Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG RIMBA ASMARA

Thema apakah yang paling anda gandrungi dalam Sub Forum Cerita Bersambung ini?

  • Hubungan sedarah atau incest, dengan mama atau saudara kandung

    Votes: 316 17,6%
  • Hubungan setengah baya atau MILF, antara yang muda dengan yang tua

    Votes: 239 13,3%
  • Hubungan sex Cukold, eksib, voyeur, mengintip dan di tempat umum

    Votes: 132 7,3%
  • Hubungan sex di kalangan remaja atau SMU/pesantren/sederajat

    Votes: 99 5,5%
  • Hubungan sex di kos-kosan mahasiswa/mahasiswi

    Votes: 85 4,7%
  • Hubungan sex Perkosaan

    Votes: 46 2,6%
  • Hubungan Sex affair di kalangan bisnis atau antar pegawai kantoran

    Votes: 99 5,5%
  • Hubungan sex dengan Bini Orang

    Votes: 159 8,9%
  • Hubungan sex dengan Laki Orang

    Votes: 16 0,9%
  • Hubungan sex di kalangan selebriti Indonesia

    Votes: 80 4,5%
  • Hubungan sex di pedesaan/ di perkampungan

    Votes: 88 4,9%
  • Hubungan sex dengan wanita berhijap/kerudung

    Votes: 332 18,5%
  • Hubungan sex romantis

    Votes: 62 3,5%
  • Scandal sex para politisi atau pejabat

    Votes: 19 1,1%
  • Hubungan sex lesbian/gay

    Votes: 16 0,9%
  • Hubungan sex lainnya

    Votes: 8 0,4%

  • Total voters
    1.796
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Updatenya mantap om cashman...ceritanya berasa real...ditunggu update berikutnya om...
 
Terimakasih updatenya, pertempuran yang panjang bagi Raja CashMan
Ditunggu updatenya
 
Selamat atas pollingnya!
  • Total voters 1.796
  • Poll closed Today at 2:56 AM.
Menurut ane ini cukup sukses.
 
Sam ting wong rasanya wong guru2 nya kasi kerjaan sbagai pebinor koq dpt yg ting2 terus2an
 
Aku duduk di bibir ranjang kulit kuda dengan kaki menelonjor lurus membentuk sudut 45 derajat. Ujung telapak bawah kakiku menekan lantai.

Si betok menggeram seperti banteng yang siap menerjang dengan hidung mengepulkan uap penasaran. Aku memasang senyum ramah kepada Randuasih Semriwingbayu yang memberikan persembahan nyali torpedo kambing liar dan arak nira. Bodinya semok dengan kulit hitam manis. Dia malu-malu menaiki pahaku. Randu asih memiliki sepasang toket sebesar buah pepaya yang bergelayutan ketika dia berjalan.

Persembahannya langsung kutelan dan kuteguk.

"Hamba mohon izin dan restu Baginda Maharaja Marsudi Kasman Putra Dewa Matahari Perkasa... untuk mencelupkan kepala kontol Baginda ke dalam liang memek hamba." Katanya dengan suara gemetar.
"Izin dan restu telah kau dapatkan wahai perawan yang cantik." Kataku.
"Puja puji Dewa untuk Baginda." Katanya sambil meraih si betok dan mengoles-oleskannya ke guratan memeknya yang rapat.
"Akh... Baginda... enak sekali... Okh... Baginda... inikah rasanya ewean? Okh... dewata agung... betapa nikmatnya kontol Baginda mengelus-elus belahan memekku ini... ikkkkhhh... geli-geli enak Baginda." Katanya dengan terus tanpa henti menggores-goreskan si betok pada sepanjang jalur belahan memeknya yang sangat cepat merespon dengan mengeluarkan lendir kenikmatan.

"Mohon izin dan restu Baginda Maharaja Marsudi Kasman Putra Dewa Matahari Perkasa, hamba ingin segera merasakan kontol baginda masuk ke dalam memek hamba sekarang... sekarang baginda... aaakkhhh.... masup baginda.... masup... akh... Para Dewata yang agung, ewean ini lezat sekali..." Katanya.

Randuasih memejamkan mata lalu dia memeluk punggungku melalui bawah ketiakku. Dagunya bersandar di pundakku. Pantatnya menggeser-geser ke depan ke belakang di atas pahaku dan si betok tahu-tahu sudah menyelam timbul tenggelam di dalam memek Randuasih.

"Okh dewata agung... ikh... ikh..." Katanya mengerang-erang.

Sambil membantu pantatnya maju mundur di atas pahaku, aku mengernyitkan kening. Tak kurasakan hujatan yang berarti terhadap si betok. Bahkan terasa hambar. Tak ada remasan yang berarti. Walau si betok mulutnya merem melek merasakan kenikmatan, tapi itu cuma kenikmatan biasa.

Tidak ada sensasinya.

Aku menduga bahwa Randuasih tentulah sudah tidak perawan. Dia mengeluarkan lendir banyak sekali, kalau ditampung mungkin ada sekitar 7 batok kelapa.

Akhirnya, setelah sekian lama mengeweku, Randuasih meledakkan puncak orgasmenya. Aku lalu mendorongnya agar dia lepas dariku dan dia kemudian berjalan dengan kedua kaki mengangkang. Agak lucu juga melihat bagaimana Randu asih berjalan mengangkang dengan pantat pental pentul dan memek memancur-mancurkan lendir kenikmatan.

Ketiga orang pengiringnya segera mendekati Randuasih dan membawanya ke luar ruangan.

Kali ini giliran ke tiga, Ratu Wulandari Pertiwi Dwikencana Murni. Namun dia mengkerut dengan tubuh gemetaran. Lintang Kemangi Ambarukmo menoleh ke arahnya dengan tidak sabar.
"Giliranmu, Yang Mulia Ratu." Kata Lintang.
"Kamu aja duluan, Ni Sanak. Aku demam. Silahkan, giliran ketigaku untukmu, biar saja aku menjadi yang terakhir."
"Terimakasih yang mulia ratu." Kata Lintang sambil berdiri dan melakukan penyerahan persembahan.

Aku menerima persembahannya berupa nyali torpedo banteng liar dan arak bunga kecubung. Begitu kutelan persembahan itu, seketika perut dan dadaku menjadi panas sementara badanku terasa melayang-layang.

Lintang duduk bersimpuh di hadapanku. Dia membuka ke dua pahaku dengan lebar, menatap kepala si betok yang mulutnya mengedip-ngedip. Lidah Lintang kemudian menjulur, dia menjilati mulut si betok dengan ujung lidahnya. Hm, cukup enak.

Setelah puas menjilati mulut si betok dan kepalanya, lidah Lintang kemudian menjilati seluruh permukaan batang si betok yang mulai merasa meringis-ringis karena cukup enak. Batang si betok masih berlumuran cairan lendir Jonggrang dan Randuasih, namun tampaknya Lintang malah menikmati cairan lendir itu dan menyeruputnya dengan semangat.

Aku sendiri sengaja memiringkan badan dengan kedua tangan ke belakang untuk menopang beban tubuhku. Dan menikmati jilatan yang cukup enak itu.

Lintang kemudian mengulum si betok dengan mulutnya lalu mengocok-ngocoknya. Sambil melakukan pengocokan dengan mulut, kulihat jari jemari Lintang mengobel-ngobel memeknya yang berbulu sangat jabrig.

Setelah puas mengocok kontolku dan mengobel-ngobel memeknya, Lintang kemudian naik ke atas ranjang kulit kuda. Jari jemari tangannya menyibakkan bibir-bibir memeknya agar liangnya yang tampak empot-empotan itu terbuka lebar. Dia kemudian menurunkan pantatnya dengan tetap jari jemarinya menyibak bibir-bibir memeknya.

Akhirnya liang memeknya pun langsung menangkup kepala si betok dan Lintang segera saja menjejalkannya sehingga si betok bersama batangnya masuk ke dalam selobong liang memeknya.

Sluuupppphhh...

"Akh... puja puji dewa untuk kontol bergotri Bagindah." Katanya sambil menduduki pangkal pahaku.

Aku menurunkan tubuhku dan menopangnya dengan sikut. Kedua lenganku bertelekan pada permukaan ranjang dan mataku melihat itil Lintang yang tebal dan besar.

Aku menahan tubuhku menerima genjotan-genjotan yang dilakukan Lintang dengan semangat.
"Ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... eweeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee....." Katanya sambil terus menggenjot tanpa henti.

Bibir-bibir memeknya terambyar-ambyar setiap kali pantatnya pental pentul menggenjot ke atas dan ke bawah, tapi anehnya si betok perasaannya biasa saja. Tidak ada sedikit pun keinginan si betok untuk muntah. Walau ewean yang dilakukan Lintang cukup nikmat dan si betok menikmatinya dengan kalem, namun sensasi menuju ledakan orgasme muntah tak dirasakan sama sekali oleh si betok.

Lintang terus menggenjot. Setiap 77 kali genjotan, dia beristirahat sejenak. Lalu meneruskan genjotannya sambil berkata:
"Ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... eweeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee....." Katanya.

Peluh bercucuran membasahi tubuh Lintang yang kuning langsat.

"Ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... ewe... eweeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee....." Dia menggenjot lagi.

Lintang meneteskan lendir tidak banyak tanda bahwa kenikmatannya juga sedikit.

"Lintang, berbaliklah." Kataku.
"Puja puji dewa, Baginda Maharaja Marsudi Kasman Putra Dewa Matahari Perkasa bersabda agar hamba mengewe kontolnya dengan cara menghadapkan punggung hamba ke wajah Baginda... " Katanya sambil berdiri dan memeknya melepaskan si betok dengan tergesa. Dia kemudian berdiri membelakangiku dan berjongkok.

Para pengiring yang masih hadir di ruangan itu memanjangkan kepalanya agar bisa lebih jelas melihat bagaimana si betok memasuki liang memek Lintang.

"Okh... dewata yang agung... iikhh..." Kata Lintang ketika si betok memasuki memeknya secara tenang dan kalem.

"Ewe... ewe... eweeeeeeeeeeeeeeeeee.... dewataaaaaaaa.... eweeeeeeeean ini enaaaaakkkkk... okh... ikh...okh..ikh..oookkkkkkhhhhhh..... iiikkkkhhhhhhh... bagindaaahhh... bagindaaaaaahhh... bagindaaahhhhh.... ewe... ewe... ewe... ewe.. EEEWWWWWWWEEEEEEEEEE.... AAAAAAAKKKKKKKKKKKKKHHHHHHHHH..... dewata yang agung.... enaaak sekali."

Lintang menyemprotkan lendir dengan sangat keras sekali. Sambil mengejan dia memeluk ke dua kakiku dengan sangat erat selama beberapa saat. Setelah merasa tenang, Lintang mencabut memeknya dan kemudian turun dari ranjang kulit kuda. Dia tersenyum bahagia.

Setelah menyembah beberapa kali, Lintang bersama pengiringnya pergi ke luar ruangan dengan ujung memeknya masih meneteskan lendir kenikmatan.

***

Sekarang giliran yang terakhir.

Aku menatap Ratu Termuda sepanjang sejarah Kerajaan Janggala Nagara ini yang masih duduk bersimpuh di tengah-tengah ruangan dengan kepala menunduk.
"Kemarilah wahai Ratu perawan yang jelita." Kataku.
"Ampunkan hamba paduka yang mulia... hamba... hamba merasa lemas tak bertenaga." Katanya.
"Pengiring, tolong bantu Ratu Wulandari Pertiwi Dwikencana Murni ke sini."

Setelah melakukan gerakan penyembahan di tempat duduknya, para pengiring itu mendekati Ratu Wulandari, memapahnya dan membawanya ke hadapanku dengan jarak satu langkah.

Saat dipapah itu, kulihat Ratu Wulandari memiliki proporsi tubuh yang sempurna. Kulitnya putih langsat tanpa cacat. Wajahnya sangat cantik. Dia menggerai rambut ikalnya yang panjang sebahu. Kepalanya masih mengenakan mahkota emas dengan batu intan biru langit sebagai matanya. Hidungnya runcing dan bangir dengan mulut berbibir mungil nan tipis. Sepasang mata besarnya memiliki bolamata coklat yang cemerlang. Alisnya tinggi dan tebal.

Ekspresi wajahnya memancarkan kegembiraan dan kebahagiaan.

"Mengapa kamu mera lemas wahai Ratu Wulandari yang cantik dan jelita?" Tanyaku.
"Ampun paduka yang mulia, Paduka tidak akan pernah tahu betapa perasaan hamba sangat bahagia saat ini bisa berhadapan langsung dengan Baginda Maharaja Marsudi Kasman Putra Dewa Matahari Perkasa, yang sangat gagah dan ganteng." Katanya. "Hamba tidak sanggup menahan kebahagian ini Baginda. Inilah yang menyebabkan seluruh tubuh hamba lemas tak bertenaga."

Aku tertawa pelan dan bijak.

Ratu Wulandari mendongak ke arahku dan menatapku dengan penuh keheranan.
"Tentu saja aku takkan pernah tahu bagaimana perasaanmu yang sesungguhnya kepadaku. Apakah kamu benar-benar bahagia sehingga merasa lemas seperti yang kamu katakan ataukah kamu merasa takut. Ataukah perasaan lainnya. Aku sungguh tidak tahu." Kataku dengan suara tenang dan kalem. "Wahai Ratu Wulandari yang cantik jelita dengarlah, aku melakukan semua ewean ini bukan karena aku ingin melakukannya. Tapi aku harus melakukannya. Aku mengemban amanat Undang-Undang Kerajaan."

"Puja puji Dewa, Baginda. Hamba paham." Katanya.
"Jika kau tak ingin melakukannya, cepatlah berpakaian."
"Ampun yang mulia Baginda Maharaja Marsudi Kasman Putra Dewa Matahari Perkasa, hamba menginginkannya." Katanya sambil memeluk kedua kakiku. "Hamba sangat... sangat... sangat menginginkannya. Tapi saat ini, hamba entah mengapa merasa sangat lemas."
"Bangkitlah wahai Ratu yang cantik. Aku tahu kamu memiliki tatakrama yang tinggi. Kamu tak mungkin kenthu di bawah tatapan puluhan pasang mata. Kamu adalah seorang Ratu yang tinggi kamu tentu menginginkan privasi."
"Oh dewata... betapa bijaknya baginda. Tepat sekali apa yang baginda sabdakan... hamba sangat menginginkan kontol baginda mengewe memek hamba yang masih perawan ini, puja puji dewa, paduka sungguh tinggi dan bijak." Katanya.
"Sudahlah Ratu Wulandari tak perlu dirisaukan, cepat kenakan pakaian. Aku akan melaksanakan tugas ke dua menyelesaikan sengketa kuda."
"Mohon ampun Baginda Maharaja Marsudi Kasman Putra Dewa Matahari Perkasa, selama baginda belum mengewe hamba sebagai tugas negara, hamba berhak mendampingi paduka ke mana pun paduka pergi. Ini adalah Undang-undang Kerajaan."
"Baik. Aku tahu." Kataku dengan suara sandiwaraku yang sok tahu. "Sekarang, mari kita pergi ke tempat sengketa.... Patih, tolong pakaianku."

Para patih berlarian dengan menggunakan lutut dan memakaikan pakaian kebesaran kerajaan beserta asesorisnya kepadaku. Setelah selesai, sejumlah patih lain dan hulubalang berbaris rapi di dalam ruangan. Mereka mengenakan pakaian sesuai dengan pangkatnya masing-masing, berjajar dua baris dengan setiap barisnya ada 11 orang. Empat orang di baris paling belakang kulihat menyelendangkan gendewah beserta puluhan anak panah yang digendong di punggungnya.

Empat orang pertama di dua baris awal, adalah patih-patih pilihan terbaik, Merekalah yang datang berkuda menjemputku beberapa saat setelah aku ke luar dari pintu ke lima.

Mahapatih Mada Rajasa datang dengan terhuyung-huyung. Lututnya masih gemetar. Disusul kemudian oleh Ratu Wulandari Pertiwi Dwikencana Murni. Dia mengenakan kebaya hijau langit dan rambutnya disanggul dengan mahkota emas sebagai kondenya. Kain samping bawahannya bercorak kotak warna coklat kayu. Dia tampak cantik dan anggun.

Setelah menyembah sebentar, Ratu Kerajaan Lokajiwa itu berdiri di sampingku untuk mendampingiku.

Mahapatih Mada Rajasa segera memimpin rombongan menuju tempat sengketa di mana aku akan melaksanakan tugasku sebagai raja. Raja yang memiliki kekuatan hukum tertinggi dalam memutuskan suatu persoalan di masyarakat.

Ratu Kerajaan Lokajiwa
Yang Mulia Wulandari Pertiwi Dwikencana Murni

 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd