Part 42
Akankah berakhir
"maaf mas sudah jam 2:15"
Akupun mencoba mengingatkan mang Dedi agar segera pulang mengingat waktu sudah mendekati subuh, aku takut ada tetangga yang akan liat kepulangan mang Dedi dari rumahku.
"Kenapa emang nya dek"
"Mas harus pulang, sesuai janji nya mas sama Liya"
"Buru buru amat si dek Liya sayang, baru aja jam 2 lebih sedkit masih lama dek"
"Bukan begitu mas, Liya takut nanti keburu ada tetangga yang melihat kepulangan mas dari rumah Liya"
"Sebentar lagi ya dek Liya sayang mas masih cape banget ni"
"Yaudah jam 3 mas harus sudah pulang ya"
"Iya iya dek Liya sayang"
"Maaf mas mulai sekarang jangan manggil Liya dengan kata kata sayang lagi"
"Lho emang kenapa dek"
"Kan mas tau sendiri Liya sudah gak mau meneruskan hubungan terlarang ini"
"Jadi beneran dek Liya mau menyudahi hubungan ini"
"Iya mas, Liya sudah gak mau meneruskan nya"
"Tapi dek, mas sudah terlanjur sayang banget sama kamu"
"Engga mas, sayang nya mas sama
Liya itu karena nafsu sesaat saja"
"Kok dek Liya bilang gitu, mas beneran cinta mati sama kamu dek"
"Maaf mas Liya sudah gak mau meneruskan hubungan ini"
"Yaudah dek gak apa apa jika itu kepetusan kamu"
Akhir nya mang Dedi pun menyetujui keinginan ku untuk menyudahi hubungan terlarang ini, meski terasa berat untukku menyudahi hubungan bersama mang Dedi karena sesungguhnya aku masih mencintai dan menyayangi mang Dedi sepenuh hatiku. Tetapi aku harus bisa keluar dari jeratan dosa dan penghianatan Ku terhadap suamiku sendiri.
"Makasih ya mas, sudah mau mengerti"
"Iya dek Liya mas paham sama semua
ini, mas tau diri kok"
"Syukurlah mas, kalau mas bisa mengerti"
Akhirnya mang Dedi pun mencoba memakai kembali pakaian nya dan mulai duduk di sampingku lagi sambil memainkan smartphone nya.
"Sebentar ya dek biar mas simpan dulu vidio kenangan kita"
"Iya mas silahkan, oh ya mas tolong ya lupakan semuanya apa yang sudah terjadi selama ini"
"Ga bisa dek, mas gak mungkin bisa melupakan kamu secepat itu"
"Gak apa apa mas, pelan pelan aja"
"Iya dek, sebenernya mas begitu sedih dan menyesali dengan keputusan mu ini"
"Iya mas Liya juga ngerti kok, tapi ini jalan yang terbaik untuk hubungan kita mas"
"Iya dek, tetapi kita tetap berkomunikasi kan dek"
"Liat nanti aja mas"
"Kok liat nanti sih dek, oh ya dek Liya ini gak apa apa pakaian yang mas pake kan punya suami kamu dek"
"Liya mau akhiri semuanya mas, jadi kita berkomunikasi hanya sebatas Liya sebagai pelanggan mas aja"
"Maksud nya dek"
"Iya mas jadi kita seperti dulu lagi aja, hanya kenal sebagai Liya pembeli sayuran dan mas penjual sayuran nya, ngerti kan maksud Liya"
"Iya mas ngerti kok dek, jadi mas ga boleh lagi menghubungi dek Liya secara
langsung ataupun melalui handphone kan dek"
"Iya mas begitulah, jadi Liya mohon sama kmu mas setelah pulang dari sini tolong jangan pernah mas hubungi Liya lagi ya, kalau bisa mas hapus kontak Liya di smartphone punya mas"
"Kenapa harus di hapus dek"
"Biar mas dan Liya bisa saling melupakan"
"Engga dek, mas engga akan menghapus kontak dek Liya di handphone punya mas"
"Lho kenapa mas"
"Gak apa apa dek, oh ya dek mas mau tanya boleh"
"Iya apa mas"
"Kalau misalkan dek liya HAMIL dan mengandung anak mas gimana??"
Akupun begitu kaget saat mang Dedi bertanya seperti itu, tetapi iya juga bagaimana jika aku hamil dan mengandung anak mang Dedi. "Terus apa yang harus aku lakukan jika itu bener bener terjadi" gumam ku dalam hati.
"Liya masih belum tahu mas"
"Kok belum tahu si dek"
"Mas harus tanggung jawab" tegas ku
"Mau tanggung jawab gimana dek, kan kmu sendiri yang menyudahi ini semua"
"Udahlah mas jangan dulu di bahas lagian kan belum pasti juga Liya hamil"
"Yaudah dek terserah kamu aja, Tetapi mas yakin dek kamu akan hamil dan mengandung anak dari mas"
"Liya gak mau mas"
"Terserah dek mas hanya mengingatkan saja, kalau sampe dek Liya hamil dan mengandung anak mas itu darah daging mas ya dek ga bisa dek Liya pisahkan antara ayah dan anak"
"Kan Liya sudah bilang mas gimana nanti aja lagian kan kita ga tau apa iya Liya akan hamil atau tidak"
Akupun berpikir sejenak bagaimana jika aku bener bener hamil dan mengandung anak dari mang Dedi, apa aku harus jujur kepada suamiku dan menikah bersama mang Dedi !!!. Oh sungguh gila jika itu bener bener terjadi begitu akan tersiksa nya jika semua ini terjadi padaku.
"Yaudah dek kalau seperti itu, oh ya ini dek pakaian suamimu gimana mas pake Dulu"
"Yaudah mas pake aja anggap kenang kenangan dari Liya"
"Oh jadi dek Liya ngasih ni buat mas"
"Iya mas iya buat mas aja, tp jangan di pake depan suami Liya ya mas"
"Lho kenapa dek??"
"Takut suami Liya tahu kalau itu baju nya"
"Ah gak mungkin dek lagian kan banyak yang punya baju seperti ini"
"Yaudahlah mas terserah mas aja"
"Oke dek Liya kalau gitu makasih ya"
"Iya mas sama sama"
"Yaudah dek sebelum mas pulang, mas mau ikut ke kamar mandi dulu kebelet ni"
"Iya mas sok aja kalau mau ke kamar mandi dulu"
Mang Dedi pun izin ke kamar mandi terlebih dahulu sebelum pulang meninggalkan rumahku, saat mang Dedi menuju kamar mandi aku melihat smartphone nya tertinggal dan berada tepat di samping ku. Akupun segera mengambil smartphone punya mang Dedi dan mencoba untuk menyalakan nya ternyata smartphone mang Dedi tidak terkunci. "Syukurlah bisa dibuka jadi aku bisa hapus semua bukti perselingkuhan ini, aku takut jika suatu saat nanti mang Dedi akan mengancam ku dengan semua bukti yang tersimpan di smartphone nya",
Akupun segera membuka file di smartphone nya mang Dedi dan langsung saja ku hapus semua vidio dan foto ku yang tersimpan serta tak lupa aku hapus juga pesan dan panggilan masuk yang
masih ada di WhatsApp mang Dedi, Akupun tak lupa juga menghapus kontak ku dari smartphone mang Dedi. Begitu lega nya saat aku bisa menghapus semua bukti yang bisa membuatku terancam. Segera ku matikan smartphone nya dan ku simpan kembali di sampingku.
Akhir nya mang Dedi pun keluar juga dari kamar mandi dan terlihat sedang mencari sesuatu entah apa yang mang Dedi cari.
"Dek Liya liat handphone punya mas"
"Gak tau tuh mas, tadi mas simpan dimana??" Aku sengaja berbohong dan pura pura tidak tau biar tidak ada kecurigaan dari mang Dedi.
"Dimana ya dek mas juga lupa"
"Hmmm, kok bisa lupa mas"
"Iya dek mas buru buru soalnya sudahkebelet banget"
"Yaudah mas Liya bantu cari ya"
"Iya dek makasih"
"Oh ya mas terakhir mas tadi mainin smartphone nya dimana"
"Kalau ga salah di samping mu dek"
"Yaudah sebentar mas liya coba cari disini"
"Iya dek"
"Ni mas ada kok"
"Syukurlah dek, ketemu dimana kok mas ga liat ya" hehe
"Ini mas ada tergeletak di kasur"
"Oalah mas lupa mungkin ya dek, bahaya kalau sampe ga ketemu mana waktu sudah mau lewat jam 3 aja"
"Bahaya kenapa mas"
"Bahaya dong dek kan di handphone mas ada
"Ada apa mas" pura pura tidak tahu
"Ada sesuatu lah dek" HAHAHA. Sambil tertawa penuh kemenangan
"Oh gitu ya mas"
"Kok handphone mas mati ya dek"
"Ehhhh kenapa ya, oh ya mas mungkin habis baterai nya" akupun sedikit gugup menjawab nya karena takut ketahuan mang Dedi kalau sudah ku hapus semua nya.
"Iya mungkin dek soalnya semalaman ga di cas, yaudah lah nanti aja mas cas di kontrakan dek"
HAH lega nya saat mang Dedi
langsung memasukan smartphone nya ke dalam saku celana tanpa memeriksa nya terlebih dahulu mungkin dalam pikiran mang Dedi ya smartphone nya mati karena habis baterai, "Syukurlah" ucapku dalam hati.