Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Remake: Masa Lalu Istriku yang (cukup) binal - Kisah Nyata

Cerita kisah nyata berikutnya pilih yang mana?


  • Total voters
    35
  • Poll closed .
Chapter 4

Setelah menceritakan pertama kali disetubuhi Om-Om waktu kos dulu, TS semakin penasaran seberapa sering wife dulu dientot dan aksi nakal apalagi yang pernah dilakukan waktu LDR dulu.

Cuplikan perbincangan saat TS menggenjot wife (Mita):
TS: “Uhm, berarti kamu sering banget donk dientot Omnya dulu waktu ngekos?”, sambil TS memainkan klitoris wife.
Mita: “Enggak sering kok…uhm iya enak disitu…”, jawab wife sambil mendesah keenakan.
TS: “Loh tapi Omnya berani nyamperin kamu ke kamar loh itu setelah kejadian pertama, berarti tiap malam kamu dientotin kan….”
Mita: “Enggak…nggak selalu dientot, kadang cuma tidur bareng aja sambill…arrgghhh iyahhh penuh memeknya ini”, kata Mita sambil menahan nikmat saat penis TS masuk sepenuhnya di memeknya.
TS: “Sambil apa? Ga mungkinlah ga dientot….”, TS semakin penasaran dan nafsu dengan wife.
Mita: “Enggak selalu…kadang cuma dimaenin memeknya pake jari atau dijilatinnnn, trus minta dikocokin tititnya sampe keluar…trus tidur telanjang bareng”
TS: “Setiap hari begitu? Ga ketauan sama anak kos lainnya atau Winda?”
Mita: “Ga tiap hari, paling 2 atau 3 kali seminggu, dia kan weekend pasti pulang…Winda kayaknya gatau, tapi ya gatau juga kalo aku berisik pas dientot atau dimaenin memeknya…”
TS: “Pernah dientot selain di kos?”, tanyaku penuh selidik dan semakin nafsu menggenjot wife.
Mita: “Argghhh iyaahhh iyahh pernahhh….”
TS: “Coba ceritain yang jelas dimana….”

Lalu wife (Mita) menceritakan kembali kisah dengan Om Sadewo (jujur saja nama Omnya sampe sekarang TS belum berhasil dapat, wife enggan menyebutkan namanya).

Belakangan ini Mita agak melupakan Darren, dengan isu yang didapat bahwa Darren berselingkuh di kota S pun Mita tidak terlalu mempedulikannya, saat ini dia sedang sangat dekat dengan Om Sadewo walau sebatas hari Senin hingga Jumat saja. Setiap minggu Om Sadewo bisa 2 atau 3 kali tidur di kamarnya, walau menjelang subuh biasanya pindah ke kamarnya sendiri karena takut ketahuan penghuni kos lainnya. Setiap Om Sadewo bermalam di kamar Mita, memang tidak selalu melalukan persetubuhan, namun setidaknya ada percumbuan dan diakhiri dengan tidur telanjang bulat berdua jika sama-sama sudah terpuaskan. Bagaimana mereka saling memuaskan tentunya dengan oral seks atau permainan jari, memang tidak bersetubuh tapi setidaknya bibir vagina dan liang vagina serta payudara Mita tak pernah luput dari sentuhan jari atau lidah Om Sadewo, sementara Om Sadewo sendiri biasanya meminta Mita untuk mengocoki penis gemuknya dan diakhiri dengan kuluman dan hisapan di dalam mulut mungil Mita, walaupun tidak pernah sampai keluar di dalam mulut menurut pengakuannya. Tempat favorit Om Sadewo untuk memuncratkan spermanya adalah di kedua payudara atau perut Mita, pernah katanya Om Sadewo memaksa untuk ejalulasi di dalam mulut Mita, namun hanya dikabulkan dengan mengeluarkan spermanya di sekitar leher dan pipi Mita saja.

"Mita, Kamis besok tanggal merah, Om kayaknya ga pulang, nanggung biar Jumat sore saja, kita keluar yuk…", tulis pesan Om Sadewo via blackberry atau bbm.

"Boleh Om, memang kemana?", balas Mita yang hari itu sedang berkerja.

"Kita nonton atau karaoke di xxx plaza ya, kan ga jauh tuh dari kos", balas Om Sadewo lagi.

"Okay Om, aku kerja dulu ya, banyak pendingan", jawab Mita mengakhiri bbm dari Om Sadewo.

Mita agak khawatir sebenarnya untuk jalan keluar bareng Om Sadewo berdua, biar bagaimanapun dia tak ingin Winda tahu hubungannya dengan Om Sadewo, apalagi Winda kenal dengan Darren dan tahu bahwa Om Sadewo sudah memiliki istri dan anak, namun dia hanya berharap para penghuni kos banyak yang pulang pulang termasuk Winda yang biasa menginap di kos pacarnya saat tanggal merah atau weekend.

"Mba, aku mau nginap di kos Mas Deni ya…uhm tadinya pengen ngajak keluar Mba Mita, tapi Mas Deni ngajak ke rumah keluarganya", kata Winda di Kamis pagi tanggal merah saat berjumpa Mita di dapur.

"Oh iya gpp, aku juga ada acara, mungkin ke rumah tanteku atau mau cari buku ke mall", jawab Mita dan dalam hati dia cukup lega Winda tidak berada di kos hari itu.

Om Sadewo sebelumnya mengabarkan mengajak keluar Mita sekitar pukul 3 atau 4 menjelang sore karena masih ada urusan di proyek, sehabis makan siang Mita segera bersiap supaya tidak terlalu terburu-buru.

"Om lagi jalan balik ke kos, kamu sudah mau siap-siap ya?", tulis pesan Om Sadewo via bbm.

"Iya, barusan makan siang, ini mau mandi dan siap-siap", balas Mita.

"Boleh minta tolong?", tanya Om Sadewo.

"Minta tolong apa Om?", Mita membalas langsung karena penasaran.

"Om pernah liat kamu pas pake rok jeans dan kemeja agak gelap biru, kalau boleh pakai itu…tapi….", pinta Om Sadewo via bbm.

Mita tahu rok dan kemeja yang dimaksud, sebenarnya keduanya itu rok dan kemeja dari jaman kuliah yang hanya sesekali dipakai saat pergi berdua Darren atau saat ke rumah tantenya. "Tapi apa Om?, balas Mita menanyakan pesan Om Sadewo yang menggantung.

"Kalau Mita ga keberatan, boleh ga jangan pakai daleman? kalau gamau juga gpp, Om cuma tanya aja", jawab Om Sadewo.

Mita agak kaget, bukan karena permintaannya, tapi kenapa lelaki yang saat ini menjadi kekasihnya, Darren, dan mantannya pun pernah meminta hal yang sama. Dulu kekasih Mita sebelum Darren juga pernah meminta hal yang sama, gilanya dia minta setelah bercumbu habis-habisan di toilet kampus, Mita keberatan karena takut menjadi pusat perhatian, namun akhirnya menurutinya, hanya saja Mita meminjam jaket kekasihnya saat itu supaya puting susunya tidak tercetak jelas di kemejanya, sementara celana dalam tetap dikenakannya karena pulang diantar naik motor. Darren juga pernah minta hal yang sama sebelum berangkat kuliah, karena mereka punya rencana untuk bercumbu di warnet langganan setelah pulang kuliah, namun saat itu pun Mita hanya mengabulkan dengan tidak memakai bra saja, itupun akhirnya dia memakai cardigan rajut untuk menutupi puting susunya yang bisa saja tercetak jelas saat mengeras.

"Uhmm kalo cuma ga pake bra aja gimana Om? soalnya roknya itu dari jaman kuliah dan sudah agak sedikit diatas lutut, takut gampang keliatan nanti…", jawab Mita berharap Om Sadewo mau menerimanya.

"Iyah gpp deh, uhm sama satu lagi, boleh ga Om minta dicukur rambut bawahnya? sorry ya Om mintanya aneh-aneh, gpp kalo repot, Om penasaran saja. Nanti jam 4 an kita jalan ya, filmnya jam 5”, tulis pesan Om Sadewo.

Mita memang rajin merapihkan bulu kemaluan yang disebut Om Sadewo sebagai 'rambut bawah', hal ini rutin dilakukan setelah pernah diminta kekasihnya sebelum Darren yang penasaran dengan bentuk kemaluannya tanpa bulu. Dia masih teringat bagaimana akhirnya dia diminta bolos kuliah demi memuaskan hasrat kekasihnya saat itu, kemaluannya dinikmati sepanjang hari hingga klitoris dan bibir vaginanya agak bengkak kemerahan. Sudah agak lama Mita tidak mencukur habis kemaluannya, dan dia hanya menjawab singkat pesan dari Om Sadewo "Iyah Om…".

Sekitar jam 4.15 Om Sadewo menelpon Mita yang sudah siap dengan rok jeans pendek, kemeja biru tanpa bra dan cardigannya, tetap saja dia tak berani tanpa memakai cardigannya jika tidak memakai bra. Mita segera turun ke bawah menemui Om Sadewo yang berada di warung beberapa meter dari Kos.

Om Sadewo memesan taksi dan mereka menuju xxx plaza yang letaknya sebenarnya tidak terlalu jauh dari kos, di dalam taksi Om Sadewo memandangi Mita dan menggenggam tangan Mita seperti seorang kekasih yang benar-benar sedang kasmaran. Lokasi perbelanjaan itu ternyata tidak seramai yang dipikir, mungkin karena hari libur yang agak tanggung sehingga banyak yang mengambil cuti Jumatnya dan long weekend keluar kota.

Setibanya di bioskop, mereka memesan snack dan minuman dan beranjak masuk ruang bioskop yang ternyata sangat sepi penontonnya, mungkin karena filmnya sudah lama diputar dan memang benar banyak yang liburan keluar kota. Mereka duduk di barisan paling belakang dan hingga film akan diputar, tidak ada penonton lainnya di sebelah kanan kiri maupun depan mereka, kalau pun ada jaraknya berjauhan, dan juga sepertinya penonton lainnya adalah para sepasang kekasih yang ingin menikmati film sambil bermesraan.

Dari awal film akan diputar, Om Sadewo yang duduk di sebelah kanan Mita sudah agresif menyentuh Mita, awalnya Om Sadewo meminta Mita melepas cardigannya sambil mencium pipinya dan berbisik di telinganya…"Lepas ya cardigannya…". Mita menuruti walau AC dalam bioskop cukup dingin dan puting susunya agak mengeras, namun dia sadar tak ada siapapun di sekitar mereka duduk.

Mita melepas cardigannya dan Om Sadewo langsung memeluknya untuk memberikan kehangatan, namun tidak hanya sekedar memeluk dengan tangan kirinya, Om Sadewo langsung membuka kancing kemeja Mita satu per satu dengan tangan kanannya, dia tidak membukanya semua, namun sudah cukup untuk disibakkan dan menampakkan kedua payudara mungil Mita. Om Sadewo sepertinya memang tidak berniat untuk menonton, dari awal film diputar, dia malah sibuk memainkan kedua payudara Mita, meremasi keduanya perlahan dan makin kasar sambil sesekali memilin atau mencubit puting susunya yang mengeras. Mita berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengeluarkan suara, dan satu-satunya cara adalah dengan meraih kepala Om Sadewo serta mencium bibirnya sambil menahan desah atau jeritan kecil saat puting susunya dicubit agak kuat oleh Om Sadewo. Bibir mereka saling berpagutan dan berciuman penuh nafsu dengan lidah yang saling merangsek masuk ke rongga mulut satu dan lainnya, tangan kanan Om Sadewo yang tadinya memainkan kedua payudara Mita sudah berpindah posisi mengusap pahanya, dengan kasar tangannya membentangkan kedua paha Mita agar terbuka lebar, dia mengusap kedua paha bagian dalam Mita sambil terus masuk menuju area empuk dan hangat diantara kedua pahanya yang ditutupi kain celana dalam.

"Ouhh Mita sayang, buka celana dalamnya….", pinta Om Sadewo saat menjilati bulu halus Mita disekitar telinganya.

Mita yang sudah terbius nafsu birahi hanya menurutinya saja, dia sedikit mengangkat pinggulnya, menaikan roknya perlahan dan berusaha membuka celana dalamnya dengan susah payah. Tiba-tiba Om Sadewo menyambar celana dalam Mita, dia meraihnya dan segera memasukkannya ke dalam kantong celananya, setelah itu jari jemari tangan kanannya kembali mengusap-ngusap kedua paha bagian dalam Mita yang hangat.

"Mita mau dimaenin memeknya?", bisik Om Sadewo yang sepertinya sengaja memancing Mita.

"Ssshhh ahhh iyahhh maenin Om, tapi jangan kasar-kasar maeninnya…ahhh", jawab Mita sambil menahan desahnya.

Om Sadewo memandang ke sekeliling terlebih dahulu untuk memastikan tidak ada mata yang mengawasi mereka, setelah dirasa cukup aman, jari tengah tangan kanannya mengusap- ngusap belahan kemaluan Mita yang terasa lembab, hangat, basah dan halus tanpa bulu kemaluan. Om Sadewo mencari klitoris Mita serta bibir vaginanya yang biasa menjadi santapannya saat bermalam di kamar kos Mita, dia ingin mencubit bibir vagina Mita namun khawatir gadis itu akan menjerit atau mengeluarkan suara desahan kuat, sambil menahan gemasnya, Om Sadewo hanya mengusapinya perlahan sambil jari jemarinya membuka lubang vagina Mita yang sudah sangat basah. Om Sadewo sebenarnya penasaran dengan kemaluan Mita tanpa bulu, namun kondisi di dalam bioskop tidak memungkinkan dan hanya terlihat samar sesekali.

"Om mau netek sambil masukin jarinya ya sayanggg….tahan suaranya…", kata Om Sadewo pelan. Dan tanpa minta persetujuan Mita, Om Sadewo sudah menghisap puting susu Mita seperti anak bayi bergantian kiri dan kanan, sementara jari tengahnya pelan-pelan masuk ke dalam lubang vagina Mita dan mulai mengocokinya perlahan. Mita tak kuat menahan nikmatnya, dia ingin mendesah dan menjerit sekuatnya namun dia berusaha menahannya dengan menggigit sapu tangan yang dibawanya. Puting susunya terasa nikmat sekaligus sedikit sakit dan perih saat Om Sadewo menghisapnya agak kuat sambil digigiti perlahan, sementara lubang vaginanya juga mendapat sensasi nikmat luar biasa saat jari tengah Om Sadewo mengorek-ngorek dan bahkan menambah jari telunjuknya mengocoki perlahan.

"Mita keluarr Om…ssshhh ahhh Ommm..", racaunya lirih dan pelan, tubuhnya menggelinjang mendapatkan orgasmenya.

Om Sadewo menghentikan aksinya begitu Mita selesai dengan orgasmenya, jari tengah dan telunjuk tangan kanannya begitu basah oleh cairan dari lubang vagina Mita, kedua puting susu Mita juga tampak berkilatan karena air liur Om Sadewo ketika terkena pantulan layar bioskop saat terang. Penis gemuknya berontak di dalam celana jeans yang dikenakannya, Om Sadewo mencium pipi Mita dan berkata, “Keluarin titit Om, kasian sesek di dalam celana ini…”. Mita terlihat ragu dan khawatir terlihat penonton lainnya yang mungkin tak sengaja melihat ke arah mereka, namun tangan besar Om Sadewo menuntunnya tangan mungilnya untuk membuka restleting celana jeans itu. Dengan sedikit susah payah, penis gemuk Om Sadewo berhasil dikeluarkan Mita, Om Sadewo agak mengernyit sedikit saat Mita mencoba meloloskan penisnya dari sela-sela celana dalam yang dikenakannya.

Sambil tangan kanannya mengocoki penis Om Sadewo, Mita mengatupkan kemejanya yang masih terbuka kancingnya, supaya payudaranya tidak terlalu terekspos, namun Om Sadewo mencegahnya dan malah meremas-remas kuat payudara Mita mengikuti ritme kocokan pada penisnya. Beberapa saat mereka ‘seolah-olah’ menonton film sambil tangan masing-masing sibuk dengan permainan nakal, Om Sadewo sendiri sangat menikmati jari jemari mungil Mita yang mengocoki, mengusap dan kadang dengan jempolnya memainkan lubang kencing Om Sadewo, agak ngilu namun tertutupi oleh sensasi kenikmatan yang lama dia dambakan. Mita yang khawatir dengan sekitarnya tak bisa menikmati film yang diputar, dia malah sesekali memandangi penis gemuk Om Sadewo yang kini lubang kencingnya sudah mengeluarkan cairan precum yang pasti terasa gurih, tanpa diminta, tiba-tiba Mita membungkukkan badannya ke arah Om Sadewo dan melumat penis itu dengan penuh nafsu, lidahnya menyapu mulai dari batang penis hingga puncak kepala penis dimana cairan precum yang asin dengan sensasi gurih berada. Om Sadewo tersenyum puas, ternyata Mita tak sealim yang dibayangkan, tampaknya pengalaman dengan kekasih-kekasihnya membuat Mita sedikit binal dan gampang hausan sentuhan kasih penuh nafsu. Hanya maksimal tiga perempat batang penis Om Sadewo saja yang Mita mampu masukkan dalam mulutnya, begitu mencoba lebih dalam, pangkal tenggorokannya terasa penuh sesak dan membuatnya sulit bernafas, untungnya Om Sadewo tidak menekan kepala Mita agar melakukan yang biasa disebut deep throat, sehingga Mita bisa mengulum dan menelan penis Om Sadewo semampunya dan senyamannya dia.

“Ssshh ahhh Mita, Om ga tahan…kita keluar aja yukkk…”, kata Om Sadewo sambil meminta Mita menghentikkan kuluman dan hisapan pada penisnya.

“Filmnya belum selesai, mau keluar kemana Om?”, jawab Mita dengan bibir penuh air liur dan tampak begitu menggairahkan.

“Gimana kalo kita ke tempat karaoke aja? Om tau tempat karaoke dekat sini…”, kata Om Sadewo, tiba-tiba dia terlintas tempat karaoke yang pernah didatanginya dengan teman-teman proyeknya beberapa minggu lalu.

“Boleh, tapi Mita ga bisa nyanyi loh…”, kata Mita sambil mengancingkan kemejanya.

“Yah kan cuma seneng-seneng aja, ga perlu nyanyi bagus-bagus, lagipula kamu masih hutang loh….”, kata Om Sadewo sambil mencubit lengan Mita.

“Ihhh apaasn sih Om, sakit ah…hutang apa ya…hmmm ohhhh…maksudnya Om belum keluar ya?”, kata Mita dengan polosnya.

Om Sadewo hanya mengangguk sambil tersenyum, dia benar-benar bahagia bisa berkenalan dengan gadis 22 tahun yang jauh lebih muda dari dirinya. Dia merasa sangat beruntung dapat mewujudkan beberapa fantasinya yang sebelumnya tidak bisa didapatkan dari istrinya, walau sebelum menikah pun, istrinya sangat menjaga norma agama dan tak pernah mau diajak melakukan hal-hal nakal kecuali di rumah, tepatnya di dalam kamar, itu pun setelah menikah. Monoton dengan kehidupan seksnya, apalagi setelah kelahiran anak pertama, Om Sadewo justru makin sibuk dengan pekerjaan proyek-proyeknya diluar kota, dan kadang saat pulang ke rumah, sebenarnya dia ingin melakukan hal yang berbeda dengan istrinya seputar masalah ranjang, namun selalu mendapat penolakan dan pada akhirnya bercinta dengan suasana dan gaya yang itu-itu saja.

Sebelum beranjak meninggalkan ruang bioskop, Mita sempat meminta celana dalamnya namun Om Sadewo menolaknya, dia ingin Mita juga merasakan sensasi berbeda berada di tempat umum tanpa mengenakan daleman apapun. Setibanya ditempat karaoke, Om Sadewo memesan ruangan yang cukup untuk 4 orang dan lokasinya berada di pojok sehingga tidak dilewati pengunjung lainnya, dia sudah merencanakan matang-matang apa yang akan dilakukannya dengan Mita selanjutnya. Waktu menunjukan pukul setengah 7 malam, mereka menunggu sekitar setengah jam untuk memakai ruangan yang sudah diincer Om Sadewo.

“Nanti kalo lapar pesen makan disini saja ya, lumayan free 2 jam kalo ada pesen makan dan minum”, kata Om Sadewo.

“Iya gampang Om, pengen pisang bakar sih tapi nanti ganjel makan dulu aja disini”, kata Mita sambil melihat pesan di blackberrynya.

“Pacarmu ada bbm?”, tanya Om Sadewo (bbm = blackberry messenger) penuh selidik.

“Iyah ini, tumben, soalnya beberapa hari ga ada kabar”, jawab Mita, dia juga heran kenapa Darren bisa pas bbm saat dirinya sedang berdua Om Sadewo, untungnya hanya kirim pesan biasa dan tidak mengajak chat sex seperti beberapa saat baru mulai LDR-an.

“Nanya kamu dimana?”, Om Sadewo bertanya penuh selidik, dia tahu dia tak bisa merasa cemburu tapi sedikit banyak ada rasa itu.

“Enggak, cuma nanya biasa aja kok Om, udah ga usah dipikirin”, jawab Mita yang sebenarnya kurang nyaman dengan pertanyaan Om Sadewo.

“Eh udah tuh ruangannya, yukk masukk”, kata Om Sadewo sambil menggandeng tangan Mita.

Ruangan karaoke berukuran 4 orang itu cukup nyaman dengan standard ruangan karaoke pada umumnya dengan sofa, lampu yang bisa diatur dan AC yang sebenarnya terlalu besar untuk ruangan itu sehingga cukup dingin. Om Sadewo langsung memilih lagu-lagu yang akan dinyanyikan sementara Mita memesan makanan dan minuman karena sudah cukup malam dan terasa lapar, tak lupa Om Sadewo juga memesan dua botol besar bir seperti kebiasannya saat karaoke dengan teman-temannya.

Sambil menunggu makanan dan minuman, mereka bergantian bernyanyi sambil sesekali berpelukan dan tertawa lepas, tak selalu merdu memang, tapi setidaknya melepas kepenatan yang ada dan menikmati kebersamaan berdua saja. Beberapa saat makanan dan minuman datang, Om Sadewo memberi tips pada pelayan dan memberi kode agar memberi waktu mereka berduaan saja tanpa diganggu tawaran makanan atau minuman lainnya. Om Sadewo dan Mita bergantian makan sementara salah satunya bernyanyi atau sibuk mencari lagu, setelah selesai, Om Sadewo menikmati bir dinginnya sambil menawari Mita.

“Ga usah banyak-banyak, dikit aja ya”, kata Om Sadewo yang melihat Mita menuangkan bir ke gelasnya, sesaat dia teringat saat pertama kali menyetubuhi Mita yang masih agak terpengaruh alkohol sepulang dari pembubaran panitia festival musik.

“Iyahh, nanti repot nyusahin lagi…eh nyusahin apa ngenakin ya…hehe”, jawab Mita sambil menggoda Om Sadewo, dia hanya menuangkan setengah gelas saja, dia suka minum bir tapi tidak bisa terlalu banyak.

Setelah menyelesaikan satu lagu, Om Sadewo yang duduk di sebelah kanan Mita, mendekap tubuh gadis itu dengan erat dan mencium bibirnya yang beraroma bir. Tangan kanannya membuka kancing kemeja Mita satu per satu seperti di dalam bioskop, namun kali ini dia membuka semua kancingnya dan menyibakkan kemeja Mita hingga kedua payudara mungilnya terpampang jelas dalam ruang karaoke itu. Mereka bercumbu begitu liar hingga saling mengigit, menghisap, mengulum lidah atau bibir lawannya bergantian, Mita tak tahan dengan rangsangan saat kedua payudara dan puting susunya disentuh dan dimainkan tangan nakal Om Sadewo.

"Buka lebar pahanya sayang….", pinta Om Sadewo pelan.

Mita membuka lebar kedua pahanya dan tiba-tiba Om Sadewo duduk di lantai tepat di hadapan kemaluannya yang terbuka lebar. "Uhmmm memek kamu mulus bangettt, keliatan merah dalemnya….Om boleh gigit itilnya?", kata Om Sadewo menggunakan kata-kata kotor nan mesum. Mita hanya mengangguk sambil menggigit bibirnya, dia mendesah pelan saat lidah Om Sadewo menyapu belahan kemaluannya, geli tapi nikmat yang dirasakannya.

"Auchhhh ahhh pelan-pelan Om…sakitttt", jerit Mita saat klitorisnya disedot kuat-kuat dan bibir vaginanya digigiti perlahan setelah dikulum dengan penuh nafsu.

"Wanginya memek kamu….Om sukaaa…", kata Om Sadewo sambil terus menikmati kemaluan Mita seperti lelaki yang baru pertama kali melihat keindahan kemaluan wanita.

Tangan kiri Om Sadewo meremas kedua payudara Mita bergantian, sementara jari tengah tangan kanannya menusuk liang vagina Mita dan mengocoki perlahan sambil terus menikmati bibir vagina dan klitoris Mita dengan mulutnya.

"Arrrhhh udah Om nanti ada yang datang….pleaseee Om ahhhh….enakkk geliii", racau Mita takut ada yang datang namun di satu sisi ingin terus merasakan sensasi kenikmatan yang diberikan Om Sadewo. "Auchhhh Ommmm, satu aja jarinyaaaa….", pekik Mita yang untungnya Om Sadewo sudah menyetel lagu cukup keras supaya tidak terdengar ruangan sebelah atau sekitarnya. Om Sadewo secara spontan memasukkan dua jarinya bersamaan mengorek-ngorek lubang vagina Mita cukup kasar sambil menikmati kenyalnya bibir vagina Mita yang tampaknya sudah agak bengkak.

"Sudahhh….ahhhhh Ommm sudahhh….argghhh…", Mita mengejang mendapatkan orgasme keduanya malam itu.

Om Sadewo berdiri, mengambil tissue membersihkan kedua jari tangan kanannya yang basah oleh cairan dari lubang vagina Mita, dia berdiri dihadapan Mita dan membuka celananya serta mengeluarkan penis gemuknya, "Isepinnn sayanggg…", pintanya dengan manja.

Mita yang duduk di sofa dengan kondisi kemeja tersibak dan kedua payudaranya yang terlihat jelas, serta rok jeans yang terangkat sedikit menampakkan kemaluan polos tanpa bulunya, menggenggam penis Om Sadewo dan menjilati kepala penisnya dengan lembut sambil memijat pangkal penisnya. Tak seperti biasanya, Mita juga menjilati buah pelir Om Sadewo yang ditumbuhi bulu dan tiba-tiba…"Ouchhh Mitaaa…", Om Sadewo memekik saat salah satu buah pelirnya dilahap dan dihisap Mita agak kuat, sensasi ngilu, geli dan nikmat bercampur jadi satu.

"Gantiannn…memek Mita sakit tadiii…", kata Mita sambil mendongakkan wajah manisnya ke arah Om Sadewo diiringi senyum meledek.

Batang penis Om Sadewo hampir sepenuhnya masuk di dalam mulut Mita, penuh sesak dengan lidahnya yang bermain-main di sekitar lubang kencing Om Sadewo. Mita begitu menikmati cairan precum asin gurih yang keluar dari lubang penis Om Sadewo, tak ketinggalan tangannya juga memijat-mijat dan mengurut batang penis Om Sadewo. Dalam hatinya, Om Sadewo bersyukur, untung tadi sempat minum jamu sebelum pergi untuk menjaga keperkasaannya, kalau tidak, mungkin saja dia tidak bisa menahan ejakulasinya dengan perlakuan liar gadis 22 tahun yang sedang menikmati penisnya seperti sebatang permen.

"Sshhh ahhhh sudah dulu sayang, simpen buat nanti lagii…ahhh nakal banget kamu…", kata Om Sadewo sambil membelai rambut Mita dan mencabut penisnya dari mulut Mita.

Mereka kembali duduk berdampingan sambil sesekali bernyanyi, namun diselingi rabaan nakal Om Sadewo ke bagian-bagian sensitif tubuh Mita atau kocokan dan pijatan lembut tangan Mita di penis Om Sadewo.

"Om, Mita mau ke toilet dulu ya….", pintanya sambil bangkit berdiri mengancingkan kemejanya dan membenahi rok jeansnya. Mita keluar ruangan menuju toilet yang letaknya tepat disebelah ruangan karaoke yang mereka tempati, tidak seperti biasanya, tempat karaoke itu tidak seramai biasanya, hanya ada beberapa ruangan yang sepertinya terisi.

Selesai menuntaskan buang air kecilnya, Mita mencuci tangannya di wastafel sambil melihat sebentar kedua payudaranya yang agak memar ulah Om Sadewo, saat ingin keluar..”Om! Ini toilet cewek…”, Mita kaget karena Om Sadewo tiba-tiba masuk toilet. Tanpa menghiraukan perkataan Mita, Om Sadewo menarik Mita masuk ke dalam salah satu bilik toilet dan menguncinya, dia membalikkan tubuh Mita yang tak sempat berkata-kata, meminta tangan Mita bertumpu pada kloset toilet, mengangkat rok jeansnya hingga kedua pantat Mita terlihat jelas dan Mita merasakan sesuatu yang keras menyelip diantara belahan pantatnya!

“Sshhh jangan teriak ya…tahannn…”, kata Om Sadewo menggesekkan penisnya sambil meraba kemaluan Mita, saat dirasa sudah mulai basah, dia menghujamkan penisnya dalam-dalam membuat Mita berteriak namun dengan sigap tangan kiri Om Sadewo membekap mulut Mita.

“Tititnya dari tadi pengen masuk ke memekmu…argggghh…sempitnya memekmu..”, kata Om Sadewo sambil terus menyetubuhi Mita dengan mengocoki penisnya dalam lubang Vagina Mita.

Mita berusaha berontak, dia mungkin dikuasai nafsu malam itu, namun cukup sadar resiko yang cukup besar jika dipergoki orang lain dalam toilet itu. “Om sudah…ahhhh sudahhh lanjut di koss ajaaa…”, pinta Mita lirih.

“Dikit lagi sayang….Om mau keluarinn dulu”, Om Sadewo mempercepat ritmenya dan membuat Mita tak tahan mencapai orgasmenya kembali.

“Argggghhhh sayangggg…enak bangettt”, tiba-tiba Om Sadewo mencabut penisnya selepas Mita orgasme dan memuncratkan spermanya di tengah pantat mulus Mita dan sebagian ke lantai. Dia meratakan spermanya di bongkahan pantat Mita hingga rata dengan tangannya, “Jangan dilap, biarin kering sendiri di pantat bulatmu ya”. Mita tak mau membantah, dia meminta Om Sadewo keluar toilet duluan, dinginnya toilet membuat sperma di pantatnya mengering lebih cepat, ada rasa tidak nyaman, lengket dan agak bau khas sperman, namun sudah kepalang tanggung, dia mengikuti kemauan Om Sadewo.

Selepas itu mereka menikmati waktu karaoke sebentar diselingi belaian dan kecupan lembut Om Sadewo ke Mita, “Laper lagi?…kita makan pisang bakar trus pulang ya”, kata Om Sadewo.

Mita menurutinya karena saat ini tubuhnya cukup lemas setelah mengalami 3 kali orgasme walau tidak langsung berurutan, seporsi pisang bakar dan segelas ovaltine tampaknya bisa sedikit memulihkan tubuhnya.

Waktu hampir jam 12 malam saat mereka memutuskan untuk pulang, dan Om Sadewo mengajak Mita untuk naik angkot mengingat sudah sepi penumpang dan berniat mengajak jalan Mita menuju kos begitu turun dari angkot.

Mereka turun di gang kecil menuju kos yang tembus dengan pertokoan yang biasa ramai saat siang dan sore hari, gang itu adalah jalan alternatif jika tidak ingin memutar lewat jalan besar yang dilalui taksi yang mereka gunakan saat berangkat. Seperti sepasang kekasih, Mita yang mulai ngantuk bergandengan tangan erat dengan Om Sadewo, selain itu dia juga takut karena gang yang dilalui sangat gelap karena lampu penerangannya mati.

“Sini pelukan sama Om kalau takut ya…”, kata Om Sadewo yang sepertinya tahu ketakutan Mita, dia yang berjalan disebelah kiri Mita, mendekapnya dengan erat dengan melingkarkan tangan kanannya dilengan Mita. Saat berada di tengah gang atau posisi tergelap di gang itu, tiba-tiba Om Sadewo mendorong pelan tubuh Mita bersender pada tembok gang, dia memeluk Mita dan mencumbu bibirnya dengan lembut, menjelajahi lehernya sambil kedua tangannya membuka kancing kemeja Mita dengan nafsu memburu, “Omm ahhhh….”, desah Mita yang dicumbui lehernya sambil tangannya mencoba menepis tangan Om Sadewo yang mencoba membuka kancing kemejanya, namun tenaganya kalah kuat dan kemejanya kembali disibakkan hingga kedua payudara mungil dan puting susu coklat kemerahannya membusung keluar, tak sampai disitu, Om Sadewo menarik rok jeans Mita hingga bagian pinggul, Mita mencoba melakukan penolakan namun tak mampu menahannya. Saat itu posisi Mita hampir telanjang dengan kemeja yang tersibak sepenuhnya hingga ke pangkal kedua lengannya, kedua payudara membusung bebas menunggu dinikmati dan bagian bawah tubuhnya yang tidak terbuka dengan kemaluan tanpa bulu yang diterpa dinginnya angin malam. Om Sadewo ‘menyusu’ di kedua puting susu Mita bergantian dan menghisapnya kuat-kuat, tangannya membelah kemaluan Mita dan merangsangnya hingga mulai basah kembali. Dengan terburu-buru dan nafas tak beraturan, Om Sadewo mengeluarkan penis gemuknya, mengusapinya perlahan di belahan kemaluan Mita dan….blessss…memasukkannya pelan-pelan diiringi erangan tertahan Mita, posisi bercinta bediri berhadapan memang agak sulit namun Om Sadewo berusaha untuk melakukannya sambil terus menghujami lubang vagina Mita keluar masuk dengan penisnya. Mita memejamkan mata merasakan sesak penis Om Sadewo di lubang vaginanya, agak perih tapi nikmat, lehernya diciumi Om Sadewo sementara payudaranya diremas begitu kuat bergantian.

“Disituuu…ahhh kena itilnyaaa…”, kata Mita tak sadar, perkataan yang paling sering keluar bahkan hingga saat ini disetubuhi TS jika posisi misionaris atau dari depan.

Mengetahui Mita bisa menikmati persetubuhan di gang sempit yang gelap itu, Om Sadewo semakin nafsu dan mempercepat ritmenya…”Om mau keluar sayangg….”, katanya, “Iyahhh aku juga….arghhh jangan didalam Om…”, balas Mita.

“Ommm…arrhhh Mita keluar..lagiii…uchhmmm”, erangnya sambil menjambak rambut Om Sadewo.

Tak menunggu lama, Om Sadewo yang mulai ingin mencapai puncaknya buru-buru mencabut penisnya dan menyemprotkan spermanya ke perut Mita dan beberapa mengenai rok jeansnya, tidak sebanyak saat di toilet, namun cukup membasahi perut Mita. “Om sayang kamu”, kata Om Sadewo sambil mencium bibir manis Mita.

Mereka merapihkan pakaian masing-masing, bergandengan tangan dan akhirnya tiba di kos dengan petualaangan liar yang mungkin tidak akan dilupakan keduanya hingga hari ini.

Mulustrasi (bukan real), kurang lebih begini yang dipakai Mita malam itu:

Roknya agak lebih panjang dikit dan atasan kemeja, model cardigan sama tapi warna agak merah
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd