Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG RIMBA ASMARA

Thema apakah yang paling anda gandrungi dalam Sub Forum Cerita Bersambung ini?

  • Hubungan sedarah atau incest, dengan mama atau saudara kandung

    Votes: 316 17,6%
  • Hubungan setengah baya atau MILF, antara yang muda dengan yang tua

    Votes: 239 13,3%
  • Hubungan sex Cukold, eksib, voyeur, mengintip dan di tempat umum

    Votes: 132 7,3%
  • Hubungan sex di kalangan remaja atau SMU/pesantren/sederajat

    Votes: 99 5,5%
  • Hubungan sex di kos-kosan mahasiswa/mahasiswi

    Votes: 85 4,7%
  • Hubungan sex Perkosaan

    Votes: 46 2,6%
  • Hubungan Sex affair di kalangan bisnis atau antar pegawai kantoran

    Votes: 99 5,5%
  • Hubungan sex dengan Bini Orang

    Votes: 159 8,9%
  • Hubungan sex dengan Laki Orang

    Votes: 16 0,9%
  • Hubungan sex di kalangan selebriti Indonesia

    Votes: 80 4,5%
  • Hubungan sex di pedesaan/ di perkampungan

    Votes: 88 4,9%
  • Hubungan sex dengan wanita berhijap/kerudung

    Votes: 332 18,5%
  • Hubungan sex romantis

    Votes: 62 3,5%
  • Scandal sex para politisi atau pejabat

    Votes: 19 1,1%
  • Hubungan sex lesbian/gay

    Votes: 16 0,9%
  • Hubungan sex lainnya

    Votes: 8 0,4%

  • Total voters
    1.796
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Yg namanya penulis dg cerita yahuutt yg apik dan menarik pasti banyak yg kritik... tetep stay cool boskuuhh... anggap aja mereka iri krn gak bisa bikin krya spt anda...semangaattttt....:cendol::tepuktangan:
 
hahahA... kliatanya ada cerita dengan rok mini..........nawarin sesuatu kah?
 
Hmmm.. kayanya jadi owih..owih.. ma tamunya nih suhu kita makanya g jadi update wkkwkwk
 
Aku mohon maaf kemarin ingkar janji.
Soalnya keblablasan. Tapi jangan kepo ya.

Lututku masih lemes.
Kayaknya energiku terkuras kemarin.
Masuk kantor jadi agak loyo.

Sekali lagi, tolong jangan kepo.
Aku sedang menikmati hidup yang meletup-letup.

Update kali ini mungkin sangat deskriptif. Tapi jangan diskip ya
biar paham ceritanya.

Soalnya kalau enggak paham nanti akan muncul pertanyaan yang suka bikin aku jadi males
untuk menyelesaikan cerita ini sampai tamat.

Mohon bersabar
semua akan owih pada waktunya.

Salam Kopi Item
PEACE
 
Aku mohon maaf kemarin ingkar janji.
Soalnya keblablasan. Tapi jangan kepo ya.

Lututku masih lemes.
Kayaknya energiku terkuras kemarin.
Masuk kantor jadi agak loyo.

Sekali lagi, tolong jangan kepo.
Aku sedang menikmati hidup yang meletup-letup.

Update kali ini mungkin sangat deskriptif. Tapi jangan diskip ya
biar paham ceritanya.

Soalnya kalau enggak paham nanti akan muncul pertanyaan yang suka bikin aku jadi males
untuk menyelesaikan cerita ini sampai tamat.

Mohon bersabar
semua akan owih pada waktunya.

Salam Kopi Item
PEACE

Semoga cepet pulih suhu... Jangan lupa jamunya
 
Bimabet
Tak ada yang istimewa dengan buah-buahan itu. Dalam waktu kurang dari setengah jam, 7 butir apel dan 5 gerombol anggur hijau, sudah lagi amblas ke dalam perutku. Tapi musik rock di dalam perutku, masih saja ribut memainkan lagu berisik tentang kelaparan.

Tapi bukan karena perutku yang masih lapar jika aku duduk dengan tidak nyaman di depan dr. Prilly. Soalnya aku duduk dengan cara merapatkan kedua kakiku dan berusaha keras menyembunyikan si betok dengan ujung kain daster rumah sakit.

Aku merasa kikuk. Sementara tatapan kalem dan senyum dikulum dr. Prilly membenarkan kekikukanku.

"Nah, jadi begini Pak Kasman." Kata dr. Prilly. "Saya sebetulnya sudah selesai dengan jam kantor saya dan bersiap akan pulang... Saya datang ke sini bukan untuk mengupaskan apel, walau saya merasa sangat senang melakukannya..."
"Terimakasih, dok." Aku memotong kalimatnya.
"Dengan senang hati... tidak perlu duduk dengan kikuk, biasa saja pak." Katanya. "Saya datang ke sini ingin menjelaskan sesuatu... mungkin juga mengajukan beberapa pertanyaan atas keheranan saya... tapi sebelumnya, satu pertanyaan dulu, ketika bapak dalam pengaruh anestesi (obat bius) apakah bapak merasa ada sesuatu yang menyentuh tubuh bapak?"
"Menyentuh dok? Mmmm... entahlah. Mungkin. Tapi saya sendiri tidak merasa pasti." Kataku, berbohong. Tapi aku sebetulnya tahu persis kalau salah satu suster perawat itu sudah mengentotku sampai dia memuncratkan lendir dan saat ini aku pun secara diam-diam masih merasa kentang. Tapi aku tak perlu membesar-besarkan masalah ini. Toh sebetulnya aku juga merasakan kenikmatannya, tidak merasa diperkosa.

dr. Prilly menatapku tajam. Sangat Tajam.

"Nanti akan saya jelaskan mengapa pertanyaan tersebut perlu dijawab dengan jujur." Katanya dengan nada yang tenang, sedangkan ekspresi wajahnya sama sekali tidak menghukumku yang telah membohonginya. Aku sedikit merasa bersalah.

Dia diam sejenak.

"Kali ini kalimat saya jangan dipotong ya Pak...
Senin sore kemarin sekitar pukul 5, tanggal 4 Februari, Pak Emen dan Pak Juber menggotong tubuh bapak ke IGD (Instalasi Gawat Darurat) dalam keadaan tak sadarkan diri. Bapak hanya mengenakan celana pendek katun tanpa alas kaki. Seluruh tubuh bapak dalam keadaan membiru... wajah, dada, perut, paha, kaki, tangan... semuanya biru...

Cuma ada satu anggota tubuh bapak yang tidak berwarna biru. Dan cuma itu satu-satunya. Dari pangkal hingga ujung kepalanya. Sedangkan yang lainnya benar-benar membiru.

Waktu itu saya sudah mau pulang. Sebagai Kepala Rumah Sakit ini, saya sebetulnya tidak perlu turun langsung menangani Bapak. Ada banyak tenaga dokter di sini, mereka mumpuni dan sangat bisa diandalkan.

Mula-mula saya tidak tahu, perasaan apa yang mendorong saya untuk terjun langsung menangani bapak.

Ketika pertama kali melihat bagaimana tubuh bapak tergeletak di roda dorong dalam keadaan membiru itu, saya sudah berpraduga bahwa bapak mengalami keracunan hebat... sangat hebat. Tetapi waktu itu saya belum tahu ada satu bagian tubuh bapak yang tak membiru.

Bapak dalam keadaan sekarat ketika dibaringkan di ranjang IGD. Kondisinya saat itu 25 banding 75. Itu artinya, bapak secara medis, bisa dinyatakan koma. Hidup tidak, mati pun tidak.

Paham sampai di sini?

Baiklah saya teruskan. Dari cerita Pak Emen dan Pak Juber, pada hari Sabtu tanggal 2 Februari Pukul 23.30 Bapak mendaki Gunung Guntur sendirian. Sesuatu hal yang sangat bodoh saya kira. Bahkan teramat sangat bodoh. Naik gunung sendiran adalah pekerjaan orang tolol atau pekerjaan orang yang ingin bunuh diri. Begitulah saya pikir pada awalnya...

Waktu saya tanya mereka (Emen dan Juber) mengapa Bapak mendaki gunung sendirian di tengah malam buta? Mereka tidak bisa menjawab. Tentu saja mereka tidak akan sanggup menjawab. Pak Emen cuma sopir, kan? Dan Pak Juber cuma seorang pembantu rumah tangga. Mereka tidak mungkin paham. Mereka tidak akan mengerti!!!

Lalu saya tanya mereka, apa pekerjaan bapak, mereka menjawab Bapak adalah Kepala Cabang Bank BUMN Cicalengka, yang baru menjabat sebagai Kepala Cabang selama 1 hari. Luarbiasa. Bapak adalah seorang anak muda yang luar biasa. Baru berusia 26 tahun tapi sudah menjadi seorang Kepala Cabang.

Dari sinilah saya memahami semuanya.

Almarhum suami saya, meninggal 2 tahun yang lalu, perlu waktu 20 tahun masa kerja untuk mendapatkan kepercayaan menduduki jabatan yang kini bapak jabat. Ya, betul, almarhum suami saya adalah mantan Kepala Cabang Bank BUMN Cicalengka.

Sebelum digantikan oleh Pak Bernhard Simatupang, almarhum suami saya mengalami penyakit aneh yang saya sebagai dokter yang sudah berpengalaman, tak sanggup mendeteksinya secara dini.

Dia tiba-tiba mengalami gejala sering pingsan. Itu dialaminya begitu dia menjabat sebagai Kepala Cabang. Sebelumnya, sebagai staf biasa, dia tidak pernah mengalami hal itu.

Setelah diperiksa secara teliti, almarhum ternyata mengidap kanker otak yang sangat ganas. Dia hanya masuk kerja selama satu hari Pak Kasman, sisanya selama 3 bulan dia berada di sini, dirawat di kamar VVIP ini, di rumah sakit ini, sampai akhirnya beliau meninggal.

Pada saat meninggal, seluruh tubuhnya membiru. Persis seperti yang dialami Pak Kasman ketika pertama pertama kali masuk IGD. Itulah perasaan saya yang sebenarnya mengapa saya ingin menangani bapak secara langsung.

Yaitu, rasa penasaran. Perasaan inilah yang mendorong saya untuk menangani bapak secara langsung.

Sebab, sampai saat ini, saya masih belum bisa memahami apa pun, apa yang sesungguhnya terjadi kepada almarhum suami saya. Ilmu medis saya hanya memberikan gambaran kecil saja terhadap apa yang terjadi, sedangkan pemahaman secara utuhnya... masih sangat jauh.

Pak Emen dan Pak Juber tidak akan sanggup memahami mengapa bapak tiba-tiba naik gunung sendirian sedangkan bapak bukanlah pendaki gunung profesional. Jangankan profesional, amatir pun bukan. Bahkan saya pun takkan sanggup memahaminya.

Hem, tapi saya punya sedikit gambaran.

Pak Kasman, anda adalah seorang pejabat suatu Bank BUMN yang umurnya sama tuanya dengan republik ini. Seorang bujangan, muda, ganteng --saya tidak bermasukd memuji-- cerdas, penuh inovasi dan kreativitas... anda sempurna.

Ketika masuk kerja pertama kali, anda mendapat sambutan yang dingin kan? Hem. Orang bisa salah duga Pak Kasman... semua pegawai di situ adalah pegawai-pegawai senior yang memiliki arogansi yang tinggi tetapi dengan kinerja yang sangat rendah. Saya tahu persis.

Bank BUMN Cicalengka sudah lama tercecer dari persaingan bank-bank sejenis... anda akan kesulitan mengubahnya. Kecuali mengganti seluruh pegawainya. Bukan begitu, Pak Kasman?

Saya punya keyakinan anda memiliki program yang mirip dengan almarhum suami saya. Almarhum suami saya berrencana mengganti SDM yang sudah lumutan itu dengan SDM muda yang lebih segar, bergairah dan bersemangat tinggi.

Lalu tiba-tiba almarhum sakit, kemudian meninggal. Hal yang mirip terjadi pada anda Pak Kasman, bagaimana mungkin anda tiba-tiba seperti orang idiot mendaki gunung sendirian? Apa anda berrencana bunuh diri? Ho ho ho, tentu tidak. Tidak mungkin. Anda sama sekali tidak terlihat seperti type orang yang mudah putus asa.

Fuh!

Saya kalau melihat jejeran karangan bunga yang berisi ucapan GWS (Get Well Soon/ Cepat Sembuh) di luar Kamar perawatan VVIP ini, saya benar-benar muak.

Namun sedikitnya saya bisa paham apa yang sebenarnya sedang terjadi, yakni tidak ada seorang pun rekan kerja bapak yang sudi datang menengok.

Pada dasarnya mereka menginginkan bapak cepat mati saja. Ha ha ha... Lucu sekali. Harapan mereka nyaris saja terkabul kalau tidak ada suster-suster bengal itu.

Sialan! Suster-suster bengal itu benar-benar sialan!!!

Kita ini dikelilingi oleh kekuatan-kekuatan yang tidak kita ketahui, Pak. Ilmu kedokteran, ilmu fisika, kimia, bilogi molekuler... semua ilmu dan teknologi terbaik dan termaju sampai dengan saat ini, hanya mampu menyingkap 1% saja dari rahasia alam di sekitar kita. Sisanya, kita tidak tahu apa-apa.

Jangan menyela dulu, Pak. Biarkan saya menyelesaikan semua yang ingin saya katakan!

Menurut keterangan Pak Emen dan Pak Juber, bapak memasuki hutan untuk mendaki Gunung Guntur pada hari Sabtu Tanggal 2 Februari 2019 Pukul 23.30... itu tadi sudah saya katakan ya... oke, lalu ke luar dari hutan itu dengan diantarkan oleh Sungai Ciguntur yang sedang mengalami banjir bandang pada Hari Senin Tanggal 4 Februari Pukul... sekitar pukul 16.30.

Baik Pak Emen maupun Pak Juber, tidak ada yang berani memastikan berapa lama anda diseret oleh arus yang deras itu... mereka hanya menjelaskan bahwa mereka kebingungan mencari-cari bapak, lalu mereka tiba-tiba melihat bapak dari kejauhan megap-megap terbawa arus banjir bandang yang deras, lalu mereka buru-buru menangkap dan menyelamatkan bapak...

Hem... saya yakin anda juga tidak tahu apa sebenarnya yang anda lakukan selama lebih dari 40 jam berada di dalam hutan. Saya bayangkan anda menjadi orang linglung yang berkeliaran di antara pepohonan, mengalami sindrome schizoprenia, kebingungan, gelisah, kelaparan... anda lalu frustasi dan meloncat ke sungai...

Saya bayangkan selama berkeliaran di hutan anda secara tidak sadar ketika merasa lapar memakan apa saja yang bisa dimakan layaknya seperti binatang, meminum apa saja yang bisa diminum seperti burung... terus berjalan kaki selama 40 jam tanpa sedetik pun istirahat untuk berhenti atau pun tidur.

Tubuh fisik anda mengalami kelelahan dan keracunan. Sedangkan mental anda mengalami trauma psikopathik, guncangan... Tapi anda tidak menyadarinya. Ya, anda melakukannya tanpa anda menyadarinya.

Itulah kekuatan-kekuatan terpendam yang tidak ketahui.

Saat ini, seharusnya anda sudah dibungkus kain kafan, Pak Kasman. Kemudian dimasukkan ke dalam liang kubur, lalu ditimbun tanah. Di atasnya lalu diberi nisan dengan nama Marsudi Kasman.

Seharusnya, Pak Kasman, saat ini anda sudah menjadi mayat!"

dr. Prilly menghentikan kalimatnya yang panjang lebar itu oleh pintu yang terbuka secara tiba-tiba. Ternyata Mang Emen datang. Dia membawa rantang empat susun.

Lucu juga melihat badan yang tegap gempal berwajah preman itu menjinjing rantang.

"Maaf, Bos mengganggu. Tadi saya ke dapur dan melihat sayur sop untuk makan malam Bos, yang kemungkinan besar akan Bos muntahkan... jadi saya berinisiatif membeli sop Kaki Kambing... maaf, Bos jika saya lancang."

Aku tertawa senang.
"Bagus, Mang." Kataku. "Inisiatif mamang sangat jenius."

Tapi dr. Prilly memperlihatkan wajah kurang suka.

Mang Emen masuk ke ruangan dan menyingkirkan piring-piring bekas buah-buahan, dia kemudian membuka rantang-rantang itu dan meletakkannya di depanku. 3 Rantang berisi sop kaki kambing yang lezat dan 1 rantang nasi yang pulen.

"Terimakasih, Mang. Segini sudah cukup. Sendoknya mana mang?" Kataku. "Silahkan dok, diteruskan penjelasannya."
"Ini bos." Kata Mang Emen. Setelah menyerahkan sendok, dia lalu pergi ke luar ruangan.

Aku menerima sendok stainless itu dan langsung menyantap makanan lezat yang dibawa Mang Emen. Mula-mula kusendok nasi lalu kusuapkan ke mulutku, dikunyah sebentar, lalu menyendok sop dan disiramkan ke nasi yang ada di dalam mulut. Dikunyah-kunyah dan dinikmati dengan penuh perasaan.

Sementara itu dr. Prilly hanya menatapku saja padahal aku menunggu kelanjutan penjelasannya dan aku fokus dengan santapanku. Jadi aku sedikit heran ketika dia tiba-tiba berdiri dan pergi ke luar kamar rawat inap VVIP ini.

Aku tak bisa mencegahnya. Soalnya aku masih sibuk menyuap makanan.

Namun beberapa menit kemudian dia kembali lagi bersama seorang petugas rumah sakit, tapi bukan perawat. Petugas itu membawakan makanan lain, kemungkinan makanan itu masakan yang dihasilkan dari dapur.
"Pak Kasman tidak menawari saya, jadi saya berinisiatif mengambil makanan seadanya di dapur..."
"Ma... maaf, dok. Saya lupa."

dr. Prilly tertawa.
"It's okey. Gapapa." Katanya sambil menyantap makanan berupa sayur sop yang langsung disiramkan ke nasi dalam piring, sehingga membuat suatu genangan seperti bubur encer yang belum matang. Di atas piringnya, berjajar rapi rebusan wortel yang diiris memanjang dan rebusan buncis. Beberapa potongan bakso dan ayam rebus bergelimpangan di atas genangan sop itu.

Mang Emen benar. Aku mungkin akan memuntahkan makanan semacam itu tanpa ragu-ragu.

***

dr. Prilly berkali-kali memanggil aku dengan panggilan Bapak, atau Pak Kasman atau anda. Itu adalah suatu bentuk ketidakkonsistenan panggilan. Menurutku yang belum pernah mempelajari Ilmu Psikologi, ketidakkonsistenan seperti itu mencerminkan semacam perasaan resah yang disembunyikan.

Apalagi jika kucermati bagaimana nada suaranya terkadang rendah terkadang tinggi tetapi dengan wajah yang selalu menunjukkan ekspresi serius.

Dia mungkin memahami sesuatu yang sangat penting dalam benaknya. Namun dia mengalami kesulitan mengutarakannya karena dibatasi oleh akal sehatnya dan disiplin ilmu kedokteran yang telah mendarahdaging dalam dirinya.

Aku berani bersumpah dengan apa pun, aku sangat penasaran ingin mendengarkan penjelasan selanjutnya. Dan aku sangat mungkin tidak setuju dengan sebagian atau seluruh dari pendapat dan penjelasannya. Tapi itu tidak penting. Sangat tidak penting.

Bagiku yang paling penting adalah memahaminya. Persetan apakah aku setuju atau tidak.

***
(Bersambung)
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd