Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

COMEDY Reboot "Little Miss. Sunshine"

Frontieres

Semprot Baru
Daftar
22 Jun 2016
Post
41
Like diterima
25
Bimabet
"oke, selamat datang para juragan. Sebelumnya ane mau bilang kalo cerita ini adalah hasil reboot dari cerita suhu tarra nadhira yang berjudul "ayo.. tekan" karena ane tertarik dengan cerita tersebut dan juga pada public figure yang dipilihnya. dan sebelumnya ane juga udah minta ijin dari penulis cerita orisinilnya dan beliau mengijinkan. Yeap, tanpa banyak cingcong langsung aje cekidot yuk juragan"

:::::::::::::::

Ia, mewakili sosok generasi baru yang muda, cerdas dan peduli. Di usianya yang baru menginjak 30 tahun ia sudah menyelesaikan pendidikan Spesialis Notariat dan Pascasarjana S2 Bidang Hukum Bisnis di salah satu Universitas di Bandung. Aktivitas social serta kemampuan bersosialisasinya membuat ibu dua anak ini selalu berada di tengah masyarakat. Sebagai notaris profesional, Ibu muda yang tak pernah lepas dari jilbab ini dikenal memiliki kepedulian terhadap nasib masyarakat lapisan bawah.

Tak terhitung kegiatan sosial yang telah digagasnya. Ia mensponsori pengobatan gratis, pemberantasan demam berdarah, bantuan untuk pesantren dan mejelis taklim, kegiatan olahraga pemuda, dan banyak lagi. Lahir pada tanggal 28 Agustus 1976,Airin memiliki pandangan hidup yang visioner jauh ke depan. Baginya waktu adalah emas. Ia tak pernah menyia-nyiakan waktu tanpa mengerjakan sesuatu yang berguna bagi kehidupan. Maka sesibuk apapun ia berkerja, Airin tak pernah mengeluh sepanjang apa yang dia kerjakan dapat bermanfaat. “Jangan pernah mencela apa yang telah dikerjakan orang lain dengan susah payah. Lebih baik berilah penghargaan, nasehat, saran atau memberi contoh yang lebih baik.” begitu bijak kata-katanya. Meski kini usia ibu beranak 3 itu telah menginjak kepala empat, kecantikan seakan enggan beranjak jauh darinya. Dalam berbagai kesempatan ia nyaris tak pernah tak terlihat anggun, ia selalu tampak seperti itu, elegant. Namun apa lacur, setelah kasus tindak pidana korupsi yang melibatkan sang suami beserta kakak iparnya, hidup nyonya cantik ini tak lagi seperti dulu. Jelas ada banyak perbedaan yang signifikan. Kendati demikian, kedukaan yang kerap merundungnya ia simpan jauh-jauh, meski senyum di bibirnnya tersebut terkadang tak cukup untuk menyembuyikan kegetiran yang dialaminya.

Well, terkadang tak hanya kegetiran, ada hal lain yang juga tak kalah merepotkannya. Siapa sangka, dibalik jernih tatap bening kedua matanya itu, ia menyimpan cukup dalam gairah yang tak kalah binal ketimbang kecamuk ombak. Ombak-ombak di tepian Anyer, ombak-ombak yang kian menyabung, mengiring badai yang sebentar lagi turun.

Di salah satu kamar sebuah rumah mewah, di bawah remang cahaya dari lampu meja yang temaram, tergolek lemas sesosok tubuh sintal berbalut kulit seputih porselen dengan rambut hitamnya yang ia biarkan tergerai. Bibirnya masih memerah, sisa bekas rona pulasan lipstick sambil tersenyum sesekali. Kedua matanya begitu ia fokuskan pada layar smartphone, sementara satu lengannya sesekali mengusap pelan bagian kewanitannya yang basah usai dihantam orgasme gelombang pertama. Celana dalam warna cream pun masih tersangkut di pergelangan kaki kirinya, sementara bagian bawah dasternya tersingkap hingga pinggang. Tapi sepertinya, ia cukupkan untuk sekali orgasme saja, ia terlalu lelah untuk melanjutkan. Ditariknya selimut dan memasukan seluruh tubuh moleknya, mengatur posisi yang nyaman sebelum akhirnya ia terlelap memulai mimpi panjangnya.

Sementara di luar sana, gerimis telah menjelma menjadi hujan yang deras diiringi hembus angin yang enggan bersahabat. Dan jarum detik dari jam besar yang terpojok di sudut ruang sana baru saja menggenapi hari ini, 00.00.

Selamat pagi, hari yang baru.

::

Usiaku kini telah beranjak dewasa, 19 tahun dan aku senang sekali mendapat kesempatan bekerja ke kota meski cuma sebagai tukang kebun tapi setidaknya ini adalah kesempatan terbaikku untuk bisa membantu ekonomi keluarga yang pas-pasan. Ketimbang hanya mengandalkan penghasilan ayahku sebagai nelayan. Thanks God, Kau telah membukakan kesempatan yang sangat berarti ini bagiku. Semua ini tak terlepas dari kedermawanan hati Pak TB, mantan murid ayahku sewaktu beliau masih menjadi guru SD dulu. Pak TB yang kala itu melakukan kunjungan kerja ke desa kami ternyata masih mengenali ayahku saat berpapasan di tempat pelelangan ikan dan ia berkata, bahwa akan menyempatkan diri bertamu ke rumah kami, untuk sekedar menyambung silaturahmi. Akhirnya, setelah beberapa saat mereka berbincang, bertukar cerita dan informasi Pak TB menawari ayahku sebuah pekerjaan untuk ku demi bisa membantu perekonomian keluarga kami, mengingat saat itu cuaca di laut kerap kali tak bersahabat, badai kerap kali menghantui kami para nelayan. Singkat cerita, hari itu juga, atas seijin Bapak/Ibu dan juga kemauanku sendiri, Pak TB memboyongku bersama para rombongan.

Esok harinya aku langsung ditugasi merawat taman dan kebun dan kami berbicara membahas tentang ke depannya. Pak TB meminta aku untuk mau belajar mengendarai mobil, ia bilang, kalau aku sudah mahir ia akan memakaiku sebagai driver pribadi istrinya, Bu Airin yang juga berprofesi sebagai pejabat Negara. Ah, menyenangkan sekali di sini. Orang-orang disini semuanya ramah, baik dan menerimaku. Dari jajaran security hingga orang-orang dapur, semuanya hangat dan bersahabat. Ada satu yang menarik perhatianku disini, yaitu Selvi anak Bi Inah pembantu yang kata Pak Tb sudah bekerja dengannya selama 10 tahun lebih. Selvi masih SMA, aku pernah melihatnya berangkat sekolah pagi-pagi. Entah kelas berapa aku tak tahu, aku belum percaya diri untuk mengobrol dengannya lebih jauh. Nantilah, pasti ada waktunya.

Tapi malang, belum genap seminggu sejak aku meninggalkan kampong halaman, Pak TB tersangkut kasus tindak pidana korupsi dan pencucian uang. Hanya butuh beberapa hari bagi lembaga tipikor untuk menaikan status Pak TB menjadi tersangka, pecahlah tangis dan kedukaan di seantero rumah ini. Kini dua bulan sudah ia menjalani masa tahanan. Jauh meninggalkan istrinya yang cantik dan segala fasilitas mewahnya, pun beberapa unit mobil mewah yang semula menyesaki basementnya, kini tak lagi berada, mereka semua berpindah tempat. Hanya tersisa beberapa mobil saja dan itupun kebanyakan ber-plat merah.

Aku begitu kerasan di sini, setengah tahun baru saja berlalu. Aku bercermin, melihat perbedaan yang cukup signifikan semenjak aku pergi meninggalkan kampong dulu, warna cokelat tua yang membungkus kulitku ini memang tak banyak berubah, tapi sekarang tampak lebih bersih dan terawat dari sebelumnya. Tubuhku makin berisi dan membentuk, tinggi dan atletis, membuatku makin PD saja mendekati Selvi. Aku juga bersyukur sekali diwarisi wajah yang lumayan tampan ini. Bi Inah bilang katanya aku mirip Christiano Ronaldo. Hahaha.. lengkap dengan rambut ikal yang dipangkas pendek dan sama-sama hobi main bola. Ya, ku akui, penampilanku tak sesuai umurku, kebanyakan orang menebak aku mungkin sudah berusia dua puluhan, haha.. tapi biarlah, karena ternyata tampil lebih dewasa itu mengasyikan, aku bisa menggoda atau merayu mbak-mbak penjaga counter atau waitress restaurant tanpa harus khawatir diejek “masih kecil”. Wkwk..

Selama tinggal bersama-sama orang baik dan pintar seperti Pak TB, Bu Airin dan orang-orang baik lainnya di sini, membuatku cepat dan banyak belajar. Bahkan sekarang, aku yakin aku bisa mengalahkan teman-temanku di sekolah dulu dalam urusan berbahasa inggris dan computer. Aku diberikan kursus gratis di sini. Soal pendidikan dan uang aku tak perlu khawatir, semua tersaji tersedia, semua hanya tinggal kemauanku saja, semakin aku mau, maka semakin dekat aku akan cita-cita, aku ingin menjadi pegawai negeri sipil, atau kadang juga terlintas keinginan menjadi pemain bola, ataauu.. menjadi politikus visioner yang dikenal baik di mata masyarakat seperti Bu Airin, yeap, meski ia seorang wanita, tapi ia telah banyak memberi ilham dan inspirasi bagiku. Tak hanya kecantikannya, aku juga mengaguminya sebagai Bu Airin yang tangguh. Ia sanggup membagi dirinya sebagai professional dan ibu rumah tangga bahkan di waktu yang bersamaan. Aku belajar dari sosoknya, kemana dan seperti apapun situasi yang dihadapinya, ia seakan tak pernah kehilangan kecerdasan dan keanggunannya. Ia memiliki inner beauty dan itu selalu terpancar, bahkan kini aku menilai, justru ia-lah yang lebih tangguh dan gigih ketimbang suaminya sendiri. Semakin kau mengenalnya semakin kau akan melihat sosok itu, di balik jernih tatap matanya dan wajah lembut keibuan itu, hidup sesosok pribadi yang keras dan tangguh, yang tak akan berhenti sampai mendapatkan apa yang ia maui. Hal itulah yang setiap pagi ku gunakan untuk memecut semangatku saat bangun dari tidur, bahwa aku harus menerapkan semangat yang sama seperti Bu Airin bilamana menginginkan sesuatu. Keras, gigih, tangguh dan pantang menyerah. Maka bukan tidak mungkin, bila pada akhirnya justru cita-cita lah yang mendatangimu.

“bukan tidak mugkin wanita-wanita cantik di sana itu akan mendatangimu dengan sendirinya kalau kamu sukses dalam segala hal” ucap Bu Airin kala itu, saat kami singgah sejenak di sebuah restaurant. “..tak peduli setampan apa rupamu, wanita sekarang jauh lebih visioner dan kamu tak bisa men-judge mereka materialistis dengan cara pandang yang hanya sepihak. Karena sejatinya, cinta itu adalah kata kerja, bukan kata benda, right?” Senyum itu mengakhiri kalimat-kalimat super yang baru saja keluar dari mulutnya. Iyes.. kalimat-kalimat super yang tak hanya diserap oleh kedua lubang telingaku, tapi juga oleh semua pori-pori di kulit tubuhku ini. I will always remember that, Mom. Always!

By the way, sesekali waktu sempat terlintas juga pikiran-pikiran kurang ajar di benakku tentang kemolekan tubuh Bu Airin. Rok cokelat panjang itu ku pikir terlalu sempit untuk bokongnya yang… hmm … you know, dengan sekali melirik saja, aku yakin kau bisa langsung membayangkan betapa padat dan berisinya bokong tersebut. Dibalut kulit kuning langsat yang mulus, dan kau benamkan wajahmu semuanya ke tengah-tengah belahan itu sembari mencari letak vaginanya dengan ujung lidahmu. Lalu kau akan bisa merasakan rectum di anusnya ikut berdenyut. Rrrrgggghhhhh..

::

Pukul 23.20 kami telah sampai di rumah, keadaan sudah sepi, ketiga anak Bu Airin dan orang-orang rumah lainnya pun sudah tertidur lelap, hanya tiga personel satpam saja yang masih terjaga di pos depan. 80% lampu sudah padam, aku turun dan menyerahkan kunci pada salah satu security agar ia saja yang memarkirkan mobil ini. Aku lelah.

Sesampainya di rumah, Bu Airin segera membuka sepatunya lalu bergegas lari menuju toilet. Memang sedari perjalanan tadi ia terus mengeluh perutnya yang mules dan saking kebeletnya ia tak memakai wc pribadinya di atas, melainkan kamar kecil di bawah tangga tempat aku biasa mengintip Selvi mandi atau buang air. Jelas tak ku lewatkan kesempatan tersebut, aku mengekornya diam-diam.

Melalui lubang kecil seukuran paku pada kisi-kisi bawah pintu kamar mandi, aku bisa melihat Bu Airin yang baru saja melorotkan rok panjangnya kemudian berjongkok dan mengarahkan lubang pantatnya tepat pada lubang wc. “Ini pasti gara-gara ayam rica tadi,” gumamku seraya mencari posisi nyaman. Hanya selang beberapa detik setelah ia menyejajarkan lubang wc dan anusnya, mataku tak sekalipun mengedip menyaksikan selai kacang seukuran tanganku dan berwarna gelap itu meluncur begitu saja dari pantat seorang ibu walikota yang cantik. Anjiiiiiinggg… aku terus membatin, mengutuk betapa beruntungnya aku malam ini, menyaksikan hal paling langka yang belum tentu setan setingkat iblis pun bisa melihatnya. Setelah gelombang fesses pertama berhasil landing bersama aroma yang khas disusul bebunyian dari gas yang terjebak di dalam perut ibu muda tersebut, kini fesses gelombang kedua mulai di-landingkan. Yang ini agak encer, tak sepadat tadi, tapi menghasilkan bunyi yang cukup bising.

Ouft.. Fuck.. sudah kubilang, dia ini tak pernah kehilangan kecantikannya dalam situasi dan keadaan apapun, sekalipun pada saat seperti itu.. wkwkwk.. apalagi ekspresi wajahnya yang masih berbingkai kerudung bunga-bunga itu, kedua sisi bibirnya tertarik manakala ia mengerjan, berusaha mengeluarkan sisa tokai yang masih tertinggal di usus besarnya. Are u hungry, fellas? Calling your mama!!

::

Di kamar aku tidak bisa tidur, gambaran-gambaran tadi menyesaki seluruh ruang di kepalaku, sampai2 aku tak menyadari bila satu tanganku sudah berada di balik celana, mengurut dan mengelus pelan si Django sambil membayangkan Bu Airin memaksaku menggunakan pisau agar aku membersihkan anus, vagina dan selangkangan berjembutnya itu dengan mulut. Si Django kini sudah lebih besar tiga kali lipat, mendongak ke atas seolah menantang langit karena aku memang tak mengurungnya dengan celana dalam, begini lebih nyaman. Ah, mesumnya. Kapan aku bisa memacari Selvi, pasti menyenangkan anak sma yang masih kencang dan polos seperti dia. Apalagi di saat cuaca seperti ini.

Kuambil sebatang rokok dan menyulutnya, seraya mendekati jendela dan memandangi pemandangan di luar. Gerimis telah berubah menjadi guyuran yang deras. Angin-angin terus menerpa pepohonan seolah ia ingin merontokan semua daun-daunnya, dan meninggalkan pohon-pohon tersebut dalam keadaan telanjang. Dan pikiran-pikiran itu terus saja menggangguku. Kulit mulus pahanya, rimbun jembutnya, lebih-lebih garis senyumnya saat dengan sekuat tenaga ia mendorong semua fesses dengan otot-otot di rectumnya itu. Hmm… bangsat laah… harus bagaimana aku ini.

Sementara aku disibukan pada pertanyaan yang tak berjawaban itu, aku tak menyadari bila kaki sialan ini telah membawaku ke depan kamar Bu Airin. Kini aku tengah berhadapan dengan pintu kamar besar berukir dan dua pilihan yang sama membingungkannya. Masuk? Jangan? Masuk? Apa jangan? Mau apa aku kesini? Aku bertanya pada diriku sendiri. Ini tak baik. Tak mungkin, aku tak mungkin masuk ke dalam kamar itu. Ayo beranjak, tinggalkan tempat ini dan kembali ke kamar. Ini tak baik.

Aku segera berbalik dan melangkah menuju kamar, mencoba sekeras mungkin melupakan bayangan-bayangan abnormal yang membebat otakku, layaknya daun pisang membungkus lontong tak berisi, tapi entah kenapa, di detik yang sama aku justru kembali lagi dan memutar handle pintu dengan keyakinan bahwa pintu ini tak terkunci.

“checklekk..” Benar saja, ini tak terkunci.

Aku masuk, mengendap-endap seraya memastikan tak ada yang memperhatikanku dari luar.

:::

I’m not belong here. Aku menelan ludah sesampainya di dalam dan kembali menutup pintu tsb rapat2. Ku temukan tubuh itu tergeletak seorang diri terbungkus selimut dengan wajah menghadap ke jendela, dengan kata lain, arah pandangnya membelakangiku. Aku terus mendekat, terus merangkak.. selangkah demi selangkah. Dimana tiap langkahnnya adrenalinku semakin terpacu. Rasa takut bercampur penasaran mengisi penuh dadaku, menciptakan keseruan tersendiri, jantung ini rasanya tak keruan berdetak. And now, ia sudah berada tepat di pandanganku, dan untuk sejenak aku ingin menikmati setiap segi dari bentuk parasnya yang cantik. Sepasang matanya yang selalu terlindung kacamata itu, hidungnya, bibir dan pipinya semua indah menyatu. Jauh di lubuk hatiku, sejak pertama bertemu, ingin ku telan bulat-bulat wajahnnya itu. Ah, pasti banyak sekali dulu lelaki yang mengincarmu Bu, jangankan dulu, sekarang saja kau masih tampak cantik dengan wajahmu yang ayu keibuan itu. Bibirmu itu pasti ratusan kali lebih nikmat dari cappucinno yang ibu pesankan untukku tadi. Dengan hati-hati kini aku semakin nekat, ku singkap sedikit-sedikit selimut yang membungkus tubuhnya. Ku buka perlahan hingga bisa ku temukan sepasang paha mulusnya.

Uups, aku melihat sehelai celana dalam tergeletak begitu saja di sisi kaki kirinya. Berarti ia tak mengenakan celana dalam kah? Semakin penasaran dan gila, aku raih ujung daster yang dikenakannya saat itu dan mengangkatnya ke atas, kulongok bagian dalamnya. Oh my goattt.. Benar saja, selangkangan yang dipenuhi bulu itu tak terbungkus apapun, terhampar liar seperti gundukan ilalang di tengah gurun yang mulus. Tapi kalau ada celana dalam yang tertinggal di sini, berarti sebelumnya ia memang memakai, tapi kemudian ia melepaskannya lalu tertidur tanpa sempat mengenakannya kembali. Ah, tapi kenapa pula ia melepaskan celana dalam?

Kuraih celana berwarna cream tersebut dan secepatnya segera ku kantongi. Ku jejal di sakuku satu-satunya yang sudah berisi ponsel. Lalu berbalik dan beranjak selekas mungkin sebelum empunya terbangun. Bisa mampus aku kalau sampai ia terbangun. No.. no no no… Nyaliku langsung menciut membayangkan hal tersebut, tak sanggup aku membayangkan betapa malunya aku dan keluarga bila mereka tahu aku dipecat karena hal yang memalukan seperti ini. Kalau sudah begitu, aku lebih baik pergi ke laut, mencari pulau sendiri yang jauh dan tak akan lagi kembali ke rumah sampai kiamat. Aku harus kembali ke kamar secepatnya, tidur, bangun dan menganggap semua kejadian malam ini tak pernah ada.

Come on… Lets goo..

::

“Danu!”

Wtf??? Tiba-tiba suara itu memanggil namaku. Seketika saja aku merasa seluruh darah di tubuhku ini membeku ke titik yang sama dengan suhu di antartika. Jantungku serasa copot, menggelinding ke kolong tempat tidur, pecah dan meledak berantakan, menyipratkan darah ke seluruh dinding, nafasku terhenti seperti seseorang baru saja mengguyurkan aspal panas ke atas ubun-ubunku, semua persendianku lengket tanpa bisa ku gerakan. Dan pandanganku kini nanar-nanar kemudian gelap gulita tanpa sedikit pun cahaya. Apakah ada kata lain selain selain kata Mampus??!

MAMPOOS GUE!!

“Ngapain kamu disini?” lanjutnya lagi. Aku langsung berbalik dan bersujud meminta maaf.

“maaf buu.. maaf bu… saya ga bermaksud seperti ini.. maaaf buuuu..” aku langsung menceracau menembakinya dengan kata-kata memelas dan berulang kali mengucapkan permohonan maaf, sambil terus bersujud tanpa berani menatap wajahnya. Aku yakin, wajahnya pasti sudah memerah menahan marah. Matilah kau Danuu!!

“udah ah.. jangan begitu. Ayo bangun” ia mencengkram pelan bahuku dengan satu tangannya. Aku memberanikan diri, aku mendongak dan mencoba menatap wajahnya yang semula kupikir merah padam, tapi ternyata..

“ayo bangun” pintanya lagi seraya tersenyum dan merapikan beberapa helai rambutnya yang jatuh menjuntai.

Aku bangkit. Ia berbalik lalu melangkah dan duduk di tepi ranjang, “sini duduk”.

Ku turuti yang ia pinta. Aku duduk di sampingnya sambil tanganku masih berusaha menyembunyikan tonjolan di saku yang berisi celana dalamnya.

“kamu ngintip saya ya?” tanyanya padaku. “jujur saja”.

Aku mengangguk, dan memohon maaf kepadanya sekali lagi.

“Ibu tau kamu orang yang jujur”

Aaarrrggg…. Malunya aku, seandainya waktu bisa kuputar kembali, aku tak akan memasuki kamar ini. Pulang dan tidur dengan nyenyak di kamar saja. Lagipula besok aku harus menememani Bu Airin menghadiri rapat di Marbella Anyer.

“trus, yang dikantongmu itu apa?” ia melirik pada saku yang sedari tadi coba ku tutup2i ini.

“nnggg… iiinni… nnggghhh… annuu buu.. nngg”

Dengan perasaan yang sangat amat malu, ku keluarkan cd Bu Airin yang ku curi tadi. Bangsaaaaatttt, ketangkep basah mencuri uang sih tak akan semalu ketika kau tertangkap basah mencuri pakaian dalam seperti ini.

“apa nih?” katanya seraya mengambil benda ini dari tanganku. “inikan… celana dalem ibu??”

“kamu buat apa ngambil celana dalem ibu?” ia mendekatkan wajahnya di depanku. Bibirnya ku lihat menyimpul menahan tawa. Aku hanya menunduk, tak berani ku membalas pandangannya. Fuck!!

“danuuu sayaang..” ucapnya kemudian. Dielusnya kepalaku.

“kamu pikir ibu tertidur dari tadi?”

“ibu tau kok sejak kamu masih ragu masuk kamar ini apa enggak di luar sana”. Ujarnya sembari menunjukan smartphone-nya yang terhubung online dengan cctv di luar sana. Anjriitttt…. Bego banget sayaaaa.. setengah tahun disini, aku tak pernah menyadari ada cctv yang mengarah ke pintu kamar ini. “ibu tau kamu mengendap-endap deketin ibu, buka daster ibu dan memasukan kepala kamu ke dalemnya, ngapain coba? Apa yang kamu mau cium?”

“Ibu juga tau kamu sering ngintipin si Inah di wc bawah”

Glek!

“ibu juga tau semua kegiatan yang kamu lakukan di kamar?”

Hah?!

“maksud ibu?” aku mendongakkan wajah. Sesaat ia mengoperasikan gadgetnya yg keren itu lalu menampilkan satu dari beberapa kanal cctv. Channel dari cctv yang terpasang di kamar ku, dan aku tak pernah menyadari hal tsb. Aku juga tak pernah melihatnya. Setahuku, cctv itu di luar sana dan hanya ada beberapa saja yang terpasang di dalam. Itupun tak sampai ke kamar ku juga ke arah pintu kamar bu Airin.

“cctv yang sebeneranya bukan yang kamu lihat terpasang kaya di luar itu, itu fake, yang aslinya berjumlah lebih banyak dan terpasang secara rahasia, berkamuflase dengan tempat dimana ia terpasang” tuturnya kemudian. Tapi entah sadar atau tidak sadar,yang jelas aku bisa merasakan jari telunjuknya mengusap-usap bibirku. “bibir kamu tipis ya, sexy.”

Untuk beberapa saat, aku dan ia hanya terdiam. Kami sama-sama tak tahu lagi harus bicara apa. Keadaan begitu hening sampai akhirnya ia berkata “Ok. Ibu maafin kamu, tapi kamu tetap salah dengan memasuki kamar ibu seperti ini.” Aku mengangguk.

“kamu tetap harus ibu hukum” ia bangkit, berdiri dan memandangiku.

“iya bu, aku pantas dihukum”

“kenapa?”

“aku pantas dapat hukuman”

“ehmmm.. dan kamu menerimakan apapun bentuk hukumannya?”

“iya bu” aku mengangguk.

Ia manggut-manggut sambil terus memperhatikan ku. Mungkin ia sedang berfikir, mencari hukuman apa bagi si pencuri celana dalam warna creamnya ini, sekaligus penguntit yang berhasil melihat isi dalam roknya. Bayangan gundukan jembut yang menyembul itu kembali terlintas di pikiranku, ah bisa-bisanya di saat seperti ini.

Aku kembali menunduk, memainkan jari2 tanganku yang gugup.

“yaudah, besok aja kita omongin tentang hukumannya, sekarang kamu kembali ke kamar sana. Besok kita ada perjalanan ke Anyer, kamu harus cukup istirahat”

“baik bu”

Huft.. lega juga akhirnya. Sungguh ini malam yang paling mendebarkan yang pernah ku alami. Syukurlah kalau berakhir damai seperti ini, tapi bagaimana bila ternyata besok aku disuruhnya mengemas barang dan ia menyuruhku pulang. Ah, jangan sampai… pleaseee Goood .. don’t do that, aku minta maaf.

“danu!” ia memanggilku lagi. Ku balikkan badan tapi ia langsung saja melemparkan sebuah benda ke arahku, “tangkap!”

Aku menangkapnya tanpa lebih dulu tau ini benda apa dan ternyata… lha inikan cawet yang tadi??

“hati-hati menyimpannya, jangan sampai ketahuan siapa2 ok”

::

Belum sampai lima menitan aku berada di kamar, sambil memandangi bagian selangkangan dari celana dalam penuh sejarah ini, ponselku bordering. Nama Bu Airin terpampang di layarnya. Segera ku angkat.

“iya Bu?”

“ke kamar ibu ya sebentar..”

“sekarang bu?”

“iya”

“beneran?”

“kamu kok bawel yaa.. mau apa enggaaak?”

Wuuuushhhh…

Secepet kilat segera kupacu langkah the flash menuju kamar atas.

::

Keesokan harinya, aku dibangunkan oleh telephone Bu Airin yang memberitahukan bahwa rapat tak jadi dilaksanakan hari ini, tapi diundur menjadi hari kamis. Baguslah.. aku jadi punya wakktu untuk merawat beberapa tanaman hiasku setelah cukup lama ku tinggalkan semenjak menyupiri Bu Airin seminggu lalu.

Namun sebelum berangkat, ia yang sudah rapi dengan pakaian kantornya mampir sejenak ke kamarku.

“hari ini ibu pergi sama Pak Tono, kamu jaga rumah ya..” Ujar Bu Airin sesampainya di kamarku, wangi dari aroma parfume-nya seketika saja langsung menyerbak ke seantero kamar. Wanginya begitu mewah, lembut sekaligus menenangkan. Sangat-sangat menggambarkan sosoknya yang cantik dan anggun.

“baik bu”

Ia merogoh tasnya dan mengeluarkan dompet. “dan aku nitip anggrek-ku ya” Lanjutnya seraya menyodorkan beberapa lembar 100 ribu kepadaku.

“oo tentuu.. tanpa ibu suruh, pasti ku rawat semua barang kesukaan ibu dengan baik, don’t worry” sahutku. Terdengar seperti penjilat bukan?

“Don’t worry??”

“tapi sebelum itu, you have to give some kiss to my little miss sunshine.. ok?”

“maksud ibuuu..”

Tanpa menjawab, ia segera memutar-balikkan badannya, membuka retsleting pada rok-nya. Ia pelorotkan rok sekaligus celana dalamnya secara bersamaan tanpa melepasnya, setelah itu dengan posisi masih berdiri tegap dan paha yang agak ia buka sedikit, ia rekahkan bokongnya yang sudah tak tertutup apapun itu lalu berkata,“mana morning kiss-nya?”

Ini baru namanya breakfast!! Kubenamkan wajahku di bokongnya dan langsung menciumi our little miss sunshine dengan ujung lidahku. Hmm yummy.. dumbass.. wkwk

 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd