kopred1
Kakak Semprot
- Daftar
- 6 Mar 2015
- Post
- 177
- Like diterima
- 36
Suatu hari, ditengah teriknya mentari, ada seorang bapak - bapak sedang menunggu angkutan umum di pinggir jalan, disebelahnya ada seorang pemuda masih mengenakan seragam sekolah yang ditutupi jaket hitam.
"Dul, kamu tahu tidak, saya darimana?"
"Tidak tahu Pak."
"Saya baru saja menghadiri pemakaman seorang teman Dul, kamu tahu, teman saya meninggal karena apa?"
"Maaf pak, saya juga tidak tahu."Jawab Dul sambil tangannya merogoh saku jaketnya.
"Sungguh, temanku itu badannya sehat, olahraganya teratur, tiap sore dia berjalan -jalan mengitari kompleks, tapi dia juga seorang perokok berat, sangat berat, sehari bisa habis berbungkus - bungkus, kalau diingatkan tentang bahayanya merokok, dia selalu berkata, "ah,tidak mungkin aku akan mati gara-gara benda sekecil ini." sombong benar dia berkata seperti itu, dan benda sekecil itu pulalah, yang mengantarkan dia ke liang lahat Dul."
Dul terdiam, tak bisa menjawab sang bapak, tangannya dikeluarkan dari saku jaket.Ia teringat pamannya -juga perokok berat- yang meninggal karena kanker paru - paru, kasihan istrinya sekarang, harus banting tulang menafkahi kedua anaknya yang masih kecil.
"Tahukah kau Dul, saya dulu juga perokok, tapi semenjak saya mengalami sesak nafas dan nyeri yang teramat sakit di dada, saya memutuskan untuk berhenti merokok, mumpung kau masih muda Dul, janganlah kau menjadi perokok." Kata bapak ini mencoba memberi nasehat kepada anak muda tersebut.
Dul menggaruk rambutnya yang tidak gatal, mencoba mencerna kata - kata sang bapak."Ternyata bapak ini dulu juga seorang perokok, untung saja dia masih diberi keselamatan, tidak sampai menyusul pamanku,"batin Dul.
"Dul, kau pernah melihat orang tua yang menyuruh anaknya membeli rokok diwarung?"
"Pernah pak, saya sejak kecil sering disuruh ayah saya membeli rokok diwarung."
"Kau tahu, dengan menyuruh anak kecil membeli rokok, secara tidak langsung dia mengajarkan anaknya untuk menjadi perokok, bahayalah negeri ini jika sejak kecil anak - anakpun telah diajari merokok."
Sekali lagi Dul hanya terdiam tak mampu menjawab.
"Yang paling parah Dul, dampak terburuk dari merokok bukan pada perokoknya, tapi pada orang - orang disekitar perokok Dul, misalkan di sebuah keluarga, seorang ayah merokok ketika menonton TV bersama keluarga, secara tidak langsung, istri dan anaknya pun menghirup udara yang tercemar asap rokok Dul, mereka bisa terkena penyakit hanya gara - gara menghirup Dul, camkan ini, HANYA MENGHIRUP."
Kali ini dul hanya menganggukkan kepala mendengar penuturan si bapak.
"Belum lagi dampak ekonomi, yang satu ini saya tak habis pikir Dul, ada anak yang putus sekolah karena tak mampu membayar biaya sekolah, tapi anehnya, si bapak tiap hari merokok, kalau tiap hari satu bungkus, satu bungkus misalnya berharga 10 ribu, sebulan ada 300 ribu, uang segitu kan cukup untuk membiayai sekolah, betul tidak?"
"Betul pak, betul sekali." Kali ini Dul mampu menjawab.
"Memang benar, industri rokok itu industri padat karya Dul, banyak orang yang menggantungkan hidupnya dari situ, tapi banyak juga kerugian yang diakibatkan oleh rokok, biaya untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh rokok pastilah besar Dul, percayalah, lebih banyak keburukan daripada kebaikan yang dibawa oleh rokok,"kata si bapak,"ah,itu dia angkot saya sudah tiba,saya duluan Dul."
"Iya pak,silakan." Kata Dul.
Sesaat kemudian Dul mengeluarkan sesuatu dari jaketnya, diambil sebatang dari kotak kecil pembungkusnya,dan diselipkan diantara bibirnya,dinyalakannya pemantik kemudian terdengarlah suara merdu dari mulutnya,'ssshhhhh huuuuuuh', diiringi kepulan asap dari hidungnya.
"Dul, kamu tahu tidak, saya darimana?"
"Tidak tahu Pak."
"Saya baru saja menghadiri pemakaman seorang teman Dul, kamu tahu, teman saya meninggal karena apa?"
"Maaf pak, saya juga tidak tahu."Jawab Dul sambil tangannya merogoh saku jaketnya.
"Sungguh, temanku itu badannya sehat, olahraganya teratur, tiap sore dia berjalan -jalan mengitari kompleks, tapi dia juga seorang perokok berat, sangat berat, sehari bisa habis berbungkus - bungkus, kalau diingatkan tentang bahayanya merokok, dia selalu berkata, "ah,tidak mungkin aku akan mati gara-gara benda sekecil ini." sombong benar dia berkata seperti itu, dan benda sekecil itu pulalah, yang mengantarkan dia ke liang lahat Dul."
Dul terdiam, tak bisa menjawab sang bapak, tangannya dikeluarkan dari saku jaket.Ia teringat pamannya -juga perokok berat- yang meninggal karena kanker paru - paru, kasihan istrinya sekarang, harus banting tulang menafkahi kedua anaknya yang masih kecil.
"Tahukah kau Dul, saya dulu juga perokok, tapi semenjak saya mengalami sesak nafas dan nyeri yang teramat sakit di dada, saya memutuskan untuk berhenti merokok, mumpung kau masih muda Dul, janganlah kau menjadi perokok." Kata bapak ini mencoba memberi nasehat kepada anak muda tersebut.
Dul menggaruk rambutnya yang tidak gatal, mencoba mencerna kata - kata sang bapak."Ternyata bapak ini dulu juga seorang perokok, untung saja dia masih diberi keselamatan, tidak sampai menyusul pamanku,"batin Dul.
"Dul, kau pernah melihat orang tua yang menyuruh anaknya membeli rokok diwarung?"
"Pernah pak, saya sejak kecil sering disuruh ayah saya membeli rokok diwarung."
"Kau tahu, dengan menyuruh anak kecil membeli rokok, secara tidak langsung dia mengajarkan anaknya untuk menjadi perokok, bahayalah negeri ini jika sejak kecil anak - anakpun telah diajari merokok."
Sekali lagi Dul hanya terdiam tak mampu menjawab.
"Yang paling parah Dul, dampak terburuk dari merokok bukan pada perokoknya, tapi pada orang - orang disekitar perokok Dul, misalkan di sebuah keluarga, seorang ayah merokok ketika menonton TV bersama keluarga, secara tidak langsung, istri dan anaknya pun menghirup udara yang tercemar asap rokok Dul, mereka bisa terkena penyakit hanya gara - gara menghirup Dul, camkan ini, HANYA MENGHIRUP."
Kali ini dul hanya menganggukkan kepala mendengar penuturan si bapak.
"Belum lagi dampak ekonomi, yang satu ini saya tak habis pikir Dul, ada anak yang putus sekolah karena tak mampu membayar biaya sekolah, tapi anehnya, si bapak tiap hari merokok, kalau tiap hari satu bungkus, satu bungkus misalnya berharga 10 ribu, sebulan ada 300 ribu, uang segitu kan cukup untuk membiayai sekolah, betul tidak?"
"Betul pak, betul sekali." Kali ini Dul mampu menjawab.
"Memang benar, industri rokok itu industri padat karya Dul, banyak orang yang menggantungkan hidupnya dari situ, tapi banyak juga kerugian yang diakibatkan oleh rokok, biaya untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh rokok pastilah besar Dul, percayalah, lebih banyak keburukan daripada kebaikan yang dibawa oleh rokok,"kata si bapak,"ah,itu dia angkot saya sudah tiba,saya duluan Dul."
"Iya pak,silakan." Kata Dul.
Sesaat kemudian Dul mengeluarkan sesuatu dari jaketnya, diambil sebatang dari kotak kecil pembungkusnya,dan diselipkan diantara bibirnya,dinyalakannya pemantik kemudian terdengarlah suara merdu dari mulutnya,'ssshhhhh huuuuuuh', diiringi kepulan asap dari hidungnya.