Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG RIMBA ASMARA

Thema apakah yang paling anda gandrungi dalam Sub Forum Cerita Bersambung ini?

  • Hubungan sedarah atau incest, dengan mama atau saudara kandung

    Votes: 316 17,6%
  • Hubungan setengah baya atau MILF, antara yang muda dengan yang tua

    Votes: 239 13,3%
  • Hubungan sex Cukold, eksib, voyeur, mengintip dan di tempat umum

    Votes: 132 7,3%
  • Hubungan sex di kalangan remaja atau SMU/pesantren/sederajat

    Votes: 99 5,5%
  • Hubungan sex di kos-kosan mahasiswa/mahasiswi

    Votes: 85 4,7%
  • Hubungan sex Perkosaan

    Votes: 46 2,6%
  • Hubungan Sex affair di kalangan bisnis atau antar pegawai kantoran

    Votes: 99 5,5%
  • Hubungan sex dengan Bini Orang

    Votes: 159 8,9%
  • Hubungan sex dengan Laki Orang

    Votes: 16 0,9%
  • Hubungan sex di kalangan selebriti Indonesia

    Votes: 80 4,5%
  • Hubungan sex di pedesaan/ di perkampungan

    Votes: 88 4,9%
  • Hubungan sex dengan wanita berhijap/kerudung

    Votes: 332 18,5%
  • Hubungan sex romantis

    Votes: 62 3,5%
  • Scandal sex para politisi atau pejabat

    Votes: 19 1,1%
  • Hubungan sex lesbian/gay

    Votes: 16 0,9%
  • Hubungan sex lainnya

    Votes: 8 0,4%

  • Total voters
    1.796
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Wadadidaww....Icih, kayaknya ada aroma GB nih....lanjutt suhu, bikin Icih lemesszz
 
Masib ke empat istri nya bagaimana ini..? apakah akan Bubar..?
 
Aku benar-benar terlelap. Tidur nyenyak dengan nyaman. Tapi anehnya, kenapa aku bisa mendengar pembicaraan Eyang Suta dan Eyang Jiwo di kamar kerja, ya?

Aku tidur lelap tapi aku bisa mendengar suara pembicaraan itu dengan jelas.

"Si Emen kena, Ki. Luka parah. Curug Dago biar kecil tapi kuat." Kata Eyang Suta. "Untung sudah ada ketumbar hitam, jadi dia bisa bertahan."
"Harusnya kita ikut ngawal, Ki Suta." Kata Eyang Jiwo. "Tapi kita juga kan ada urusan di Candi Sukuh sama di Cetho."
"Si Rogo ke mana ya?" Tanya Eyang Suta.
"Dia ke kemukus, memantau pesugihan politik. Tapi di kemukus kenthunya sudah engga bener. Di sana kekuatannya semakin lemah."
"Menurut Ki Jiwo, eweannya si pembinor kita sudah madep belum?"
"Tadi barusan? Sama Icih tho? Sudah cukup. Tapi gotrinya yang belum maksimal. Dia harus menelan ketumbar hitam tiap pagi satu biji. Biar kuat kayak gergaji."
"Icih lendirnya banyak juga ya Ki?"
"Kakehan malahan, Ki. Besok lusa Icih akan menemukan harta karun kakeknya. Lebih dari cukup untuk modal usaha Keripik Pedasnya." Kata Eyang Jiwo.
"Besok Jang Kasman terpaksa harus pergi sendiri, si Juber engga bisa nemenin. Dia nunggu air curug dalam kendi di sini."
"Ya mau ndak mau si tole harus menyelesaikannya sendiri. Suasana politik sekarang makin panas, De Rogo lagi sibuk-sibuknya. Kasman... Kasman..." Kata Eyang Jiwo sambil gegetun. "Ki Suta, sebelum ke Karanganyar kita harus ke Solo dulu. Sebab semua peserta prosesi itu, semuanya lo ya, adalah pendukung wong Solo semua."
"Tapi kata Ki Rogo, 85% kekuatan hati rakyat ada di orang Jakarta itu." Kata Eyang Suta. "Apa wong Solo itu bisa memenangkan pertandingan untuk yang ke2 kalinya? Padahal tipu-tipunya juga sudah ketahuna kan?"
"Alaaaahhh, itu kecil. Wong Solo pasti menang koq, yang penting si pembinor bisa melaksanakan prosesi tepat pada waktunya."
"Kalau begitu, Ki, ayo kita berangkat sekarang." Kata Eyang Suta.
"Ayo. Sekalian adu lari kalau sampean berani." Kata Eyang Jiwo dengan nada bercanda.
"Ha ha ha... Ki Jiwo ini bisa aja... sudah ayo sini kugendong. Biar cepet nyampe." Kata Eyang Suta.
"Sek toh tak ikat dulu blangkonnya, biar ndak terbang kayak kemaren... Nah, sip."
"Aku mau pake Jurus Kuda Terbang, pegang kuat-kuat Ki Jiwo."
"Siap, ayo."

Shrrriiiinnngggg...

***

Kamis, 31 Januari 2019

Aku terbangun dalam keadaan telanjang bulat. Mak Onah yang hendak membereskan kamar berdiri terbengong-bengong di ujung ranjang.
"Ada apa mak?" Tanyaku sambil turun dari ranjang. Batang kontolku yang setiap pagi selalu bangun itu tampaknya membuat sudut 90 derajat dengan perutku dan membuat sepasang mata Mak Onah melotot.
"Eh, enggak Cep." Kata Mak Onah gugup.

Aku mengambil handuk yang tersampir di sandaran kursi lalu menuju kamar mandi. Sekilas kulihat Mak Onah mengelus-elus memeknya.

Setelah mandi dan sarapan, aku pergi ke halaman dan melihat mobil sudah siap untuk berangkat. Tapi sopirnya, Mang Emen, tidak ada di teras. Juber tiba-tiba datang dari arah alun-alun dan berkata kalau Eyang Suta menyuruhku untuk meminum sebiji ketumbar hitam.
"Mang Emen lagi tidur, Pak. Di ruang kerja." Kata Juber saat kutanya di mana Mang Emen. Juber juga mengatakan kalau Icih dan Mang Kemed sudah berangkat pagi-pagi sekali ke Garut. Kata Juber, Mang Kemed mohon maaf karena tidak bisa pamitan. Kujawab tak apa-apa.
"Kalau begitu aku akan pergi sendiri, biarin Mang Emen istirahat. Jangan diganggu." Kataku.
"Iya Pak, siap."

Aku melajukan mobil pelahan.

Setelah mengetahui khasiatnya, aku meminum 2 biji ketumbar hitam dan badanku menjadi sangat enteng. Aku mengendarai mobil dengan nyaman. Tiba di Cileunyi, Lena menelpon hanya untuk sekedar mengucapkan selamat pagi.
"Hi sayang, aku lagi males bangun." Katanya.
"Kenapa?" Tanyaku.
"Soalnya semalem aku engga bisa tidur mikirin kamu."
"Kalau aku malah sebaliknya, semalem aku nyenyak sekali tidurnya. Untung mimpiin kamu, jadi sekarang aku semangat." Kataku.
"Iiiihh... sayang. Kenapa enggak ngajak-ngajak sih mimpinya, biar aku ikutan semangat." Kata Lena.

Dalam kondisi lalulintas lancar, dari Cileunyi ke Cibiru itu cuma 10 menit. Seorang Polisi menegurku karena menelpon sambil berkendara. Aku cepat mengangguk dan tersenyum kepada polisi itu. 3 menit kemudian aku membelokkan mobil ke rumah Opanya Lena dan meneruskan pembicaraan telpon.
"Hallo... Mar... hallo..." Kata Lena kesal di ujung telpon. "Kenapa sih, kamu dengerin aku enggak?"
"Enggak sayang... aku enggak dengerin kamu. Tapi aku lagi ngeliatin kamu rebahan dari jendela." Kataku saat turun dari mobil dan menemukan sebuah jendela dari kamar paviliun itu terbuka. Ternyata benar seperti yang aku duga, kamar paviliun itu adalah kamarnya Lena.
"Aaahhh sayang... engga mau... aku masih jelek." Katanya ketika aku menongol di ambang kusen jendelanya.

Aku tersenyum.

Aku melepaskan sepatu dan meloncat masuk ke dalam kamarnya.
"Engga mau." Lena menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Kupegang kedua tangannya yang menutupi wajahnya dan kutarik.
"Iya bener kamu jelek sekali." Kataku lalu aku menciumi bibirnya yang sangat lembut dengan nikmat walau nafasnya masih bau. Tapi aku tidak peduli.

Lena membalas ciumanku dengan ganas. Malahan dengan gairah yang sangat membara. Tiba-tiba dia melepaskan ciuman dan menjauhkan wajahku dari wajahnya dengan tangannya.
"Mar, kamu jangan menyangka aku yang enggak-enggak ya." Katanya.
"Engga, aku engga akan menyangka kamu yang engga-engga. Emang kenapa?"

Lena diam.
"Aku engga perawan." Katanya.
"Terus? Masalahnya apa? Aku juga engga perjaka."

Lena menatapku tajam.
"Aku pernah pacaran sama bule, jadi jika aku merasa kurang puas, kamu jangan kecewa." Katanya. "Jujur aja Mar, aku baru putus dengan Leo dua minggu kemarin, dia merasa minder karena tidak bisa memuaskan aku."
"Aku bisa." Kataku.
"Jangan terlalu PeDe, Mar. Aku baru aja sayang sama kamu, aku ingin kamu enggak kecewa lalu mutusin aku."
"Kamu engga percaya ya?" Kataku.
"Maaf." Kata Lena.

Aku tersenyum. Kutatap matanya dengan lembut. Dalam hati aku yakin bisa membuat memeknya ambyar dengan genjotan kontolku.

***
(Bersambung)
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd