Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT RT 06 (NO SARA)

Status
Please reply by conversation.
RT 06
CHAPTER 7


Note :

Dilarang meng copy cerita ini tanpa izin. Jikalau ingin me-repost ,mau copas, mohon nama penulis dicantumkan dan izin dulu melalui DM,. harap cantumkan watermark nama ane Ruang_imajinasi. Jikalau ketauan akan ane kejar akun nya.

Terimakasih ...



Cerita sebelumnya :
Rt 06 : Chapter 6

"Woyy...." teriak Robi kepada kedua preman itu.

Sontak saja Rick dan John langsung menoleh kearah sumber suara. Angelina pun seketika menahan gerakan nya yang sedikit lagi akan membuka kancing celana jeans nya.

"Wah..wah..wah...beruntung sekali kamu manis. Jagoan kamu masih hidup..." ucap John saat Robi memanggil mereka berdua.

"Lu gak denger apa yang gue bilang hah ? Jangan sentuh tunangan gue...gue belum berakhir..." teriak Robi yang kecewa dengan perjanjian yang sudah dibuat.

"HAHAHHA...Masih sanggup lu lawan kita berdua?" Tanya Rick meledek.

"Dasar pengecut..." ucap John.

"Baj***ingan..." gerutu Robi.

Entah dapat kekuatan dari mana, Robi melangkahkan kaki begitu cepat. Wajahnya yang penuh amarah langsung menghampiri mereka berdua. Sontak saja mereka berdua terkejut, wajah Rick dan John yang tadinya sumringah mendadak jadi datar. Robi datang dengan kekuatan penuh dan langsung memukul pipi kiri John dengan tangan kanan nya.

"Bughhh...."

Lalu tangan kirinya memukul perut Rick dengan sangat keras yang langsung mengeluarkan darah segar dari mulutnya.

"eunggh..."

Rasa mules di perut terasa oleh Rick. Dengan posisi masih berdiri, Robi memukul kedua perut preman itu secara bersamaan. Tangan kanan memukul perut John sementara tangan kirinya memukul perut Rick. Teknik yang di tunjukkan oleh Robi mampu membuat beberapa orang melongo dengan kembalinya Robi. Pukulan Robi masih terus dia lakukan, tubuh kedua preman itu nampak lemah. Mereka berdua akhirnya tumbang setelah dipukul berkali-kali oleh Robi tanpa henti.

Setelah puas, Robi lalu menyeret kedua preman itu dan dia bawa menuju halaman tempat kerjanya. Tubuh mereka berdua dijemur bagaikan jemuran baju. Robi nampak santai dan tak merasa kelelahan setelah memukul kedua perut preman itu. Robi lalu duduk disamping mereka sambil menatap keadaan mereka berdua.

Semua orang nampak senang saat Robi berhasil memenangkan pertarungan itu. Mereka mulai mengelilingi Robi sambil sedikit takut jika kedua preman itu bangun. Robi masih nampak stay cool sambil memberi senyuman kepada rekan kerjanya.

"Sob..." ucap Fauzi.

"Robi..." ucap Dendi , Melinda dan Delia hati.

"Ya Tuhann...terimakasih sudah mengirimkan orang baik. Sudah baik, ganteng lagi.***gah juga dehh..." batin Angelina.

"Rob,, baju lu pake.." ucap Yanto sambil melemparkan baju ke arah Robi.

"Makasih bro.." jawab singkat Robi yang langsung memakai pakaian nya.

Robi masih duduk santai di samping preman itu beseerta teman-teman nya. Dia melihat dengan tatapan tajam ke arah kedua preman itu. Kedua preman itu nampak tak bergerak dengan tubuh tanpa kaos yang mereka pakai.

"Mel..P3K..." suruh Fauzi kepada Melinda.

Melinda mengangguk dan berlari kecil untuk membawa P3K. Setelah dibawa, Melinda bergegas menuju Robi dan memberikan sedikit pengobatan. Robi tersenyum dan memegang punggung tangan Melinda.

"Makasih yaa..." ucap Singkat Robi kepada Melinda dengan senyuman nya.

"Ii..-iyaa..." jawab Melinda gugup.

