Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG RIMBA ASMARA

Thema apakah yang paling anda gandrungi dalam Sub Forum Cerita Bersambung ini?

  • Hubungan sedarah atau incest, dengan mama atau saudara kandung

    Votes: 316 17,6%
  • Hubungan setengah baya atau MILF, antara yang muda dengan yang tua

    Votes: 239 13,3%
  • Hubungan sex Cukold, eksib, voyeur, mengintip dan di tempat umum

    Votes: 132 7,3%
  • Hubungan sex di kalangan remaja atau SMU/pesantren/sederajat

    Votes: 99 5,5%
  • Hubungan sex di kos-kosan mahasiswa/mahasiswi

    Votes: 85 4,7%
  • Hubungan sex Perkosaan

    Votes: 46 2,6%
  • Hubungan Sex affair di kalangan bisnis atau antar pegawai kantoran

    Votes: 99 5,5%
  • Hubungan sex dengan Bini Orang

    Votes: 159 8,9%
  • Hubungan sex dengan Laki Orang

    Votes: 16 0,9%
  • Hubungan sex di kalangan selebriti Indonesia

    Votes: 80 4,5%
  • Hubungan sex di pedesaan/ di perkampungan

    Votes: 88 4,9%
  • Hubungan sex dengan wanita berhijap/kerudung

    Votes: 332 18,5%
  • Hubungan sex romantis

    Votes: 62 3,5%
  • Scandal sex para politisi atau pejabat

    Votes: 19 1,1%
  • Hubungan sex lesbian/gay

    Votes: 16 0,9%
  • Hubungan sex lainnya

    Votes: 8 0,4%

  • Total voters
    1.796
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Judulnya sih sudah oke masuk ke inti cerita kembali " RITUAL AIR TUJUH CURUG ' tapi ternyatamas Kasman masih sama 1 sendang milik mbake Prily.dam langssung Owwih.

Ya Sudah tunggu dah mas kasman yang masih owwih-owwih sama mbae Prily baru menemui Eyang Suta wijaya untuk ritual 6 Owwih-Owwih lagi, ATAU jangan-jangan Mbae Pryli adalahsalah satu dari 7 wanita yang harus di Owwih sama Mas Kasman
 
Bimabet
Setelah sensasi kenikmatan itu berlalu, Marsudi Kasman meloncat dari ranjang dan ke kamar mandi. Di sana, seperti biasa, dia melakukan upacara pagi di atas kloset duduk: Kencing dan sekaligus BAB.

Kemudian mandi dan gosok gigi.

Setelah selesai dan berhadapan dengan lemari kayu jati berwarna coklat, Kasman menemukan semua pakaiannya sudah tergantung rapi di situ. Celana dalamnya tersusun rapi di rak paling atas. Dia kemudian mengenakan celana dalamnya dan memutuskan memakai kaos polos warna putih dan celana pendek cargo warna hitam.

Sebelum pergi meninggalkan kamar itu, Kasman sempat juga menatap selama beberapa detik memek mungil mBak Prilly yang disinari cahaya matahari dan yang kini sudah benar-benar ambyar. Dia pun tersenyum lalu pergi ke dapur untuk makan pagi.

***

Di dapur, Kasman menemukan Mang Emen sedang memanggang lembaran-lembaran daging sapi dengan panggangan elektronik.
"Selamat pagi, Bos." Katanya sambil tersenyum. "Bos kelihatannya sudah sehat seperti sedia kala."
"Terimakasih, Mang." Jawab Kasman. "Mana Juber?"

Mang Emen tersenyum dengan tatapan penuh arti.
"Ada di paviliun belakang." Jawabnya. "Sarapan dulu, bos."
"Tentu, Mang. Saya sangat kelaparan. Bi Uti mana?"
"Bi Uti sama Mang Oma ada di gazebo, sedang mengatur domba-domba dan kerbau-kerbau yang baru saja datang dari Garut Pakidulan."
"Oh, begitu ya, ya sudah. Siniin mang dagingnya... laper bener nih."

Marsudi Kasman menyantap daging panggang itu dengan lahap walau cuma dibumbui dengan olesan mentega.
"Eyang Suta sangat senang dengan tempat ini. Demikian juga dengan Eyang Jiwo dan Ki Rogo Bodho. Mereka memutuskan untuk menyelenggarakan ritual di sini, Bos."
"Saya sih ngikut aja gimana baiknya." Kata Kasman sambil menggigit roti panggangnya yang berlapis daging sapi. "Mau di sini boleh di halaman kantor juga oke."
"Siap, Bos." Kata Mang Emen. "Roti panggangnya tambah lagi, bos?"
"Tambah." Kata Kasman. "Kapan Eyang Suta datang ke sini?"
"Semalem, Bos. Nanti malem mau datang lagi, Bos." Mang Emen menyodorkan roti panggang yang masih panas. "Kopi lagi?"
"Nanti, Mang. Saya mau cari Juber."
"Ada bos di pavilliun belakang. Saya ijin bos mau sarapan dulu di sini."

Marsudi Kasman menghabiskan roti panggangnya lalu berdiri dan melangkah ke luar melalui ruang tengah dan ruang tamu. Ketika berdiri di teras depan, dia melemparkan pandangannya ke halaman depan, halaman samping kanan dan kiri.

Rumah ini memiliki halaman yang sangat luas. Tiba-tiba Kasman teringat pada pelataran Istana Pribadi Ratu Wulandari yang terletak di puncak gunung Kutaghede. Dia mengeluh jika teringat kepada sang ratu. Ada rasa kangen yang hinggap di sudut hatinya.

Dari teras depan, dia berjalan ke samping kiri dan menemukan kamar-kamar paviliun di sebelah garasi. Ada 3 kamar berderet di situ. Dia menyusuri satu-satu kamar itu dan melongok isinya melalu jendela. Kamar pertama tidak ada orang, di dalamnya ada ranjang double bed. Kamar kedua, berisi single bed dan tidak ada orang. Di kamar ketiga, melalui jendela, dia melihat Juber sedang menyedot-nyedot sebuah pantat putih yang mulus. Suatu memek yang tembem seperti kue apem sedang diemut Juber dengan nikmat.
"Ahh... kang... kang Juber..."

Kasman tersenyum. Dia mengenali itu adalah suara Winda.

Juber memiliki lidah yang panjang bagai ular. Lidah itu masuk ke dalam liang memek Winda dan mengentotnya. Pantat Winda pun bergoyang-goyang tak tahan oleh rasa nikmat yang ditimbulkannya.

Beberapa saat kemudian, Juber melepaskan lidahnya dan menusuk memek Winda dari belakang dengan kontolnya yang buntet berdiameter cukup besar.
"Akh... sshhh... akh..." Winda merintih-rintih.

Kasman mendengar suara plak plok plak plok itu yang cukup keras. Dia tidak ingin mengganggu Juber dan pergi meninggalkan paviliun itu.

Kasman melangkah ke belakang dan menemukan pintu garasi bagian belakang serta teras belakang yang lega. Dari situ dia melihat halaman belakang berumput yang luas dan di ujung samping halaman, dia melihat sebuah bangunan gazebo kayu yang tinggi. Dia melangkah ke sana dengan langkah santai.

Setelah mendekati gazebo, dia bisa melihat Bi Uti dan Mang Oma sedang sibuk merapikan tempat itu yang ditumbuhi ilalang yang cukup tinggi. Tiga ekor domba Garut yang gagah berwarna hitam mulus, terikat berjajar. Empat ekor kerbau yang besar yang berwarna abu-abu juga terikat, tapi tempatnya agak jauh dekat pagar benteng tembok.

Setelah puas berkeliling di halaman yang sangat luas itu, Marsudi Kasman kembali ke paviliun belakang dan mendengarkan rintihan Winda yang terakhir.
"Kaanng Jubeerrrr... aku ke luar.... oughkhhh...."
"Akang juga, Win... arghkhhh..."

Kasman mengurungkan niatnya memanggil Juber dan dia memasuki garasi dari pintu belakang. Sekarang dia tahu di dalam garasi ada 3 mobil. Camry, Pajero dan mobil kantornya sendiri yang terlihat paling kinclong. Kelihatannya Mang Emen sudah mencucinya satu atau dua jam yang lalu.

"Bos..." Suara Mang Emen tiba-tiba muncul dari pintu yang menghubungkan garasi dan ruang tengah. "Dichek dulu barang-barangnya di ruang kerja, siapa tahu ada yang tertinggal."
"Ruang kerjanya di mana?"
"Di lantai 2 bos, lewat sini." Katanya sambil berbalik. Aku mengikutinya dan masuk ke ruang tamu, di situ ada tangga yang tadi kulihat juga. Mang Emen menaiki tangga dan aku berada di belakangnya.

Ruangan di lantai 2 itu cukup luas, ada sebuah meja kerja yang besar dan berbentuk minimalis. Di belakangnya terdapat rak yang penuh berisi buku-buku.

Mini freezer warna merah ada di dekat dinding, di atas mini frezeer itu diletakan toples ketumbar hitam. Sedangkan 7 kendi berisi air dari tujuh curug yang berbeda, dijajarkan di sepanjang dinding. Sementara keranjang ransel bambu di letakkan di tempat paling pojok, hampir tidak kelihatan.

Dua buah tikar pandan masih digulung dan disandarkan ke dinding dekat rak.

Laptopnya sendiri sudah bertengger di atas meja.
"Bagaimana, Bos?" Tanya Mang Emen.
"Hape saya di mana mang? Enggak dibawa sekalian."
"Hape sudah saya kasiin ke Bu Dokter."
"Ya, sudah kalau begitu. Yuk, kita ke paviliun belakang." Kata Kasman.
"Siap bos."

Mang Emen cengar-cengir ketika berada di paviliun belakang dan melihat Juber sedang mengenakan celananya. Sementara Winda masih terbaring di ranjang single bed dengan baju hem kantor yang lengkap namun tidak mengenakan rok dan celana dalam. Matanya terpejam. Mungkin Winda sedang tidur.

Ketika ke luar dari pintu kamar, Juber terkejut melihat Kasman dan memasang wajah cengengesan.
"Bagaimana, Ber, enak?" Tanya Kasman dengan wajah biasa.
"Apanya, Pak?"
"Ngentotnya penjol!" Kata Mang Emen dengan nada bercanda.
"Enak sih enggak tapi... lezaaaatt... crot!" Kata Juber dengan nada bengalnya yang khas.
"Aku pengen dengar ditail ritualnya, Ber." Kata Marsudi Kasman. "Kamu jelaskan sedetil-detilnya ya."
"Siap, Pak. Kapan?"
"Tahun depan! Ya sekarang lah, kapan lagi. Dasar penjol!" Kata Mang Emen. "Di ruang kerja aja ya bos penjelasannya, soalnya mamang juga ingin dengar."
"Boleh." Kata Kasman.

Mereka akan meninggalkan paviliun itu ketika tiba-tiba mendengar suara Winda.
"Aduh Kang enak... lagi kang... terus kang... akhhh... enaaaaak...."

Mang Emen memukul kepala Juber.
"Kamu apain dia? bahkan di dalam tidurnya pun masih merasa diewe kamu!"

Juber tidak menjawab. Dia ngacir duluan menuju ruang kerja.

***

(Bersambung)
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd