RIMBA ASMARA
Arca Sang Pembinor Abad ke 15
di Candi Sukuh, Kabupaten Karanganyar
Jawa Tengah
Aku terjaga dengan seluruh tubuh bersimbah keringat. Hidungku mengering oleh darah dan terasa sakit untuk bernafas. Mulutku bau anyir. Antara sadar dan tidak, aku menikmati elusan air hangat dari tangan-tangan yang halus. Aku terkapar di ranjang yang dilapisi plastik yang terasa tidak enak menyentuh kulit.
Aku mengerang.
Tubuhku terasa patah semuanya. Selangkanganku masih terasa panas. Batang kemaluanku terasa sangat linu dan sakit. Berkali-kali aku tak kuasa menahan kencing yang sangat perih. Dadaku sesak dan perutku sangat kelaparan.
Ketika kesadaranku sepenuhnya kembali, mataku melihat dengan samar dua bayangan perempuan. Yang satu berusia sekitar 40-an dan yang satunya lagi sekitar 25-an. Tapi aku lupa siapa mereka.
Mereka tersenyum.
Mereka menyeka seluruh bagian tubuhku dengan waslap basah air hangat yang harum bunga melati.
"Kelihatannya dia sudah siuman, Ceu." Kata si perempuan muda dengan suara yang lembut.
"Iya, Neng. Pesan Eyang Suta, kalau Cep Kasman sudah siuman, kita harus memandikannya dengan air hangat yang dicampur dengan minyak melati."
"Aa Kasman sebenarnya kenapa Ceu?"
"Ceuceu juga tidak tahu."
"Emmm kasihan ya. Dia seperti sangat kesakitan."
"Dari malem neng dia menjerit-jerit kayak orang disiksa cambuk sampai menggelepar-gelepar."
"Ceu..."
"Iya, Neng ada apa?"
"Aa Kasman ininya gedhe banget ya? ada benjol-benjol gotrinya lagi, alami... mmm... boleh enggak ya Ceu dicobain diemut..."
"Jangan Neng, nanti Eyang Suta marah."
"Eyang Suta kan enggak ada... cobain yuk?" Kata Suara perempuan muda itu. "Apa Ceuceu enggak ngiler lihat ini barang bagus... hmm?"
"Ceuceu ya ngiler, Neng. Tapi kan dia majikan Ceuceu, masa Ceuceu berani."
"Neneng enggak tahan lihat dari tadi barang ini bergerak-gerak."
"Jangan Neng." Kata perempuan yang lebih tua itu. "Neneng kan diminta ngebantuin Ceuceu membersihkan badan Cep Kasman sama Eyang Suta... lihat hidungnya mengeluarkan darah lagi... ayo bersihkan."
Aku mendengarkan suara pembicaraan mereka, lalu pingsan lagi.
***
(Bersambung)