Setelah selesai melakukan pengobatan , Robi lalu berdiri dan menggoyangkan tubuh kedua preman itu. Nampak tak ada pergerakan tubuh, Robi seketika mengecek denyut nadi nya dan masih hidup. Robi beserta rekan kerjanya menunggu kedua preman itu untuk sadar. Dia ingin memberikan sebuah perjanjian yang sempat dia buat untuk segera dilaksanakan.

Beberapa saat kemudian, kedua preman itu mulai sadar. Robi yang sedari tadi duduk di pos satpam mulai bangkit berdiri. Dengan langkah gagah, Robi mengecek tubuh mereka dan sekali lagi Robi mengelilingi mereka.

"Masih untung kalian masih hidup" ucap Robi sambil berdiri di depan mereka.

"Rickk...ayoo.." ucap John mengajak Rick dengan ucapan lemah.

"Dimana tempat kalian? Akan gue lempar sekarang juga..." ucap Robi dengan ancaman nya.

"Ampun..ampunn...kita ngaku kalah..." ucap Rick yang mengakui kekalahan ini.

"Okeee kalau kalian ngaku kdlah, tapi Gue ga percaya kalau kalian mengaku kalah. Sesuai perjanjian kalian ga usah minta jatah lagi kesini. Sekarang gue tanya tempat kalian dimana? Siapa bos kalian dan kenapa meminta jatah lebih setelah dikasih uang? Mau apa kalian sebenar nya?" Teriak Robi kepada mereka berdua.

"JAWAAAABBBBB...." Teriak Robi lagi.

"I-iyaa...kita hanya melakukan sebuah perjanjian..kalau disini..jika tidak bayar pakai uang, diganti dengan wanita uhukk..uhukk.." ucap Rick menjelaskan sambil terbatuk-batuk.

"Siapa yang buat perjanjian itu?" Tanya Robi lagi.

"Boss...bos kami.." jawab John.

"Siapa bos kalian? Tunjukin sekarang juga, kalau engga kalian hidup ga akan tenang.." tanya Robi lagi.

"Nanti juga lu tau sendiri...yang pasti lu ga akan bisa lawan bos kami." Ucap Rick dengan senyuman sinis.

"Baj*ingan kalian..." ucap Robi dengan penuh amarah.

Robi lalu menendang tubuh preman itu sampai tak terkendali. Wajah mereka juga dia tendang sampai mengeluarkan darah banyak. Robi membabi buta menganiaya preman itu sampai dipisahkan oleh ke empat laki-laki cemen disitu karena melihat tubuh kedua preman sudah tak berdaya.

"Sob..udah..sob...nanti dia mati..." ucap Fauzi.

"Robb..udah udah...biarin mereka udah kalah kan..." ucap Dendi dan yanto menenangkan.

Tubuh Robi akhirnya diseret menjauh dari kedua preman itu yang masih tergeletak di halaman dealer mobil. Nafas Robi masih terengah-engah setelah bertempur dengan kecoa nya. Dengan wajah yang masih penuh amarah, Robi akhirnya terdiam sambil menatap kedua preman itu. Robi harus mencari siapa Bos yang memang akan melawan dirinya. Dia juga heran kenapa preman itu malah membuatnya kesal, atau hanya akal-akalan mereka berdua saja?

"Bos nya dimana sih Zi?" Tanya Robi kepada Fauzi.

"Udah Sob, lu istirahat aja dulu ga usah mikirin bos mereka." Jawab Fauzi sambil menenangkan Robi.

"Mereka hanya menggertak saja. Walau gue gatau bos nya, tapi gue yakin sih mereka memang hanya berdua saja." Ucap Fauzi lagi.

"Kenapa lu tau?" Tanya Robi penasaran.

"Gue udah lama disini, ya meskipun lu baru di kota ini tapi gue beruntung sama lu bisa disini. Lu bersihin badan lu dulu aja, nanti gue ceritain" ucap Fauzi.

"Okee..." jawab singkat Robi.

"Oke temen-temen, hari ini kita tutup saja sementara sampai siang. Pak Girwo tolong gerbang tutup dulu,, kita buka seteelah jam istirahat ya.." ucap Fauzi kepada satpam nya itu.

"Oke baik Pak.." jawab Pak Girwo sambil berjalan menuju gerbang.

Robi lalu bangkit berdiri masuk menuju ke dalam diantar oleh Fauzi menuju kamar mandi kantor.

Setelah selesai mandi, Robi lalu duduk bersama rekan kerjanya di sofa milik dealer itu. Fauzi menceritakan kenapa selalu ada preman disini dan awal mula nya.

"Jadi gini Sob. Ini Dealer baru 1 tahun berdiri, gue disini mendapat amanat karena meneruskan usaha dari orang tua gue. Lu tau sendiri lah gue gimana, nah saat pembangunan Dealer, sering banget preman minta jatah, terutama kedua preman itu. Mereka mengaku dari Ormas,. Awal2 gue minta surat nya dan mereka pun memberikan suratnya. Gue lihat ada tanda tangan aparat disini dan mau tak mau gue ngasih buat mereka." Ucap Fauzi.

"Ormas apa?" Tanya Robi penasaran.

"Di surat ada nama Ormas berlogo Naga Hitam , dan saat gue cek google dan tanya kepada orang2 disini itu ga ada. Gue juga heran, tapi gue berusaha positive. Mereka mulai pakai kekerasan karena pas minta jatah pertama kali, gue ga ngasih. Karena gue yakin mereka preman yang mengada-ada. Tapi setelah itu gue pasrah aja, mereka langsung mukulin gue karena sebagai atasan disini. Malah ada karyawan gue yang sampai koma. Saat pembangunan pun, kuli disini hanya bisa diam saja sampai dealer ini jadi" ucap Fauzi lagi.

"Terus kenapa ga ada yang berani ngelawan? Lu cuma pasrah aja gitu?" Tanya Robi lagi.

"Lu bisa lihat lah badan mereka dibanding gue. Makanya gue hubungin lu ya supaya lu bisa jagain kita semua disini" pinta Fauzi kepada Robi.

"Terus gue harus lawan mereka sendirian? Ini karyawan lu termasuk pak girwo hanya nonton aja?" Tanya Robi dengan nada tinggi.

Fauzi , Dendi dan Yanto hanya terdiam. Mereka memang sadar kalau dibandingkan dengan Robi, tubuh mereka jauh. Robi yang berbadan atletis menjadi nilai plus bagi dirinya.

"Gue mau aja Sob, tapi yaa gue bingung karena ga punya ilmu, termasuk dendi dan yanto. Kalau pak girwo dia udah tua . Gue tau saat lu di Bully dan gue jadi penengah karena gue ga suka waktu itu kalau ada temen di bully." Ucap Fauzi.

"Oke Zi, ga masalah. Gue akan membalas budi ke elu, tapi gue minta kepada kalian (dendi dan yanto) belajar ilmu bela diri jika sewaktu waktu terjadi hal kaya gini" ucap Robi menasehati kedua rekan nya.

"Oke Rob ajarin kita2 aja ya" ucap Dendi.

"Pasti itu.." jawab Robi.

"Okee..sekarang kita istirahat dulu saja. Masih ada waku buat kerja , kalau tidak memungkinkan, kita tutup saja hari ini" ucap Fauzi.

Semuanya nampak terdiam sambil melihat kedua preman itu dari dalam dealer. Tubuh mereka masih terdiam dibawah terik sinar matahari. Raut wajah Robi nampak geram melihat mereka. Untung saja dia bisa menaklukan nya.





Sementara itu ...



"Halo cantik...cari siapa?" Tanya seorang pria tua kepada seorang wanita muda.

Wanita muda yang berjilbab hitam itu nampak kebingungan berdiri di depan sebuah gang.

"Ehh..iyaa..sayaa..cari alamat ini" ucap wanita itu kepada pria tua.

"Ohh..kebetulan saya RT disini, mau cari siapa dek?" Tanya Pak RT itu.

"Pak RT ?" Tanya wanita itu keheranan karena sangat kebetulan.

"Iyaa.." jawab Pak RT ramah.

"Sa-saya mau cari kakak saya..kak Robi." Ucap wanita itu.

"Ohh..adek cantik ini adik nya Dek Robi ya.." tanya Pak RT lagi.

"Ii-iyaa Pak..saya sudah telpon tapi ga diangkat terus." Ucap Wanita itu yang ternyata Evi.

"Ohhh..mungkin lagi kerja depan gang sini. Ya sudah kalau mau tunggu dulu di rumah bapak gimana?" Tanya Pak RT.

"Boleh deh Pak sekalian menunggu.." ucap Evi itu nampak girang.

Pak RT lalu mempersilahkan Evi untuk mengikuti langkah kakinya. Perasaan Evi bergidik ngeri saat melewati beberapa rumah di RT 06 ini. Dia melihat ke kanan dan ke kiri beberapa rumah yang ada di RT itu. Ada seorang wanita tersenyum ramah kepadanya, wanita itu tak lain Bu Widya yang sedang menyapu halaman. Evi lalu membalas senyuman wanita itu.

"Itu Bu Widya Dek. Pemilik kontrakan dimana kakak mu tinggal disini.." ucap Pak RT.

"Ohh iya Pak.." jawab singkat Evi.

Lalu perjalanan kaki mereka kembali terhenti di kontrakan Robi.

"Pagi Pak RT, pagi-pagi udah bawa anak orang, siapa ini?" Tanya Anisa yang sedang menjemur pakaian.

"Ohh..ini Dek Evi, adiknya Dek Robi Nis" jawab Pak RT.

"Cantik sekali ya Pak. Jadi inget masa muda..hehhe..halo Evi saya Anisa tetangga Mas Robi.." ucap Anisa memperkenalkan diri.

"Halo Teteh, saya Evi salam kenal ya.." jawab Evi yang begitu senang karena ada yang menyapanya.

"Iyaa...Evi mau dibawa kemana ini Pak RT ?" tanya Anisa.

"Ke rumah Bapak dulu, kunci kosan nya kan dibawa Robi, jadinya dia di rumah Bapak dulu" jawab Pak RT.

"Oalahh. Kenapa ga di sini aja sama aku" ucap Anisa.

"Nanti yaa..." jawab Pak RT sambil mengedipkan mata.

" ya udah aku tungguin ya." Ucap Anisa sambil tersenyum penuh arti.

Pak RT hanya mengangguk, begitupun dengan Evi yang mengucapkan permisi kepada Anisa. Evi semakin kerasan walau baru pertama kali menginjakan kaki di ibu kota ini. Kepalanya kembali melirik kanan dan kiri, langkah kakiny terhenti saat dia melihat satu rumah yang pintunya terbuka dan memperlihatkan ada adegan dewasa. Evi melongo ke arah rumah itu, dia melihat begitu jelas adegan persetubuhan itu.

"Dek Evi.." ucap Pak RT .

"Ehh..iya Pak maaf.." jawab Evi dengan gugup.

"Ayoo...kamu istirahat dulu dirumah Bapak, kamu pasti capek" ucap Pak RT.

"Iya Pak" jawab Evi.

Evi terus memikirkan persetubuhan tadi. Dia mengingat lagi adegan itu yang nampak mirip saat dia menonton film dewasa tadi malam. Si cewek menungging dan si cowo menggenjot dari belakang.

"Apa benar itu gaya Doggystyle ya? Gimana rasanya sih...ahhh jadi kerasa basah dehh..." gumam Evi dalam hati.

Sesampainya dirumah Pak RT...

"Nahhh...ini rumah Bapak Dek Evi, mari masuk" ucap Pak RT sambil masuk ke rumahnya.

"Ehhh..iya Pak terimakasih."

"Bu..ibu...ini ada tamu.." teriak Pak RT kepada istrinya.

"Iya Pak, tamu siapa Pak" tanya Bu RT saat keluar dari dapur dan menuju ruang tamu.

"Ini adiknya Dek Robi, namanya Evi. Dek Robi kan lagi kerja makanya Bapak ajak kesini dulu." Ucap Pak RT.

"Ohh..begitu.. mau minum apa Dek Evi?" Tanya Bu RT.

"Air putih saja Bu.." ucap Evi.

"Baiklah mohon ditunggu ya" jawab Bu RT.

Evi melihat sekeliling rumah Pak RT. Dia melihat beberapa foto di dinding rumah nya. Ada seorang gadis cantik di foto itu yang merupakan Oktavia anak dari Pak RT..

"Itu anak Bapak, dia lagi kerja." Ucap Pak RT yang menyadari kalau Evi melihat beberapa foto.

"Ohhh..iya Pak. " jawab Evi canggung.

"Ini Dek Evi minuman sama cemilan nya..silahkan" ucap Bu RT.

"Terimakasih banyak Bu..." jawab Evi.

"Ohh..yaa..Pak, Ibu harus mengurus jadwal PKK dulu ya.." ucap Bu RT terburu-buru.

"Ohh..iya Bu..silahkan.." jawab Pak RT.

"Mari Dek Evi.." sahut Bu RT.

"Iya Bu, hati-hati" jawab Evi.

Evi nampak ragu tinggak berdua dengan Pak RT dirumahnya. Dia sangat gugup, apalagi paras wajah Pak RT yang terlihat masih muda walau mungkin usianya hampir sama dengan ayah nya.

"Gilaa...serius ini RT disini? Badan nya masih kekar gitu, apalagi wajahnyaa...yaa ampun awet muda..gimana kontol nya yaa.." guman evi dalam hati.

"Dek Evi..." ucap Pak RT membuyarkan lamunan Evi.

"Ehh..iya Pak , hehe gimana Pak?" Tanya Evi yang sangat gugup.

"Diminum loh air nya, mungkin kamu kecapean kan?" Tanya Pak RT.

"Iya Pak terimakasih, saya minum ya.." ucap Evi..

"Iyaa..." jawab Pak RT sambil memainkan ponsel nya.

"Ngomong-ngomong, apa Dek Evi akan tinggal disini?" Tanya Pak RT.

"Tidak Pak, saya cuman main saja. Tadi subuh saya berangkat pakai bis , nah kata kak Robi dari terminal tidak jauh makanya saya mau kesini Pak " jawab Evi.

"Oohh..ya sudah tunggu disini saja ya.." ucap Pak RT.

Evi hanya mengangguk dan sesekali memainkan ponsel nya. Dia nampak kikuk bersama Pak RT. Pak RT pun nampak serius membalas beberapa pesan yang masuk di aplikasi hijau nya. Seketika pula, Pak RT berpamitan kepada Evi karena ada pertemuan mendadak di kantor kecamatan.

"Emm...Dek Evi, Bapak mau pergi sebentar ke kantor kecamatan, apa Dek Evi mau tinggal disini sebentar?" Tanya Pak RT.

"Ohh..begitu, kalau begitu saya ke rumah Teteh siapa yaang tadi dekat Kak Robi.." tanya Evi.

"Oh iya itu Anisa" jawab Pak RT.

"Iya Pak, bagaimana kalau disitu saja? Saya malu kalau disini sendirian" ucap Evi.

"Tidak masalah Dek, cuma sebentar ko ditinggalnya, wong kantor nya dibelakang lapangan ko. " ucap Pak RT.

"Hmmm...ya sudah Pak.." jawab Evi lemas.

"Tenang saja, semua bakal aman ko, Dek evi nonton tv saja ya.. atau mau youtuban boleh ada wifi ko hehe..karokean boleh juga disini bebas.." ucap Pak RT.

Mendengar karokean sontak saja membuat Evi menjadi tersenyum. Pak RT nampaknya sangat tau hobi Evi hehe.. evi memang sangat suka ber-karoke saat dirumah nya.

"Ya sudah kalau begitu, Bapak tinggal dulu ya, makanan nya dimakan ya jangan sungkan-sungkan..assalamualaikum" ucap Pak RT.

"Waalaikumsalam" jawab Evi.

Pintu sudah terttup lagi kini mungkin hanya Evi sendirian dirumah Pak RT. Evi mulai melihat beberapa foto dan mengamati setiap sudut ruangan rumah Pak RT. Dia melihat foto Oktavia yang sangat cantik. Evi kagum dengan wajah cantik Oktavia. Dia kemudian menyalakan tv dan juga menyalakan yutub untuk berkaroke lipsing.

Beberapa lagu dia putar , suaranya sangat merdua sekali mengikuti irama lagu dangdut koplo. Walau berjilbab, namun dibalik jilbab itu ada sebuah bakat yang memang harus dia salurkan.

"Bila ingin melihat kolam di dalam ikaannn...."

Begitulah sepenggal lirik saat Evi bernyanyi di rumah Pak RT sambil bergoyang hot ala tiktoker yang sedang dugem. Selesai satu lagi, Evi mencari beberapa lagu lagi.

Suasana pun menjadi hening. Sayup-sayup terdengar suara desahan dari sebuah kamar. Evi mengerenyitkan dahi nya sambil mendengar dengan sangat jelas.

"katanya ga ada orang, ko kaya ada suara desahan ya?" Batin Evi.

Langkah kakinya mulai menyusuri suara itu dan mengarah ke sebuah kamar . Pintu kamar itu terbuka, Evi kemudian melihat apa yang terjadi di dalam kamar itu. Mata Evi terkejut saat melihat dua orang wanita sedang di mabuk asmara. Dua wanita itu sedang berciuman mesra sambil meremas kedua payudara nya.

Evi melihat dengan seksama Adegan hot itu dan ternyata itu Oktavia, anak Pak RT. Wanita yang diatas itu memang oktavia, yang dibawah nya Evi tidak tahu. Oktavia lalu mengarahkan sebuah dildo yang sudah menempel di pinggang nya membentuk seperti sebuah penis yang akan menusuk vagina seseorang.

Dengan diberi ludah, dildo itu akhirnya masuk ke dalam vagina wanita dibawah itu. Lampu kamar yang sedikit terang itu sudah cukup untuk menghiasi adegan panas sesama wanita itu. Evi masih melongo, menelan air ludah nya sendiri melihat adegan yang baru pertama dia lihat. Evi nampak jijik dengan adegan l3sbi itu namun dia juga penasaran dengan live show sesama wanita muda itu.

Mata Evi menolak namun hati penasaran. Dia terus menyaksikan cumbuan demi cumbuan di kamar itu. Oktavia begitu liar mencium bibir wanita muda itu sambil terus menusukan dildo ke dalam lawan main nya.

Tanpa sadar, tangan Evi mengelus vagina nya sendiri dari luar rok yang dia pakai. Evi mulai terangsang dengan adegan lesbi menjijikan buat dirinya. Matanya terpejam namun sesaat kemudian matanya seketika terbuka. Teriakan suara Oktavia membuyarkan kenikmatan sesaat Evi. Matanya melihat saat kedua insan sesama jenis sedang bergairah memacu birahi.

Evi lalu mundur dan kembali menuju sofa ruang tamu Pak RT. Dia mengatur nafas yang sedang tak beraturan itu, dia meminum pemberian Bu RT tadi sampai habis. Sesaat kemudian pikiran nya mulai tenang,nafas nya sudah bisa teratur kembali. Evi terus memikirkan kejadian itu yang tak pernah dia lihat sebelumnya.

"Jijik banget sih, apa mereka gak doyan kontol? Ko malah lesbiann..iihhh..." ucap Evi dalam hati.

"Tapii..ko aku bisa terangsang sih,,apa jangan-jangan memmang enak..emmm..." ucapnya lagi.

Evi lalu memejamkan mata. Dia mengingat adegan hot itu lagi. Tangan nya kembali masuk ke dalam rok panjang yang dikenakan nya, sementara tangan kiri nya meremas payudaranya dari luar. Nafsu birahi yang memang selalu ada di tubuh nya yang berjilbab itu dia mainkan di rumah orang. Dia mulai berani mencoba untuk melakukan nya di rumah Pak RT.

"Sshhh....ahhh..." desah Evi saat tangan kirinya memainkan puting payudaranya yang masih terbungkus rapih di dalam bra dan baju yang dikenakan nya.

Tangan kanan evi semakin masuk kedalam cd yang dipakainya. Area klitoris nya yang sudah menegang mulai dia mainkan. Nafsu yang sudah diubun-ubun nampak menyelimuti dirinya, tak peduli dia berada dirumah orang.

"Ouhhcc...aahhh...teh okta..koo..ahhh..cantikk...sihh...emmpp..."

Jarinya sudah basah keluar masuk di sela-sela cd nya. Tak lama jarinya dia kulum dengan begitu nafsu. Matanya masih terus terpejam sambil membayangkan adegan lesbian tadi. Nafasnya mulai tak beraturan, kepala Evi bergerak ke kanan dan ke kiri. Tubuhnya begitu menikmati saat nafsu yang sudah diujung akan segera terselesaikan, namun semuanya sirna saat ada suara yang membuyarkan nafsu birahi nya.

.

.

.

.

Tokk..tokk..tokk...



.

.

.

.

.

To be continued.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd