ExWota
Semprot Kecil
- Daftar
- 22 Sep 2017
- Post
- 65
- Like diterima
- 19
Rama & Shinta
(Story of Naomi JKT48)
PART I
(Story of Naomi JKT48)
PART I
Taman Suropati, 1 Februari 2018, sepasang kekasih berjalan dgn mesra, tangan si lelaki memeluk kuat pinggul si wanita, sementara itu sepasang muda mudi sedang asik duduk sambil menatap layar laptop mereka. Langit sore ini begitu cerah, berwarna biru, terbentang luas dari ufuk Timur ke ufuk Barat, Gumpalan awan berwarna putih bagaikan kapas yg bergulung2 memberi sedikit warna pada sempurnanya langit. Kendaraan lalu lalang, berpacu dgn waktu, saling mendahului. Suasana yg begitu bahagia, semua terlihat sumringah, bermain, berlari, tertawa, bercanda, namun ada seseorang yg menampakkan kesedihannya, duduk seorang diri, terkadang menatap langit, ya dia adalah Rama. Seorang pemuda berusia 24 tahun, bertubuh atletis, berwajah campuran, seperti memiliki darah latin.
Rama sedang duduk di atas gundukan kecil dan bersandar pada sebuah pohon palem. Kakinya menekuk, mengambil kerikil, lalu melemparnya ke depan, kemudian melihat langit, sorot matanya yg tajam, menggambarkan sebuah penyesalan, ya, sebuah penyesalan akibat mencintai terlalu dalam. Hatinya menderu, bagaikan mesin diesel yg telah panas, berdegup begitu kencang, mengingat kembali. Wajah kekasihnya, tiba2 muncul dari balik awan, tersenyum manja, kemudian terhapus oleh desiran angin sejuk yg menerpa.
Huuuffffttttt, helaan nafas yg begitu panjang, pertanda sebuah tekanan yg sungguh besar dari dalam hatinya. Tiba2 Rama bangun dari duduknya, sedikit menyentak, “Aahhhh F*ck you Cindy”, tiba2 sebuah kata terucap dari mulutnya, hanya beberapa orang yg mendengar lalu melihatnya. Sebuah ucapan yg refleks keluar dari mulutnya.
Cindy adalah kekasih Rama, yg telah lama saling mencinta, segala rencana tentang masa depan telah terukir di dalam hati mereka masing2, namun semua berubah karena satu hal. Cindy memilih laki-laki lain, sungguh tragis. Lalu Rama pun menoleh, melihat keadaan sekitar, merasakan kedamaian yg dipancarkan dari kebahagiaan orang2 sekitar, tapi tiba2, sepasang mata bertemu sesaat, saling pandang singkat, lalu menoleh ke arah lain. “Ahhh, dia begitu cantik”, kata Rama di dalam hatinya, setelah melihat seorang gadis yg sedang duduk sendiri.
Kemudian Rama kembali menoleh dan melihat sekitar, matanya mencuri pandang pada sosok gadis tersebut, dan lagi2, mata mereka bertemu untuk kedua kalinya, sebuah kebetulan yg trus berulang, itulah pertanda baik. Rama tersenyum padanya, diikuti oleh senyum manis dari bibir tipis gadis tersebut. Pandangan mereka seakan2 menjadi sebuah magnet. Rama berjalan, mendekat ke arah si gadis. “Maaf, sy boleh duduk di sini?” kata Rama sembari menunjuk tempat kosong di samping gadis itu, “Oh iya, silahkan”, sambut hangat dari gadis tersebut.
Lalu mereka berdua pun tidak sendirian lagi, mereka duduk, sesaat melihat2 keadaan sekitar, berharap ada yg memulai pembicaraan. “Mmmm, namanya siapa ya?” tanya Rama sambil menyodorkan tangannya mengajak berkenalan. “Aku Naomi”, kata gadis itu, “Ohh, aku Rama”. Cukup dgn perkenalan itu, suasana menjadi cukup cair. Obrolan pun mulai dibuka.
Rama: Sendirian aja?
Naomi: Nunggu temen sih, klo kamu?
Rama: Hmmmmmm, iya sendiri, dan selalu sendiri
Naomi tersenyum mendengar jawaban dari Rama, “Pacarnya mana?”, tanya Naomi kepada Rama, “Aku gk punya pacar”, jawab Rama. Terlihat wajah Naomi seperti orang tidak percaya. “Kamu sendiri? Lagi nunggu cowoknya ya?” tanya Rama kepada Naomi, “Nggak jg, aku gk punya pacar”, jawab Naomi. “Ahh, boong bgt deh, perempuan secantik kmu gk punya pacar”, tanya Rama kembali, seolah2 tidak percaya dgn jawaban dari Naomi yg membuatnya tersenyum kembali. “Baru juga kenalan, kok udah ngegombal sih”, kata Naomi sambil tersenyum, “Aku gak gombal, serius aku nanya”, protes Rama karena dikira gombal. “Aku serius, gk punya pacar dan belum mau pacaran”, sebuah jawaban yg diplomatis dari Naomi.
Huuffftttthhh, helaan nafas yg begitu dalam kembali keluar dari mulut Rama. “Aku perhatiin kmu dari tadi, sprtinya kmu sedang sedih bgt”, tanya Naomi yg membuat Rama menoleh ke arahnya. “Masalah ama ceweknya?” Naomi bertanya kembali. “Iya”, jawab Rama dgn singkat dan lugas. Naomi mengerlingkan dahinya lalu kembali bertanya, “Emang masalahnya apa?”, Rama mencari kerikil di sela2 rumput yg didudukinya, kemudian dilemparnya ke depan, lalu mencabut rumput dan digulung2kan ke jarinya. “Aku dulu pemain bola, sempat bermain di Liga Singapura”, “Begitu mudah aku mendapatkan kekasih, tapi hatiku tiba2 kepincut oleh Cindy”, jawaban dari Rama, “Oh, nama ceweknya Cindy? Trus2, lanjutin donk”, Makin lama, Naomi makin penasaran dgn cerita Rama.
“Kami sudah berniat menikah tahun ini, tapi ada tragedi 6 bulan yg lalu, aku cidera parah, dan klub tidak memperpanjang kontrakku, jadi aku harus kembali ke Indonesia dan nganggur hingga saat ini”, jawaban dari Rama cukup bisa dijadikan kesimpulan tentang masalahnya saat ini. Rama menjelaskan bahwa Cindy meninggalkannya lantaran dia bukan lagi seorang pemain sepakbola dgn penghasilan tinggi.
“Emang Cindy ninggalin kmu gitu aja?” Tanya Naomi kembali. “Dia mulai berubah sejak aku putus kontrak, mulai cari2 alasan hingga akhirnya Minggu lalu Cindy mutusin aku”, jawaban dari Rama diikuti dgn helaan nafas yg begitu panjang dari keduanya. Semilir angin sepoi sepoi bertiup dgn sejuknya. Cahaya di langit mulai menunjukkan warna jingganya. Senja mulai datang menyambut sang rembulan. Suasana yg begitu romantis, obrolan mereka berdua makin dalam, benar2 dari hati ke hati.
Berkali2 mereka berdua menghela nafas panjang, pertanda permasalahan yg dialami adalah sama, yaitu tentang cinta. “Aku mencintai cowok yg dicintai oleh adikku sendiri”, perkataan dari Naomi yg membuat Rama sedikit terkejut membayangkan konflik tersebut. “Tapi pada akhirnya, cowok itu menyatakan cintanya kepadaku, hanya saja aku gk mau menyakiti perasaan adikku”, sebuah keputusan yg bijak dari seorang kakak. Walaupun sesungguhnya pengorbanan akan cinta tidak harus dilakukan, karena ada banyak pilihan di luar sana. Mereka berdua mencoba saling menasehati, memberikan solusi, saling memotivasi, memberikan kekuatan, hingga timbul chemistry di antara mereka berdua. Selalu, kepada siapa jatuh cinta, Perasaan tak dapat berhenti, Pria dan wanita, bila bersama, Sudah pasti ada sesuatu, Reaksi kimia.
Naomi menepuk pundak Rama, di saat dirinya mulai bercerita tentang pengorbanan, yg membuat matanya berkaca2. Entah berapa kerikil yg telah diambilnya dan dibuangnya kembali, entah berapa helai rumput yg telah dicabut dan dilingkar2kan ke ujung jarinya.
Matahari pun terbenam, mengubah warna biru di langit malam, menjadi warna hitam yg gelap namun bertabur bintang. Semilir angin yg semula menyejukkan badan kini berubah menjadi dingin dan cukup menusuk di dada. Namun, itu tidak berpengaruh bagi Rama dan Naomi yg sedang asik dan terhipnotis oleh kisah perjalanan cinta mereka masing2. Udara makin dingin, suasana makin hening, cahaya lampu remang2 cukup membuat romantisnya suasana. Tanpa tersadar mereka berdua sudah dalam tingkatan merasa nyaman, lalu tiba2, tangan Naomi meraih lengan Rama, kemudian kepalanya bersender di bahu Rama, seakan2 tenggelam dalam kisah yg diceritakan.
Naomi bercerita dan tanpa tersadar air matanya menetes. Kisah cintanya begitu dalam, namun harus kandas, karena suatu alasan yg benar2 langka. Rama menggenggam tangan Naomi, jari2nya menyusup di antara jari jemari Naomi, kemudian digenggamnya dgn erat, seakan2 memberi kekuatan dan semangat baginya. Perlakuan romantis ini bukanlah cerminan dari sikap murahan keduanya, melainkan terhanyut dalam suasana dan cerita.
Tangan kanan Rama menghapus air mata yg terjatuh di pipi Naomi. “Ohhh betapa lembutnya pipi ini”, sebuah ungkapan di dalam hati Rama yg menyentuh kulit Naomi. “Bagaimana Cindy? Apakah dia cantik?”, tanya Naomi soal fisik Cindy kepada Rama. Sebelum menjawab, Rama kembali mencari sebuah kerikil, kemudian menarik nafas begitu dalam, membuka layar HPnya, lalu menunjukkan sebuah foto, “Hmmmm, dia cantik, wajar aja kamu cinta”, kata Naomi. Tangan mereka terlepas, Naomi kembali duduk dalam posisi normal sambil memperhatikan wajah Cindy.
“Ahh, sudahlah, ini masa lalu”, kata Rama kemudian mengambil kembali HPnya dari tangan Naomi, lalu menghapus foto2 Cindy. “Sudah waktunya untuk menatap ke depan”, kata Rama kembali menunjukkan ketegasan di wajah dan sikapnya. Naomi melihat jam tangan fossil yg dikenakannya. Naomi menghentakkan kakinya, lalu berpegang pada lutut kemudian berdiri. “Sudah waktunya pergi”, kata Naomi singkat, “Boleh minta nomernya gak? Atau Line gtu?”, tanya Rama seakan2 tidak ingin kehilangan gadis tersebut. “Lain kali ya, makasi ya udah temenin aku”, kata Naomi sambil berjalan mundur, kemudian berbalik badan dan berlalu pergi, ingin kukejar dan menanyakan kontaknya kembali, namun pasti akan meninggalkan kesan yg tidak baik. “Tapi gadis itu, siapakah dia? Hanya sekedar namakah yg kudapatkan malam ini?” Kata Rama dalam hatinya sembari memandang Naomi dari kejauhan yg sedang berjalan kemudian menghilang tertutup oleh pepohonan rindang di taman.
Kalau boleh jujur, Naomi lebih cantik dari Cindy, tetapi Rama bukanlah seseorang yg suka tergesa2 apalagi dalam hal percintaan, karena secara jujur, Naomi sudah dapat menarik perhatiannya namun belum masuk ke tahapan menyentuh hatinya. Kesendirian kembali menyerang Rama. Malam semakin larut, desiran angin dingin menyeruak menembus kemeja yg digunakan. Semua berasal dari hati, jika hati sedang bahagia maka rasa dingin pun berubah menjadi hangat, dan kehadiran Naomi tadi sempat membuat Rama melupakan suhu dingin serta kisah kelam cintanya.
Malam makin sunyi, hanya ada beberapa orang yang berkumpul di luar taman, beberapa pedagang keliling masih semangat menjajakan dagangannya, mencari rezeki hingga tengah malam di tengah kerasnya kehidupan di Ibu Kota.
JAM 11 Malam
Sebuah notifikasi yg menandakan kalau Rama telah mendapatkan driver pesanannya, menuju ke sebuah daerah di daerah Manggarai. “Halo Pak, saya tunggu di depan Taman Suropati, saya pake baju kemeja warna biru”, Rama menjelaskan posisinya saat ini kepada Driver Gojek yang dipesannya. Tak lama kemudian datanglah Gojek tersebut lalu mengantarnya ke sebuah kost. “Eh baru pulang”, tanya seorang wanita malam yang kebetulan satu kost dengan Rama. Sebuah potret kehidupan yg penuh warna warni, kehidupan Rama yg dulunya tinggal di sebuah Apartment dengan berbagai fasilitas di Singapura, kini harus rela tinggal di kamar kost berukuran 3×3 meter.
Bukan tentang wanita malam, bukan tentang masa lalu yg indah, dan bukan tentang kamar berukuran kecil, namun ini semua tentang Naomi. Seorang gadis cantik yg tadi dilihatnya dan sempat bersikap manja padanya. Apakah dia dihadirkan oleh Tuhan untuk mengisi hati Rama yg sedang terluka? Pasti ada hikmah di dalam sebuah pertemuan yang tidak disengaja.
Semakin malam, sebuah pribadi yg lain muncul dari dalam diri Rama, mencaci maki dirinya yg tidak berhasil mendapatkan nomor kontak Naomi. Ya, penyesalan selalu datang terlambat, kalau saja Rama agak sedikit memaksa, pasti malam ini sudah ada ucapan selamat tidur yg dikirimnya. Ohh gadis misteri, dia tidak akan hadir jika tanpa suatu alasan, tidak mngkin memberi warna kemudian menghapusnya begitu saja.
BERSAMBUNG