Dias letih, aku pun tidak menuntutnya untuk menggauliku.
Jujur pula, kalau sehari saja tidak digauli oleh suamiku, aku suka melakukannya sendiri di kamar mandi. Bermasturbasi dibantu dengan licinnya air sabun.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu dan bulan berganti bulan.
Sampai pada suatu hari …
Suamiku pulang dari luar kota, dengan wajah ceria. Membuatku heran dan bertanya, “ Sukses ya bisnisnya ? “
Suamiku mengangguk dengan senyum di bibir dan mengajakku duduk di sofa ruang keluarga. Lalu berkata, “ Kita harus merayakan kemenangan ini dengan sesuatu yang fantastis. Karena aku mendapatkan profit besar. “
“ Memangnya berapa profit yang Abang dapatkan ? “ tanyaku.
Suamiku menjawabnya dengan bisikan. Tentang jumlah uang yang didapatkannya bersama Yudah. Gila …. ! Jumlahnya teramat sangat sangat dan sangat besar sekali … !
“ Wah … itu cukup untuk membeli sebuah rumah super megah berikut sebuah sedan sport super mahal Bang, “ tanggapku.
“ Gak usah. Biar saja uang itu mengendap di rekening kita. Soal rumah, kan rumah ini sudah cukup megah. Soal mobil, masih baru dan mampu dipakai ke mana pun. Sementara kalau saldo kita di bank sedemikian besarnya, aku bisa memodali bisnis yang membutuhkan modal. Tak usah minta bantuan funder lagi. “
“ Yudah juga mendapatkan uang sebanyak itu ? “
“ Tidak. Dia hanya mendapatkan kira – kira seperempat dari profitku. Soalnya kami sudah sepakat, Yudah akan mendapatkan fee dari owner, sementara aku akan mendapatkan fee dari buyer. “
“ Terus … kata Abang mau merayakan kemenangan … dengan cara apa ? Mau mengadakan pesta atau gimana ? “
“ Pestanya dengan Yudah bersama istrinya aja. Tapi dengan acara yang fantastis. “
“ Memang acaranya bagaimana ? “
“ Ini sesuatu yang sudah lama diinginkan olehku dan Yudah. “
“ Iya. Acaranya seperti apa ? “
“ Kita akan melakukan wife swap … melakukan tukar istri. “
“ Jadi … ? “
“ Kita akan menyewa dua buah villa di daerah yang sunyi dan sejuk. Di sana kita tukar pasangan. Kamu bersama Yudah, sementara aku bersama Merry di villa yang lain. “
Tentu saja aku terkejut mendengar “acara” itu. Bahwa aku harus bersama Yudah, sementara istri Yudah yang bernama Merry itu akan bersama suamiku.
“Asyik kan ? Kamu akan bersama si tampan Yudah, “ suamiku mencolek pinggangku.
“ Dan Abang akan bersama Merry yang seksi abis itu. Hmm … itu kan tujuan utama Abang ? Biar puas bisa bersama Merry ?! “
“ Justru aku ingin memuaskan hasrat seksualmu. Karena aku tau kalau kamu punya hasrat birahi yang gede. Kalau tidak puas olehku, kamu suka pakai vibrator segala untuk menyelesaikannya kan ? “
“ Kalau perempuan sih gak seperti lelaki Bang. Puas gak puas, tetap bisa memaklumi keadaan. Tidak seperti lelaki, tidak puas dengan istri bisa cari kepuasan di luar rumah. “
“ Sayang … tujuan utamaku hanya ingin membuatmu tidak jenuh. Ingin menciptakan kepuasan dari cara yang di zaman sekarang sudah tidak aneh lagi itu. Kalau tidak percaya, nanti akan kupanggil Yudah ke sini, khusus untuk menggaulimu. Biar kamu yakin bahwa tujuan utamaku untuk menciptakan kepuasan bagimu. “
Aku terdiam.
Lalu suamiku bertanya, “ Bagaimana ? Aku akan minta Yudah datang nanti malam. Khusus untuk menggaulimu di depan mataku. Oke ? “
“Nggak ah. Kalau Yudah diminta menggauliku nanti malam, gak adil dong. Maksudku Merry dan Abang tidak merasakan apa – apa. “
“ Jadi kamu setuju untuk wife swap hari Sabtu sampai Senin yang akan datang ? “
“ Tapi apa manfaatnya buat Abang sendiri ? “
“ Aku takkan mengingkari. Bahwa aku akan menikmati tubuh Merry. Tapi yang terpenting, aku akan membayangkan betapa nikmatnya kamu disetubuhi oleh Yudah yang tampan dan jauh lebih muda dariku itu. Tentu aku akan merasa cemburu. Tapi dari perasaan cemburu itu akan timbul sensasi dan akan timbul pula gairah untuk lebih intensif menggaulimu setelah wife swap itu terjadi. “
“ Bang Dias yakin bahwa wife swap itu akan mendatangkan hal – hal positif bagi Abang ? “
“ Sangat yakin. Kamu buktikan aja nanti. “
“ Baik. Kalau Abang yakin akan mendatangkan hal yang positif, aku setuju pada rencana Abang dan Yudah itu. “
Suamiku menjadi ceria lagi. Mencium pipiku, lalu berkata, “ Kamu memang istri yang patuh pada suami, Sayang. Itulah yang membuat cintaku padamu makin lama makin mendalam. “
Aku cuma tersenyum mendengar ucapan suamiku itu.
Padahal di dalam hati, aku sangat tertarik pada rencana suamiku itu. Bahkan sudah terbayang betapa indahnya bercinta dengan Yudah yang begitu tampan dan masih muda itu.
Tiba – tiba handphone suamiku berdering. Suamiku melihat layar monitor hapenya sambil berkata padaku, “ Ini dari Yudah. Mungkin akan bicara soal rencana kita. Akan kukeluarkan suaranya ya. “
Lalu :
Bang Dias : “Hallo Yud … “
Yudah : “Bang … villa harus check in hari ini. Kalau besok, biasanya sudah habis dibooking. “
Bang Dias : “ Oh iya ya. Besok kan Jumat. Biasanya sudah banyak yang booking untuk weekend. “
Yudah : “ Terus gimana Bang ? “
Bang Dias : “ Ya udah, check in sekarang aja. Talangin dulu sama Yudah, Nanti kuganti. “
Yudah : “ Untuk berapa hari bookingnya Bang ? “
Bang Dias : “ Terserah Yudah. Atur aja. Seminggu juga boleh. Hitung hitung long weekend aja. “
Yudah : “ Oke Bang. Gimana Kak Liz udah deal ? “
Bang Dias : “ Sudah clear. Bagaimana dengan Merry ? “
Yudah : “ Sudah oke juga Bang. Ohya, nanti kita langsung ketemuan di lokasi aja ya. “
Bang Dias : “ Oke. Dua jam lagi kami meluncur ke sana. “
Yudah : “ Siap Boss. “
Setelah menutup hubungan dengan Yudah, suamiku meletakkan hapenya di atas meja makan. Sambil berkata, “ Ayo siap – siap Liz, Aku udah janji dua jam lagi mau meluncur ke arah kompleks villa itu. “
“ Aku mau mandi dulu ya Bang, “ kataku.
“ Iya. Aku juga harus mandi dulu, “ sahut suamiku.
Sesaat kemudian aku dan suamiku sudah sama – sama telanjang di kamar mandi. Lalu shower utama memancarkan air hangat ke kepala dan tubuh kami. Lantas mulailah kami saling menyabuni seperti biasanya kalau sedang mendi bareng begini.
Ketika Bang Dias sedang menyabuni kemaluanku, dia berkata, “ Deuh … memekmu yang istimewa ini hanya dalam hitungan jam akan dientot sama kontol Yudah. “
“ Iiihhh Bang Dias jangan ngomong gitu ah. Kan semua itu atas keinginan Bang Dias. Lagian Abang juga tak lama lagi bakal menikmati memek Merry yang seksi abis gitu. “
“ Liz tau gak ? Merry itu sudah janda beranak satu sebelum menikah sama Yudah, :
“ Haaa ?! Merry kan sering jumpa denganku. Tapi gak pernah bicara soal itu. “
“ Kalau gak percaya nanti tanya aja sendiri pada Yudah. Lagian Merry itu lebih tua dari Yudah. Lebih tua juga darimu. “
“ Masa sih ? Dia dan aku gak pernah bicara soal umur sih. “
“ Kalau gak salah Merry itu sekarang udah tigapuluh tahun. Jadi dalam segalanya, kamu lebih unggul Sayang. “
Aku senang mendengar ucapan suamiku itu, yang secara tak langsung memuji kelebihanku.
“ Memeknya juga pasti beda, karena dia sudah pernah melahirkan. Sedangkan memekmu belum pernah dilewati kepala dan badan bayi, “ kata suamiku lagi.
“Hihiiiihiii … Abang bisa aja ngomongnya. Terus kapan aku boleh hamil ? “
“ Nanti aja kalau umurmu udah tigapuluh. Biar aku puas dulu menikmati memek yang belum pernah melahirkan. Lagian kita harus mempersiapkan dulu masa depan anak kita. “
“ Kalau Abang setuju sih, aku mau mengadopsi anak Sis Karen yang baru setahun itu anaknya. “
“ Memangnya Sis Karen tak keberatan anaknya diadopsi sama kita ? “
“ Aku pernah iseng minta anak itu. Dia malah bilang, kalau mau ambil aja. Asalkan masa depannya meyakinkan. Terutama pendidikannya. “
“ Oh, dia pernah ngomong gitu ? Ya udah ambil aja. Anaknya cewek apa cowok ? “
“ Cewek. Pasti udah gedenya cantik kayak ibunya. “
“ Kamu lebih cantik daripada Sis Karen. “
“ Tapi Sis Karen lebih putih kulitnya. Dia nurun sama Papa. Kalau aku nurun dari Mama. “
“ Anak Sis Karen sudah banyak. Sudah lima orang anaknya kan ? “
“ Enam, bukan lima. Kalau anak bungsunya kita adopsi, tinggal lima anaknya. “
Pembicaraan itu terputus, karena kami sudah selesai mandi.
Setelah menghanduki tubuh masing – masing, kami keluar dari kamar mandi. Dengan hanya bercelana dalam kukemasi pakaianku ke dalam koperku yang berwarna pink, sementara suamiku mengemasi pakaiannya sendiri ke dalam kopernya yang berwarna hitam.
“ Bawa pakaian ganti untuk seminggu ya Bang ? “ tanyaku.
“ Iya, “ sahut suamiku, Anggap aja kita mau tinggal di villa selama sepuluh hari. Jadi bawalah pakaian ganti secukupnya, jangan sampai kekurangan nanti. “
“ Iya. Mau bawa selusin aja sekalian. “
“Yap. Ohya … nanti bikin Yudah benar – benar puas. Jangan sampai dia kapok. Pokoknya kamu boleh sebinal mungkin nanti sama dia. “
“ Nanti kalau Yudah ketagihan gimana ? “
“ Justru aku ingin dia ketagihan. Supaya dia selalu siap untuk menggaulimu kelak. “
“ Jadi Abang punya rencana men-threesome aku bersama Yudah kelak ? “
“ Iya. Biar birahi kita semakin lama semakin hangat. “
“ Aku mau ikut kemauan Abang aja deh. “
Beberapa saat kemudian aku sudah berada di dalam mobil yang dikemudikan sendiri oleh suamiku.
“ Liz … mau punya mobil sendiri gak ? “ tanya suamiku.
“ Ya mau lah. Tapi yang kecil aja. Biar gak berat nyetirnya. “
“ Kamu gak usah nyetir sendiri Sayang. “
“ Aku kan bisa nyetir Bang. Gak usah gaji sopir segala. “
“ Ya udah. Nanti kubelikan mobill eropa yang matic dan kecil. “
“ Gak usah yang mahal – mahal Bang. Yang pasaran juga gak apa – apa. Yang penting kecil. Jangan yang gede – gede seperti mobil Abang ini. “
“ Kalau mobil ini kan buat dipakai bisnis doang. Karena terkadang aku harus bawa barang banyak. Terkadang juga harus bawa teman lebih dari lima orang. “
Mobil suamiku mulai jalan menanjak terus. Di kanan kirinya banyak hutan pinus.
“ Di luar kota villanya ya Bang, “ ucapku.
Suamiku mengangguk sambil menyebut nama lokasi yang sedang dituju.
Setengah jam kemudian, kami sudah tiba di depan sebuah villa, di mana Yudah dan Merry sudah menunggu. Villa itu terletak di antara pohon – pohon pinus, sehingga dari jalan raya tidak terlihat sama sekali.
Aku turun dari mobil dan langsung menghampiri Merry. Aku berpelukan dengan istri Yudah itu sambil cipika – cipiki. Sementara Yudah menghampiri Bang Dias lalu masuk ke dalam mobil. Di situ mereka tampak ngobrol. Entah apa yang mereka bincangkan.
Aku jadi punya kesempatan berbincang – bincang juga dengan Merry.
“ Kita ikuti aja apa yang mereka inginkan ya, “ kataku sambil menepuk bahu Merry yang saat itu mengenakan gaun coklat muda dengan belahan di kanan kirinya, sehingga pahanya terpamerkan. Sementara aku mengenakan celana jeans dan baju kaus hitam tanpa tangan, tanpa mengenakan BH di baliknya. Aku tidak mau mengenakan pakaian yang mencolok. Tapi aku sudah menyemprotkan parfum ke setiap bagian “penting” di tubuhku, karena sudah bisa memperkirakan apa yang bakal terjadi.
Merry menyahut, “ Iya. Kita nikmati aja apa yang mereka inginkan itu. Kita harus yakin apa pun yang mereka inginkan itu, adalah yang terbaik bagi kita. “
Tak lama kemudian suamiku turun dari mobil, sambil menyeret koper htamnya. Sementara Yudah menyeret koper pink-ku.
Suamiku mendekatiku, lalu mencium bibirku disusul dengan ucapan, “ Enjoy aja ya. Jangan kaku. “
Aku mengangguk. Lalu suamiku menghampiri Merry. Menggandeng lengannya, lalu bersama – sama melangkah ke arah hutan pinus. Dan menghilang di kerimbunan pepohonan di antara pohon – pohon pinus.
“ Villa mereka jauh dari sini ? “ tanyaku pada Yudah yang memegang pergelangan tanganku dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya menyeret koperku yang ada roda di bawahnya.
“ Dekat … sekitar limapuluh meteran, “ sahut Yudah sambil membuka pintu depan villa. Lalu mengajakku masuk ke dalamnya. Aku pun masuk ke dalam villa, sementara Yudah menutupkan lagi pintu depan sekaligus menguncinya. Membuatku mulai degdegan. Karena mulai membayangkan apa yang bakal terjadi.
Tapi jujur, aku tidak menyesal. Karena Yudah begitu tampannya. Sejak mulai dikenalkan padanya, hatiku selalu meleleh tiap kali bertemu pandang dengannya.
Yudah membawa koperku masuk ke dalam sebuah kamar, sementara aku duduk di sebuah sofa putih di ruang tengah. Tak lama kemudian Yudah duduk di samping kananku, sambil berkata, “ Aku merasa beruntung dengan acara istimewa ini. Karena sejak lama aku mengagumi Kak Liz. “
“ Usiamu berapa Yud ? “ tanyaku.
“ Duapuluhenam Kak. “
“Kalau gitu kita saling panggil nama aja. Gak usah pakai istilah kak atau Mbak atau Teh dan semacamnya. Karena umurku juga duapuluhenam. Jadi kita sebaya. “
Yudah melingkarkan lengannya di leherku, lalu menatapku dari jarak dekat sekali. Lalu berkata perlahan, “Kakak … eh … Liz cantik sekali di mataku. Makanya aku sangat bersemangat dengan acara istimewa ini. “
“ Yudah juga tampan sekali di mataku … “ sahutku dengan suara agak parau.
Tiba – tiba Yudah mencium bibirku sedemikian lengketnya, membuatku agak kaget. Tapi lalu kuremas -remas bahunya dan bahkan rambutnya juga kuremas.
Ketika lidahku dijulurkan, Yudah menyedotnya ke dalam mulutnya. Lalu menahannya agak lama di dalam mulutnya. Dan ketika ia menjulurkan lidahnya, aku pun menyedotnya ke dalam mulutku. Lalu menggerak – gerakkan lidahku di atas lidah Yudah. Air liur pun berpindah – pindah tempat. Air liurku pasti tertelan oleh Yudah tadi. Sekarang giliran air liur Yudah tertelan olehku. Tapi aku tak peduli itu. Bahkan merasa mulai terangsang, karena Yudah seperti tahu bahwa aku tidak mengenakan beha di balik baju kaus hitamku yang youcansee alias tanpa lengan ini. Tangannya mulai merayap ke balik baju kausku dan menangkap payudaraku yang berukuran sedang ini.
“ Hmmm … payudara Liz masih padat gini, “ kata Yudah.
“ Memangnya payudara Merry udah kendur ? “ tanyaku.
“ Wah … payudara yang pernah nyusuin bayi gak bisa dibandingkan sama Liz. “
“ Oh iya … sebelum nikah sama Yudah, Merry itu janda beranak satu ya ? “ tanyaku sambil ingin tahu kebenaran cerita dari suamiku.
“ Iya. Jodoh memang aneh …. “ sahut Yudah sambil mendekatkan mulutnya ke payudaraku. Lalu mengemut pentilnya, sambil menggerayangi ritsleting celana jeansku.
Aku pun cepat tanggap. Kuturunkan ritsleting celana jeansku, lalu celana jeans ini kuturunkan sampai ke paha.
Yudah tampak semakin bersemangat. Ia melanjutkan mengemut pentil payudaraku, sementara tangannya diselinapkan ke balik celana dalamku. Dan … jemarinya mulai menggerayangi kemaluanku yang selalu kucukur bersih ini.
“ Yud … ooooooo ….. ooooooh Yuuuud … “ rintihku perlahan, “ aku udah horny berat nih Yud … ooooh… “
Yudah melepaskan puting payudaraku. Tangannya pun ditarik ke luar dari balik celana dalamku. Lalu ia melangkah ke atas busa tipis di dekat jendela kaca. Di situlah ia melepaskan baju kaus dan celana jeansnya. Bahkan juga celana dalamnya … !
Aku terpukau ketika melihat dada Yudah yang berbulu dan batang kemaluannya yang aduhai… gede dan panjang sekali … !
Aku pun melepaskan celana jeansku. Lalu duduk di dekat kaki Yudah, dalam keadaan tinggal bercelana dalam dan berbaju kaus tanpa lengan ini. Karena sudah sangat penasaran, ingin memegang lontong yang panjang gede ini. Tentu saja dengan jantung yang degdegan dan hasrat birahi yang semakin menagih nagih.
“ Ini ular cobra apa penis Yud ? “ cetusku sambil menggenggam batang kemaluan Yudah yang masih lemas ini.
Yudah hanya tersenyum dan tidak menjawab.
Aku lagi lagi ingin cepat tanggap seperti yang sudah dianjurkan oleh suamiku. Tanpa sungkan sungkan lagi kuciumi kepala batang kemaluan Yudah yang masih lemas ini. Lalu kujilati moncong dan lehernya. Dan akhirnya kukulum dengan penuh nafsu.
Tanpa ragu kuselomoti batang kemaluan Yudah, tak ubahnya anak kecil yang sedang menyelomoti permen loli.
Dalam tempo singkat, alat kejantanan Yudah sudah membesar, memanjang dan mengeras. Setelah “ular cobra” itu benar – benar keras, aku pun menelentang di atas lembaran busa yang terhampar di lantai ini. Dengan sikap menantang, agar Yudah segera mengentotku.
Sebenarnya lubang kenikmatanku sudah basah. Tapi aku tak mau mengatakannya. Biar saja Yudah menyelidikinya sendiri nanti.
Yudah yang sudah telanjang bulat merayap ke atas tubuhku. Mencium bibirku lagi dengan mesranya, sementara batang kemaluannya yang sudah ngaceng itu terasa menempel di selangkanganku. Aku sendiri pun mengangkat baju kaus hitamku tinggi – tinggi, agar sepasang toketku terbuka sepenuhnya. Sehingga Yudah semakin leluasa untuk mengemut puting payudara kiriku, sambil meremas halus payudara kananku.
“ Liz berdarah campuran kan ? “ tanya Yudah sambil menarik celana dalamku sampai terlepas dari kedua kakiku.
“ Iya, “ sahutku, “ Papaku orang Inggris, mamaku orang Indonesia. “
“ Pantesan kulitnya putih bersih gini. “
“ Kakak kandungku lebih putih lagi, “ sahutku yang mendadak teringat pada kakakku, Sis Karen.
Yudah tidak menanggapi. Karena sedang “sibuk” menggores – goreskan kepala batang kemaluannya ke mulut kemaluanku.
Tentu saja kemaluanku makin basah saja dibuatnya.
Dan ketika batang kemaluan Yudah mulai menyelundup ke dalam liang kenikmatanku, spontan aku merenggangkan jarak kedua pahaku selebar mungkin, karena Yudah membenamkan batang kemaluannya sambil berlutut. Sehingga pangkal pahaku berada di atas kedua paha Yudah.
“ Yuuuudaaaah ….. aaaaaa …. aaaaaahhhhhhh ….. “ erangku sambil memejamkan mata.
Apalagi setelah tongkat kejantanan Yudah yang sangat panjang itu membenam sekujurnya, sehingga terasa kepala batang kemaluannya mendesak mulut rahimku. Aku pun merintih lagi, “Oooh Yuuuuuuddd …. punyamu memang panjang sekali Yuuuud ….”
Yudah tidak bersuara. Karena ia mulai menarik batang kemaluan panjang gedenya perlahan – lahan … lalu mendesakkannya lagi …. Membuatku semakin terkejang – kejang dalam nikmat yang mulai kurasakan.
Terlebih setelah Yudah benar – benar mengayun batang kemaluannya, terasa sekali luar biasanya tongkat kejantanan lelaki yang bisa disebut sebaya denganku itu.
Geseran demi geseran dan gesekan demi gesekan batang kemaluan Yudah di dalam liang kemaluanku benar benar terasa. Mungkin karena batang kemaluannya lebih gede dan lebih panjang daripada punya suamiku.
Semua ini punya sensasi tersendiri bagiku. Sensasi yang luar biasa. Sehingga baru beberapa menit Yudah mengentotku, detik – detik menuju orgasme mulai kurasakan. Membuatku makin klepek – klepek dan terlupa segalanya.
“ Yuuud … oooo … ooooo … oooooh …Yuuuuud … entot terus Yuuud … percepat entotannya Yuuuud … ooooooh …. Yudaaaaaahhh ….. “ rintihan histerisku tak terkendali, karena aku sudah melayang ke arah puncak orgasme yang luar biasa nikmatnya ini.
Akhirnya aku mengejang dan menikmati puncak orgasmeku. Liang kemaluanku berkedut kedut, lalu terasa lendir libidoku mengalir … membuat liang kemaluanku semakin basah. O my God … ini nikmat sekali … baru sekali ini aku merasakan kenikmatan bercinta sefantastis ini.
Tapi aku tak mau merendahkan suamiku. Karena itu aku tak mau mengatakan kepada Yudah, bahwa dia lebih memuaskan daripada suamiku sendiri.
Lalu bagaimana dengan suamiku bersama Merry di villa lain itu ? Apakah suamiku juga mendapatkan sesuatu yang fantastis di tubuh Merry. Hmmm … membayangkan apa yang tengah terjadi antara Bang Dias dan Merry, kecemburuanku pun timbul di dalam batinku. Dan anehnya, kecemburuan ini membuat aku jadi bersemangat kembali. Untuk meladeni entotan Yudah yang makin lama makin gencar ini dengan goyangan pantatku yang pernah kupelajari dalam grup senam wanita.
Dengan penuh gairah, kugeolkan pantatku dengan putaran meliuk liuk, seolah sedang membentuk angka 8. Sehingga liang kemaluanku bisa membesot besot dan meremas remas batang kemaluan Yudah dengan kencangnya.
Yudah pun mulai mendengus dengus, “ Uuuuuughhhhhhh ….uuuuughhhh …. Liiiiiz …. uuuuughhhhh …. Liiiiiizzzz …. ini lu…. luar biasa enaknya Liiiiiiiz …. uuuuughhhh …. ba … baru se … sekali ini aku merasakan … yang … yang seenak ini …. Liiiiz …. “
Mendengar cetusan Yudah itu, aku semakin bersemangat untuk menggeolkan pantatku. Bahkan aku ingin agar Yudah merasakan bahwa bersetubuh denganku ini jauh lebih indah dan lebih memuaskan daripada bersetubuh dengan Merry.
Keringat Yudah pun mulai bercipratan ke sana sini. Bercipratan juga ke atas tubuhku, bercampur aduk dengan keringatku sendiri. Alat kejantanannya pun semakin gencar mengentot liang kenikmatanku. Bahkan pada suatu saat Yudah minta agar aku miring ke kanan. Aku pun mengikutinya. Aku jadi miring ke kanan, tidak celentang lagi.
Lalu Yudah melanjutkan aksinya. Mengentotku dengan gencarnya. Bahkan terdengar suaranya di antara dengus – dengus nafasnya, “ Oooooohhhh … Liiiiiiz … aaaaa … aaaaku uuuuugh … sudah hampir ngecrot Liiiz …. uuu … uuuugh … “
“ Ayo barengin Yuuuud …. oooooohhhhh …. “ cetusku histeris.
Akhirnya Yudah mencabut zakarnya yang lalu menyemprot nyemprot air maninya ke permukaan kemaluanku.
“ Kenapa dilepasin di luar Yud … ? Ayo masukin lagi …. “ protesku, karena aku sendiri sudah hampir orgasme.
Yudah pun membenamkan lagi batang kontolnya ke dalam liang memekku. Pada saat itulah aku berhasil mencapai orgasmeku yang … keempat kalinya. Karena diam diam tadi aku sudah orgasme 3 kali, tapi tak pernah kuucapkan pada Yudah.
Betapa indahnya orgasmeku yang keempat kalinya ini. Bahwa ketika kepala zakar Yudah mendesak mulut rahimku, liang kemaluanku pun berkedut kedut indah, sambil mengalirkan lendir libidoku.
Ooooh … tak pernah aku mengalami orgasme yang seindah ini.
Lalu terasa batang kemaluan Yudah menciut dan melemas. Akhirnya alat vital lelaki tampan itu terlepas dari liang kenikmatanku.
“ Terima kasih Liz. Akhirnya kunikmati juga tubuh Liz yang sudah sejak lama kudambakan, “ ucap Yudah disusul dengan ciuman mesranya di bibirku.
“ Aku juga merasa telah mengalami sesuatu yang paling indah di dalam hidupku. Terima kasih Yud, “ sahutku sambil tersenyum.
Lalu Yudah mengajakku pindah ke kamar. Aku mengangguk, lalu bangkit berdiri dan melangkah agak gontai menuju kamar. Dan langsung masuk ke kamar mandi, untuk membersihkan air mani yang berceceran ke pangkal paha. Sekaligus mencuci celah kemaluanku juga.
Kupakai shower untuk memancarkan air hangat, sehingga akhirnya aku mandi juga.
Ketika aku sedang memancarkan air shower ke kepala dan sekujur tubuhku, Yudah masjuk juga ke kamar mandi. “Aku juga ingin mandi, supaya badan kita segar kembali, “ kata Yudah sambil mengambil handy shower yang sudah kugantungkan di dinding, karena aku mulai menyabuni tubuhku.
Waktu Yudah menyemprotkan air hangat ke badannya, aku agak menjauh. Karena belum selesai menyabuni tubuhku. Tapi Yudah tak cuma menyemprotkan air hangat ke badannya. Namun juga menyemprotkannya ke arah selangkanganku. Kemudian ia menyabuni kemaluanku dulu sebelum menyabuni badannya sendiri.
“ Memekku udah bersih Yud, sampai ke sela – selanya juga udah, “ ucapku sambil memegang batang kemaluan Yudah yang masih lemas. Lalu meremasnya perlahan.
Hanya beberapa detik aku meremas ular cobra Yudah … sedikit demi sedikit alat kelamin lelaki tampan berdada penuh bulu itu pun mulai membesar dan memanjang. Kuremas – remas terus sambil menahan tawaku.
Akhirnya batang kemaluan yang panjang gede itu ngaceng sekali. Pertanda bisa diajak “bergulat” lagi. Dan memang itu yang Yudah lakukan. Ia mendesakkanku ke dinding kamar mandi yang dilapisi keramik putih itu. Kemudian puncak tongkat pusakanya dicolek – colekkan ke belahan kemaluanku. Dan akhirnya Yudah berhasil membenamkan lagi batang kejantanannya dalam keadaan sama sama berdiri ini.
Kemudian Yudah memeluk sambil mencium bibirku, sedangkan zakarnya mulai mengentot liang kewanitaanku yang basah dan licin oleh air sabun ini. Aku pun mendekap pinggang Yudah, sementara dadanya yang berbulu lebat itu menempel dengan sepasang payudaraku. Jelas ini menimbulkan geli geli enak di sepasang puting payudaraku, karena dada kami selalu bergerak gerak ke sana sini, terbawa oleh ayunan batang kemaluan Yudah yang mulai mengentot liang kemaluanku.
Lagi lagi batinku dibuat melayang layang oleh buaian birahi. Membuatku terpejam pejam dalam nikmat yang sulit dilukiskan dengan kata kata.
Kenapa aku merasakan setiap geseran dan gesekan zakar Yudah sebegini nikmatnya. Jauh lebih nikmat dari semua ML yang pernah kualami bersama suamiku sendiri. Apakah karena aku sedang dibantu oleh setan, agar aku ketagihan sama tongkat kejantanan Yudah ?
Entahlah.
Yang jelas dalam tempo singkat saja aku sudah mengalami orgasme yang luar biasa nikmatnya. Tapi aku masih ingin merasakan entotan Yudah lebih lama lagi. Kalau perlu dientot semalam suntuk pun aku mau.
Aku memang seorang wanita yang sangat menggilai hubungan sex. Sehingga seringkali suamiku kewalahan. Karena aku ingin agar suamiku menggauliku paling tidak 3 kali sehari. Tapi suamiku hanya mampu menyetubuhiku 2 hari sekali. Dengan alasan, jangan berlebihan dan jangan memaksakan diri.
Maka sekaranglah saatnya untuk menikmati kejantanan Yudah sepuas mungkin. Aku tak mau menyia nyiakan kesempatan baik ini.
Yudah memang lelaki muda yang tangguh dan perkasa. Setelah aku orgasme 3 kali, barulah dia membenamkan batang kejantanannya sedalam mungkin. Lalu terasa zakar yang sangat panjang itu mengejut ngejut di dalam jepitan liang kewanitaanku. Lalu Yudah mengejang dengan nafas tertahan, sementara moncong penisnya memuncratkan air maninya berkali kali di dalam liang kewanitaanku.
Creeeeeeetttttt … croooottttttttttttttt … cretttt …. croooooooooooottttttt … crooooooooootttttt …. cretttttttt …. crooooooooooooooooootttttttt ….. !
Oooh, betapa indahnya semprotan lendir hangat yang membanjiri liang kenikmatanku ini. Sungguh mengesankan. Bahkan paling mengesankan selama aku mengenal sex ini.
Kemudian kami melanjutkan mandi sampai bersih dan bersama sama mengeringkan badan kami dengan handuk masing masing.
Lalu kami keluar dari kamar mandi dalam keadaan sama sama telanjang namun dengan badan yang telah segar kembali.
Namun setelah berada di dalam bedroom, Yudah memegangi batang zakarnya yang ternyata sudah ngaceng lagi … !
“ Gila … ! “ seruku tertahan, “ udah mau joss lagi ? “
Yudah mengangguk sambil tersenyum. Lalu mendorongku ke atas bed, sehingga aku celentang lagi. Dan membiarkan Yudah memasukkan kembali zakarnya ke dalam liang kewanitaanku.
Ooooooh … ini semua jadi detik detik yang kudambakan sejak lama. Bahwa pasangan seksualku harus seperkasa Yudah ini. Sehingga aku bisa menikmatinya sepuas mungkin. Mungkin karena pada dasarnya aku ini berhawa nafsu besar terhadap hubungan badan dengan lawan jenis kelaminku. Namun selama ini aku sembunyikan terus di dalam hati, karena sebagai seorang wanita aku merasa malu untuk mengakui hasrat birahiku yang sering meledak ledak seperti ini.
Batang kemaluan Yudah mulai maju mundur lagi di dalam jepitan liang kewanitaanku yang mulai dibasahi lendir libidoku ini. Membuatku tak lagi diam. Membuat bokongku gatal kalau tidak kugeolkan sebinal mungkin, agar Yudah menganggapku perempuan yang paling memuaskan di dunia ini. Selain daripada itu, ketika bokongku digeolkan sebinal mungkin, clitorisku jadi sering bergesekan dengan batang kejantanan Yudah yang panjang gede itu. Akibatnya, dalam hitungan menit aku sudah mencapai orgasme lagi. Namun aku tak mau mengakuinya secara lisan. Aku hanya terdiam beberapa detik, lalu mulai menggoyang bokong semokku lagi.
Lendir libidoku yang mengalir ketika orgasme barusan, membuat kontol Yudah lancar mengentot liang kenikmatanku. Maka aku pun mengangkat sepasang pahaku, sehingga kedua lututku berada di atas sepasang payudaraku. Entotan Yudah pun semakin cepat. Menabrak nabrak bagian yang terdalam di lubang surgawiku.
Yudah bukan cuma mengentot liang kenikmatanku, tapi juga meremas sepasang payudaraku yang berukuran sedang tapi masih padat kencang ini. Terkadang Yudah mengentotku sambil mencium dan melumat bibirku. Yang tentu kubalas dengan lumatan binal pula. Di saat lain Yudah menjilati leherku, menyedot nyedot puting payudara kiriku sambil meremas remas payudara kananku.
Ooooo … betapa indahnya perilaku seksual yang sedang diperagakan oleh teman suamiku ini. Sehingga aku seolah sedang melayang layang di langit tinggi, langit yang ketujuh bertaburkan bunga bunga surgawi.
Padahal tubuh Yudah sudah bermandikan keringat lagi. Sebagian berjatuhan di atas tubuhku dan bercampur aduk dengan keringatku sendiri.
Namun Yudah seperti tak cukup dengan menjilati leherku yang sudah keringatan ini. Pada suatu saat dia pun menjilati dan menyedot nyedot ketiak kiriku. Membuatku terpejam pejam saking gelinya. Geli yang enak. Geli yang membuatku semakin melayang layang diterpa badai birahi yang indahnya sulit dilukiskan dengan kata kata belaka.
Desahan desahan napasku sudah berubah jadi rintihan rintihan histeris yang tak terkendalikan lagi. “Yuuudaaaaahhh …. aaaaaaa … aaaaaaaah …Yuuuuuud …. aaaaaaahhhh … ini luar biasa indahnya … Yuuud … jangan cepat cepat dimuntahkan ya Yuuuddd … aku ingin menikmati multi orgasmeku Yuuud … entot terus Yuuuuddd … ini luar biasa enaknya … Yuuuddd … “
Lalu aku menikmati orgasmeku lagi untuk yang kesekian kalinya. Membuatku lunglai beberapa detik. Tapi lalu bergairah lagi untuk mengejar orgasme berikutnya.
Sampai pada suatu saat, ketika Yudah menyatakan sudah bakal ejakulasi, aku pun menanggapinya, “Barengin Yud … biar lebih nikmat … ! “
Lalu batang kejantanan Yudah menggenjot liang kewanitaanku dengan cepatnya. Dan ketika aku tiba di puncak kenikmatanku, Yudah pun membenamkan zakarnya sedalam mungkin. Kepala penisnya terasa mendorong mulut rahimku. Dan ketika liang kewanitaanku berkedut kedut sambil mengalirkan lendir libidoku, penis Yudah pun mengejut ngejut sambil memuntahkan lendir surgawinya.
Cretttt … croooooooottttt … croooooooooooooooottttt … cretttt … crooooooooooooooootttttt … crettt …!
Lalu kami terkulai dan terdampar di pantai kepuasan.
( Bersambung )
Terakhir diubah: