Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG RIMBA ASMARA

Thema apakah yang paling anda gandrungi dalam Sub Forum Cerita Bersambung ini?

  • Hubungan sedarah atau incest, dengan mama atau saudara kandung

    Votes: 316 17,6%
  • Hubungan setengah baya atau MILF, antara yang muda dengan yang tua

    Votes: 239 13,3%
  • Hubungan sex Cukold, eksib, voyeur, mengintip dan di tempat umum

    Votes: 132 7,3%
  • Hubungan sex di kalangan remaja atau SMU/pesantren/sederajat

    Votes: 99 5,5%
  • Hubungan sex di kos-kosan mahasiswa/mahasiswi

    Votes: 85 4,7%
  • Hubungan sex Perkosaan

    Votes: 46 2,6%
  • Hubungan Sex affair di kalangan bisnis atau antar pegawai kantoran

    Votes: 99 5,5%
  • Hubungan sex dengan Bini Orang

    Votes: 159 8,9%
  • Hubungan sex dengan Laki Orang

    Votes: 16 0,9%
  • Hubungan sex di kalangan selebriti Indonesia

    Votes: 80 4,5%
  • Hubungan sex di pedesaan/ di perkampungan

    Votes: 88 4,9%
  • Hubungan sex dengan wanita berhijap/kerudung

    Votes: 332 18,5%
  • Hubungan sex romantis

    Votes: 62 3,5%
  • Scandal sex para politisi atau pejabat

    Votes: 19 1,1%
  • Hubungan sex lesbian/gay

    Votes: 16 0,9%
  • Hubungan sex lainnya

    Votes: 8 0,4%

  • Total voters
    1.796
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Ki Rogo Bodho memasuki ruang kerjaku kira-kira 25 menit kemudian. Dia masuk ke dalam ruang kerja sambil bersenandung, menyenandungkan sebuah kidung Jawa Klasik tentang pengasihan.

Selama menunggu, baik Eyang Jiwo maupun Eyang Suta tidak banyak bicara, mereka dan aku sibuk dengan pikiran masing-masing serta kepulan-kepulan nikotin daun kawung dengan tembakau asli yang nikmat. Tidak lama kemudian Juber menyusul masuk membawa teko tanah liat berisi kopi jahe.

"Silahkan Ki Rogo untuk meneruskan kelanjutan ceritanya." Kata Eyang Suta.
"Baiklah, akan saya lanjutkan." Jawab Ki Rogo setelah mengisi cangkirnya dengan kopi jahe yang masih panas. "Jadi masalah sosial politik adalah masalah hubungan timbal balik antar seorang manusia atau sekelompok manusia untuk mencapai tujuan-tujuan hidupnya yang diwujudkan dalam bentuk suatu lembaga kekuasaan yang sudah disepakati bersama." Kata Ki Rogo Bodho sambil melinting rokok daun kawungnya.

"Dalam hal perkembangan kekuasaan di wilayah Nusantara ini, tentulah kita pertama-tama tidak boleh melupakan kekuasaan pertama yang diwujudkan dalam bentuk lembaga kekuasaan berupa kerajaan-kerajaan tertua yang pernah ada di wilayah ini. Terutama yang kekuasaanya berpusat di pulau-pulau Nusantara seperti Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Irian, Maluku, Bali, Lombok, Timor dan lain-lain.

Namun tentulah kerajaan pertama kali yang muncul dan berdiri secara gilang gemilang nan makmur sentosa adalah Kerajaan Jiwa yang didirikan oleh Bangsa Sindhu, kira-kira 45.000 purnama yang lalu. Atau kurang lebih 7.500 tahun yang lalu. Atau menurut perhitungan Kalender Matahari kira-kira 5500 SM (Sebelum Masehi).

Bangsa Sindhu memiliki ciri khas fisik berupa kulit putih pucat seperti warna putih daging buah salak. Matanya besar-besar dengan warna bola mata Hitam, Coklat dan Biru dengan hidung rata-rata agak pesek dan melebar. Namun kadang-kadang ada juga yang mancung. Sedangkan rambutnya rata-rata setengah ikal, namun ada juga yang bergelombang dan lurus. Rata-rata tinggi badan Bangsa Sindhu adalah 170 cm.

Mengenai Bangsa Sindhu dan Kerajaan Jiwa ini, sampai dengan saat ini, di seluruh kolong langit ini, hanya beberapa gelintir orang saja yang mengetahuinya.

Bangsa Sindhu tinggal di dataran tinggi Cianjur, sebelah barat Kerajaan Jiwa. Para ahli sejarah kasat mata menyatakan bahwa nama Jawa diambil dari kata Jawadwipa, artinya Pulau Padi. Tapi itu sebetulnya keliru. Nama Jawa diambil dari nama Kerajaan yang bernama Jiwa, demikian menurut ahli penerawangan sejarah kita.

Menurut catatan para Ahli Penerawangan Sejarah, Bangsa Sindhu telah memiliki peradaban yang sangat tinggi. Pada tahun 4500 SM, mereka telah sanggup membuat bangunan-bangunan fenomenal yang dibuat dengan menggunakan batu cadas, yang dipotong-potong dengan ukuran yang presisi dan direkat dengan menggunakan perekat khusus yang mereka saja yang tahu cara pembuatannya. Bangunan tersebut dibuat untuk keperluan peribadatan kepada Sang Hyang Tunggal. Jadi, sesungguhnya bangsa Sindhu ini menganut agama monotheisme.

Teknologi Bangsa Sindhu sudah sangat maju. Mereka bisa membuat alat-alat dari besi untuk kepentingan pertanian dan peternakan, juga untuk membuat senjata dalam rangka pertahanan. Selain itu, alat-alat besi itu juga digunakan untuk membuat kendaraan. Konon, Bangsa Sindhulah yang pertama kali membuat dan menemukan roda.

Salah satu teknologi bangsa Shindu yang telah hilang kemudian muncul di India dan China adalah teknologi pintal untuk membuat kain yang halus dan lembut, yakni teknologi pemintalan untuk memintal jaring laba-laba menjadi benang dan kemudian menjadi kain. Di India dan China karena tidak memiliki laba-laba seperti laba-laba yang hidup di Kerajaan Jiwa, maka mereka membuat pemintalan benang dari jaring Ulat, yang kemudian dikenal dengan nama Ulat Sutra. Dan kainnya disebut kain Sutra.

Selain menguasai teknologi, Bangsa Sindhu ini pun menguasai ilmu pengetahuan yang tinggi, terutama ilmu pengetahuan di bidang arsitektur dan tata kota, ilmu matematika untuk penanggalan, ilmu botani untuk pertanian dan ilmu peternakan. Namun ilmu yang digemari oleh Bangsa Sindhu adalah Ilmu Tempel Tampol dan Ilmu Tenung.

Ilmu tempel tampol adalah ilmu perkelahian yang terdiri tempel dan tampol, tempel berarti menempel musuh dengan cekikan, kuncian, patahan sendi, dorongan dan bantingan. Sedangkan Tampol berarti pukulan dan tendangan. Keduanya dipergunakan untuk perkelahian jarak dekat. Tapi ingat ya, ilmu perkelahian ini lebih banyak dipergunakan untuk berkelahi dengan binatang, seperti dengan harimau, macan, monyet dan lain sebagainya. Ilmu Tempel Tampol ini sebenarnya pengembangan dari Ilmu Berburu.

Bagi masyarakat Kerajaan Jiwa, orang-orang yang berselisih kemudian menyelesaikannya dengan ilmu Tempel Tampol adalah orang yang hina. Mereka sering disebut tak punya otak alias belegug.

Sementara Ilmu Tenung adalah ilmu yang dipergunakan untuk perkelahian jarak jauh dan peperangan. Terdiri dari ilmu perbintangan, untuk pemetaan lokasi musuh sekaligus pedoman perjalanan; serta Ilmu Ti-ir Ronce yaitu ilmu yang dipergunakan untuk mempengaruhi pikiran lawan dengan bantuan angin dan sinar bulan.

Selama ribuan tahun, Kerajaan Jiwa menjadi pusat peradaban Nusantara dan dunia. Orang-orang dari seluruh penjuru datang untuk belajar ilmu pengetahuan dan teknologi.

Namun sayang seribu kali sayang, sebagai akibat dari Perang Dunia Kerajaan-kerajaan Tak Kasat Mata di Laut Selatan dan di Daratan Artika, yang mengakibatkan terjadinya pergeseran-pergeseran lempeng bumi bagian dalam dan mengakibatkan terjadinya ledakan-ledakan ratusan gunung-gunung di Nusantara; maka Kerajaan Jiwa terkena dampaknya berupa Bencana Gempa Bumi dan Letusan Gunung, yang menghancurkan kota dengan segala isinya. Termasuk membinasakan hampir seluruh penduduknya.

Kerajaan Jiwa dan Bangsa Sindhu pun musnah.

Bagi warga Bangsa Sindhu yang selamat, mereka mengungsi ke tiga penjuru angin. Ke Utara, menuju Kalimantan dan Sulawesi, ke Barat menuju Sumatra dan ke Timur menuju ke pertengahan Jawa.

Sebagian warga yang berhasil selamat ada yang menemukan tempat perlindungan di sekitar daerah Carutan, Bogor. Ada yang ke Tasik ada juga yang Sumedang.

Mereka tinggal di sana dan bergabung dengan penduduk lokal. Setelah mengembangkan diri selama ratusan tahun, akhirnya mereka mendirikan berbagai kerajaan di tempat-tempat tersebut.

Tapi yang terkenal tentu saja Kerajaan yang bernama Taruma Nagara.

Setelah pengungsian Bangsa Sindhu ke seluruh wilayah Nusantara itu, maka tumbuhlah kerajaan-kerajaan baru di seluruh wilayah nusantara. Kerajaan-kerajaan itu kemudian dipersatukan oleh Kerajaan Sriwijaya. Setelah kerajaan Sriwijaya runtuh, maka lahirlah Kerajaan Majapahit yang mempersatukan seluruh kerajaan-kerajaan kecil di seluruh wilayah nusantara.

Kemudian kerajaan Majapahit runtuh oleh pertikaian dan sifat korup pemerintahannya. Maka sejak saat itu, tak ada lagi kerajaan besar yang mempersatukan wilayah Nusantara. Ditambah lagi dengan penghancuran mental oleh manusia-manusia tamak dari Europa, maka musnahlah sudah Politik murni yang berasal dari hati nurani rakyat di Nusantara. Yang ada sekarang adalah politik kekuasaan untuk menguasai orang lain atau wilayah lain atau suatu kekayaan alam dengan mengandalkan kekerasan.

Kekerasan itu bisa berupa senjata pembunuh atau peraturan yang merugikan. Kedua hal tersebut ditanamkan selama ratusan tahun oleh manusia-manusia tamak tak berbudi yang berasal dari Europa. Sampai saat ini hal tersebut masih berlangsung.

Pemerintahan sekarang yang berlaku, sesungguhnya bukanlah pemerintahan asli Nusantara. Tapi pemerintahan impor yang berasal dari luar nusantara.

Karena itu politiknya pun adalah politik meraih kekuasaan, bukan politik untuk mencapai tujuan kejayaan Nusantara, tapi untuk kejayaan sebagian kecil orang atau kelompok orang.

Nah, jika saya paparkan perjalanan sejarah politik dan kekuasaan di Nusantara, semata-mata ini saya maksudkan untuk menyampaikan pesan bahwa saya, dan teman-teman lain di Para Kahyangan, tidak berhubungan dan tidak berkaitan dengan perebutan kekuasaan di negri kita sekarang ini." Kata Ki Rogo Bodho.
"Ya, betul." Kata Ki Jiwo.
"Aku setuju." Kata Eyang Suta.
"Oleh karena itu, sikap kita jelas, siapa saja yang datang kepada kita dengan persyaratan yang sesuai dan cukup, maka kita akan mendukungnya secara penuh. Dan, dari 1000 orang yang meminta bantuan kepada kita, secara khusus teman-teman di Para Kahyangan telah menggodok dan mendiskusikan serta menghasilkan 7 nama atau 7 kelompok sesuai tatacara ritual yang telah ditetapkan oleh Kang Mas Jiwo Permadhi; dari 7 nama atau 7 kelomok tersebut, kebetulan 5 di antaranya menginginkan kekuasaan dan 2 lainnya menginginkan kemashuran."
"Inggih. Lanjut, de."
"Siapa pun pemenang dalam perebutan kekuasaan di negri kita saat ini, kita tidak peduli. Yang kita pedulikan adalah meredam kemarahan Ratu Roro untuk menyelamatkan jutaan jiwa, dengan prosesi ritual 7 persenggamaan serta pelarungan 7 sesaji. Ke 7 nama atau 7 Kelompok ini telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dan siap melaksanakan prosesi dengan Adinda Marsudi Kasman sebagai penentu keberhasilan ritual.

Untuk pelarungan 7 sesaji, telah dipersiapkan oleh Ki Majan Sembilan beserta punggawa-punggawanya, di 4 pantai pulau, yakni pantai selatan pulau Sumatra, pantai selatan Jawa, Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai Selatan Bali. Sedangkan 3 pantai lainnya akan digarap oleh Ki Ropen Maropen di pantai Selatan Irian, Pantai Selatan Maluku dan Pantai Selatan Sulawesi.

Pelaksanaan Pelarungan akan dilakukan pada tanggal 7 Februari 2019 bersamaan dengan Penyembelihan 7 Ekor Kerbau Jantan dan 7 Ekor Domba Jantan Hitam. Ritual penyembelihan akan dipimpin oleh Aa Suta Wijaya.

Sedangkan ke 7 nama-nama atau kelompok, sesuai urutannya sudah saya susun sebagai berikut:

Urutan Pertama : Bunga Melati dan Bunga Melur, 2 Binor, maksud: Kekuasaan.
Urutan Kedua : Bunga Tanjung, Binor, maksud: Kemashuran.
Urutan Ketiga : Bunga Kuning, Bunga Padi, Bunga Srangenge dan Bunga Baiduri, 4 Binor, maksud: Kekuasaan
Urutan Keempat : Bunga Putri Malu, Binor, maksud: Kekuasaan.
Urutan Kelima : Bunga Sepatu, Binor, maksud: Kemashuran
Urutan Keenam : Bunga Cempaka, Binor, maksud: Kekuasaan
Urutan Ketujuh : Bunga Kaca Piring, Gadis, maksud: Kekuasaan.

Waktu dan tempat prosesi akan ditentukan dan dipimpin langsung oleh Kang Mas Jiwo Permadhi.

Demikianlah yang bisa saya sampaikan, kalau ada kekurangan dan lain-lain, pertanyaan bisa menyusul sambil berjalannya kegiatan. Terimakasih. Matur Nuwun." Kata Ki Rogo Bodho.

Mendengar penjelasan panjang lebar aku, lagi-lagi, tercenung. Kepalaku berdenyut-denyut tak berhenti.

***
(Bersambung)
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd