Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [Remake] Perjalanan Ke Suatu Pulau

Part 6








(ilustrasi Winda)






“Kapten!!!”
Bagaskara tahu apa situasi apa yang sedang mereka hadapi.





“Kita lakukan yang kita bisa!”
tegas Bagaskara.





“Sekarang semuanya bagi pos!”


“Saya jelas akan di kemudi kapal.”
“Gino tolong kamu jaga ruang mesin.”

“Oman dan Yayat bantu saya lihat sekeliling.”
“Apa ada pulau didekat sini.”

“Pastikan kita tidak mengarah ke laut dangkal juga”


“Dan ini sudah dipastikan pula..”
“Dengan GPS pun kita tetap akan mengalami kesulitan.”



“Semua tetap waspada”
“Kita pun juga tidak bisa mengevakuasi dengan skoci dalam keadaan seperti ini.”

“Oman dan Yayat benar-benar punya peran penting dalam hal ini.”
“Ingat jangan sampai kita terbawa ke laut dangkal!”



“Siap Kapten!”

jawab para ABK kapal itu kompak.



Bagaskara terlihat cukup profesional dalam menguasai situasi ini.
Winda yang mendengar bagaimana Bagaskara memimpin para ABK kapalnya menjadi horny.





“Shit! Denger Bagas kayak gitu gua jadi sange!”




Tak lama Bagaskara menghampiri Winda.



“Kamu ikut aku ya Win.”
“Supaya kamu bisa aku awasin juga..”


“Tapi jangan aneh-aneh ya!”



Winda hanya tersenyum mendengar penjelasan Bagaskara, dia pun mengangguk tanda dia mengerti..



“Tapi nanti kalau udah selesai dan aman..”
“Hmmmmmm..”


Winda tak melanjutkan kalimatnya dan berjalan mendekati Bagaskara.



“Aku mau memek aku di entot kasar ya..”
ucapnya pelan sambil tersenyum manis.



“Gak usah kamu bilang, kamu tahu kan aku bakalan perlakukan kamu bagaimana?”
Winda tertawa mendengar hal itu.





“Siap Tuan, budakmu ini akan sabar menanti.”











***









Sudah satu jam mereka berlayar didalam badai, Bagaskara pun terlihat dengan
bersusah payah menaklukan lautan yang sedang berombak cukup besar ini.



Di lain tempat..







“Hoekkk!”



“Cindy kamu gapapa?”

tanya Ci Helen



“Sumpah aku mual mabuk laut Ci.”
“Ini kapalnya goyangnya kenceng banget.”




“Duh Cici lupa lagi bawa obat anti mabuk.”


“Iya gw juga nih, kenapa bisa lupa ya?”

jawab Vivian menimpali.





“Yang cowok-cowok gak ada yang bawa?”
lanjut tanya Ci Helen.



Anto dan Bayu menggeleng berbarengan.





“Sumpah Ci kita gak prepare sampe segitunya.”
“Gua kira bakalan baik-baik aja...”

jawab Anto dengan nada bersalah.



“Iya Ci sama, bisa-bisanya kita gak ada yang kepikiran...”
timpal Bayu.





“Yaudah Cici coba tanya sama ABK Kapal kalau gitu”
“Cindy tunggu sini ya..”






Cindy membalas dengan anggukan.





Tak jauh dari lokasi mereka berada.





“OI MAN KELIATAN GAK PULAUNYA?”
teriak Yayat dari sebrang bagian kapal.



Dalam situasi seperti ini, berteriak sekencang-kencangnya adalah hal yang harus
mereka lakukan meskipun mereka saling berkomunikasi dengan HT.





“GAK KELIATAN NIH YAT!”
jawab Oman.







“Tolongg..Tolonggg...”





“WES SUARA APA IKU?”

tanya Oman



“KAYAK ADA YANG MINTA TOLONG?”





“NGARANG KAMU MAN!”
“GAK DENGER APA-APA AKU!”

jawab Yayat.





“BANG OMAN!”
“TOLONGIN DONG!!!”

ternyata itu adalah suara Helen yang sedang meminta pertolongan.





“OALAH SUARA BU DOSEN TOH..”
“BENTAR YAT DIA MAU MINTA TOLONG SESUATU...”


“BURUAN YAK!!”
“BISA CELAK KITA KALAU PULAUNYA KELEWATAN!”



“OK JANGKRIK!”



Oman pun menghampiri Helen.



“Ada apa Bu Dosen?”
“Kok keluar ruang sih!”

“Jangan disini Bu bahaya!”
“Kebawa ombak pusing aku Bu..”

tanya Oman sambil menyerocos.





“Iya maaf Bang Oman..”
“Saya mau minta tolong..”

“Cindy sepertinya mabuk laut...”
“Apa Bang Oman atau siapa gitu nyimpen obat anti mabuk laut?”


“Woalah Non Cindy mabuk laut?”
“Gino kayaknya nyimpen Bu..”



“Tapi dia lagi jaga ruang mesin.”
“Saya ambilin ya Bu...”


“Makasih ya Bang Oman maaf ngerepotin.”



“Gapapa Bu, tapi saya harus cepat-cepat.”
“Kapten merintahin kita untuk cek apa ada pulau terdekat..”




“Yaudah saya temenin ya Bang Oman..”







***








(ilustrasi Vina)​





“Ci Vivian...”
“Kita di kamar aja yuk..”

pinta Vina.





“Maunya sih, tapi ngeri juga kalau nanti ada apa-apa.”
“Kita keluarnya agak susah kan?”

Vivian menimbang-nimbang karna kamar mereka berada dibawah.



“Iyasih..tapi aku ngerasa lebih aman kalau di kamar..”
jawab Vina.





“Mau aku temenin Vin?”
“Secara aku buddy nya kamu?”

ucap Bayu menanggapi.




“Hmmmm..tapi kamu gapapa Yu?”



Bayu memberikan jawabannya dengan menggeleng.



“Yaudah Yu, tolong jagain adek gua ya.”
“Sumpah gua agak parno..”

ucap Vivian.



“Beres Vi!”
tegas Bayu.





Dari jauh, nampak Anto tersenyum melihat situasi itu..





“Kesempatan nih si Babi!”
“Ah tapi gua juga jadi bisa berduaan sama Vivian sih.”


“Tapi lagi ada Cindy..”
“Ci Helen baliknya cepet gak ya?”


“Huh menang banyak nih Bayu!”

ucap Anto dalam hati.









***







(ilustrasi Ci Helen)​




“Duh susah banget ya jalannya..”
ucap Ci Helen.



“Namanya juga lagi badai Bu Dosen.”


“Bang Oman panggil Helen aja ya..”
“Gak usah pake Bu, aku masih muda belom ibu-ibu nih..”


“Eh..iya..iya maaf..”




Memang diantara Gino dan Yayat, Oman terbilang yang masih muda dan cukup tidak nakal.
Sehingga dia masih menyegani orang-orang yang menjadi tamu mereka dan berlaku sopan.
Meskipun dia sudah kebagian jatah meniduri Cindy dan terbesit pikiran mesum kepada Helen
saat sedang pembagian buddy, dia tetap menjunjung untuk berlaku sopan.



Baginya, dia tidak mau terkena masalah yang terjadi karna ulahnya sendiri. Kecuali kalau takdir berkata lain.







“Pegangan sama dinding aja Non Helen.”
“Biar gak jatuh.”

ucap Oman.





“Eh iya ya?”



Tak lama kapal bergoyang kencang, Helen pun terlihat akan jatuh kebelakang, dengan
reflek yang cukup baik Oman menarik tangan Helen dan menariknya kencang.
Hingga saat ini posisi Helen berada dipelukan Oman. Wajah mereka saling berdekatan.



Disituasi ini, mulai ada perasaan canggung yang muncul diantara mereka.



“Eh...ma.makasih ya Oman...”



“Ii..iya Non Helen..”
“Untung sempat saya tarik.”


ucap mereka berdua saling terbata-bata..



“Ayo non, keburu makin susah jalannya.”
“Dan saya juga harus segera balik ke Deck.”



“Iy..iya..”












***









Di dalam kamar ABK..





“Kayaknya sih Pak Gino naronya disini.”
“Tapi kok gak ada ya?”



“Wah masa iya sih Bang Oman?”
“Coba saya bantu cari.”








Helen pun bersama Oman menggeledah kamar ABK yang memang sedikit berantak itu.
Bau rokok tak jadi masalah untuk Helen, yang jelas baginya adalah harus menemukan obat anti
mabuk untuk mahasiswinya, Cindy.





“Kalau gak salah kotaknya warna putih ya Non Helen.”

ucap Oman.







“Ini bukan?”
jawab Helen sambil menaikan tangan kanannya dengan posisi membelakangi Oman.







“Aahhh!!”
teriak Helen yang kehilangan keseimbangannya lagi karna kembali kapal itu bergoyang kencang.





Oman pun dengan sigap menangkap tubuh Helen, hanya saja badan Helen sedikit memutar saat akan jatuh, hal hasil, tangan kiri Helen tak sengaja menggenggam erat penis Oman dan tangan kiri Oman mencengkram kuat payudara kanan Helen..





“Auhhhhh!!”
Keduanya mengeluh bersamaan.





Helen shock dengan ketidak sengajaan Oman mencengkram payudarannya, disatu sisi dia
juga shock dengan apa yang digenggam oleh tangan kirinya.





“Apa ini!! Gede Banget!!”





Kapal kembali bergoyang dengan lebih kencang..





BUK!!





Karna posisi mereka yang canggung tadi, keduanya kini sama-sama kehilangan keseimbangan
dan jatuh ke lantai. Untungnya kepala Oman tidak terkena pinggir kasur karna dengan sidap
dia menahan posisinya dengan tangan kanannya. Hanya pantatnya yang terbentuk keras karna ditimpa berat tubuh Helen.







“Aduhhh...”
Keluh Oman yang merasakan genggaman pada penisnya makin kencang



“Aduhhhhh...”
“Oman gapapa?”

tanya Ci Helen bersamaan dengan keluhannya.





“Akunya sih gak begitu kenapa-kenapa..”
“Tapi burungnya aku itu loh Non Helen...”





“Ehh maaf—maaf...”
“Kamu juga ini tangan kamu di dada saya masih ngecengkram..”



“Hehehe..anu Non...”



“Sudah-sudah, aku mau bangung ya Bang..”






Saat Helen hendak mengambil posisi untuk bangun, disaat itu pula kapal itu kembali bergoyang kencang..





HMPHHHH...puahhh





Helen tak sengaja berciuman dengan Oman...





“Oalah Non....”
“Bibir saya kok disosor...”





“Gak sengaja tahu ih!”
“Ini kapalnya goyang terus daritadi!!”





“Hehehe.. sengaja juga gapapa Non..”




Oman yang memang sudah sedikit kepancing nafsunya akibat remasan tadi sudah mulai berpikir yang tidak-tidak.



“Semoga ada goyangan lagi, supaya bisa tak banting ini Non ke kasur.”
batinnya.





Sepertinya Dewi Keberentungan Laut sedang memihak kepadanya, saat Helen sudah berdiri
dan siap melangkah, dapat dirasakan oleh Oman kalau kapal akan kembali bergoyang dengan
kencang. Oman langsung menarik Helen dan membantingnya kearah kasur lusuh itu. Posisinya
adalah Helen tengkurang diatas kasur dengan pantat yang mencondong keatas. Oman langsung
menempelkan penisnya yang sudah tegang maksimal kearah pantat Helen dan menggeseknya sedikit.





“Auhhhhhh...”
“Omann!!!”

lirih Ci Helen.





“Maaf non saya gak tahan!”




Oman langsung menarik reselting belakang celana Helen dan menariknya dengan paksa
kebawah. Kemudian dia dengan cepat menggeserkan celana dalamnya Helen yang seperti
berbentuk G-String dan memasukan 2 jarinya dengan paksa.





“Kok udah basah non?!”
tanya Oman...





“Aaahh Omannnn!!”
“Kamu ngapainnn????!!”






Oman tak menghiraukan ocehan Helen mengocok jarinya dengan cepatt





“AUHHHHHHH”



“Bangsatt.. gua kok sange!”
“Gara-gara bau badanya si Oman!”
“Gara-gara kontolnya Oman!”



“Gua langsung auto pasrah gini!”
“F*ck lah!!!”

batin Helen





“OMANNN LANGSUNG PAKE KONTOL KAMU CEPETAN!”



“Hehehe siap Non!”

jawab Oman tanpa berbasa-basi langsung menurunkan celananya.







AGHHHHHHHHHHHHH





“Gede banget Oman!!”





“Saya gas ya Non!”
“Saya buru-buru!”



“Iya cepetan!”










***










(ilustrasi Cindy)​








“Hoekkk”



“Aduh gua gak tahan!”
“Gua ke kamar ya!”

Ucap Cindy sambil langsung berlari ke arahnya kamarnya





“Eh tunggu Cin!”
ucap Vivian.





Cindy benar-benar tak tahan sama perasaan mualnya, diapun setengah berlari menuju kearah kamarnya.





BUKK







“Aduh..”





“Loh Non Cindy ngapain lari-lari?”



“Abang Gino ngapain nabrak Cindy?”

ketus Cindy



“Ee...Anu Non maaf..”
“Ini saya mau ke dapur, mau ngambil obat anti mabuk.”



“Saya lagi jaga ruang mesin tapi saya gak tahan dengan ombaknya.”

ucap Gino memberikan penjelasan.





“Loh di dapur ada obat anti mabuk?”
“Yaudah saya mau ya Pak!”



“Cindy juga mabuk laut!”
“Anter ke kamar Cindy tolong ya..”



“Wah gak bisa non kalau saya antar ke kamar Non..”
“Saya haru balik cepet ke ruang mesin..”



“Ishh gitu banget sama Cindy, yaudah Cindy tunggu sini ya.”

Cindy mengerti akan situasi yang sedang mereka hadepi, sehingga ia tak mau banyak mengeluh.





“Oke Non.. “
“Maaf ya Non tadi saya gak sengaja nabrak..”



“Iya cepet saya gak tahan Pak!”






Gino pun kembali langsung berlari kearah dapur.



Melihat Gino datang kearah dapur dengan tergesa-gesa membuat Anto bertanya.



“Ada apa Pak Gino?”



“Ini Mas Anto, saya mau ambil obat anti mabuk.”



“Loh ada obatnya toh disini?”



“Iya Mas.”



“Permisi ya..”

Gino dengan cepat kilat mengambil obat yang ada didalam laci dapur.



“Pak ada lagi gak obatnya?”

tanya Vivian



“Ada kok Non.”
“Itu di laci banyak.”



“Cindy butuh juga tuh Pak.”



“Iya non, ini saya mau bagi ke Non Cindy.”
“Permisi ya.”






Gino kembali kearah Cindy.





“Udah Pak? Mana obatnya?”
“Saya gak tahan nih Pak.”





“Saya gak tahan juga Non!”
“Ikut saya ke ruang mesin, minum obatnya disana aja!”



“Ishh apaan sih Pak!”
“Yaudah deh!”




Cindy tak banyak mengeluh, dia tahu apa yang mungkin terjadi, tapi dia tak
punya pilihan lain dan tak mau ambil pusing. Dia hanya ingin obat itu.





“Sip!”
“Abis ini Non bakalan enakan!”

ucap Gino.





“Kontol mu kali Pak!”
ucap Cindy pelan.





“Hehehe..”
senyum lebar terpancar dari wajah Gino.















#Bersambung....
 
Terakhir diubah:
update terbaru

kapal itu terombang ambing di tengah laut diterpa gelombang nafsu birahi yang sangat ganas
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd