Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG RIMBA ASMARA

Thema apakah yang paling anda gandrungi dalam Sub Forum Cerita Bersambung ini?

  • Hubungan sedarah atau incest, dengan mama atau saudara kandung

    Votes: 316 17,6%
  • Hubungan setengah baya atau MILF, antara yang muda dengan yang tua

    Votes: 239 13,3%
  • Hubungan sex Cukold, eksib, voyeur, mengintip dan di tempat umum

    Votes: 132 7,3%
  • Hubungan sex di kalangan remaja atau SMU/pesantren/sederajat

    Votes: 99 5,5%
  • Hubungan sex di kos-kosan mahasiswa/mahasiswi

    Votes: 85 4,7%
  • Hubungan sex Perkosaan

    Votes: 46 2,6%
  • Hubungan Sex affair di kalangan bisnis atau antar pegawai kantoran

    Votes: 99 5,5%
  • Hubungan sex dengan Bini Orang

    Votes: 159 8,9%
  • Hubungan sex dengan Laki Orang

    Votes: 16 0,9%
  • Hubungan sex di kalangan selebriti Indonesia

    Votes: 80 4,5%
  • Hubungan sex di pedesaan/ di perkampungan

    Votes: 88 4,9%
  • Hubungan sex dengan wanita berhijap/kerudung

    Votes: 332 18,5%
  • Hubungan sex romantis

    Votes: 62 3,5%
  • Scandal sex para politisi atau pejabat

    Votes: 19 1,1%
  • Hubungan sex lesbian/gay

    Votes: 16 0,9%
  • Hubungan sex lainnya

    Votes: 8 0,4%

  • Total voters
    1.796
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Aku mungkin update malam ini jam 9-an, biasanya, daripada bengong di dalam kereta. Kalau ketiduran, aku update di stasiun jam 12-an. Kalau langsung dijemput dan tidur di mobil ya sudah blablas.

Updatenya besok pagi. Atau subuh.

Sabar tho ya.
Ditunggu updatenya bosss ku...
 
Aku mungkin update malam ini jam 9-an, biasanya, daripada bengong di dalam kereta. Kalau ketiduran, aku update di stasiun jam 12-an. Kalau langsung dijemput dan tidur di mobil ya sudah blablas.

Updatenya besok pagi. Atau subuh.

Sabar tho ya.
Siap suhu besar
 
HASIL POLLING
THEMA APAKAH YANG PALING ANDA GANDRUNGI DALAM SUB FORUM CERITA BERSAMBUNG INI

Polling dilaksanakan dari tanggal 4 s/d 24 Februari 2020 dengan Total Votes yang berpartisipasi sebanyak 1796 Voters. Buat teman-teman para readers, suhu dan subes, mimin dan momod, seluruh warga di mari, aku ucapkan terimakasih atas partisipasinya. Semoga siapa pun yang membaca thread ini memperoleh masukan yang berharga dari suara anda.

Berikut ini hasil polling termaksud.

Thema apakah yang paling anda gandrungi dalam Sub Forum Cerita Bersambung ini?
Thema Cerita sub Forum Cerbung
Jumlah
Suara
%
Hubungan sex dengan wanita berhijap/kerudung
332
18,5%
Hubungan sedarah atau incest, dengan mama atau saudara kandung
316
17,6%
Hubungan setengah baya atau MILF,antara yang muda dengan yang tua
239
13,3%
Hubungan sex dengan Bini Orang
159
8,9%
Hubungan sex Cukold, eksib, voyeur, mengintip dan di tempat umum
132
7,3%
Hubungan Sex affair di kalangan bisnis atau antar pegawai kantoran
99
5,5%
Hubungan sex di kalangan remaja atau SMU/pesantren/sederajat
99
5,5%
Hubungan sex di pedesaan/ di perkampungan
88
4,9%
Hubungan sex di kos-kosan mahasiswa/mahasiswi
85
4,7%
Hubungan sex di kalangan selebriti Indonesia
80
4,5%
Hubungan sex romantis
62
3,5%
Hubungan sex Perkosaan
46
2,6%
Scandal sex para politisi atau pejabat
19
1,1%
Hubungan sex dengan Laki Orang
16
0,9%
Hubungan sex lesbian/gay
16
0,9%
Hubungan sex lainnya
8
0,4%
TOTAL VOTES
1.796
100%

Aq ada diantara itu hehehe
 
Istana Kerajaan Lokajiwa terletak di Puncak Gunung Kutaghede,
Penghasil Emas terbesar di Mayapada tempat Sapta Gapura Berada.



Tugasku melakukan peninjauaan Pembangunan Kompleks Percandian yang akan digunakan sebagai Pusat Persembahan Kepada Dewa Matahari, telah selesai. Aku lalu duduk tetirah di atas sebuah batu yang berada di bibir bukit. Kulayangkan pandanganku ke sekitar dan menikmati pemandangan alam yang sangat indah yang mustahil aku lupakan.

Nun, jauh di sana, kulihat sebuah gunung batu berwana coklat keemasan. Dari kaki gunung, pinggang gunung hingga ke puncak gunung yang tertinggi, di seluruh kelilingnya, tampak dipenuhi oleh bangunan-bangunan rumah dan gedung.

Awan-awan tipis tampak melayang di pinggang gunung itu.
"Itulah Kerajaan Hamba." Kata Ratu Wulandari sambil duduk bersimpuh di sebelah kiriku. "Istana hamba ada di puncaknya."
"Sungguhkah?" Tanyaku dengan nada sedikit tidak percaya.

Ratu Wulandari tertawa renyah. Setelah tadi wajahnya cemberut dan memberengut menungguiku menyelesaikan tugas, kali ini suara tawanya membuat wajah belianya yang cantik tampak semakin berseri.
"Tentu saja Paduka yang Mulia, masa hamba berbohong. Di situ hamba lahir dan besar. Dididik ayah bunda mendalami Sastra Titah Dewa dan mengamalkannya, belajar perhitungan bintang, mendalami pengukuran dan penimbangan emas, melakukan pencatatan perdagangan dan lain sebagainya."
"Tentu ayah bundamu sangat bangga kepadamu. Kamu belia, cerdas dan cantik."
"Ya, sayangnya mereka terlalu cepat pulang ke Nirwana. Hamba terpaksa menanggung beban menjadi Ratu, membimbing seluruh rakyat Kerajaan Jiwaloka agar tetap rajin bekerja dan bersembahyang."
"Aku ikut berduka."
"Ampun Baginda Maharaja Marsudi Kasman Putra Dewa Matahari Perkasa, mereka melakukan kesalahan dengan memasuki Sapta Gapura (Pintu ke Tujuh) sehingga dewata menjadi marah. Padahal mereka memasukinya hanya sebentar, ketika kembali tubuh mereka seperti tercabik-cabik cakar kuku Naga. Langsung tiwas, Paduka." Ratu Wulandari berkata dengan nada yang sangat sedih.
"Aduhai malang sekali nasib mereka. Tapi dengarlah Ratu Perawanku yang jelita, Dewata ciptakan hukuman bukan untuk membuat dirimu dan seluruh rakyat Kerajaan Jiwa Loka bersedih. Anggap saja Ayah Bundamu berkorban nyawa demi kepentingan seluruh rakyat agar mereka jangan coba-coba memasuki Sapta Gapura." Kataku dengan suara tenang. "Nah, sebagai tanda bela sungkawa dan rasa simpati dari lubuk hatiku yang terdalam, bagaimana menurutmu jika aku melaksanakan tugasku di istanamu?"

Wajah Ratu Wulandari yang semula sedih langsung berubah total menjadi berseri-seri.

"Baginda Maharaja Marsudi Kasman Putra Dewa Matahari Perkasa, benarkah sabdamu ini? Atau cuma main-main untuk menyenangkan hati hamba saja?"
"Masa sabda Baginda main-main." Kataku dengan nada riang. "Aku sungguh-sungguh tentu saja."
"Puja puji dewa, izinkan dan restui hamba mengucapkan terimakasih." Katanya sambil berlutut dan memeluk ke dua kakiku.
"Sudahlah Ratu yang jelita, bangkitlah." Kataku. "Kalau kau mau, kita bisa berangkat sekarang juga?"
"Se...sekarang Baginda?" Matanya terbelalak.
"Ya. Sekarang. Apakah kamu merasa keberatan?"
"Ampun Baginda, hamba... hamba... sangat bahagia. Tak terlukiskan dengan kata-kata." Katanya sambil berdiri.
"Mahapatih, siapkan perlengkapan, kita akan berangkat ke Kerajaan Lokajiwa." Kataku.
"Se... sekarang Baginda?" Mahapatih Mada Rajasa sepertinya mengikuti keterkejutan Ratu Wulandari.
"Tujuh Purnama Depan!" Kataku. "Tentu saja sekarang, Mahapatih."
"Ampun Baginda Maharaja Marsudi Kasman Putra Dewa Matahari Perkasa, izinkan dan restui hamba mempersiapkan 77 ekor kuda gagah Istana Kumala untuk para Patih dan para hulubalang yang akan mengawal Paduka, sedangkan untuk Baginda dan Yang Mulia Ratu, akan disiapkan masing-masing kereta kencana tunggal dengan 2 kuda penghela dan kusir terbaik se Kerajaan Janggala."
"Izin dan restu telah kau dapatkan." Kataku. "Mahapatih. Jangan lupakan ransel keranjang bambuku harap dibawa sekalian!"

***

Tidak perlu menunggu lama, setelah Mahapatih melemparkan Merpati Pembawa Pesan, dari kejauhan nampak debu mengepul berterbangan tinggi tanda bahwa 2 Kereta Kencana Tunggal bersama 77 Ekor Kuda berkaki angin yang khusus dipergunakan untuk kendaraan antar Kerajaan, sedang berlari menuju lokasi proyek Pembangunan Candi.

Mereka bergerak dengan kecepatan yang sama dan terukur, serentak dan bersamaan. Sungguh membuat siapa pun yang melihatnya akan tak terasa mendecak kagum.

Kereta Kencana Tunggal itu sangat gagah, kuat dan tampaknya sangat bisa dipercaya ketika secara mendadak berhenti di depanku. Salah seorang kusirnya meloncat dengan gerakan yang sangat indah dan terlatih, berlutut di hadapanku dan menyembah.
"Puja puji Dewa. Hamba Tohpati Hulubalang Kereta Kencana, minta izin dan restu Baginda Maharaja Marsudi Kasman Putra Dewa Matahari Perkasa, untuk menjadi mata dan tangan Baginda dalam mengendalikan dan melajukan Kereta Kencana ini." Katanya dengan penuh hormat dan tegas sebagaimana layaknya orang-orang militer kerajaan.
"Izin dan restu telah kau dapatkan wahai Tohpati, Hulubalangku yang pemberani."
"Ampun Paduka yang Mulia, silahkan naik."

Aku menaiki kereta kencana tunggal itu yang bentuknya mirip becak tanpa tutup atap. Lebarnya hanya sekitar satu meter dengan tempat pijakan kaki hanya satu orang. Aku berdiri di wagon penumpang dan kedua tanganku menggenggam dengan kuat pegangan yang disediakan secara khusus.

Kereta Kencana tunggal ini dibuat dengan menggunakan kayu khusus yang kekuatannya setara dengan kekuatan besi. Roda-rodanya terbuat dari jenis kayu yang sama, dibuat secara teliti dan presisi dengan diameter sekitar 1,5 meter.

Aku pun siap. Sekilas kulihat bagaimana sorot sepasang mata Ratu Wulandari yang berbinar-binar menoleh ke arahku. Bibirnya tak henti-hentinya mengumbar senyum kebahagiaan. Beberapa saat yang lalu dia telah melemparkan Burung Kepinis untuk menyampaikan berita kedatangan kami dan baru saja dia mendapatkan balasan bahwa seluruh Istana Lokajiwa langsung kalang kabut mempersiapkan penyambutan yang istimewa.

Patih Utama Aryo Kediri mengangkat tinggi panji-panji Kerajaan Janggala yang berlambang Elang Perkasa. Panji-panji itu berkibar gagah ditiup angin.
"Para Patih dan Hulubalang kebanggaan Kerajaan, siapkan jiwa dan raga! Kita akan berangkat mengawal Baginda Maharaja Marsudi Kasman Putra Dewa Matahari Perkasa dengan kecepatan lari kuda menembus angin. Apakah kalian siap?"
"SIAAPPPPPP!!!" Serentak semua menjawab kompak.
"Eka, Dwi... Tri. Majuuuuu!!!"

Seketika kuda-kuda berlari kencang dengan kecepatan sedikitnya sekitar 80 km/jam. Debu mengepul berlintasan dengan cepat dan rambutku berkibar-kibar ditiup angin. Aku seperti tersentak dan tersedot oleh suatu arus yang kuat walau aku tahu sebenarnya aku berada di dalam sebuah irama pergerakan yang sempurna.

Serentak. Cepat. Tertib. Rapih. Aku tengah berada di dalam formasi pasukan infanteri terbaik di dunia.

Kulihat dan kuperhatikan bagaimana Tohpati, Hulubalang Kereta Kencana Tunggal ini, dengan cekatan dan terampil mengendalikan dan melajukan kendaraan. Dia benar-benar seorang kusir yang piawai.

Aku tiba-tiba jadi teringat kepada Mang Emen!
Hadeuh. Kapan pengelanaan ini akan segera berakhir? Kataku, mengeluh dalam hati.

***

Kami tiba di pintu gerbang Kerajaan Lokajiwa dengan sambutan hangat para pengawal gerbang dan ribuan lambaian tangan-tangan rakyat dari teras rumahnya masing-masing. Pasukan berjalan melambat menyusuri jalanan yang melingkar seperti lingkaran baut raksasa yang runcing di puncaknya.

Sampai kami tiba di depan pendopo Istana.

Inilah Gunung Kutaghede, Ibukota Kerajaan Lokajiwa yang terkenal seantero Janggala sebagai penghasil emas terbesar, terbaik dan termurni.

Walau luas wilayah Kerajaan Lokajiwa tidak seberapa besar dan kekayaan hutannya hanya terbatas pada radius selaksa depa di sekeliling kaki Gunung Kutagedhe, namun mereka memiliki kekayaan emas yang tak terhingga.

Kami turun dari Kereta Kencana Tunggal di depan pendopo. Para Patih dan Hulubalang langsung menuju ruang balairung dengan tertib. Di balai pertemuan utama itu telah disediakan hidangan untuk seluruh rombongan.

Mahapatih Lokajiwa, Bendot Pataka menyambut kami dengan kegembiraan yang tak terlukiskan.

Sambil melangkah menuju ke tempat utama di balairung, Ratu Wulandari yang cerdas dan jenius itu menjelaskan kepadaku secara sederhana bahwa mereka sebenarnya bukan menambang emas tapi menternak emas.
"Menternak emas? Bagaimana mungkin?" Tanyaku.
"Ampun Paduka, Baginda yang mulia mungkin tidak percaya, tapi itulah yang hamba lakukan di sini." Katanya. "Hamba memiliki tehnik rahasia yang telah dikembangkan selama ribuan purnama. Itulah yang menyebabkan Kerajaan Hamba tidak akan pernah kehabisan emas."

Setelah melalui serangkaian protokoler penyembahan dan sambutan-sambutan serta menyantap hidangan yang telah disediakan, akhirnya Ratu Wulandari membawaku ke istana pribadinya yang terletak di puncak Gunung Kutaghede.

Sinem Sundari, Patih Lokajiwa yang khusus melayani Ratu Wulandari, membawakan Ransel Keranjang Bambuku dan meletakkannya di teras Istana Pribadi Ratu Wulandari. Kemudian dia pergi.

"Baginda Maharaja Marsudi Kasman Putra Dewa Matahari Perkasa... selamat datang di istana hamba." Kata Ratu Wulandari sambil berlutut dan menyembah di kakiku. Lalu dia mendongak dengan senyum yang lebar, tangannya tiba-tiba menyibak kainku dan mulutnya langsung saja melahap kepala si betok dengan lembut tapi lahap.
"Shhh... sshhh... ratu... sabar dulu." Kataku.
"Ampun paduka, hamba sudah tidak sabar." Katanya. "Mh.. mh... nyam... nyam... enak sekali Baginda, kontol baginda gurih... nyam... nyam... mhhh..."
"Shh... sshhh... Ratu Wulan... tunggu sebentar..." Kataku sambil menahan kepala bersanggul Ratu Wulandari yang bergerak-gerak ke depan ke belakang mengocok si betok dengan mulutnya. "Berdirilah." Pintaku.

Wajah Ratu Wulandari tampak kecewa ketika berdiri.
"Ampun Paduka yang mul..."
"Sudah jangan banyak peradatan. Kita hanya berdua di sini. Wulan sayang, dengarlah, sabar dulu. Lepaskan dulu konde mahkotamu, sanggulmu, bajumu... kamu mau ewean yang enak kan?"
"Iya Baginda, hamba pengen ewean yang enak."
"Lepaskan dulu bajumu, aku juga akan melepaskan bajuku. Kita eweannya di tempat tidur, jangan di lantai batu, kurang enak."
"Ampunkan hamba baginda, soalnya sudah tidak sabar sih." Katanya. Dia lalu melepaskan bajunya dengan terburu-buru dan melemparkan sekenanya.

Aku pun segera menelanjangi diriku sendiri.

Kami berhadapan dalam keadaan telanjang bulat. Dia menatapku dengan matanya yang berbinar.
"Sabar Ratuku sayang." Kataku ketika tangan Ratu Wulandari langsung saja meraih batang si betok. Kedua tangannya lalu kutarik dan kubawa ke pinggangku. Kutatap wajahnya yang cantik dan mulai kemerahan karena birahi.

Bibirnya mendenyar ingin segera dikulum.

Si betok yang sudah tegak lurus, menyentuh pubisnya yang berbulu sangat halus sekali. Ratu Wulandari menggerakkan pinggulnya dengan cara berjinjit agar kepala si betok menyentuh liang memeknya. Dia sudah benar-benar tidak sabar ingin diewe.

Tapi aku tetap bersabar karena aku ingin mengingat semua moment ini dengan sempurna. Toh, cepat atau lambat aku akan pergi meninggalkan dia. Ini adalah momentku. Aku tak ingin melepaskannya dengan cara yang mudah.

"Ratu perawanku yang cantik, katakanlah dengan sejujurnya, berapakah usiamu yang sesungguhnya?"
"Ampun paduka yang mulia, sejujurnya, usia hamba adalah 99 purnama. Apakah itu penting?"

Aku tidak menjawabnya.

Aku menarik tangannya dan membawanya berdiri di sisi ranjang yang kasurnya terbuat dari bahan randu putih yang diproduksi oleh Kerajaan Sandang Gumintang.
"Kamu jangan melawan ya sayang." Kataku. "Pejamkan matamu, nikmati dan resapi semuanya dengan hati dan perasaanmu. Walau kita baru bertemu beberapa jam, tapi percayalah, aku menyukaimu. Sangat menyukaimu. Bahkan mungkin aku juga mencintaimu."
"Sungguhkah Baginda?"
"Ya. Aku bersungguh-sungguh." Kataku.
"Kalau begitu, hamili hamba yang mulia. Itulah bukti bahwa paduka yang mulia mencintai hamba."

Aku diam dan menikmati wajah jelitanya yang belia. Kedua tanganku meraih pinggiran dahi dan pipinya. Samggul rambutnya yang sudah dilepas, membuat ujung rambut bergelombangnya jatuh di bahunya yang putih langsat.

Kudongakkan wajahnya. Pelahan kukecup bibir atasnya yang lembut dan manis. Kurasakan dengus nafasnya menghantam hidungku. Nafasnya terasa harum bunga mawar. Dia membalas kecupanku dengan ganas.

"Aku bilang jangan melawan. Diam dan nikmati." Kataku.
"Amhpunhh bagindah..." Katanya dengan nafas memburu. Lalu kuselusuri seluruh kelembutan wajahnya dengan bibirku. Kulahap dagunya yang runcing dan kuemut lehernya yang jenjang.

Aku menurunkan wajahku dan menemukan toket buah mempelamnya yang runcing dan mencuat mancung dengan pentil kecoklatan sebesar leunca yang mengeras.

Aku ingin meremas toket indah itu. Tapi lebih ingin lagi aku menikmatinya dengan lidah dan mulutku. Maka dengan lembut dan pelahan kujilat ujung pentilnya dan kurasakan sensasi pori-pori yang merinding dan desahan tertahan.
"Owh... bagindaahh... "

Sambil terus menjilati ke dua pentilnya dan dengan sesekali mengemutnya, kedua tanganku hinggap di pinggulnya dan meremas-remas buah pantatnya dengan lembut. Kurasakan getaran tubuhnya yang menggeltar keras. Seluruh pori-pori tubuhnya berdiri dan menjadi duri yang membuat rabaan telapak tanganku pada pinggiran perut dan pinggulnya tak lagi mulus.

"Owh... Bagindaahh... bagindaahh..."

Aku kini berlutut di depannya. Aku menyembah pusarnya yang kecil agak dosol, menciumi perutnya dan pinggiran selangkangannya yang pori-pori kulitnya berdiri.

"Bagindaaahhh... iikkhh... bagindaaaahhh..." Dia mengerang mendesah. Aku tak peduli. Kurenggangkan wajahku sejauh 20 cm dari pubisnya. Kunikmati pemandangan sempurna di depanku. Lipatan-lipatan paha yang membuat huruf V itu demikian nyata.

Kutatap memek tembemnya yang putih, mulus tanpa cacat. Sangat tembem dengan sebaris guratan warna coklat tua yang tipis. Guratan coklat itu pendek sekali. Sekilas kulihat kelentitnya mengintip malu-malu di ujung guratan teratas.

Akh... memek tembem yang tak bergelambir, memek abg seorang Ratu, memek jenis ini biasanya memiliki liang yang sangat sempit dan memiliki tenaga sedotan dan pijatan gerinjal yang dahsyat.

Dari ujung bawah guratan memek itu, kulihat suatu lelehan bening yang merambat menyusuri lunas pantatnya. Ketika kujulurkan ujung lidahku dan menjilatnya, cairan itu manisnya seperti madu.

Jari jemari Ratu Wulandari meremas-remas dan menjambak-jambak rambutku saat ujung lidahku memainkan belahan memeknya. Lalu ketika itilnya yang sangat pemalu itu mulai mekar aku menampar-namparnya dengan ujung lidahku.

Ini adalah memek belia yang belum tersentuh oleh apa pun. Cairan lendirnya yang ke luar pun adalah cairan lendir pertamanya. Sebagai seorang ratu, Wulandari tentunya merawat tubuhnya dengan tata cara khusus. Dia memelihara itilnya dari sentuhan tangannya sendiri, apalagi sentuhan tangan-tangan lain.

Dia 100% perawan murni.

Aku jadi merasa sedikit khawatir liang memeknya yang sangat sempit itu tidak akan sanggup menerima kepala si betok dan batangnya yang besar bergotri tiga.

Ketika ujung lidahku mengentot liang memeknya, kedua kakinya gemetar keras. Dia menggelosor lemas dan jatuh ke atas ranjang.

"Bagindaahh... bagindaahh... bagindaaaahh... bagindaaah..." Dalam keadaan mata terpejam, mulut Ratu Wulandari hanya bisa menceracau memangil-manggil "Bagindah" seperti orang yang terkena demam tinggi. Kedua kakinya yang mengangkang di kasur, bergerak-gerak seperti kaki katak berenang terbalik. Sementara kedua tangannya memegangi pangkal pahanya dengan jari jempol dan telunjuk berada di pinggiran bibir-bibir memeknya yang bergeletar mencoba menahan sensasi keinginan untuk dicoblos oleh si betok.

Kuatatap Ratu Wulandari yang tersakaw berahi.
"Bagindaaahhh... cobloshsh...lakhh... sekaarangkhhh..." Ekspresi wajah ngemis-ngemis Sang Ratu sangat memprihatikan sekali, membuat si betok menyalak-nyalak seperti seekor anjing pemburu yang melihat babi hutan buruannya. Ingin langsung melabrak.

Si betok tidak sabar menari-narik pangkal selangkanganku dengan tenaganya yang penuh nafsu untuk mengejar liang kenikmatan itu.

Namun aku secara tenang dan pelahan memperbaiki letak berbaring Ratu Perawan itu, sehingga posisinya persis lurus denganku. Ketika kutempelkan si betok di perut sang ratu, aku agak miris karena dari belahan memeknya yang tersentuh oleh buah zakar si betok; batang si betok demikian panjang hingga melewati udel sang ratu dan kepala si betok berada di pertengahan perut sang Ratu. Bagaimana ini? Bagaimana kalau aku menembusnya hingga sejauh itu? Apakah tidak berbahaya? Belum lagi diameter si betok yang besar, sedangkan liang memek Sang Ratu demikian mungil?

Ah, sudahlah. Kucoba saja dulu menempelkan kepala si betok di mulut liang memek Sang Ratu Perawanku yang pilek lendirnya sudah keterlaluan. Kutempelkan hingga persis ujung kepala si betok yang tumpul mengendus liang memek sang Ratu.

Cus!
Akhkh... panas nian liang memek sang Ratu, seperti panasnya matahari pukul 10 pagi.
"Aiikhkh... bagindaaahhh... koq chumma nempel sshhhsssiihhh...masssuukkhhinnn dongkh... yangkh... dallllaaammmkhhh..." Mohon sang Ratu.

Aku pun mengabulkan permohonan itu. Kutekan kepala si betok dengan tenaga yang lebih besar. Clep!!! Eh, kepala si betok sekarang masuk seluruhnya walau harus membuat bibir-bibir memek Sang Ratu yang bagian dalam terseruak ke luar, memamerkan warna pink kemerahannya yang sangat basah oleh cairan lendir.

"Akhkh... bagindaaahhh... terrroushhkanhhh... euuhhh..."

Sllleeerrrpp! Chrrrreeeeeepppssss!
Kutekan lagi si betok sehingga lebih dalam lagi menyelam ke dalam lorong sempit yang terasa sangat sempit dan menggerinjal.
"Owwuhkh... baaaa...giinnn... daaaahhhh.... sssshhhsssaaaakkkkiiitttsssss... taaaappppiii eeeeennnnaaakkkkhhh..." Ratu Wulandari mengerang. Pipinya menjadi sangat kemerahan dan gigi-gigi serinya yang putih tampak menggigit bibir bawahnya.

Aku menekan si betok dengan lebih kuat lagi. Srrrrtttttt... jleb...cushh...
"AAAAAKKKKhhhh.... Bagindaaaaahhh." Sang Ratu menjerit. Bibirnya meringis dengan semua bagian gigi-gigi depannya ke luar untuk menggigit bibir bagian bawahnya yang terlihat sedikit berdarah.

Wajah Ratu Wulandari memperlihatkan ekspresi rasa sakit tapi anehnya mulutnya menyeringai lebar, memperlihatk senyum kegirangan dan kebahagiaan. Suatu hal yang sangat ironis. Wajahnya kesakitan tetapi bibir tersenyum penuh kebahagiaan.

"Bagindaahh...mmmhhkkk." Desisnya.

Pada saat itu juga kurasakan sebuah cairan hangat yang terasa agak kesat di ujung kepala si betok. Karena penasaran, aku menarik si betok ke luar... ssrrrtt... pluff!!
"Bagindah, jangan dicabut!" Protes Ratu.
"Sebentar sayang." Kataku. Lalu kulihat kepala si betok keseluruhannya berlumuran darah merah yang tipis dan lengket. Ah, ini masalahnya. Yang membuat agak kesat itu adalah selaput dara sang Ratu.

"Masukkan lagi bagindah masukkan lagi... tadi udah enak malah dicabut." Ratu Wulandari sekaligus merajuk. Mulutnya manyun dan sepasang matanya yang coklat terang itu kini terbuka dan menatapku dengan tatapan ngambek yang manja.

"Ampun Paduka yang mulia, hamba mohon dengan sangat masukkan kontol baginda ke dalam liang memek hamba..."
"Sabarlah wahai Ratu. Aku sedang membersihkan dulu darah perawanmu." Kataku sambil melap kepala si betok dengan kain pakaian kerajaan.

Setelah selesai, kucelupkan lagi kepala si betok untuk menyelam ke dalam liang memek sang Ratu.

Clep. Sleeebbbbb. Blebef blebef blebefffff... eeeuuuuhhhhh!!!! JLLLEBBB!!!!

Aku menekan sekuatnya hingga senti demi senti si betok bersama batang masuk secara pelahan. Kekhawatiranku tadi bahwa si betok tidak akan bisa masuk ke dalam liang memek ratu, sama sekali tidak terbukti. Liang memek Ratu bisa dijejali si betok sampai mentok.

"Addddduuuuhhhhhhkhhkhhh.... baaagggiiindddaaaahhhh.... uuuukkkhhhh...." Erangnya ketika si betok menyelam sampai jauh... entah sampai mana.

Aku menarik si betok pelahan. Begitu ke luar, seluruh batang si betok dipenuhi buih krim warna putih susu. Sepertinya si betok baru saja dijejalkan ke dalam lautan ice cream yang hangat, sehingga ketika ke luar dia berubah menjadi betok yang lain.

"Iiiiikkkkhhhhhkkkkhhhhh.... bagindaaaaaahhh..." Begitulah erangan Ratu Wulandari saat si betok kucabut secara pelahan. Mulutnya tiba-tiba mengeluarkan suara tawa kecil yang menyeringai, menandakan dia merasakan kenikmatan aneh yang luarbiasa, yang selama hidupnya belum pernah dia rasakan. "Hi hi hi... eeennnaakkk... baginda." Katanya.

Namun ketika aku memasukkan lagi si betok ke dalam liang memeknya, kali ini dengan kecepatan yang sedikit lebih kencang, sepasang matanya pun melotot.
"Ouwkh!"

Kutarik si betok dengan lebih cepat. Dia melotot lagi.
"Ikhkh!"

Memeknya kucoblos, dia mengerang "Owkh" Si betok kutarik dia merintih "Ikh". Ketika kugenjot sebanyak 7 kali genjotan, dia mengerang dan merintih. "Owkh ikh.. owkh... ikh... owkh... ikh... owkh... ikh!"

Lalu ketika kugenjot tanpa ampun sebanyak 77 kali genjotan, dia mengerang dan merintih serta menjerit-jerit nikmat secara bersamaan.
"Owwih... bagindaah...owwih... bagindaah... bagindaah... owwih... owwih... owwih..."

Pada saat 77 kali penggenjotan itu, bermuncratanlah krim susu kenikmatan yang disemprotkan secara simultan oleh bagian dalam memek Sang Ratu beserta semprotan kecil yang berasal dari lubang kelentitnya. Owh! Ternyata itil sang ratu kini sudah berdiri tegak tidak malu-malu lagi.

Sekarang aku mulai merasakan pengaruh nyali torpedo Kuda Jantan Liar, nyali torpedo Banteng Jantan Liar dan nyali torpedo Kambing Jantan Liar yang beberapa waktu lalu kutelan. Si betok benar-benar menjadi mengeras dari kepala hingga pangkal batangnya; penuh tenaga dan energi serta semangat yang menyala-nyala.

Aku menatap Ratu Wulandari yang terpejam dan menghentikan penggenjotanku selama beberapa saat. Aku menunggu dia membuka matanya. Aku kira, dia harus bersiap diri dengan 777 kali genjotan yang akan lakukan dalam posisi missionary. Aku harus yakin dia mempersiapkan dirinya untuk itu.

"Bagindaa... me.. mengapa berhenti?" Tanyanya sambil membuka matanya.
"Aku akan mengewemu dengan 777 kali genjotan yang sangat cepat." Jawabku sambil tersenyum. "Apakah kamu siap?"
"Ampun Paduka yang Mulia Baginda Maharaja Marsudi Kasman Put... owwih... owwwih... owwih... owwih... owwwih... owwih... owwih... owwwih... owwih... owwih... owwwih... owwih... owwih... owwwih... owwih...owwih... owwwih... owwih...owwih... owwwih... owwih...owwih... owwwih... owwih...owwih... owwwih... owwih...owwih... owwwih... owwih...owwih... owwwih... owwih...owwih... owwwih... owwih...owwih... owwwih... owwih...owwih... owwwih... owwih...owwih... owwwih... owwih...owwih... owwwih... owwih...owwih... owwwih... owwih...owwih... owwwih... owwih...owwih... owwwih... owwih...owwih... owwwih... owwih...owwih... owwwih... owwih...owwih... owwwih... owwih...owwih... owwwih... owwih...owwih... owwwih... owwih...owwih... owwwih... owwih...owwih... owwwih... owwih..."

Aku tak perlu lagi menunggu basa-basinya yang terlalu panjang itu. Si betok yang sudah menggeram langsung menerjang begitu gebrakan ngentot yang pertama kugenjot dan kujejalkan seluruh kepala sekaligus batangnya sampai ke pangkal; menembus-coblos menerabas selobong liang memeknya yang bergerinjalan.

Srrr... jleb! Srrr... jleb! Srrr... jleb! Srrr... jleb! Srrr... jleb! Srrr... jleb! Srrr... jleb! Srrr... jleb! Srrr... jleb! Srrr... jleb! Srrr... jleb! Srrr... jleb! Srrr... jleb! Srrr... jleb! Srrr... jleb! Srrr... jleb! Srrr... jleb! Srrr... jleb!!!!!!

Ratu Wulandari Pertiwi Dwikencana Murni pun menjerit-jerit bagai orang gila.

"OWWIH... OWWIH...OWWIH... OWWIH...OWWIH... OWWIH...OWWIH... OWWIH... OWWIH... OWWIH... OWWIH... OWWIH... OWWIH... OWWIH... OWWIH... OWWIH... OWWIH... OWWIH... OWWIH... OWWIH... OWWIH... OWWIH... OWWIH... OWWIH... OWWIH... OWWIH... OOOOOOOWWWWWWWWWWIIIIIIIIIIIKKKKKKHHHHHHH..... BAGINDAAAAAAAAAAHHHHHHHHH!!!!!!!!!"

Currr.... Ceprot! Currr.... Ceprot! Currr.... Ceprot! Currr.... Ceprot! Currr.... Ceprot! Currr.... Ceprot! Sang Ratu menyemprotkan lendir kenikmatannya yang putih kehijau-hijauan dengan berkali-kali. Pada saat yang bersamaan, si betok yang beberapa kali merasa kecewa karena kentang yang menyebalkan, kini dengan segenap persediaan seluruh pejuh yang memenuhi ke dua buah pelirku; dengan secara membabi buta meledak-semburkan seluruh isinya secara brutal...

Crrrrrr..... CROTTT! Crrrrrr..... CROTTT! Crrrrrr..... CROTTT!
Srrr... prot... prot... prot...puh... puh... srrr... cuh cuh cuh!

Kami pun pingsan bersamaan di atas ranjang yang telah kuyup oleh keringat dan lendir kenikmatan sang Ratu. Sementara pejuhku tak setetes pun yang ke luar dari liang memek Sang Ratu.

Begitu ngecrot, memek sang ratu menyeruputnya sampai tandas. Ludas.

****
(Bersambung)
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd