Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Remake: Masa Lalu Istriku yang (cukup) binal - Kisah Nyata

Cerita kisah nyata berikutnya pilih yang mana?


  • Total voters
    35
  • Poll closed .
Chapter 5 Part 1

Beberapa hari setelah pertemuannya dengan Darren, Mita agak menjaga jarak dengan Om Sadewo, hampir semingguan Mita tidak disentuh Om Sadewo sama sekali, setiap bertemu Om Sadewo, Mita hanya menegur dan tersenyum sambil menyapa seperlunya, bahkan tiap malam saat Om Sadewo mengetuk pintu kamarnya, Mita pura-pura sudah tertidur dan mengabaikannya.

Om Sadewo sendiri sepertinya memahami apa yang dirasakan Mita, layaknya lelaki dewasa yang cukup berpengalaman, dia memberikan waktu untuk Mita menjaga ‘kesetiaannya’ pada kekasihnya. Namun, Om Sadewo hanya punya waktu sekitar dua minggu saja berada di kos itu, bahkan bisa lebih cepat mengingat proyeknya yang hampir selesai.

“Mita, Om kangen…”, pesan Om Sadewo di hari Senin saat Mita sedang makan siang, sudah beberapa kali Om Sadewo mengirimkan pesan, baik hanya menanyakan kabar dan kondisi Mita maupun mengungkapkan rasa rindunya. Mita berusaha melawan godaan untuk merespon lebih lanjut, dia tahu Darren mungkin juga tidak jujur kepadanya mengenai isu perselingkuhan yang dia dengar dari temannya di kota S, namun pertemuan singkat seminggu yang lalu seperti membakar rasa cintanya kembali.

“Iyahh Om”, jawab Mita dingin dan singkat.

“Dua minggu lagi kemungkinan Om sudah keluar dari kos, kerjaannya sudah selesai”, isi pesan Om Sadewo selanjutnya.

Mita tersadar, dia lupa beberapa waktu lalu Om Sadewo memang pernah berkata bahwa masa kosnya kemungkinan akan selesai dalam waktu dekat, tiba-tiba Mita membayangkan rasa kesepiannya kembali sebelum Om Sadewo datang, saat Darren jarang menanyakan kabar atau mengirimkan pesan dan isu perselingkuhannya yang membuat Mita hampir mengakhiri hubungannya dengan Darren.

“Oh iya Om, sudah mau selesai ya proyeknya? Wah bisa ga ketemu lagi donk ya nanti”, balas Mita.

“Iya makanya Om kangen banget sama kamu”, jawab Om Sadewo. Sebenarnya Om Sadewo sudah merencanakan sesuatu dengan Mita, namun sikap Mita seminggu terakhir membuatnya ragu. Jujur ada rasa cemburu dalam hati Om Sadewo saat minggu lalu Mita bilang ingin bertemu kekasihnya, namun dia tak berdaya karena diapun sudah memiliki istri dan harus menerima kenyataan yang ada.

“Mita, Om boleh masuk?”, Om Sadewo mengetuk pintu kamar Mita saat malam, sudah 2-3 kali dia coba dalam seminggu terakhir, namun Mita tidak membukannya pintu, entah sudah terlelap atau memang enggan menemuinya.

Waktu sudah menunjukan pukul 23:00, Mita sebenarnya sudah bersiap tidur dengan daster babydoll dan bahkan sudah melepas bra seperti kebiasannya sebelum tidur hingga saat ini. Mita membuka pintu namun tidak sepenuhnya, dia melongok keluar dan berkata, “Ya Om kenapa?”.

“Om kangen kamu, dan mau pastikan sebelum Om pergi tidak ada yang mengganjal antara kita”, ujar Om Sadewo pelan dan terlihat tulus.

“Uhmm okay, masuk Om”, Mita tak mampu menyembunyikan sedikit rasa yang ada dengan Om Sadewo dan dia mempersilahkan Om Sadewo masuk.

Begitu Mita menutup dan mengunci pintu kamarnya, Om Sadewo meraih tangan Mita dan mengusapnya lembut sambil menatap wajahnya, “Om sayang dan suka sekali sama kamu, tapi Om tahu keterbatasan kita…Om cuma mau ada kenangan indah antara kita sebelum pergi”, ucap Om Sadewo seperti kalimat yang Mita pernah dengar di film drama percintaan namun kali ini begitu nyata didengarnya.

Belum sempat Mita menanggapi, Om Sadewo mengusap pipi mulus Mita, “Om masih boleh kan cium bibir kamu?”, pintanya dengan tatapan yang meluluhkan hati Mita, setelah anggukan pelan dari Mita tanda setuju, bibir Om Sadewo mengecup lembut bibir Mita dan berikutnya bibir mereka saling berpagutan begitu erat. Om Sadewo mendekap tubuh Mita sambil mengusap sebagian punggungnya yang agak terbuka, Mita memegang tengkuk Om Sadewo dan menekan wajahnya seperti meminta bibirnya untuk terus dicium, dikulum dan dinikmati sepenuhnya oleh Om Sadewo.

“Uhmmm Om balik ke kamar dulu, besok pagi-pagi mesti ke proyek”, tiba-tiba Om Sadewo menghentikan ciuman di bibir Mita dan melepas dekapannya, Mita agak kaget karena biasanya setelah ciuman yang penuh nafsu, Om Sadewo akan menelanjanginya atau tidak meminta Mita menghisap penisnya untuk menuntaskan hawa nafsunya.

Keluar dari kamar Mita, Om Sadewo tersenyum menatap Mita yang agak tertegun, dia sebenarnya ingin menggumuli Mita lebih lagi namun setidaknya dia tahu bahwa Mita masih bisa atau ingin disentuh oleh dirinya.

Malam-malam berikutnya Om Sadewo tetap mengunjungi kamar Mita, namun kembali dia tak menyetubuhi Mita atau tidur bersama hingga menjelang subuh, memang ada sekali dimana dia tak tahan dan akhirnya meminta Mita telanjang bulat untuk menghisap penisnya, namun belum sampai klimaks dia meminta Mita berhenti dengan alasan yang sama tentang proyeknya yang butuh pengawasan final, dan untuk memuaskan Mita, malam itu dia membuat Mita orgasme dengan menjilati kemaluan Mita dengan lembut serta menikmati kedua payudara mungil dengan puting susu menggemaskan yang akan dirindukannya nanti.

Akhir pekan terakhir sebelum masa kosnya berakhir, Om Sadewo sudah berencana tidak pulang ke rumah dengan alasan akan ada inspeksi final untuk proyeknya. Dia mempersiapkan segala halnya dengan baik agar dapat menikmati momen yang mungkin terakhir dengan Mita, gadis 22 tahun yang selama 3 bulan terakhir membuat hidupnya lebih hidup dan berwarna, sekaligus dia juga ingin memuaskan fantasinya selama ini, fantasi yang sulit dilakukan bersama istrinya yang sangat konservatif.

Jumat sore, Mita disibukkan dengan beberapa pekerjaan kantor yang harus diselesaikan sebelum Senin sehingga membuatnya pulang sedikit telat, mengenakan seragam kantor berbahan halus mirip satin dengan corak yang tak asing lagi bagi yang suka bepergian dengan udara, dipadukan rok kain selutut membuat Mita begitu manis dan anggun hari itu, sebenarnya ada beberapa rekan kerja yang menyukainya tapi setelah tahu Mita sudah punya kekasih akhirnya mereka mundur perlahan.

Sekitar jam 7 malam Mita tiba di kos, dia sempat makan malam di warung mie ayam dekat kantor supaya saat tiba di kos bisa langsung bersih-bersih dan istirahat. Kos begitu sepi di lantai bawah, biasanya banyak kendaraan yang parkir tanda anak-anak kos lainnya sudah pulang kerja, namun seperti biasa, pada akhir pekan kebanyakan langsung pulang ke rumahnya masing-masing. Mita naik ke lantai 2 sambil bersenandung pelan, saat hendak naik tangga ke lantai 3, tiba-tiba muncul Om Sadewo menarik lengannya masuk ke kamar kosnya.

“Om, ngagetin aja!”, kata Mita yang tak menyangka ada Om Sadewo yang baru keluar dari kamar mandi yang kebetulan dengan tangga kos, lengannya digenggam Om Sadewo diajak masuk ke kamarnya. Itu adalah saat pertama kali Mita masuk ke kamar Om Sadewo, kamarnya lebih besar dan cukup rapih, ada meja kerja dan kursi serta lemari pendingin, sesaat Mita cukup kagum, karena biasanya kamar kos laki-laki yang pernah dimasuki tidak serapih itu. Sesaat Mita masuk kamar Om Sadewo dan mengagumi kamarnya, lengan Mita kembali ditarik Om Sadewo menuju tempat tidur dan meminta Mita meletakan tasnya di dekat pintu.

“Om…ngapainn, Mita mau ke kamar dulu!”, kata Mita yang terpaksa mengikuti Om Sadewo karena kalah tenaga. Tanpa basa basi dan tanpa mengucapkan sepatah katapun, Om Sadewo merebahkan Mita yang masih berseragam kantornya ke kasur, tiba-tiba lengan kanannya ditarik kearah kepala tempat tidur, Om Sadewo mengambil sesuatu seperti tali dari kain halus dan mengikat pergelangan tangan kanan Mita dengan tali itu yang dikaitkan ke sela-sela kepala tempat tidur Om Sadewo. Mita berusaha berontak, namun tak mampu akhirnya tak mampu berbuat banyak, saat masih kuliah, mantannya sebelum Darren memang pernah mengikat kedua tangannya ke atas dengan seutas tali saat menelanjanginya di dalam kamar kos, namun saat itu atas persetujuan dirinya dan hanya sebentar saja karena mereka ada jadwal kuliah berikutnya.

“Om lepasin, mau ngapain Om?”, rengek Mita tanpa dihiraukan Om Sadewo dan malah tangan kirinya ikut dipegang erat, diikat seutas tali di pergelangan tangannya dan diikatkan ke sela kepala ranjang arah berlawanan dengan tangan kanannya sehingga kedua tangannya membentuk tanda V di ranjang itu.

"Om kangen ngentot sama kamu Mita, please jangan teriak!, puasin Om malam ini!", kata Om Sadewo ketika selesai mengikat kedua tangan Mita, selanjutnya Om Sadewo membuka kancing kemeja seragam Mita dengan nafas memburu, menyibakkannya, lalu menarik paksa bra yang Mita kenakan hingga putus sehingga kedua payudara mungilnya membusung dengan puting susu yang siap untuk dinikmati. Kaki Mita berusaha berontak, namun kedua pahanya diduduki badan besar Om Sadewo dan dia tahu percuma juga melawan.

Om Sadewo belum menyentuh bagian payudara Mita, dia hanya menatapnya dengan penuh nafsu, dia memilih untuk membuka rok dan celana dalam Mita sambil mengusap pelan permukaan kulit halus Mita sehingga membuat bulu kuduk Mita berdiri. Selesai meloloskan rok dan celana dalam Mita, Om Sadewo duduk di tengah-tengah antara kedua kaki Mita, kedua tangannya memegang kedua pergelangan kaki Mita dan membuka lebar kedua kakinya.

"Uhmm memeknya habis dicukur bersih ya, indah sekali….", kata Om Sadewo menatap penuh nafsu kemaluan Mita yang terbuka lebar hingga menampakkan liang vaginanya yang merekah merah.

"Omm, Mita belum mandi….mau bersih-bersih dulu", rengek Mita yang sadar sebentar lagi pasti kemaluannya akan dinikmati Om Sadewo.

"Gak papa sayang, memek kamu tetap wangi walau belum mandi, habis ini Om mandiin ya….Om ga sabar pengen ngentotin kamu dulu!", kata Om Sadewo sambil melepas celana pendek dan celana dalamnya, penis gemuknya tegak keras sempurna, Om Sadewo menciumi kedua paha bagian dalam Mita bergantian dan menjilati kemaluan Mita tanpa rasa jijik walau Mita baru saja pulang kerja dan belum sempat mandi, kemudian dia mengarahkan penisnya ke arah liang vagina Mita, siap untuk menghujamnya dalam-dalam, “Om please Om, jangan dimasukin…pleasee”, rengek Mita meminta Om Sadewo menghentikan aksinya, sesaat dia teringat Darren yang menggumulinya penuh kasih sayang sekitar dua minggu lalu.

Tak menghiraukan rengekan Mita, Om Sadewo menekan penisnya pelan-pelan masuk ke dalam lubang vagina Mita…”Ssshhh ahhhh kangenn memeknya….sempitttt”, erang Om Sadewo. Mita berusaha berontak namun tak mampu melawan lagi, kemaluannya semakin disesaki penis gemuk Om Sadewo dan dia hanya bisa pasrah sambil ditindih berat badan Om Sadewo.

“Berapa kali dientot pacar kamu ini kemarin itu?…sshh ahhh enak banget memek kamu”, tanya Om Sadewo sambil memompa vagina Mita dan membuat Mita sebal hingga memalingkan wajahnya, “Ayo sayang…berapa kali kamu dientotin di hotel itu?”, tanya Om Sadewo lagi sambil tangannya mencengkram wajah Mita dan memaksanya menatapnya, “Duaaa, dua kaliii ssshh ahhhh, pelan-pelan….stop Om pleasee”, jawab Mita sambil mendesah dan memohon Om Sadewo untuk berhenti.

“Om mau ngentotin kamu sepuasnya malam ini, kangen banget, apalagi sama ini….gemesss”, kata Om Sadewo sambil meremas kuat payudara Mita hingga membuat Mita mengernyitkan dahi..”Auwww sakittttt Ommm”.

Tak tahan lagi menahan orgasmenya, tubuh Mita menggelinjang diiringi erangan, “Achhhh….ssshh keluarin Om”, kata Mita meminta Om Sadewo mencabut penisnya namun diartikan lain, “Uhmmm kamu minta dikeluarin di dalem??…uhmm Om mau bangettt”, kata Om Sadewo dan langsung disergah Mita, “Enggak!!! Jangan, keluarin penisnya Om…pleaseee”.

Om Sadewo tersenyum melihat Mita yang panik dan mencabut penisnya, dia berusaha menahan ejakulasinya dan memang tak ingin menyudahi malam itu dengan cepat.

Beberapa pil obat kuat, kondom, tali dan pelumas sudah disiapkannya sejak beberapa hari lalu untuk menikmati tubuh gadis 22 tahun itu, dan (mungkin) untuk terakhir kalinya sebelum dia meninggalkan kos penuh kenangan itu.
 
menarik bang
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd