Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Rumble X Riot!

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
slow gan mgkn sang pengarang lg sibuk di rl atau masi ngrasa kurang pas critanya mari disimak bersama2 :)
 
Orang sabar disayang Tuhan.
Orang sabar disayang ts..
:beer:
 
EPISODE IV: More Secret







Sudah tiga hari Sapto dirawat di rumah sakit. Selama itu pula, kondisinya masih berada di level kritis. Aku dan Helen bergantian menemani Sapto, dan selama itu juga kami berdua tidak sekolah. Rasanya, ini terlalu berlebihan. Menghajar orang sampai babak belur dan koma? Itu bukan lagi tentang siapa lebih kuat dari siapa, tapi mengarah ke sadis.

Dan kini aku berada di rumah sakit, menemani Sapto lewati masa-masa kritisnya. Sementara Helen sekolah, untuk mengkoordinir teman-teman sekelas. Sesekali, aku gunakan waktu luang ini untuk merenung. Aku sudah masuk terlalu jauh ke dalam intrik internal sekolah ini. Terlalu jauh, sampai keluar pun rasanya sudah terlambat.

"Yang," begitu sapa Helen ketika baru tiba sepulang sekolah. "Gimana keadaan Sapto?"

"Yah, masih gini-gini aja," jawabku. "Ga tau kapan sadarnya. Gimana di sekolah?"

Helen menghela nafas. Lalu dia tiba-tiba duduk di pangkuanku. "Kacau. Jon ngilang terus, Hilman sama Nia asik sendiri, aku dicuekin Dira, dan yang lain seakan tutup mata semenjak kejadian Sapto dihajar Kai itu tuh. Oh iya, ada lagi," katanya.

"He? Apaan?"

"Kai mendominasi kelas satu. Kecuali 1-A, 1-C, dan 1-F, sisanya udah dia ambil alih. Otomatis, ngalahin dia jadi lebih susah, tapi juga lebih menantang. Kalau kita, bisa kalahin Kai, jadi selangkah lebih jauh ke 'atas' ya?"

"Tapi ini bukan waktunya. Temen kita masih koma, dan ga tau kapan sadarnya. Masa iya kita mau serangan balik sekarang?"

Tapi Helen punya pendapatnya sendiri. "Tapi sekarang waktunya. Kalau engga, makin susah kita kalahin dia. Kamu janji mau bawa aku ke 'atas' kan?"

"Tapi--"

Helen merangkulku, kemudian mendaratkan ciuman di kening. Dadanya yang besar, membuat wajahku mendarat disana dan jadi agak susah bernafas. "Demi temen-temen loh, bukan cuma demi aku aja."

Aku hanya bisa diam. Ternyata firasatku semakin mendekati kenyataan. Aku bisa membaca dari sikap Helen, bahwa dia hanya ingin aku menjamin dia untuk jadi penguasa sekolah. Salah satunya ya, dengan status pacaran ini.

"Oh iya, besok kamu masuk ya? Udah tiga hari loh," kata Helen mengganti topik.

"Emang ngaruh masuk apa engga?"

"Ya masuk aja. Siapa tau suasana berubah kalau ada kamu."

Aku mengangguk, lalu kembali diam. Sekilas, aku memperhatikan Sapto, dan menyadari bahwa ada gerakan pada jarinya. Aku yang panik, buru-buru menyuruh Helen bangun, dan aku sendiri langsung memanggil suster jaga.

Semoga Sapto cepat membaik.


***


Kelas kami kini kedatangan guru olahraga! Padahal dari pertama aku masuk sampai tadi pagi, belum pernah ada guru yang masuk ke kelas ini. Baru tadi pagi, ketika kami sedang ribut-ributnya, si guru masuk. Dan dia...

Bertato.

Ta-tapi dia cantik. Tapi kontur mukanya juga tegas. Dan sepertinya yang satu ini agak menyeramkan. Aura yang dia pancarkan mirip dengan Naga. Cuma bedanya, sepasang mata tajam itu yang selalu mengintimidasi.

Dia berdiri di depan papan tulis, bertolak pinggang sambil mengamati kami dalam diamnya. Postur badannya bagus, agak kekar tapi berdada lumayan besar. Ah ya, wanita dewasa memang selalu berdada besar. Dan si guru ini, hanya memakai tanktop hitam yang memperlihatkan sedikit belahan dada. Perutnya juga rata, mungkin dia sering sit up. Who knows, secara dia guru olahraga. Tapi, tapi... tato nya itu...

"Hel, guru olahraga kita tatoan gini?" tanyaku pada Helen.

Helen mengangguk penuh semangat. "Keren ya tatonya? Tribal gitu. Ini kedua kalinya Miss Jojo masuk ke kelas ini loh," jawab Helen. "Hal yang langka, bagi guru-guru sekolah ini untuk dateng ke kelas, yang. Kalau ada guru yang dateng, berarti kelas itu lagi disorot. Nah itu berarti--"

"Masih mau lanjut berisiknya, Helena?"

Ah, si guru menegur Helen dengan ketus. Dan Helen seketika langsung diam. Berarti ada yang jauh lebih menyeramkan dari Helen dan Naga!

"Mungkin diantara kalian ada yang lupa. Jadi, saya mau memperkenalkan diri lagi. Nama saya Joanna, dan kalian bisa panggil saya dengan sebutan Miss Jojo. Saya adalah guru olahraga kelas satu dan dua, dan berhubung metode mengajar saya menerapkan efisiensi, maka di tiap praktek saya akan menggabungkan antara kelas satu dan dua yang jam pelajarannya sama. Sampai disini cukup jelas?"

Hampir semua murid mengangguk bersamaaan. Miss Jojo benar-benar mendominasi suasana kelas.

"Jika sudah jelas, kita bisa mulai prakteknya. Kebetulan hari ini olahraganya bertema permainan. Pernah main 'halangan'?"

"Itu permainan yang kita mesti lewatin garis yang dijaga lawan ya, Miss?"

"Oh tau, yang waktu kecil kita sering main itu ya?"

"Kok main halangan? Kenapa ga bola atau basket aja?"

Tapi Miss Jojo tersenyum menyeringai. Kuyakin, dia punya maksud sendiri tapi entah apa.

"Jadi, ayo kita semua ke lapangan. Ganti baju kalian dengan baju olahraga," kata Miss Jojo sambil lalu.

Jadilah kami kebingungan. Sebagian besar, malah bisa kubilang semua, murid tidak ada yang membawa baju olahraga. Karena memang biasanya tidak ada guru yang masuk ke kelas, maka jadi kebiasaan bagi para murid untuk mengabaikan jadwal pelajaran. Tapi mendadak seperti ini?

"Kalau tidak ada yang bawa, bisa pakai seragam kalian. Tapi," Miss Jojo terkekeh, "mungkin nanti kalian akan ganti seragam baru."

Kami keluar kelas, mengikuti Miss Jojo ke lapangan. Dari kejauhan, tampak kerumunan murid-murid yang sedang berdiri di tengah lapangan. Banyak dari mereka yang melihat kesini, dan aku teringat akan penjelasan Miss Jojo tadi. Berarti, kita akan olahraga bareng kelas dua?

Ketika jarak antara kami semakin dekat, aku bisa melihat wajah yang benar-benar kubenci. Tanganku mengepal, ingin segera meninjunya. Cowok itu, berdiri di tengah kerumunan sambil melihatku dengan sinisnya. Tersenyum licik dan bersiul riang seakan menantang. Dia, yang telah membuat temanku koma. Kai.

"Baik, karena jam pelajaran yang sempit, maka saya akan jelaskan aturan mainnya. Satu-satunya aturan adalah, tidak ada aturan sama sekali. Adapun syarat kalian untuk menang, adalah ketika salah satu anggota tim mencapai garis awal dimana mereka memulai. Hanya satu poin, dan saya yakin ini tak akan mudah. Jadi, silahkan untuk para ketua kelas memilih anggota tim nya. Oh ya, empat orang," jelas Miss Jojo.

"Jon, berarti kita diadu dong?" tanya Hilman. Sedari tadi, kulihat dia yang paling bernafsu membalas dendam.

Jon cuma mengangkat bahu. Dia dengan sigap menunjuk Hilman, Helen, kemudian aku. Tunggu, aku?!

"Jon, kenapa gue? Gue kan fisiknya ga sekuat elo-elo pada. Yang ada malah nyusahin kan!"

Tapi Jon tetap berkeras dengan pilihannya. Aku yang mau tak mau ikut, segera maju menuju lapangan bulu tangkis, menyusul Kai dan teman-temannya yang lebih dulu ada disana. Tak kami perkirakan sebelumnya, jika yang kami hadapi adalah kelas 2-A.

"Jadi, siapa yang mau jaga duluan? Oh iya, kelas kami aja. Kelas dua," Kai tersenyum mengejek, "harusnya ngalah sama kelas satu."

Hilman hampir saja meninju Kai, jika tak dicegah oleh Jon. Ketua kelas kami masih tampak tenang, meski aku tahu sekujur tubuhnya gemetar menahan amarah. Akhirnya, Jon dan Kai melakukan lempar koin; Jon memilih angka, sedangkan Kai pilih gambar.

"Yep, angka. Kalian duluan," kata Kai, sinis.

"Tim 1-F sebagai tim lawan, dan tim 2-A sebagai tim jaga. Ini hanya game satu ronde, jadi seriuslah," kata Miss Jojo. "Tim lawan, berbaris di depan."

Aku, Jon, Helen, dan Hilman berbaris sejajar di luar lapangan bulu tangkis. Sementara net dilepas agar tidak mengganggu, tim jaga mengambil posisi garis masing-masing. Lalu, satu murid membuat garis di posisi sejajar net tadi dipasangkan dengan kapur. Susunan tim jaga membentuk formasi tiga garis horisontal; satu cowok di garis depan, satu cewek di garis tengah, dan Kai di garis belakang. Sementara satu cowok berada di garis vertikal.

"Oke. Jadi cowok yang di depan itu namanya Arnes, setipe sama Hilman; temperamental dan gampang diprovokasi," sela Mira, tiba-tiba. Aku tak tahu darimana dia datang, yang jelas dia sudah berada di sampingku. Dan rupanya bukan cuma aku yang tak menyadari keberadaan Mira.

"Kamu ngapain disini, Mir?" tanya Helen, agak ketus.

"Loh, kalian ga tau? Aku mulai sekarang jadi asistennya Elang, sekaligus aliansi kalian kan. Jadi, disini tugas aku bantu kalian susun strategi," jawab Mira sambil tersenyum riang.

"Asisten-what? Mira, kamu--"

Tapi Mira tak menggubris Helen. Dia malah kembali melanjutkan penjelasannya. "Nah, cewek yang ditengah itu namanya Sisil. Agak random, tapi genit. Tapi kalau Kai sengaja pilih dia, pasti Kai punya rencana. Terus, yang jaga garis vertikal itu namanya Herman. Anaknya lamban, tapi dia kuat. Ingat, dari awal Miss Joanna ga beri aturan di permainan ini. Jadi, cara kasar sekalipun diperbolehkan," jelas Mira, mengakhiri kalimatnya.

"Terus, Kai gimana?" tanyaku.

"Oh iya, aku lupa. Kai itu, dia cepat. Cuma itu yang aku tau. Jadi, dari data tadi, strategi apa yang mesti kita susun, Elang?"

Strategi? Strategi apa? Emosi sudah mendominasi, mana bisa aku berpikir jernih disaat seperti ini? Satu-satunya hal yang aku inginkan adalah mematahkan jari-jarinya, persis seperti yang dia lakukan kepada teman kami.

"Udah, lawan aja. Yang penting kita tau karakter masing-masing," sela Jon. "Siap-siap, kita bakal babak belur kayaknya."

Miss Jojo bersiap meniup peluit, dan ketika bunyi lantang peluit dibunyikan maka...

"Gue masuk!"

Hilman melewati Arnes dengan mudah, disusul Jon dan aku. Sementara Helen tertahan di depan. Arnes tak memberinya celah untuk melewati garis.

Hilman yang terpisah dengan aku dan Jon, dijaga ketat oleh Sisil; sementara aku dan Jon dengan mudah melewati garis tengah tapi ketika ingin melewati garis vertikal, Herman menyeruduk. Jika saja Jon tak menarik kerah belakang, maka aku akan terpental dihajar bahu Herman. Dan sekarang, kami terjebak berdua dikepung oleh Kai dan Herman.

"Jon, ini gimana?" tanyaku, panik.

Jon berusaha mengecoh Kai, tapi cowok itu tetap tenang. Dia hanya diam, memperhatikan kami. Dan ketika aku melihat celah untuk dilewati...

"Kena!"

Aku menengok ke belakang. Ternyata Hilman tersentuh oleh Sisil ketika ingin melewati cewek itu. Kami berteriak kecewa, dan sesekali Helen menggerutu pada Hilman.

Sekarang, ganti aku yang jaga di bagian belakang. Sementara Helen di tengah dan Jon di garis vertikal. Hilman yang ada di depan, dengan rpmudah dikecoh sehingga Sisil, Kai, Arnes, dan Herman dengan mudah masuk ke bagian tengah lapangan. Empat orang sekali masuk, ini gawat! Tapi ada apa dengan Hilman? Dia seperti menahan diri, atau mungkin, sengaja kalah.

Persaingan sengit terjadi di tengah, Helen tak membiarkan satupun lewat. Dia merenggangkan tangan lebar-lebar, bereaksi jika ada yang mendekati garis. Tapi tipuan dari Kai membuat Helen lengah. Sisil dan Arnes bisa lewat dengan mudah. Tapi tunggu, Kai sengaja menyentuhkan diri ke Helen! Akhirnya, kami kembali mendapat giliran jadi tim lawan.

Dan aku mencium ada hal yang tak beres!

"El, Jon, maju aja. Gue di depan," kata Hilman. Kulihat, sesaat dia melirik Sisil yang ada di tengah.

Dan ketika Jon maju, dia mengendurkan kecepatan larinya karena tak ingin menubruk perempuan. Tapi saat dia bergeser, Jon lupa bahwa Herman yang menjaga garis vertikal. Telak, Jon kena hantam dan membuatnya terpental cukup jauh.

Dan giliran-giliran berikutnya lebih parah. Aku kena tendang, Jon kembali ditubruk, Helen kena tampar, sementara Hilman terjatuh karena di tackle. Mereka memang sengaja merencanakan sesuatu!

"Oh, gitu mainnya," kata Jon sambil agak meringis. "Mereka sengaja jadi tim jaga biar kita babak belur, terus pas kita udah capek, mereka jadi tim lawan dan bisa dengan gampang ngalahin kita."

"Terus, jadinya gimana?" tanya Helen.

"Gini aja Hel," balas Jon. "Lo jaga di depan, jagain tuh si Arnes. Sementara gue jaga di tengah, Hilman di garis vertikal. Nah, lo jaga di belakang, El. Pokoknya, kita mesti menang."

"Lo keren juga kalo bisa mikir gitu," puji Helen. Dan dia tersenyum manis kepada Jon. Aku agak merasa terganggu. Rasanya tak nyaman di hati ini. Apa ini yang namanya cemburu?

"Helen, provokasi Arnes. Dia kalo setipe sama Hilman, pasti cepet emosian. Dan kalo emosi, jadi gampang lengah. Biarin Sisil sama Herman masuk ke area tengah, sementara Kai pasti nanti masuk ke area belakang. Itu tugas lo buat jaga, El. Sekarang semua siap-siap!"

Benar semua persis seperti perkiraan Jon. Arnes tertinggal di depan, Sisil dan Herman kesulitan lewat karena dijaga Jon dan Hilman di area yang sama. Sementara Kai dengan mudah melenggang masuk area belakang.

"Eh, si cupu. Anda bisa apa ya?" tanyanya, dengan nada mengejek.

Aku hampir-hampir termakan pancingannya, jika saja tak ingat harus fokus. Kai bergeser ke kiri dan kanan dengan santainya, persis seperti yang dilakukan Naga waktu itu. Trik slide. Tapi aku berusaha sekuat tenaga mengikuti gerakan Kai agar tidak lolos. Aku hampir kewalahan ketika Kai makin mempercepat intensitas slide nya, dan ketika Kai melakukan slide ke kanan, aku berusaha menggapainya. Namun Kai menjejakkan kaki ke tanah, dan aku bisa melihat dari gerakan lambat, dia menekuk lutut lalu menggunakan gaya pegas sebagai dorongan. Efeknya, tolakan di kakinya semakin besar, sehingga Kai seperti melompat lalu dengan cepat menghilang dari pandanganku. Aku tanpa sadar juga seperti bergerak dengan cepat, bergeser mengikuti tubuh Kai.

Cowok itu terkejut, lalu mundur selangkah, kemudian bergerak maju. Aku sendiri kehilangan keseimbangan, jatuh di lantai lapangan. Kai kini berada di garis belakang, dan memanfaatkan kelengahanku, dia berlari dengan cepat melewati Jon, kemudian Helen, sampai akhirnya kembali ke titik awal.

"Game set! Pemenangnya tim 2-A!" teriak Miss Jojo.

Aku sendiri, tak menyangka ada manusia yang bisa bergerak secepat itu. Aku masih jatuh terduduk, terpaku memandang kosong. Lalu kulihat Kai mendekatiku. Ada kemarahan tercetak jelas di wajahnya.

"Kenapa lo bisa ngikutin gerakan gue?" tanyanya, dengan suara tercekat.

Aku masih diam. Gerakan? Gerakan yang mana?

"Tapi ga nyangka juga, refleks lo bagus. Minggu," Kai memutar badan, "gue tunggu di atap sekolah."

Kai berlalu, begitupun murid-murid kelas 2-A yang lain. Kini, Miss Jojo yang malah mendekatiku.

"Saya sengaja mengadakan jam olahraga. Kamu harus tahu lawan kamu dulu," katanya.

"Kenapa Miss Jojo bisa tau kalo kita bakal ngelawan kelas 2-A?"

"Gosip menyebar cepat di sekolah ini, Elang. Kamu anak yang menarik, dan saya pribadi memutuskan untuk membantu kamu. Well, setidaknya jadikan kekalahan ini sebagai pelajaran."

Miss Jojo pergi, dan kini aku duduk di tengah lapangan bulu tangkis, kebingungan dan tak tahu apa yang mesti dilakukan. Sekilas mataku melirik Helen, dan dia kini sedang mengobrol akrab dengan Jon. Entah bicara apa, yang jelas keduanya menunjukkan raut wajah tertarik akan pembicaraan yang sedang berlangsung.

"Gue kayaknya ga guna banget hari ini."


***


Sehabis bermain halangan, murid-murid cowok kelasku sepakat untuk bermain bola. Hampir semua, kecuali Jon yang menyendiri entah dimana, dan Hilman yang katanya pergi ke toilet. Dan ketika anak-anak kelas tiga turun untuk memakai lapangan, disaat itu juga permainan kami selesai.

"Elaaaaang, liat Hilman kemana ga?" tanya Nia tiba-tiba padaku.

"Eh-oh, gue ga tau. Tadi sih katanya ke toilet."

"Ohyaudah. Oh iya, Elang disuruh balikin bola ke gudang, tadi kata Miss Jojo."

Aku memicingkan mata. "Elo kali yang disuruh, terus minta temenin soalnya serem disitu, ya kan?"

"Ehehehe, temenin Nia atuh. Sekalian cari Hilman."

Aku pun pergi berdua Nia menuju gudang yang terletak di lantai satu, tepatnya di bagian sudut gedung. Gudang ini, difungsikan juga sebagai ruang loker. Biasanya ruang loker difungsikan ketika ada kegiatan olahraga atau perlombaan, dan otomatis untuk situasi seperti ini loker menjadi sepi. Nuansa yang sepi itu membuat ruang loker terlihat agak menyeramkan. Wajar saja jika Nia minta ditemani, kalau itu aku juga pasti akan meminta hal yang sama.

Sesampainya di ruang loker, kami langsung menaruh bola di keranjang. Namun ketika akan keluar, kami mendengar suara cowok.

"Elo serius Sil, mau maen sama gue?"

Suaranya dari luar ruangan. Dan terdengar suara langkah kaki yang semakin mendekat. Aku sendiri, terasa familiar dengan suara itu. Seperti...

"Elang, itu... suara... Hilman," kata Nia seakan tak percaya.

Maka, ketika terdengar suara pintu dibuka, Nia menarikku masuk ke dalam loker. Aku kini berada di dalam loker, berhimpit-himpitan dengan Nia. Rasanya jengah juga, tapi perhatian Nia teralihkan oleh rasa penasarannya akan si pemilik suara tadi. Dia mengintip lewat celah lubang loker, sementara aku dihimpit ke belakang. Pantat Nia menempel di pahaku, dan ini membuatku benar-benar risih. Tapi Nia seakan tak perduli. Dia tetap mengintip dengan seriusnya.

"Duh Hilman, lumayan gede ya?"

Kali ini terdengar suara cewek. Aku yang semakin penasaran, memutuskan untuk ikut mengintip.

"Emm... yakin nih ga ketauan?"

W-wah, dari balik celah bisa kulihat Hilman yang sedang duduk di bangku panjang, sementara cewek yang kutaksir sebagai Sisil sedang berjongkok dengan kepala turun-naik diantara selangkangan Hilman. Kadang, Hilman mendongak seperti kenikmatan. Apa mereka sedang....

"Hilman keterlaluan! Nia mesti--"

Aku buru-buru mencegah Nia keluar dari ruang loker. "Sabar, tunggu dulu. Kita liat kenapa mereka berdua bisa begitu. Ini bisa jadi bukti," kataku.

"Tapi... Hilman..."

"Sabar dulu, gue tau ini nyesekkin. Tapi kita ga dapet apa-apa kalo grebek mereka sekarang. Siapin rekaman aja."

Maka Nia merogoh saku seragam, merekam suara Hilman dan Sisil. Sambil aku dan Nia juga mengintip perbuatan Hilman dan Sisil. Kini, mereka berdua berdiri. Hilman kemudian membuka kancing seragam Sisil, dan langsung melahap dengan buas kedua buah dada Sisil yang sekal. Tak besar, memang. Tapi kencang.

Hilman kini menghisap puting Sisil, sementara tangan Sisil bergerilya mengocok batang kemaluan Hilman. Sisil sesekali melenguh, yang membuat Hilman semakin bersemangat mencicipi tubuh Sisil. Kini kulihat satu tangan Hilman menyelinap di balik rok, dan tangan itu bergerak dengan cepat seiring tubuh Sisil yang menggelinjang dan dia juga mengeluarkan desahan-desahan.

"Ta...tapi... ehhmm... kenapa lo mau... nerima... tawaran ahhh...ahhh... gue?" tanya Sisi disela desahnya.

Hilman menyempatkan diri menjawab disela kegiatannya menyusu pada Sisil. "Ga ketauan ini. Lagian ini tawaran langka. Kapan lagi gue bisa nyobain maen sama kakak kelas?"

Oh, jadi tadi Hilman memang sengaja mengalah. Pantas dia seperti orang yang tidak niat tadi. Jadi memang ada fakto dari tim kami sendiri yang membuat kami kalah. Dan pengkhianatnya adalah Hilman, teman sekelas kami sendiri.

"Masukin ya?" tanya Hilman sambil tak henti-hentinya menggarap payudara Sisil.

"Wait," Sisil menahan tubuh Hilman yang makin condong. Kemudian dia merebahkan diri di bangku panjang. Lalu mengangkang dan memperlihatkan kemaluannya yang tanpa bulu pada Hilman. Oh, jadi itu yang namanya vagina? Dan cewek ini tidak memakai celana dalam dibalik roknya? Berani juga.

"Gue masukin ya," kata Hilman sambil mendorong pinggulnya. Posisinya duduk menghadap selangkangan Sisil, mendorong batang kemaluanny masuk sedikit demi sedikit melewati pintu vagina Sisi yang sudah basah. Terlihat mengkilap begitu, agak menggiurkan juga.

Maka, ketika batang kemaluan Hilman telah masuk sepenuhnya, dia membiarkan batang itu berada di dalam selama beberapa saat. Sisil sendiri, mendongak sambil mengerang kencang. Ketika Sisil kembali tenang, Hilman mulai memaju-mundurkan pinggulnya, dan Sisil kembali mendesah-desah. Kepalanya bergeleng ke kiri ke kanan, dan Sisil dengan binalnya meremas sendiri kedua payudaranya. Hal ini membuat Hilman makin bernafsu menggenjot Sisil.

Aku yang bingung harus berbuat apa, hanya bisa diam. Tapi Nia bersikap lain. Dia menengok ke belakang, menatapku tajam.

"Nia mau bales dendam," katanya tegas.

"Gimana caranya? Gue ga mungkin menang kalo lawan Hilman."

"Bukan begitu, tapi...," Nia menunduk sesaat, lalu kembali menatapku, "Nia mau Elang 'pake' Nia. Emang cuma Hilman aja yang bisa nakal. Nia juga bisa."

"Nah loh, jangan bercanda! Eh-oh, itu..."

"Nia serius. Kalau Elang ga mau, Nia bisa langsung keluar dari loker dan bilang ke Hilman kalau Elang mau perkosa Nia. Gimanapun brengseknya Hilman, pasti dia percaya sama Nia. Jadi, mau bantu Nia ga?"

Aku bingung. Situasi yang terjepit ini benar-benar membuatku tak punya banyak pilihan. Jika aku menolak tawaran Nia, aku akan mati dihajar Hilman, minimal kondisinya bisa sama dengan Sapto. Tapi jika aku menolak, berarti aku main belakang dari Hilman. Tapi aku juga memikirkan Helen, dan teringat ketika Helen hari ini agak mengacuhkanku dan lebih akrab dengan Jon. Lagipula Hilman juga main belakang dari kami, sehingga kelas kami kalah. Terlepas dari faktor Kai yang terlampau cepat, Hilman juga ikut andil dalam kekalahan kami.

"Yaudah, gue bantu. Tapi kali ini aja," kataku tegas.

Nia lalu memundurkan pantatnya, menempel ketat di selangkanganku. "Ah Elang, sok nolak tapi keras juga. Hihi."

Aku cuma bisa terpaku. Aku sama sekali tak punya pengalaman bermesum ria sampai taraf seperti ini. Yah, pernah sekali-dua kali dalam seminggu bersama Helen. Tapi tak pernah sejauh ini.

"Tapi... ehm... gue... belom... pernah."

Nia kembali tertawa geli. Mungkin kalau dalam kondisi sunyi, tawanya dapat terdengar dengan jelas. Tapi erangan dan desahan Hilman-Sisil terlampau keras sehingga suara bisikan dan tawa tertahan akan lenyap begitu saja.

"Yaudah sini, Nia ajarin. Buka resleting celana dulu, terus keluarin tititnya Elang yaaa~"

Aku menuruti intruksi Nia, membuka resleting celana lalu mengeluarkan batang kemaluanku yang sudah tegak. "Terus?"

"Tangan Elang grepe toket Nia deh, sisanya biar Nia yang bantu."

Aku menuruti intruksi Nia. Tanganku, meski gemetar, mulai meraba dada Nia. Meski masih tertutup seragam, aku dapat merasakan kekenyalan payudaranya. Rabaanku perlahan mulai berganti dengan remasan halus. Pelan tapi pasti, remasan halus ini menjadi semakin kuat. Sementara tangan Nia sibuk menyingkap roknya sendiri, kemudian menurunkan celana dalamnya.

Dan yah, dia menggenggam penisku, lalu dengan lembut mengarahkannya menuju bibir kemaluannya. Rasanya lembut, dan basah. Lalu Nia sedikit menggoyangkan pantatnya, membuat kepala penisku perlahan masuk menguak lubang itu. Geli, tapi lebih banyak sensasi nikmat yang menjalar sampai ke kepala. Ternyata ini rasanya making love? Jauh lebih nikmat dari sekedar dikocok dengan tangan atau dijepit payudara. Tidak, tak bisa dibandingkan. Aku ikut membantu Nia dengan memajukan pinggulku. Dan penis ini masuk semakin dalam, semakin dalam, sampai...

"Aaahh... masuk, Elang nakaaal... Nia dipake iihhh."

Nia mulai menggoyang pinggulnya, seirama dengan tusukan penisku. Ruang yang sangat sempit dan takut ketahuan membuat kami berhati-hati melakukan gerakan. Tapi sensasi ini begitu mendebarkan. Aku tak bisa berpikir bagaimana jadinya jika nanti ketahuan oleh Hilman, tapi remasan-remasan dinding kemaluan Nia membuatku tak bisa fokus. Berbeda denganku, Nia malah mengintip permainan Hilman dan Sisil yang semakin panas. Ada kegeraman dalam raut wajahnya, dan itu membuat goyangan di pinggulnya semakin cepat.

"Eh, eh, Ni! pe... pelan, aduuhh..."

Nia, disela desahnya, berbisik padaku, "enak yah? pernah gini ga sama... ahhh.. ahh... Heleeennn? Duh, kasian... emmhh... jagoan kita ini, Helen nya lagi deket sama... duuhh.... J-Jon... ngggaahhn!"

Mendengar itu, aku semakin mempercepat tusukan pada kemaluan Nia. Aku sudah tak perduli lagi dengan Hilman, Helen, atau Jon. Yang harus kulakukan sekarang adalah menuntaskan hasratku, juga rasa kesal yang kulampiaskan pada Nia. Dan kuyakin Nia juga begitu, mungkin dia terlalu kesal pada Hilman tapi bingung harus apa. Maka, dia ingin membuktikan bahwa bukan hanya Hilman yang bisa berselingkuh. Well, terserah! Pengalaman pertamaku, ironisnya, dengan pacar teman sekelasku sendiri.

Aku lalu membekap mulut Nia yang masih terus saja mengeluarkan desah-desah binal. Meski dibekap, tak membuat Nia berhenti mengerjaiku. Dia malah makin cepat menggoyang pantatnya, serta meremas penisku dengan dinding kemaluannya.

"Ngghh... nggahh... mmff.. Hhell... auuuhh... mmmmhh!"

"Ni.. Ni.. mau... gue cabut ya--"

Tapi Nia malah menekan pantatnya ke belakang, membuatku tak bisa melepaskan penis dari kemaluannya. Aku yang hampir sampai, tak bisa memberontak karena ruang sempit ini, maka pasrah ketika rasa itu semakin memuncak. Akhirnya, tanganku menyelusup ke balik seragamnya, meremas kuat sebelah payudaranya. Sementara tangan satunya masih membekap mulut cewek ini. Aku bersiap menyongsong ejakulasi yang bagai bom, meledak-ledak tak bisa dihentikan.

"Hheellaaangghh... Nnhhiaa.. mmhh.. mmffhh... mhhaauu... ahh.. ahh ahh... hhngghhh...!"

Aku menekan penisku sekuat tenaga, menghantarkan sperma yang bermuncratan langsung ke rahim Nia. Begitupun dengan cewek ini, menggelinjang nikmat, tubuhnya bergetar serta kedua pahanya merapat. Sensasi penis yang dijepit ini membuatku ngilu dan nikmat secara bersamaan, dan makin semangat menghajar kemaluan Nia.

Begitu badai orgasme telah mereda, kami mengatur nafas. Nia mengintip keluar, dan terheran ketika mendapati Hilman dan Sisil telah pergi. Akhirnya, Nia keluar dari loker lalu menungging dengan badan bertumpu di bangku panjang. Disusul denganku, yang malu ketika melihat spermaku sendiri menetes keluar dari lubang vagina Nia.

"Lo bener-bener ya! Gila!" bentakku pada Nia yang masih kelelahan.

Nia hanya tersenyum nakal. "Tapi enak kan? Nikmatin aja sih, dikasih enak juga. Lagi emang cuma cowok brengsek gitu aja yang bisa, Nia juga. Duh, Elang~ selingkuh aja yuk?"

Aku menggeleng dengan tegas. "Engga, cukup kali ini aja. Gue ga mau ngerasa berdosa soalnya makan temen," balasku. "Ayo keluar, udah selesai kan urusan kita disini?"

"Duluan aja, Nia masih capek." Nia menatapku, binal. "Makasih ya Elang, itu jauh lebih enak dari punya Hilman, hihi."

Aku tak menggubrisnya, dan memilih keluar ke koridor. Di luar, ternyata sudah menunggu Mira, dan dia tersenyum amat licik, terarah padaku.

"Kirain setia, tapi ternyata nakal juga. Duh, Tuan Elang, Mii-chan jadi basah nih," katanya, dengan nada mengejek.

Jadi, Mira tahu semuanya? Dan aku seketika merasakan firasat buruk, bahwa ini akan menjadi senjata Mira untuk mengendalikanku, nantinya.

"Mii-chan mau lapor sama Helen ah~ Apalagi kalo Hilman tau, Tuan Elang nanti diapain ya?" Mira berjalan riang meninggalkanku, dan buru-buru kucegah.

"Jangan rese ah, ini ga sengaja serius!"

"Mii-chan ga akan buka mulut, tapi ada syarat khusus."

"Apa?"

Mira membisikiku, "coba sparring sama Naga, terus kasih Mii-chan data-datanya ya. Lagipula, kamu harus belajar beberapa trik dari Naga kalau mau kalahin Kai hari Minggu nanti."

Mira berlalu, dan aku memandangi punggungnya yang terus menjauh. Sekarang, semuanya menjadi semakin rumit.


(Bersambung...)
 
:kopi::baca:
oooooooooooooooooooooooooooooooo

:ngiler:
diperjakain sama nia...
lain kali kau Mira
eh!:takut:

:aduh:
MissJoJo...
bagaimana ini
selanjutnya..
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
nyoba ngikut gayanya suhuu mtroyes ahh hehe :D

ehem

ohh Helen, nasibmu malang
jika tau perjaka si elang
telah hilang
akibat itu batang
masuk ke liang
diantara selangkang

hehe ampun suhuu :ampun: :Peace:
 
:mantap: Gan critanya semakin banyak konflik bermunculan...

:cendol: nya sudah dkirim suhu biar tmbah smangat..
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
wkwkwwkwk..seru nih konflik ya gan...ma adegan ya jg keren..awesome bingits..buruan update gan...
miss-bone-263.gif
 
hohoho jadi ga sabar apa yang terjadi dihari minggu ,
masih nunggu adegan jon + helen , helen + elang , elang + mira
apa jangan2 nanti ada pesta sex di kelas waktu udah berhasil sampe "atas" :pandaketawa:
semakin sulit di tebak
 
Akhirnya ada SSnya elang
Keep up gan sebenenya masih bisa lebih hebat chapter ini gan
Tp tetep bagus updatenya gan
:jempol:
 
nia diperjakain nia diperjakain nia diperjakain nia diperjakain nia diperjakain nia diperjakain nia diperjakain nia diperjakain nia diperjakain nia diperjakain nia diperjakain nia

elang cuma perjakain toketnya helen doang
 
Waduhhhh makkk mkin runyam nih masalah si elang...tpi ttp sesuai dengan nma,psti si elang bsa ngtsinynya,percma dong nma dengan burung pling buas klo ampe klah hahahahaha
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd