Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG RIMBA ASMARA

Thema apakah yang paling anda gandrungi dalam Sub Forum Cerita Bersambung ini?

  • Hubungan sedarah atau incest, dengan mama atau saudara kandung

    Votes: 316 17,6%
  • Hubungan setengah baya atau MILF, antara yang muda dengan yang tua

    Votes: 239 13,3%
  • Hubungan sex Cukold, eksib, voyeur, mengintip dan di tempat umum

    Votes: 132 7,3%
  • Hubungan sex di kalangan remaja atau SMU/pesantren/sederajat

    Votes: 99 5,5%
  • Hubungan sex di kos-kosan mahasiswa/mahasiswi

    Votes: 85 4,7%
  • Hubungan sex Perkosaan

    Votes: 46 2,6%
  • Hubungan Sex affair di kalangan bisnis atau antar pegawai kantoran

    Votes: 99 5,5%
  • Hubungan sex dengan Bini Orang

    Votes: 159 8,9%
  • Hubungan sex dengan Laki Orang

    Votes: 16 0,9%
  • Hubungan sex di kalangan selebriti Indonesia

    Votes: 80 4,5%
  • Hubungan sex di pedesaan/ di perkampungan

    Votes: 88 4,9%
  • Hubungan sex dengan wanita berhijap/kerudung

    Votes: 332 18,5%
  • Hubungan sex romantis

    Votes: 62 3,5%
  • Scandal sex para politisi atau pejabat

    Votes: 19 1,1%
  • Hubungan sex lesbian/gay

    Votes: 16 0,9%
  • Hubungan sex lainnya

    Votes: 8 0,4%

  • Total voters
    1.796
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Selesai merapikan baju dan mendapat ciuman yang lama dari Bu Nita, aku meninggalkan ruangan Wakil Dirut diikuti tatapan julid Bu Ine. Aku menuju ruang kerjaku yang sudah bersih dan menemukan Pak Hendra membawa dua map.
"Alhamdulillah, Pak. Ini SKnya sudah ke luar." Katanya. "Kapan kita berangkat?"
"Secepatnya." Kataku. "Tapi saya ingin menyelesaikan dulu beberapa persoalan... bagaimana dengan Grace?"
"Oh, iya Pak. Saya barusan mendapat kabar dari satpamnya Pak Alex, bahwa Bu Retha, istrinya Pak Alex, akan makan siang bersama Pak Alex di Grill Steak Restorant, mungkin Bu Grace tidak sibuk karena bosnya ada urusan keluarga." Kata Pak Hendra.
"Mungkin." Kataku. "Sekarang Pak Hendra pergi ke Losmen Kafe, pesan tempat VIP dan anggur khusus kepada Pak Irwan langsung, jangan ke yang lain."
"Siap, Pak Marsudi."
"Kalau sudah di Cicalengka, panggil saya dengan Pak Kasman, ya."
"Siap, Pak Kasman."
"Baik, terimakasih Pak Hendra. Saya akan ke Antique Jewellery dulu, mau ngambil cincin pesanan."
"Siap, Pak. Eh, anu, Pak. Biaya untuk reservasi kafenya belum."
"Oh, iya, maaf lupa. Ini 500 ribu. Buat parkir 50 ribu aja ya."
"Siap, Pak. Makasih."

***

Aku melajukan Honda Jazzku menuju Antique Jewellery dan menemukan Liza, pemiliknya, sedang menghadapi pelanggan. Aku sabar menunggu sampai Liza selesai dengan pelanggannya.

Sambil menunggu, aku berpikir dan merasa heran dengan Grace. Selama dua tahun pacaran, gadis cantik berusia 24 tahun itu hanya memberikan pipinya untuk kucium. Beberapa kali dia menolak secara halus pelukan yang kuberikan dan menghindar jika kuincar bibirnya. Semula, aku mengira, dia gadis yang alim. Tapi setelah aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, kejadian di halaman belakang itu, aku jadi senewen.

Aku sesungguhnya bingung dengan sikap Grace. Aku pernah beberapa kali mengatakan kepadanya bahwa dia bukanlah yang pertama. Tapi dia sendiri tidak pernah jujur kepadaku, aku ini yang ke berapanya.

Sebetulnya, bagiku, tidak masalah apakah aku pria ke seratusnya atau ke seribunya. Tapi sikapnya yang sok suci itu tiba-tiba saja membuatku merasa muak. Kalau memang dia tidak menyukaiku sejak awal, mengapa dia mau menerimaku sebagai pacar. Toh aku juga bisa berteman.

Ah, sudahlah. Aku akan memberinya pelajaran.
"Pak Marsudi? Pak Marsudi? Loh, koq malah melamun?" Tiba-tiba Liza berkata.
"Eh, Liz, maaf. Kamu bilang apa barusan?"

Liza tertawa.
"Aku enggak ngomong apa-apa. Mau ngambil pesanan ya?"
"Iya, Liz. Kalau Grace tidak sibuk, aku akan memberikannya siang ini." Kataku.
"Oh, dia tidak sibuk." Kata Liza. "Barusan dia nelpon aku mengajakku makan siang."

Aku menarik nafas berat. Pura-pura sedih.
"Kenapa Grace enggak nelpon aku ya?" Kataku, memasang wajah bingung di hadapan Liza. "Kenapa dia engga ngajak makan siang sama aku?"
"Grace nyangka kamu lagi sibuk." Kata Liza.
"Kemarin iya, tapi sekarang tidak. Jangan-jangan, sebenarnya Grace kurang menyukai aku." Kataku, sedih.
"Coba deh kamu telpon dia, ajak dia makan siang." Kata Liza.
"Baiklah. Saya telon sekarang ya?"

Tuuuttt...
"Hay sayang." Jawab Grace.
"Hay Grace, kamu sibuk enggak siang ini?"
"Ada apa?"
"Aku mau ngasih cincin pesanan, sekalian makan siang di Losmen Kafe. Mau enggak?"
"Mmmm... tunggu sebentar. Ya, deh aku mau."
"Makasih ya sayang aku jemput sekarang mau?" Kataku.
"Boleh."
"Tunggu ya."

Aku melirik ke arah Liza dan tersenyum, pura-pura gembira.
"Dia mau." Kataku. "Berapa Liz semuanya?"
"Murah, koq. Cuma dua juta dua ratus."
"Oke. Bungkus."

***

Setelah menjemput Grace di depan kantornya, kami melaju menuju losmen kafe. Sesuai dengan rencana, semua pesanan sudah disiapkan. Pak Irwan mengedip ke arahku dan membawa kami menuju meja VIP yang terletak di ujung, paling nyaman dan paling romantis.

Pak Irwan kemudian menyuguhkan anggur pembuka. Kami meneguknya bersama. Anggur itu adalah anggur khusus yang bisa membangkitkan birahi. Terutama bagi perempuan yang pernah melakukan hubungan sex namun kurang mendapatkan kepuasan. Atau tepatnya, belum pernah mendapatkan puncak kepuasan.

Dulu, waktu Bu Nita pertama kali mencicipi anggur itu, dia tertawa. Dia menganggap itu cuma lelucon. Tapi setelah dia mencobanya dan kemudian melakukan hubungan dengan suaminya, dia mengangkat dua jempol untukku. Tapi ketika dia meminumnya kemudian berhubungan denganku, dia katakan, dia setengah mati kelengar saking enaknya. Waktu itu aku hanya senyam senyum saja.

Ekspresi wajah Grace kelihatan biasa saja.
"Mana cincinnya, aku pengen lihat." Katanya. Wajahnya tampak tidak sabar. Aku pun segera memberikan cincin yang tersimpan dalam kotak biru beludru.
"Oh, bagus sekali." Katanya. Lalu Grace mencoba mengenakannya dan pas di jari manisnya. Tapi kemudian Grace melepaskannya dan menyimpannya kembali ke dalam kotak biru beludru.
"Koq, disimpan lagi. Pake aja kenapa sih." Kataku. Pura-pura heran.
"Ga pa pa, koq." Katanya. "Aku simpan dulu, sayang masih baru." Katanya.

Aku memperlihatkan wajah tidak suka.
"Kamu kenapa sih, sepertinya malu make cincin dari pacarnya sendiri. Itu kan cuma hadiah, bukan tanda pertunangan." Kataku.
"Koq kamu ngomong begitu." Katanya.
"Aku sedih sebetulnya, Grace. Kayaknya kamu enggak begitu sayang deh sama aku."
"Aku sayang. Kamu jangan aneh-aneh ah." Katanya.
"Entahlah, Grace. Aku terkadang merasa kamu begitu jauh... aku sering merasakan kamu tak ingin bertemu denganku... terkadang aku juga bermimpi kamu dipeluk pria lain."
"Bebh, jangan ngomong seperti itu. Kamu adalah satu-satunya cowok dalam hidupku." Katanya.
"Benarkah?"
"Iya, benar. Masa aku bohong?"
"Kalau begitu... kapan aku bisa mencium bibirmu?"
"Nanti." Katanya.
"Kapan?"
"Nanti, Mar."
"Apakah benar kamu suka aku, Grace."
"Aku suka kamu, Mar. Sungguh. Asli."
"Apakah kamu enggak punya cowok lain selain aku?" Tanyaku lagi.

Grace tersenyum manis.
"Enggak, Marsudi sayang. Kamu jangan cemburu. Kamu satu-satunya cowok dalam hidupku."
"Apakah... apakah... kamu pernah berhubungan dengan seorang cowok, Grace... maksudku... apakah kamu pernah melakukan hubungan sex ..."
"Kamu nanya apaan sih?" Katanya. Wajahnya tampak biasa saja. "Kalau kamu?"
"Aku?" Kataku. "Aku pernah."

Dia menatapku tajam. Tapi kemudian dia melengos.

Makanan utama tiba dan kami tiba-tiba makan sambil berdiam diri, tidak banyak bicara. Selesai makan, anggur penutup pun dihidangkan. Kami meneguknya sampai habis.
"Aku ingin mencium bibirmu." Kataku. "Agar jika suatu saat kau tiba-tiba menghilang dariku, kau masih bisa mengingatku." Katanya.
"Aku tidak akan menghilang, beb." Katanya.
"Atau bisa saja aku yang menghilang." Kataku.

Grace tiba-tiba tertawa. Pipinya yang putih tampak memerah. Anggur itu pelahan-lahan mulai bekerja.
"Kamu takkan menghilang, sayang." Katanya. Dia sedikit bergetar, posisi duduknya yang merapatkan kaki mulai sedikit mengangkang. Roknya yang pendek membuka lebih lebar agar angin masuk ke selangkangannya. Dia mulai merasa gerah dan gatal di bagian pangkal pahanya.
"Bolehkah aku mencium pipimu?"
"Jangan." Katanya. "Okh, di sini terasa agak gerah."
"Kamu mau pindah ke lantai 2?"
"Tidak, di sini saja. Jam berapa sekarang?"
"Baru jam setengah satu." Kataku. "Grace, kamu sangat cantik." Aku membelai lengannya yang putih dan agak berbulu. Dia menolak halus. Tapi aku bisa merasakan pori-pori Grace merinding.

Hidungnya tampak mekar. Bibirnya mengembang.

Aku cepat berdiri dan mendekati Grace. Aku berdiri di belakangnya, lalu mencium pipi dan bibirnya dari pinggir. Kali ini Grace tak bisa mengelak.
"Mar, jangan." Katanya. Tapi bibirnya membalas kecupan bibirku.

Di ruang VIP itu hanya ada kami berdua. Grace tahu itu. Dia sudah beberapa kali kuajak ke sini. Tapi Grace tidak tahu, ruang VIP ini memiliki kamar yang sangat nyaman. Bu Nita pernah menjerit-jerit di dalam kamar itu dan tak seorang pun yang mendengar. Bahkan Pak Irwan pun tidak.

"Grace, bibirmu sangat lembut." Kataku. Aku lalu mengangkat tubuh Grace dari duduknya di kursi, menjepit dagunya dan mengangkat wajahnya. Matanya sayu dan bibirnya meminta lagi ciuman. Aku pun mengulum bibir gadis itu, menjulurkan ujung lidahku hingga masuk ke dalam mulutnya.

Grace membalasnya. Ganas.
"Mar... aku..." Katanya dengan nafas tersengal.
"Apa sayang?" Tanyaku. Berkata begitu aku memeluk erat punggungnya dan meremas pantatnya dengan lembut. Kurasakan tubuhnya gemetar.

Pelahan, secara beringsut-ingsut, aku menarik tubuhnya mendekati pintu kamar. Pipinya semakin memerah dan matanya semakin sayu. Sambil menmagut bibirnya dan mengulumnya, aku menarik Grace masuk ke dalam kamar yang pintunya kubukakan dengan kaki. Begitu masuk kamar, aku menutupkannya juga dengan kaki.

Grace seperti tersentak.

Tapi dia tidak berdaya waktu kubaringkan di ranjang. Kuciumi bibir, leher dan telinganya sambil kupreteli kancing-kancing kemeja hemnya. Setelah terbuka kemejanya, aku menyingkap BHnya dan menemukan toket mungilnya yang mengeras.

Grace mengerang waktu aku mengisap-isap pentil susunya yang kecoklatan. Aku cukup berpengalaman dalam memulai foreplay untuk memuaskan wanita. Kususuri pinggiran toketnya yang kecil dengan bibir-bibirku, kucubit-cubit dengan mulutku dan kusapu-sapu dengan lidahku.

Aku kemudian dengan rakus menyusuri seluruh bagian tubuhnya yang lain dengan bibirku.

Grace benar-benar tak berdaya setelah dikuasai oleh nafsu birahi yang menggelora di dalam dirinya. Dia memejamkan matanya menikmati sensasi yang aku berikan. Kedua tangannya membentang, terkapar di permukaan kasur seperti orang mengangkat tangan sebagai tanda menyerah.

Grace kelihatannya benar-benar menyerah.
"Sayang." Kataku. "Aku lepasin ya rok sama celana dalamnya."
"Ja...jangannhh...Mar..." Katanya.

Tapi aku sudah lagi menarik rok dan celana dalamnya. Dan melemparkannya ke sudut kamar. Kupandangi gundukan putih dengan jembut hitam itu. Secara diam-diam, di dalam hatiku, aku merasakan penyesalan. Mengapa harus berakhir seperti ini? Mengapa dia harus berbohong kepadaku dan berpura-pura sok suci? Mengapa dia seakan-akan tak pernah kangen kepadaku?

Apa sih sebenarnya yang ada dalam hatimu, Grace?

Sambil bertanya-tanya dalam hati, aku menyusuri kedua pahanya dengan mulut dan bibirku. Kulebarkan kedua pahanya saat aku menemukan belahan memeknya yang berwarna merah kecoklatan itu mulai mekar. Kujilati garis vertikal itu dengan ujung lidahku. Hanya dengan sekali goresan lidah, belahan itu mekar membuka. Ah, memek ini bukan sekedar tidak lagi perawan, tapi juga terlalu banyak meminta. Ini adalah jenis memek maniak yang mudah terangsang. Namun sulit ke luar karena membutuhkan usaha ekstra untuk menstimulasi saraf-sarafnya.

Grace, mengapa harus seperti ini? Bathinku. Aku sudah terlanjur sakit hati dengan sikapmu yang sok jual mahal itu. Kalau kau memang tidak suka, tidak sayang kepadaku, mengapa tidak kau katakan sejak awal?

Aku mencucup lubang memeknya dan mengecup kelentitnya. Mempermainkannya dengan lidah hingga kelentitnya menegang. Mengapa kamu bohong Grace?

"Akhh..." Jawabnya.

Kumasukan satu jariku ke dalam liang memeknya sambil kucucup-cucup kelentitnya. Dia semakin mendesah-desah nikmat.

Sejujurnya, aku ingin melanjutkan hubunganku dengan Grace sampai jenjang pernikahan. Gadis ini memiliki kecantikan yang orisinil dan memek yang indah. Tapi ketika kebohongan, kemunafikan dan rasa sok suci yang dikedepankan... aku bisa berbuat apa selain merasa tertipu?

Kuturunkan celana panjang dan celana dalamku. Kontolku belum ngaceng benar ketika ujung kepalanya kutempelkan pada liang memek yang sudah basah. Kugosok-gosok belahan memek itu dengan kepala kontolku dengan tujuan agar kontolku semakin tegang dan memek itu pun semakin basah.

Sekarang kepala kontolku berada persis di mulut memek Grace, saat kubenamkam kepalanya ke dalam liang itu, maka seketika kurasakan hawa yang hangat menyelimuti kepala kontolku.
Sebetulnya, ini adalah jenis memek yang lezat untuk diewe. Perlawanannya ketika menelan kepala kontolku sangat sensasional.

"Oughkh." Grace berseru dengan suara bergetar.
"Enak sayang?" Tanyaku.

Grace tidak menjawab.

Aku mendorong kontolku masuk lebih dalam secara pelahan. Aku mengangkat kedua kaki Grace yang semula menjuntai ke lantai untuk naik ke permukaan ranjang agar posisi missionaris bisa terbentuk sempurna. Dengan posisi ini, aku bisa leluasa memperhatikan bagaimana bibir-bibir memek Grace berreaksi terhadap penetrasi kontol yang kulakukan.

Setelah batang kontolku masuk kira-kira setengahnya dan dua benjolan bekas sengatan binatang laut itu ikut masuk, aku merasakan kedutan lembut dari kedalaman liang memek Grace.

"Akhkh..." Katanya.
"Kamu suka sayang?" Tanyaku.
"Okhkhk..." Jawabnya.

Aku lalu menarik secara pelahan batang kontolku dan menyaksikan bagaimana reaksi bibir-bibir memek itu membeliak dan meletupkan beberapa butiran lendir yang mengental seperti butiran biji wijen.

Aku mendorongnya lagi lebih dalam dan menariknya lagi. Saat aku mendorong kontolku, bibir-bibir memeknya mengatup. Saat menariknya, bibir-bibir memeknya membeliak. Kulakukan beberapa kali dengan kecepatan pelahan dan lembut. Maka, terasa olehku suatu denyaran lembut yang hangat menyelimuti seluruh batang kontolku.
"Duh!" Keluhku. "Memekmu enak sayang."

Tapi Grace hanya memejamkan mata dengan mulut manyun dan hidung kembang kempis.

Aku belum membenamkan seluruh batang kontolku, mungkin hanya tiga perempatnya saja, ketika aku merasakan bahwa aku sudah mentok. Kucoba dorong sekali lagi, ternyata tidak bisa. Kalau sudah mentok begini, yahh, mau apa lagi kalau bukan memberikan kelezatan ngentot pada memek gadis cantik ini.

Maka aku pun menariknya, lalu mendorong dan menabrak memek itu dengan kecepatan sedang. Seketika tubuh Grace melenting dan memeknya memuncratkan cairan putih. Aku bisa melihatnya.
"Terushhhh..." Katanya.
"Enak sayang?"
"Terusshhhh.... janganhhh berhenti..."

Sesuai dengan permintaannya, maka aku pun melakukan penggenjotan tanpa henti. Mula-mula kecepatannya sedang, lalu semakin lama semakin cepat. Tubuh dan pinggul Grace melenting-lenting dan kedua tangannya meremas kuat sprai di ranjang.

"Akh... akh... akh... akh..." Hanya desahan yang mengerang itulah yang bisa dikeluarkan oleh mulut Grace.

Tidak lama kemudian, seluruh batang kontolku dan permukaan memek Grace dipenuhi busa putih seperti busa shampo. Tanpa rasa kasihan lagi, aku terus menabrak-nabrakan kontolku ke dalam liang memeknya. Seluruh urat-urat di leher Grace yang putih tampak olehku menghijau dan tegang. Grace mengejan-ngejan dan akhirnya menjerit-jerit.

Aku terus menghajarnya tanpa ampun. Sampai akhirnya tubuh Grace benar-benar kaku dalam keadaan melengkung, aku menahan pantatnya karena aku tahu dia akan memuncratkan lendir puncak kenikmatannya.

"Aaakkkkkkkkk....." Jeritnya.

Lalu, dari sela-sela liang memeknya yang tertutup oleh batang kontolku, bermuncratan cairan berwarna putih seperti susu kental manis. Pada saat itu, aku pun dengan sengaja melepaskan pejuhku di dalam kuluman memeknya.

"Arrrghhhh...." Desisku.

Aku menyemprotkan spermaku banyak sekali. Terasa enak dan lega setelah kuledakkan semuanya di dalam memek Grace. Aku lalu menarik kontolku yang masih setengah ngaceng, membersihkan bekas-bekas lendir pada seluruh permukaan batang kontol dengan tissue. Mengenakan celana dalam dan celana panjangku kembali.

Kulihat Grace pingsan oleh sensasi kelezatan memeknya yang memanen puncak kenikmatan.
"Selamat tinggal sayang." Bisikku di telinganya.

Tapi Grace tidak menjawab. Dia hanya tersenyum dengan mata terpejam dan nafas teratur.

***
(Bersambung)
 
Thanks cerita nya suhu..suka nih sama cerita gini ; cheating, revenge.
Ditunggu updatenya..

:beer:
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd