Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG RIMBA ASMARA

Thema apakah yang paling anda gandrungi dalam Sub Forum Cerita Bersambung ini?

  • Hubungan sedarah atau incest, dengan mama atau saudara kandung

    Votes: 316 17,6%
  • Hubungan setengah baya atau MILF, antara yang muda dengan yang tua

    Votes: 239 13,3%
  • Hubungan sex Cukold, eksib, voyeur, mengintip dan di tempat umum

    Votes: 132 7,3%
  • Hubungan sex di kalangan remaja atau SMU/pesantren/sederajat

    Votes: 99 5,5%
  • Hubungan sex di kos-kosan mahasiswa/mahasiswi

    Votes: 85 4,7%
  • Hubungan sex Perkosaan

    Votes: 46 2,6%
  • Hubungan Sex affair di kalangan bisnis atau antar pegawai kantoran

    Votes: 99 5,5%
  • Hubungan sex dengan Bini Orang

    Votes: 159 8,9%
  • Hubungan sex dengan Laki Orang

    Votes: 16 0,9%
  • Hubungan sex di kalangan selebriti Indonesia

    Votes: 80 4,5%
  • Hubungan sex di pedesaan/ di perkampungan

    Votes: 88 4,9%
  • Hubungan sex dengan wanita berhijap/kerudung

    Votes: 332 18,5%
  • Hubungan sex romantis

    Votes: 62 3,5%
  • Scandal sex para politisi atau pejabat

    Votes: 19 1,1%
  • Hubungan sex lesbian/gay

    Votes: 16 0,9%
  • Hubungan sex lainnya

    Votes: 8 0,4%

  • Total voters
    1.796
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Jadi pengen punya ilmunya Bang kasman, bisa menyesuaikan ukuran hehehehehe
 
Wah pasti memwknya lena enak tuh hu krna glambirnya dah hmmmmm enak banget klo di kenyot2 berasa makan kikil hehehehe kpo konti ane ya pasti g'bakal berasa hehehe
 
Jum'at, 1 Februari 2019.
Hari Pertama Kerja.

Tentu saja ini adalah hari yang bersejarah bagiku. Hari pertama aku merasakan menjadi pucuk pimpinan tertinggi di suatu unit.

Aku mengenakan outfit terbaik. Stelan jas lengkap tanpa dasi, warna abu tua. Kemeja krem pias. Sepatu pantofel, hak tinggi. Gesper kulit. Jam tangan manual, silver. Rambut setengah ikal kusisir rapi. Parfum.

Apalagi?

Aku turun dari mobil pukul 7.30 pagi. Hendra Sanjaya dan Kohar, Security, sudah siap di pintu lobby. Otang dan Gugun, cleaning service, sudah menyelesaikan tugas paginya dengan baik. Halaman depan kantor masih sepi. Tukang parkir yang bernama Dani itu sedang merokok di ujung pojok halaman.

Kuucapkan selamat pagi ketika memasuki ruangan, yang menjawab sepi.

Head front office dan staff acounting belum datang. Winda dan Nuning, teller, baru saja datang. Sindi, CS, sedang sarapan di dapur. Head KCP Rancaekek, Majalaya dan Sapan sudah duduk di meja meeting lantai 2, menunggu. Manajer operasional, teknisi perawatan sistem dan IT, belum hadir. Staff yang khusus mengelola berkas HRD dan Arsip, Nurdin, sedang memperbaiki stop kontak yang rusak.

Aku menelan ludah.

Masuk ke ruang kerjaku yang kecil dan sempit, 10 surat sudah menunggu untuk dibalas. Ketika komputer kunyalakan, 75 surat elektronik dari berbagai cabang dan pusat, terlihat bertanda merah. Tanda notifikasi belum dibuka.

Dengan jumlah personil yang ada, aku melakukan meeting singkat 15 menit. Aku memperkenalkan diri dan menyampaikan gagasan secara garis besar. Tak ada yang menyambut.

