Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA (RIKA) Kutukan Itu Bernama Birahi

Menarique
 
Dilanjutpun...

Cerita lalu...

“Eh, kita kerjain dia yuk?” kata mba Ine tiba-tiba semangat sambil memutar badan dengan heboh menghadap kearah-ku

“Mak…maksudnya?”

Mba Ine hanya mengedipkan sebelah matanya sambil beringsut berusaha turun dari ranjang

“Eh, mba…”

Waduh?




Segi Empat Eps.2

BRAK! BRUK! BAG-BUG!

HEAGGGHH!!

BUGGG!!

“Apa itu?” Tanya mba Ine bingung, saat mendengar suara-suara aneh dari arah Dojo yang biasanya dipakai tidur oleh Dede semenjak aku tinggal di Rumah ini. Seperti suara orang sedang berkelahi. Aku menempelkan jari telunjukku ke bibir sebagai isyarat kepada mba Ine agar tidak membuat suara

Dan kami masih berjingkat-jingkat absurd mendekati ruangan itu. Yep, tadi setelah tarikan-tarikan memelas-ku ke mbak Ine tidak di gubris, aku memang dengan terpaksa mengintil dia keluar kamar, menuju ke ruangan yang dipakai tidur sama Dede, abis gimana? Ntar kalau Dede di apa-apain sama mba Ine gimana? Karena, menurut cerita dari mas Adri, memang mba Ine ini, sudah jarang dapet jatah, dan tadi dengan songong dia bilang mau “nemenin bobo Dede” atau “Ngerjain Dede” ngerjain gimana coba? Ah… jadi kalau… ah…

Dan Mba Ine ini, walaupun selalu bisa tampil sok kalem, sok anggun, sok Ladies, tapi sebenernya orangnya hornian. Ya, aku tau banget lah, lha wong aku adik-nya, lha wong aku dulu sering diajak dia nonton bokep bareng, dan kalau nonton, pasti dia yang masturbasi duluan, trus malah aku disuruh nyiumin dan jilatin… buat bantuin dia…

Ah…

Masa harus ku ceritain sampai detail sih?

Dan kami mulai mengintip

“Kamu gak bertarung serius bro! kenapa? Kamu anggap aku lemah? Ayo! Serius! Atau aku akan menyerang-mu sekuat tenaga!” Kata mas Adri. Ternyata suara-suara itu berasal dari mas Adri dan Dede yang kini berdiri berhadapan. Mas Adri memasang sikap kuda-kuda rendah, seperti menari, dan Dede berdiri dengan cuek, sambil memasukkan tangan ke saku celana jogger-nya. Memandang mas Adri dengan acuh

“Dasaaaarrr!!! Lihat Serangan!! Heaaghh!!” bantak mas Adri, sambil mulai bergerak. Meluncur dengan gerakan aneh, kelihatannya sangat berbahaya

Dede mendengus, saat serangan mas Adri sampai tengah jalan, Dede bergerak lebih cepat. Kakinya menyongsong lutut mas Adri, sehingga langkahnya menjadi limbung. Dan tiba-tiba dengan kaki yang sama, Dede menendang, melengkung dan menghantam bahu mas Adri dengan telak

BUG!

Mas Adri terhuyung oleh tendangan itu, lalu entah gimana dia melakukannya, Dede memutar badan, masih kaki yang sama, sekarang meluncur lurus ke dagu mas Adri

DUAGG!!

Kulihat mas Adri sempat membuat double cover untuk menahan tendangan Dede diwajah-nya, namun tak ayal, tenaga tandangan itu membuatnya terlontar ke belakang. Mas Andri terbanting dan berguling-guling

“Anjirr… kamu luar biasa bro! Dahsyat sekali serangan mu…” puji Mas Adri kepada Dede, sambil masih menggelosoh dan tersenggal-senggal. Dede bediri didepannya, menatapnya dengan dingin

“Berdiri” Desis-nya benar-benar dingin

“Eh?” mas Adri kelihatannya kaget dengan sikap Dede

“Berdiri! Jangan sebut dirimu Trah Ponosoemarto kalau serangan kecil itu sudah membuatmu kecut! Aku bahkan belum menggunakan Tejokusuman! BERDIRI!!” bentak Dede tiba-tiba, sumpah, aku belum pernah melihat Dede seseram ini

Mas Adri terpana, kelihatan tidak percaya dengan sikap aneh Dede yang tiba-tiba. Tetapi dia berdiri juga. Walau kulihat sangat gamang

“Pasang lagi kuda-kudamu!” kali ini wajah Dede benar-benar seram. Dia melakukan gerakan kecil dengan pelan, membuat posisi tubuh sedikit membungkuk dengan kedua tangan didepan wajahnya. Dan tiba-tiba atmosfir berubah menjadi sangat menakutkan. Seperti berada di dekat seekor singa, walau hanya di kebun binatang, walau terpisah jeruji kandang, tetapi perasaan takut dan Deg-deg’an serasa meliputi dada

Aku begidik merinding. Dan kulirik, mba Ine juga terbelalak ngeri. Pandanganku kembali kea rah Dede dan Mas Adrian

“Heg!” Dede meluncur menyerang, belum pernah kulihat manusia bergerak secepat itu.

“AAAARRRGGGHHH!!!” Mas Adri beerteriak tertahan


Tanpa sengaja aku memekik kecil, sepontan memalingkan wajah dan menutup mata, ngeri aja kalau harus melihat apa yang akan terjadi

Hening…

Dan aku kembali memberanikan diri membuka mata, tidak langsung melihat ke arah Dede dan Mas Adri, malah melirik dulu ke arah Mba Ine, yang sekarang menutup mulutnya dengan kedua tangan erat-erat. Lalu pandanganku beralih ke arah Dede dan Mas Adri

Kulihat serangan Dede berhenti hanya beberapa mili dari dagu mas Adri, sedangkan mas Adri kulihat hanya berdiri mematung dengan ekspresi begitu ngeri, nanar menatap Dede. Lalu kulihat agak kebawah, salah satu tangan Dede juga berhenti tepat didepan ulu hati mas Adri.

Dede mendesah, mundur, membungkuk sedikit dan berjalan kearah pinggir Dojo, lalu duduk menggelosoh dengan cuek. Mas Adri kulihat belum juga bergerak. Masih berdiri dengan ekspresi kaget, ngeri dan pucat-pasi. Lalu sesaat kemudian, dengan lemas, jatuh berlutut

“Kamu tau mas, Siapa yang membuatku sengsara sejak kecil?” Tanya-nya dengan intonasi acuh ke mas Adri

“Eh?” mas Adri menoleh kearah Dede, masih dengan wajah pucat dan ekspresi ngeri

“Njenengan mas!” ujar Dede lagi sambil menujuk dengan ekpresi muka kesal dan sadis ke arah mas Adri

“Eh?”

“Andaikan yang kulatih Adri, andai kamu meiliki sedikit saja bakat seperti Adri! Andai… andai… andai… Adri, Adri dan Adri! Begitu selalu Eyang mengeluh. Dan njenengan tau mas, saat aku benar-benar sudah melakukan apapun yang aku bisa, dan masih belum sesuai dengan keinginan eyang, dimana aku selalu berakhir?”

Mas Adri tidak menjawab pertanyaan Dede, hanya terdiam sambil menatapnya dengan bingung

“Benar, aku berakhir dikamar njenengan, menangis menahan sakit di sekujur tubuh, sambil njenengan olesi obat pereda memar… Njenengan mas, orang yang paling membuatku sengsara, sekaligus yang paling baik kepadaku. Bayangkan perasaanku mas! Dan semakin kesini, mas semakin membuatku iri. Mas dilahirkan dengan banyak sekali bakat, dengan banyak sekali keberuntungan. Hidup mas berlalu dengan lancar, bahkan tanpa berusaha keras, mas mencapai tahap ini. Menjadi seorang pengusaha yang sukses! Mempunyai kehidupan yang sukses!” Aku melihat pancaran iri dari mata Dede, walau dia mengatakan hal ini dengan ekspresi datar. Dan kulihat mas Adri juga masih saja membisu

“Dan yang paling membuatku iri, adalah saat njenengan mengenalkan mbak Ine kepadaku. Dimataku, mba Ine benar-benar seperti bidadari yang sempurna… ah, dan njenengan menyia-nyiakannya…” desis Dede lagi “Sudahlah mas, urusi sendiri masalah njenengan, aku gak mau ikut campur, aku gak mau membujuk mba Ine buat njenengan… kebodohan ini njenengan yang bikin, perbaiki sendiri!” dengusnya lagi cuek

Aku benar-benar merasakan perasaan Dede saat memuji mba Ine, dan entah kenapa aku merasa begitu sakit. Sekilas kulirik mbak Ine, dia hanya menatap kecelah sempit dimana kami mengintip ke arah dojo itu dengan ekspresi yang tidak bisa kugambarkan

Apa aku cemburu?

Cemburu?

Dede siapa sih?

Aku siapa sih?

Kami siapa sih?

Ah, Dede… entah mengapa saat ini aku merasa begitu kerdil. Entah mengapa saat ini aku merasa Dede berada di suatu tempat yang tidak akan bisa tergapai olehku. Dan aku tiba-tiba merasa sangat sedih…

“Aku menyesal bro… aku… aku begitu bodoh, aku… Ehem… Aku… aku minta maaf sama kamu bro…” kudengar mas Adri bicara

“Gak ada yang perlu dimaafkan, mas gak ada salah kepadaku” Desis dede cuek

“Ine… aku sudah berlutut dihadapannya, aku sudah memohon, dan aku akan bertanggung jawab, aku akan melakukan apapun untuk-nya, aku akan mengabulkan semua keinginannya, bahkan jika dia meminta nyawaku, aku bersedia mati untuknya… tapi dia begitu marah… dia… aku begitu bodoh…” Mas Adri tertunduk dengan benar-benar menyesal. Tangannya mengepal dengan keras. Kulihat, airmata-nya mengalir dengan deras

“Kalian berdua, selesaikan masalah kalian seperti orang dewasa!” desis Dede lagi, kali ini agak keras “Dan kamu, Mba Rika! Berhenti bermain-main dan mulai lah sesekali serius dalam hidup…” lanjut-nya dengan intonasi datar sok cuek sambil melirik kearah celah kecil tempat kami mengintip. Dede tahu kalau kami disini? Sejak kapan?

Dede…

Sialan!

Anak kecil itu…

Kulihat mba Ine berdiri dengan gamang, membuka pintu dojo dan mulai melangkah masuk, aku ngintil dengan kepala tertunduk. Mba Ine berjalan sampai didepan mas Adri yang masih dalam posisi berlutut lalu berhenti disana. Entah kenapa, aku juga segera ikut-ikutan berlutut disamping mas Adri, didepan Mba Ine. Menunduk pasrah, seperti seorang pesakitan yang menunggu keputusan sang hakim

Mba Ine membelai kepala mas Adri “Semua sudah terjadi, jangan diulangi lagi, tidak ada alasan buatku untuk lebih memperkeruh urusan ini. Bukan berarti aku sudah memaafkan kelakuan kalian. Aku hanya terlalu sayang pada kalian berdua…” kukira kata-kata itu ditujukan kepada kami. Aku dan mas Adri. Mungkin benar kata-kata Dede, mba Ine-ku ini, adalah jelmaan seorang bidadari, seorang malaikat…

‘Ine, aku menyesal…” desah mas Adri sambil mendongak memandang wajah mba Ine, istrinya

Mba Ine hanya melengos dan mendengus

“Sudahlah, jangan diungkit lagi masalah ini, membuat hatiku benar-benar sakit…” Desisnya – “Lagipula, aku memang belum menemukan rentalan mesin waktu untuk bisa merubah keadaan yang terlanjur terjadi ini…” desisnya lagi, kali ini sambil melirik ke arah Dede

“Eh?” dengus mas Adri bingung

Dan aku hanya tersenyum kecut…

Semua ini, selesai?

Kerena anak kecil itu?

Dede?

Dede-ku?

Eh?

Kok Dede-ku sih?

Sial, aku malah berdebar-debar begitu memikirkan tentang-nya…

“Urusi sendiri masalah kalian, jangan libat-libatkan aku” dengus Dede sambil lalu, cuek, yang entah dari kapan dia sudah berdiri, sambil berjalan dengan acuh melewati lokasi adegan lutut-berlutut yang semakin kurasakan absurd dan memalukan ini. Berusaha meninggalkan ruangan yang tiba-tiba dipenuhi atmosfir serba canggng ini

Mba Ine menangkap lengan Dede yang dimasukkan kedalam kantong celana joggernya

“Jangan melarikan diri anak muda! Dari awal kamu juga terlibat! Dan kamu sendiri yang belum kuhukum!” desis mba Ine aneh sambil memegang lengan Dede dengan kuat, hampir seperti menggandengnya

Lepasin dong…

Aku panas nih…

Aku cemburu nih…

Dia kan Dede-ku..

Eh?

Apa sih yang kupikirin?

Dede hanya melirik dengan acuh ke arah Mba Ine yang masih dengan kuat menahan langkahnya. Dan sekarang mereka beradu pandang. Kulihat pancaran mata mba Ine menatap Dede dengan aneh

Dede mendengus “Enak aja main hukum-hukum. Cantik, tidak otomatis membuatmu menjadi boss-ku mba” ujarnya absurd tengil sambil melanjutkan langkah cueknya

Dan mba Ine menarik kaos-nya dari belakang, menghentikan aksi melarikan diri Dede. Kulihat ekspresi wajahnya benar-benar gemes…

Anak ini…!!!

---
“Ogah!” tolak Dede dengan cuek, menanggapi persyaratan super absurd yang diajukan oleh mba Ine

Brengsek! Aku gak menyangka mba Ine-ku, si-Bidadari anggun, sang Lady kalem alim terhormat itu bisa memiliki persyaratan se-brengsek ini!

Se-Binal ini!

Brengsek!

Dasar betina binal sok aliiimmm!!!

Aku memaki-maki dalam hati

Dan kulihat mas Adri hanya tertunduk, mungkin dengan berat dia harus menyetujui syarat yang baru saja diajukan oleh mba Ine.

Kami sudah duduk melingkar di meja makan Dede, Dede duduk dengan gesture cuek, sok tidak tertarik disampingku, dan mba Ine duduk di hadapan kami, disamping mas Adri yang dari tadi cuman mbego-i seperti kebo dicucuk hidungnya di depan mba Ine. Dan mbak Ine barusaja mengajukan persyaratan absurd. Menurutnya, dia adalah korban yang paling di-rugikan dalam kebejatan yang terjadi ini. Dan dia, menuntut sebuah kompensasi!

Sebuah pembalasan!

Dia pengen merasakan Centhini dari Dede…

Didepan kami…

Bego! Ngapain juga aku tadi harus menceritakan semuanya dengan detail sambil membangga-banggain pengalaman-yang menghayutkan-ku dengan Dede?

Bego!

Bego!!

“Kenapa? Menurutmu aku sudah tidak cantik lagi? Sudah tidak seksi lagi? Sudah tidak menjadi… bidadari yang sempurna dimatamu?” ujar mba Ine sambil mendelik memandang Dede dengan pandangan tajam dan senyum mengejek

Dede hanya tersenyum tengil sambil mendengus acuh

“Sayang…” mas Adri membujuk memelas, sambil memegang tangan mba Ine

Bujuk dia mas… jangan sampai… oalah… Dede ku…

“Lepasin!” hardik mba Ine pendek galak sambil melirik ke pegangan tangan mas Adri. Dan dia dengan gamang bego langsung ngelepas pegangan itu

---

Dan disinilah kami sekarang

Dikamar Dede

Aku dan mas Adri, seperti orang super bego dalam reality show bokep jepang nan absurd, duduk di samping ranjang pada kursi yang kami bawa sendiri dari ruang makan Dede. Memang, mba Ine, dengan banyak sekali argumentasi, bentakan, sanggahan dan ribuan rayuan mas Adri yang mentah dan tidak manjur, berhasil menggiring kami semua ke satu-satunya ranjang yang ada di rumah ini. Kamar Dede

Saat ini mba Ine sudah berada diatas ranjang Dede dengan betumpu pada lututnya sendiri, memandang Dede dengan buas dan binal. Tersenyum penuh kemenangan

Dasar betina binaaalll!!!

Rutuk-ku kenceng-kenceng dalam hati

Dan Dede, masih dengan cuek berdiri di ujung ranjang. Bersidekap dengan ekspresi enggan dan acuh

Bagus sayang, kamu disitu saja!

Biarin mbak-ku, si betina binal ini belingsatan sendiri!

“Sini!” hardik mba Ine kepada Dede

Yang di hardik cuman mesam-mesem tengil “Ogah” jawabnya pendek

“Jangan sampai aku memperkosa kamu!” hardik mba Ine lagi ke Dede sambil nunjuk-nunjuk sok galak. Absurd gak sih?

Dan Dede malah ngekek, masih tidak bergeming

Yep! Kamu gak bakalan bisa memaksa Dede-ku mba!!!

Iya kan De?

Gak bisa kan De?

Mohonku dalam hati

Lalu mbak Ine mulai mengeluarkan jurus andalannya…

Mbak ku ini… wanita super cerdas, yang sangat pandai membaca situasi, enggak heran, dia menjadi ujung tombak marketing di perusahaannya. Kemampuannya menganalisa situasi kuakui memang benar-benar mumpuni. Dan apa aku sudah menyebutkan bahwa sundal ini juga jagoan akting? Yep, dulu, dia adalah orang yang paling gak pernah di marahin mama-papa karena selalu bisa berakting innocence dan bermain play victim. Dan karena kemampuannya itulah, dia berhasil mendapatkan hampir apapun yang dia inginkan.

Dan mbak-ku yang gila dan paling kusayangi ini sekarang tiba-tiba menunduk lesu dan mulai terisak…

“Maafkan aku… maafkan aku semuanya…” senggal-nya

“Aku sekarang paham, kenapa mas Adri sampai berselingkuh dengan adik-ku sendiri… aku paham, dengan betapa sudah tidak menarik-nya diriku… semuanya… maafkan aku …” racaunya dalam isakan sedih yang benar-benar menyayat hati

Kulirik, mas Adri jadi berkaca-kaca atas pengakuan absurd mba ku itu.

I’m not buying! Aku tau bener, ini hanya strategi-busuk-nya

Dan tiba-tiba Dede terkekeh

“Xe…xe..xe… Kacian… hik… hik…hik…” selorohnya tengil dengan senyuman yang super duper tengil pula, masih mematung dengan gesture cuek dan tangan bersidekap di dada

“Dasaaaar… Dasarrr…. Anak kecil tengillll!!!” ujar mbaku dengan ekspresi yang berubah tiba-tiba dari sok mellow, menjadi marah-marah-gemes absurd!

Dan mbak Ine mulai dengan murka, kalap menyerang…

Tergopoh gopoh dia berdiri, berjalan dengan heboh diatas ranjang Dede, dan setelah sampai di-ujungnya, dia melompat, langsung mendekap badan Dede yang masih berdiri dengan cuek. Mba Ine memeluk leher dede, dan mengaitkan kedua kakinya di pinggul Dede. Dede masih mematung, aku gak tau, gimana cara Dede berdiri, tapi dia tidak terhuyung sedikitpun karena terjangan betina itu. Oh, Dede-ku memang kuat dan perkasa…

Eh, Dede-ku?

Lalu mba Ine yang sekarang nggamplok di badan Dede, mulai menciuminya dengan ganas

Bibir, wajah, leher, menjilati dan mencecapi telinganya dan menggigit-gigit Dede dengan gemas. Aku tidak bisa melihat dengan jelas apa Dede membalas ciuman betina binal ini atau engak, karena posisi kepala mbak Ine yang menutuppi pandanganku. Namun, setelah be-berapa lama ‘mengarap’ dede dengan posisi ngamplok, mbak Ine melorot juga. Sekarang dia berdiri diatas kaki-nya sendiri

Mba Ine mendorong Dede kuat-kuat

Dede terdorong mundur, sampai terbentur di pintu lemari

Mba Ine mengejar dan…

PLAKK!!

Mba Ine menamparnya

Eh?

Kok di tampar sih?

Kurang ajar!!!

Mbak-ku sih mbak-ku!

Sayang sih sayang!

Tapi jangan seenak-nya nampar Dede ku dong!

Bangsat!!

Jeritku dalam hati…

Aku hampir saja melompat dari kursiku untuk melabrak mbak-ku! Tapi ditahan oleh tangan mas Adri. Kulirik sekilas, dia menggeleng-gelengkan kepalanya dengan sedih. Dan aku juga sepontan teringat janji kami. Lebih tepatnya janji yang dipaksakan oleh mba Ine kepada kami tadi. Janji bahwa, apapun yang terjadi, kami tidak boleh beranjak dari kursi yang kami duduki untuk menonton kejadian apapun yang akan terjadi antara dia dan Dede

Betina sialan!!!

Aku kembali mendekapkan tangan di dada dengan marah dan mendengus-dengus emosi

Mba Ine menatap Dede dengan tajam. Mendekatkan wajah super cantik-nya yang selalu ku-iri-in kepada lelaki kecil yang sudah membuatku panas-dingin beberapa hari ini. Aku selalu menganggap diriku paling cantik di keluarga, namun, kalau boleh jujur, wajah mbak-ku memang memiliki kecantikan yang sedikit susah ditandingi. Belum menyebutkan aura ke-anggun-an yang… ah…

Raline Shah, kalau aku boleh membandingkan, artis itulah yang kukira paling mirip dengan mbak-ku. Minus tinggi badan beberapa centi. Bisa bayangin gak sih? Raline yang lebih imut dan nggemesin, namun tetap anggun?

Ah…

Dan kulihat, dengan mesra Dede membelai rambut mbak-ku, menyingkirkan helai-nya yang menutupi wajah dan menjepitkannya ke telingan mba-Ine-ku. Lalu menghembuskan nafas panjang, dan menatap wajahnya sayu, adem dan penuh pengertian

Kulihat dari gesture-nya, mbak-ku meleleh…

Gesture yang persis dia tunjukkan dulu, saat bercerita tenyang cowok-cowok inceran yang dia sukai

Eh?

Jagan-jangan…

“Kenapa?” Tanya dede singkat

“Harusnya aku yang nanya gitu…” desis mba Ine pendek, menjawab pertanyaan Dede

“It just not right…” desis Dede lagi sambil masih membelai-nya

“I Know…”

“Than why’d you do this?”

“I… I just want to…”

“Revenge?” tebak Dede

“No…” desis mba Ine lagi

Dede menatapnya heran, lalu mbak Ine mendekatkan mulutnya ke telinga Dede dan berbisik. Dan Dede mendengus absurd

“No, I can’t…” desis Dede

“Please… just to night, please…” rajuk-mba Ine. Dede sekilas melirik kami. Dan dengan cepat mba Ine memegang wajah dede, memutarnya kearah wajahnya sendiri “Aku tidak mau bermain dibelakang suami-ku, aku ingin dia melihatku, karena dia sudah mengijinkan-ku…” dengus-nya lagi, deket banget dengan bibir Dede-ku

Dede melengos dan tersenyum tengil, lalu membisikkan sesuatu ke telinga mba Ine. Mbak Ine tiba-tiba sok mencak-mencak manja, sambil memukul-mukul dada Dede dengan malu-malu ngguateli serta mencubit-cubit ganjen

Dia Dede-ku mba..

Aduh…

“Fine! Lets get over it!” putus Dede tiba-tiba

Dan mereka mulai berciuman…

---

“Eghhh…eghh…eghhh… yaaghhh.. teruuss… sayangg… sodok memekku…. Kencenggg lagii sayangg… agghh…” Racau mbak Ine yang kini membelakangi kami disodok oleh kontol gede-nya Dede-ku dengan posisi Doggy Style, setelah tadi mendapatkan pijatan super intim Dede. Sundal itu, akhirnya sudah berhasil menikmati Centhini-nya pejantanku….

Dan sekarang, dia menikmati sodokan manghanyutkan itu…

Aku merem-melek, sambil sesekali meremasi payudaraku sendiri, aku mengangkat kaki ke dudukan kursiku, mengangkang dan menggesek-gesek serta mengucel-ngucel memek-ku. Aku gak peduli sama mas Adri yang duduk di samping-ku. Entah kenapa, aku benar-benar jadi terangsang berat melihat persetubuhan Mbak-ku dengan Dede. Sekilas ku lirik mas Adri…

Shit!

Dimana mas Adri?

Aku mencari-cari, dan kutemukan dia!

Mas Adri sudah melepas celananya sendiri, berjalan dalam ketelanjangan sambil mengocok-ngocok kontol-nya sendiri, mengitari ranjang, menuju ke depan persenggamaan itu

Mas Adri mengacungkan kontol tegangnya didepan mulut istrinya yang sedang disodok memek-nya oleh adik sepupunya sendiri itu. Mba Ine mendongak, tersenyum dan menatap mas Adri

“Kamu mau ku-oral sambil melihatkuu disodok oleh adik-mu sendri sayanggghh…??” racau si binal itu, dan dia mulai mengoral suaminya dengan ganas. Kulihat mas Adri melenguh dan merem-melek menikmati sepongan Istrinya yang sedang digenjot oleh adik sepupunya…

Bangsad!!!

Aku di tinggal sendiri iq!

Kan tadi janjinya gak boleh pergi dari kursi…

Anjing semuanya!

Dan aku melompat ke ranjang, menubruk Dede dengan gemas,dan mulai memeluk tubuh berotot yang kini dipenuhi keringat birahi yang menghanyutkan itu…

Aku mulai mencecapi kulit berkeringat itu, punggung, leher, telinga, dan memain-mainkan tanganku di putting dada-nya. Dede menoleh, dan kusosor bibir-nya yang dibalasnya dengan ciuman panas bergelora. Dan kurasakan tangan Dede sudah hinggap di permukaan memek basah-ku, mengelusnya, lalu menbuat tusukan erotis…

Damn, Dede memang tau betul dimana titik yang bisa membuatku melayang…

---

Aku mengenggam dengan erat tangan mbak-ku, sambil saling bertatapan dengan sayu. Dibawah, kontol Dede menyodok-nyodok memek-ku dengan ganas. Dan sekilas kulirik, kontol besar mas Adri juga tidak kalah ganas menjelajani relung vagina istrinya yang barusan di-obok-obok oleh batang jantan Dede-ku

Kami, aku dan mbak-Ine berada dalam posisi terlentang dipinggir ranjang, terlonjak-lonjak oleh sodokan kontol di vagina kami masing-masing. Aku masih menggandeng tangan mbak-ku dengan erat, lalu kepala kami mendekat dan aku dengan gemas mencium bibir indah mbak Ine-ku. Kami beciuman dengan gairah yang sukar ku gambarkan. Saling membelit lidah dan bertukar ludah

Mas Adri kulihat memandangku dengan aneh, dan tiba-tiba dia mencabut kontol besarnya yang pernah meng-orgasme-kan ku tempo hari dari memek istrinya, memanjat ke ranjang dan mengarahkann-nya ke mulutku

Dan aku mengulumnya dengan beringas. Kontol yang berlumuran lendir vagina mbak-ku itu kujilati dan kucecapi dengan beringas. Amis, asin, gurih, menggairahkan… dan aku semakin melayang…

Mba Ine yang ditinggalkan oleh suaminya untuk mendapatkan jatah oral dariku, bangkit, memeluk dan menciumi bibir Dede dengan rakus

“Sodok terus sayang… enak, nyodokin memek adik-ku?” desisnya absurd ke Dede yang hanya dibalas dengan cengiran tengil. Kontol mas Adri kurasakan mendesak tenggorokan-ku dengan paksa. Dia memaksakan deep throat kepadaku, dan kujawab tantangannya dengan berani…

Kutelan kontol itu sejauh yang aku bisa

“Aaaagghhh…” aku hampir saja menjerit, saat melepaskan kontol besar mas Adri dari mulut dan tenggorokan-ku sembari merasakan ada yang aneh dengan vaginaku. Kulirik kebawah, mba Ine mencucupi klitoris vaginaku-ku yang lobang nya sedang di sodok-sodok batang-nya Dede. Aku terbang…

Mbak Ine mengambil posisi ngangkang dalam posisi merangkak diatas tubuh terlentangku. Menyodorkan lobang vaginanya yang sudah basah kuyup, menetaskan cairan yang sudah tidak karuan di depan wajahku. Kusosor aja sekalian

Lalu kurasakan mbak Ine kembali menjilati memek-ku yang sebenarnya sudah keenakan disodok sama Dede. Lalu kontol mas Adri sekonyong-konyong menyingkirkan bibir-ku yang sedang menjilati memek istri-nya dan menusuknya dengan sekali dorong. Mas Adri kembali mempenetrasi lobang Istrinya didepan mataku

Ku kenyot saja biji-nya yang terayun-ayun seiring gerakan senggama-nya, menusuk istrinya dalam posisi doggy style diatas tubuhku yang terlentang, disodok Dede dari bawah, sambil kurasakan mulut mbak Ine masih mencecapi klitorisku

Aku mendesah

Mbak Ine meraung

Lalu tercekat…

Kurasakan Dede mencabut kontolnya dari memek-ku!

Hei!

Dan kulirik kebawah, kontol besar Dede-ku sekarang memang sedang berada didalam mulut mba-Ine ku

Aku pasrah dan kembali menjilati kontol suaminya yang sedang menyodoknya di depan wajahku

Dan kurasakan ada batang yang kembali menusuk lobang nikmat-ku, aku kembali melihat kebawah, Dede dengan tengil menggenjot memek-ku dan mulut mbak-ku berganti-gantian…

Rasanya…

Agghhh…

---

“What next?” desah-ku kepada siapapun yang mau menjawabnya

Karena saat ini, aku sedang tenggelam dalam pelukan Dede, dibalik selimut, disebelah mbak-ku yang dipeluk suaminya. Dede tampak ngalamun, sedangkan kulirik, mba Ine juga sedang memandang menerawang sambil mengelus-elus dada suaminya yang juga sedang termenung dan tidak ada siapapun yang menjawab pertanyaanku

Cairan hangat kurasakan meleleh dari bibir vaginaku. Spermanya mas Adri, karena dia-lah yang tadi terakhir menggenjotku dan menumpahkan spermanya disana. Kulirik, sebagian sperma Dede masih belepotan di pipi, hidung dan dahi mbak-ku. Sebagian besar berhasil ditelan-nya, namun sebagian lagi…

Ah…

Apa yang telah kami lakukan?

Perbuatan hina model apa pula ini?

Dan aku kembali mendesah…

Karena Dede tiba-tiba kembali menciumi bibirku dan memanjat tubuhku, menindihku…

Lalu kurasakan, batang keras Dede kembali menerobos lorong kenikmatanku, mendorong lelehan sperma kakak sepupunya sendiri kembali masuk ke pangkal rahimku, dan dia kembali memompa…

Membuatku kembali melenguh…

Ah…

Au ah...

Que Sera Sera!!

Whatever Happens, happens!

Peduli Setan!!

- End of Segi Empat Ep.2 -

!! TAMAT ??



 
Terakhir diubah:
Lanjutpuun..belum lah, masih panjang :beer::kretek:
LOL...

Saya nyesuaiin request aja suhu...

yang pasti, komen, like dan bentuk apresiasi apapun, akan semakin menambah semangat para konten kreator di forum ini, termasuk juga nubi

Makasih Atas Apresiasi Suhu

Peace

ps. Maaf kalau nubi belum bisa me-reply satu per satu komen suhu-suhu yang lain
 
Buat yg baca: ini cerita kan POV Rika, sehingga (seolah-olah) hanya d ceritakan sesuatu yg rika tahu saja.

Dalam eps terakhir, ada adegan dimana Ine membisikkan sesuatu ke Dede dan dibalas Dede membisikkan sesuatu ke Ine. Dan tdk d ceritakan scr detail, krn Rika memang tdk denger

Yg akhirnya bisikan itu membuat si Dede mau melakukan-nya dgn Ine.

Menurut suhu, kira-kira apa isi bisikan itu?

Ini akan jd dasar cerita mini series yg akan datang...

"Ine Series ~ Kutukan itu bernama Birahi: Pejantan pejantan ku"

Mohon d bantu ide-nya

Suwun
 
Bimabet
Ah... Ternyata memang bijaksana para leluhur, sehingga tidak sembarangan orang yg di ajarkan SERAT CENTHINI.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd