terstop di episode 14 aja suhu
Nih kalau masih ga percaya ada chapter 15 nya tak kasih sedikit cuplikan
Bagian 15 : Tusukan
Gairah yang baru saja menyelimutiku dan Mang Dedi terpecah saat aku menatap layar ponsel pintarku. Dengan perasaan dag dig dug berdebar kencang dan ketakutan, ku picingkan mataku saat melihat kalau “Suamiku” tengah memanggil disana.
Sedangkan saat ini, aku tengah berduaan dengan Mang Dedi yang mengeram penuh ketidakukaan saat momen intim kami tersebut harus terhenti oleh nyaringnya nada deringku.
“Biarkan saja!” perintah Mang Dedi kembali melumat bibirku.
Aku kemudian menurut, kuurungkan niatku untuk mengangkat telepon tersebut karena rasanya tidak mungkin juga aku mengangkatnya dalam keadaan seperti ini.
Jadi kubiarkan saja panggilan dari suamiku itu berakhir, membuat degub jantungku sedikit merasa lega.
Namun selang beberapa saat saja, ponselku tersebut kembali berbunyi.
“Kayaknya penting Mas” ucapku kebingungan.
Mang Dedi mendengus kesal, “Yasudah angkat saja!” jawabnya menurunkan badanku dari gendongannya.
Aku mengigit bibir. Mendadak keraguan menyerangku, namun akhirnya aku tetap memberanikan diri memilih mengangkat telepon itu karena sudah kedua kalinya suamiku menelepon. Yang berarti hal tersebut cukup penting ataupun mendadak.
“Ha--halo! Assalamualaikum Abi” ucapku bergetar mengangkatnya.
Dibalik sana, aku mendengar suara renyah suamiku. “Waalaikumsalam Umi! Umi masih di pasar ya??” tanyanya penasaran.
“Masih Abi. Emangnya kenapa?” tanyaku balik.
Sejenak ku lirik ke arah Mang Dedi yang menatapku dengan memelas.
“Ini Mi, Abi lupa banget kemaren punya janji sama temen kantor” Jawab suamiku.
Aku mengangkat alis, “Lah trus Bi??”
“Iya, jadi hari ini Abi mau keluar sebentar. Nanti pulangnya malem” terang suamiku.
Entah kenapa, hatiku melonjak riang mendengar hal tersebut, “Trus Abi mau pergi sampai jam berapa???” tanyaku lagi.
“Paling jam delapan atau gak jam sembilan, Mi” jawab suamiku lagi.
Kualihkan pandanganku sejenak pada jam dinding yang ada di kamar Mang Dedi, sekitar tiga jam lagi aku mempunyai waktu bebas dengan penjual sayur langgananku tersebut. “Yasudah kalau gitu Bi” balasku tersenyum.
“Iya Mi! Umi tenang aja, Caca bakal Abi bawa kok” ucap suamiku terkekeh.
“Yaiyalah Abi! Masa Caca mau di tinggal di rumah sendirian” balasku ikut tertawa.
Tiba-tiba saja, kurasakan tangan Mang Dedi bergerak di belakangku sambil mengangkat kedua ujung gamisku keatas dengan cepat.
“Aaahh!” pekikku kaget.
“Umi kenapa??” Tanya suamiku ikut kaget di seberang sana.
Kutatap tajam mata Mang Dedi yang ada di belakangku mengisyaratkan padanya untuk berhenti, “Gapapa Bi! Ini kantong belanjaan Umi sobek” jawabku berbohong.
###
Gimana suhu? Udah pernah baca part yang ini belom? Kalau belum yang bener ajee! Rugi dong!