Aku tahu, aku masih teramat muda untuk posisi ini. Tapi sambutan dingin itu hanya menyulut api perubahan yang ingin kukobarkan di sini. Perubahan yang akan menyembelih siapa saja para pemalas manja yang bergaji besar. Perubahan yang akan membersihkan parasit di tubuh bank yang melayani masyarakat dengan hati ini.

Tugasku adalah membina staff agar bisa bekerja dengan baik sehingga tujuan perusahaan bisa tercapai. Jika staff tidak bisa dibina, maka harus dibinasakan. Soalnya, ada ribuan orang di luar sana yang siap menggantikan mereka.

Dan mereka akan dengan senang hati menumpahkan seluruh kemampuan terbaiknya untuk memajukan bank ini... bila diberi kesempatan.

Tunggu 3 bulan lagi. Bank Cabang Cicalengka akan menjadi Cabang terbaik di seluruh Indonesia. Ini aku, Marsudi Kasman, berjanji.

***

Sore.
Waktu berlari cepat dan jam kerja habis di ujung jam empat. Kantor mulai sepi. Hari pertama yang buruk. Awal yang jelek. Mang Emen yang pias. Juber yang cengar-cengir.

Terasa hampa dan kosong.

Pulang ke rumah kontrakan, masuk ke ruang kerja. Melamun. Sepertinya ada yang menekan di dada entah apa. Rasa gelisah berputar-putar di kepala. Ketakutan dan kecemasan tiba-tiba saja datang melanda.

Ada apa ini?
Firasat apa ini?

Bayangan-bayangan hitam berlarian mengelilingiku. Aku mendengar tawa mereka yang mengerikan. Mula-mula mereka berjumlah 7, lalu berubah menjadi 77, lalu bertambah menjadi 777... mereka terus bertambah. Lalu menjadi awan hitam. Ruang kerjaku menjadi gelap. Kepalaku sakit seperti kena hantaman palu godam.

Kudengar dikejauhan suara jeritan kesakitan yang menyayat. Sangat menyayat. Aku menangis mendengar suara jeritan itu. Tapi aku tidak bisa melakukan apa-apa. Suara jeritan itu adalah suara jeritan Lena. Magdalena Santosa, gadis yang akan kucintai dan akan kubahagiakan selama hidupku.

Lena memanggil-manggil namaku. Tapi aku tidak bisa meraihnya. Aku mengejarnya tapi bayangan hitam itu menutup jalanku, membutakan penglihatanku. Aku buta. Aku buta.
"Lenaaaaaaa!!!" Akhirnya aku memanggil namanya.

Begitu aku berteriak memanggil namanya, aku langsung tersadar dari tidurku yang sekejap di atas tikar daun pandan di ruang kerja. Kulihat Eyang Suta dan Eyang Jiwo duduk di sampingku, tersenyum pedih. Malam sudah jatuh.

"Sabar tole, sabar."
"Sabar Jang Kasman sabar."

Aku tak mengerti maksud mereka.

"Apa maksudnya eyang?"
"Pokoke sabar."
"Iya Jang, yang penting harus sabar dan tabah."

Entah mengapa tiba-tiba hatiku demikian pedih seperti disayat-sayat pisau belati mendengar kata-kata mereka.

"Tugasmu mengumpulkan 7 air curug sebentar lagi rampung. Itu artinya sebentar lagi prosesi bisa dimulai. Tinggal 1 kendi lagi. Kamu harus mengambilnya di curug Kahyangan yang terletak di jantung Rimba Asmara." Kata Eyang Suta dengan suara gemetar. Belum pernah aku sebelumnya mendengar nada Eyang Suta demikian sedih dan pilu.
"Tapi saya baru mengumpulkan 5 kendi Eyang." Kataku.

Eyang Suta terdiam cukup lama.

"Semuanya sudah terjadi. Nasi sudah menjadi bubur." Kata Eyang Suta setelah terdiam beberapa lama. "Kendimu yang ke-6 harus kamu isi dengan air curugmu sendiri."

"Maksudnya apa, eyang? Saya tidak paham."
"Maksudnya adalah... kamu harus mengisi kendi dengan air pejuhmu sendiri."
Aku diam. Berpikir sejenak. Ini berarti aku harus masturbasi sampai crot.
"Apakah... apakah harus sampai penuh, Eyang?" Tanyaku, agak ragu.

Eyang Suta dan Eyang Jiwo kulihat tersenyum simpul. Tapi raut wajah mereka tetap menunjukkan rasa sedih.
"Tidak perlu." Kata Eyang Suta. "Yang penting, pas muncrat pejuhmu harus langsung masuk ke dalam lubang mulut kendi."
"Baiklah. Apakah harus sekarang Eyang?" Tanyaku.

Eyang Suta berpaling ke arah Eyang Jiwo.
"Apakah harus sekarang Kisanak?" Tanya Eyang Suta. Eyang Jiwo mengangguk.

Eyang Suta pergi ke luar ruang kerja dan kembali lagi membawa kendi. Mak Onah mengikuti di belakangnya dengan ekspresi wajah yang aneh. Dia menatapku sejenak.
"Maafkan Emak Cep Kasman, emak diperintah sama Eyang Suta." Kata Mak Onah sambil melepaskan ikatan gesper, lalu menarik celana pantalon katunku sekaligus celana dalamku sampai kira-kira di pertengahan paha.
"Aduh, Cep Kasman. Koq gedhe amat. Emak jadi enggak tahan." Mak Onah berkata dengan berseru penuh keterkejutan.
"Onah!" Kata Eyang Jiwo dengan suara tegas. "Lakukan tugasmu dengan baik. Kamu tidak boleh menjilatnya apalagi menggelomohnya. Tugasmu hanya mengocoknya sampai muncrat. Nih, gunakan minyak melati ini." Kata Eyang Jiwo sambil menarik telapak tangan Mak Onah dan menetesi kedua telapak tangan Mak Onah beberapa tetes minyak melati yang sangat harum.

Kulihat sekejap Mak Onah menjilat-jilat bibirnya sendiri.

"Dan kamu Jang Kasman, kamu tidak boleh menyentuh kontolmu. Kedua tanganmu harus pokus memegang kendi." Kata Eyang Suta.
"Baik, Eyang." Kataku.

Mak Onah pelahan dan lembut meraih batang kontolku dan mulutnya tak bisa ditahan untuk tidak berseru "wow" dengan tatapan sepasang matanya berbinar-binar. Kemudian, Mak Onah dengan cekatan membangkitkan batang kontolku dengan kedua tangannya menggenggam batang kontolku dan mengocoknya pelahan. Berkali-kali rambut Mak Onah dijambak oleh Eyang Suta agar kepalanya tidak menyorong ke arah kontolku dengan mulut menganga siap melahap kepala si betok.

Sambil mengocok dengan kedua tangannya, Mak Onah sepertinya tak bisa dihentikan akan melahap kepala si betok. Namun dengan sigap akhirnya Eyang Jiwo melepaskan celana batiknya dan menyorongkan batang kontolnya yang sudah tua itu, namun terlihat masih kekar, ke dalam mulut Mak Onah.

Mak Onah pun dengan lahap mengemutnya. Menyedotnya. Eyang Jiwo terkekeh-kekeh nikmat dan membuat Eyang Suta pun ikut melepaskan celana pangsinya.
"Gantian kisanak." Kata Eyang Suta.
"Tunggu sebentar... ah... he he he... enak."

Karena tak sabar, Eyang Suta pun menyorongkan batang kontolnya ke dalam mulut Mak Onah yang segera melepaskan kontol Eyang Jiwo dan beralih kepada kontol Eyang Suta.
"Mh..emh... emh..." Suara erangan Mak Onah tersumpal oleh batang kontol Eyang Suta yang kecil namun panjang.

Kocokan kedua tangan Mak Onah semakin lama semakin cepat, aku dengan sengaja segera mengejan dan mengalirkan pejuh di dalam buah zakarku untuk segera naik menuju kepala kontolku. Si betok pun megap-megap ketika dia akan memuntahkan pejuh itu.
"Cepat Mak, cepat." Kataku.

Mak Onah mempercepat kocokan pada kontolku yang ternyata diikuti kecepatan kocokan pada mulutnya yang mengocok kontol Eyang Suta.

"Arghh..." Aku mengeluh dan menyemprotkan pejuhku tepat ke arah lubang mulut kendi.

Srrrr... crot!!!!
Slurp, masuk ke dalam kendi.

Aku segera melepaskan diri dari tangan mak Onah dan menutup kendi. Aku bangkit dan menyingkir dari tikar pandan, lalu duduk di kursi kerjaku dengan batang kontol masih berdenyut-denyut. Kulihat tangan Mak Onah melepaskan rok dan celana dalamnya dengan cepat, lalu dia secara membabi buta mengobel-ngobel memeknya sendiri yang ternyata berjembut lebat sambil mulutnya terus mengocok kontol Eyang Suta.

Eyang Jiwo terkekeh-kekeh dan menahan tangan Mak Onah. Lalu menyelipkan kontolnya ke dalam liang memek Mak Onah yang sudah menganga. Menggenjotnya dengan penuh perasaan sambil terkekeh-kekeh kenikmatan.
"He he he... enak... enak... enak." Katanya. Beberapa saat kemudian Eyang Jiwo melolong keras ketika dia memuncratkan pejuhnya di dalam memek Mak Onah.
"Aung..." Lolongnya. Kemudian tubuhnya bergidik gemetar. Sementara itu Eyang Suta pun menggeram penuh kenikmatan dan memuncratkan pejuhnya di dalam mulut Mak Onah.
"Grrrrrr.... enak... enak... grrrrr...." Kata Eyang Suta.

Setelah itu tampak Mak Onah berguling-guling sendirian di atas tikar pandan. Sampai akhirnya dia menungging sambil mencelupkan kedua tangannya ke dalam memeknya dengan kedua paha menjepitnya dengan keras.

Brot! Brot! Brot!
Mak Onah memuncratkan pejuh kenikmatannya. Lalu terguling dan terkapar di atas tikar pandan. Matanya terpejam dan mulutnya tersenyum bahagia.
"Enaaakkkk..." Bisiknya.

Lalu Mak Onah pun terlelap pingsan.

***

Selama peristiwa itu berlangsung, Juber dengan tatapan dingin dan tak acuh berdiri di ambang pintu. Kedua tangannya menating baki berisi teko tanah liat dan tiga cangkir serta kotak tembakau, menanti saat yang tepat untuk meletakkannya di hadapan gurunya, Eyang Suta.

Setelah semuanya selesai, barulah Juber meletakkan baki itu. Dia lalu mengangkat tubuh Mak Onah yang cukup semok dan yang masih pingsan dalam kenikmatan, lalu membawanya ke kamar Mak Onah sendiri di belakang dekat dapur.

Aku sedikit terkejut juga, walaupun Juber badannya kecil, namun ternyata tenaganya sangat kuat.

Setelah Mak Onah dipindahkan, kami duduk bertiga di atas tikar mengerumuni baki. Aku mengisi cangkir dengan kopi dan melinting daun kawung. Selama beberapa menit kami menikmati kopi dan rokok daun kawung sambil terdiam.

Kuperhatikan dengan seksama, wajah Eyang Jiwo dan Eyang Suta tampak bahagia.

***
(Bersambung)
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd