Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Queen

Status
Please reply by conversation.

Tietiet Bagoes

Suka Semprot
Daftar
4 Jul 2016
Post
13
Like diterima
1
Bimabet
QUEEN

Permisi suhu-suhu semuanya.
Ane, tietiet bagoes (panggil aja TB) izin mau launching cerita baru nih..
Sebenernya cerita ini kebanyakan diinspirasi oleh hentai manga di luaran sana. Juga ada beberapa inspirasi dari cerita-cerita yang udah beredar di forum ini.
Ya semoga aja bisa menghibur suhu-suhu semua..
Selamat menikmati..:beer::beer:

 
Terakhir diubah:
CHAPTER 1

Hujan sudah mengguyur semenjak sore tadi di kota Bandung. Stasiun yang sedari tadi ramai oleh pengunjung yang menjemput sanak saudara mereka, kini sudah mulai sepi. Hanya bersisa beberapa porter dan juga supir taxi yang menunggu di pojokan stasiun yang cukup remang.

Aku duduk di sebuah kursi panjang yang disediakan untuk pengunjung stasiun. Beruntung disini cukup terang walaupun sepi. Beberapa toko sudah mulai menutup dagangannya karena sudah sepi oleh pengunjung.

Jam di dinding sudah menunjukan pukul 10 malam, tapi aku masih menunggu seseorang yang janjinya mau menjemput. Cuma sudah hampir 45 menit batang hidung orang itu masih belum terlihat. Aku sudah mulai risih dengan kumpulan supir dan porter yang berkali-kali menatap ke arah aku yang duduk sendirian.

Seharusnya aku naik taxi saja sendirian ketika stasiun masih ramai. Kalau sekarang aku sudah terlanjur takut oleh supir taxi tersebut. Aku cuma berdoa saja semoga tidak terjadi apa-apa yang tidak diinginkan.

“VIIN!!” seseorang mengguncang bahuku dengan kencang. Dengan senyuman jahil di wajahnya tanpa ada rasa berdosa sedikitpun.

“Aaaaargggghhh...” teriak aku dengan kesal. Kesal karena molor menjemput aku juga kesal karena dikagetkan saat aku mulai takut. “Andraaaa... Sialan lu ya.. Udah datengnya telat pake ngagetin segala..”

Andrasatya Virendra, cowok yang udah aku kenal baik selama 7 tahun terakhir ini meringis saat pukulan kesal dari tanganku. Juga saat jari-jari aku mencubit sambil mengumpat bolak-balik.

“Auk ah.. Tau gitu gue naik taxi aja..” ujar aku setelah dia minta ampun dari cubitan yang menyerang sekujur badannya.

“Idih punduung..” canda Andra sambil mencubit bibir aku yang sedang manyun. “Emang Vina nggak kangen sama gue?”

Whatt?

“Idihhh ge-er....” Jelas dia udah kepedan tingkat akut kalau sampai dia bicara kayak gitu.

“Beneran nih gak kangen? Gak pengen meluk-meluk kangen dulu gitu?”

Aku mendelik tajam dan bertemu dengan mata cokelatnya. Matanya mengingatkan aku pada cowok yang sedari dulu ada disamping aku saat terpuruk. Cowok yang selalu mensupport aku saat lagi down. Cowok yang aku kenal baik dan sudah dua tahun ini nggak bertemu.

Mana mungkin aku nggak kangen?

“Huuuuhhh..” dengus aku yang kemudian memeluk badan Andra dengan erat. “Kak Andra nakal, jail... Ngangenin..”

Di sela-sela mata, kulihat Andra menyengir karena gugup.

“Dah yuk balik.. Emang lu mau bobok disini?”

“Ya neggak laaah..” jawab aku sambil bangkit dari kursi.

Saat Andra berdiri, aku menunjuk sebuah ransel yang cukup besar dan penuh.

“Bawain doong.. Please please..” rujuk aku. “Beraat..”

“Tetep ya, dua taun nggak ketemu masih aja manja..” ujar Andra acuh. Namun setelah dia mengangkat ransel itu, dia kaget dengan beratnya. “Lu masukin orang ya? Berat banget..”

Aku cuma menyengir. “Makanya gue minta tolong bawain.. Kalo gue yang bawa nanti ga tinggi-tinggi..”

Andra mengacak-acak rambut aku dengan gemas yang disertai umpatan dari mulut aku. Sudah susah-susah ngatur rambut biar nggak berantakan, malah diberantakin sama Andra dengan cueknya.

Kami berjalan dari dalam stasiun ke parkiran motor. Kumpulan supir dan porter masih saja memandangi aku dan Andra. Aku langsung menggandeng erat tangan Andra ke dadaku. Aku masih takut, tapi seenggaknya ada Andra yang bisa ngelindungin aku.

Kami berhenti di depan motor bebek tua yang masih terawat. Aku masih ingat bagaimana Andra dan aku berkeliling di kota Surabaya dengan motor itu. Setelah Andra menaruh ransel berat di depan jok, kami berdua naik ke atas motor dan keluar dari stasiun.

Udara bandung cukup dingin karena sehabis hujan, bahkan terasa masih gerimis. Aku masih belum terbiasa dengan udara Bandung yang lebih dingin dibanding Solo yang lebih panas. Alhasil, aku memeluk Andra dan memasukan tangan ke kantung jaket parka.

Aku ingat dengan jaket ini yang kuberikan saat Andra lulus dari SMA. Aku baru saja naik dari kelas 1 ke kelas 2 saat itu. Aku membelikan jaket parka agar dia tidak kedinginan saat di Bandung nanti. Aku cukup kaget saat dia mengeluarkan jaket dari dalam motor dan memakainya. Jaket ini masih bagus seperti saat aku memberikannya dulu.

Pikiran aku kembali ke jaman dulu ketika aku baru mengenal Andra. Andra sendiri sudah menjadi teman dan sobat aku sejak lama. Aku kenal dia pas Andra pindah ke sebelah rumah aku saat aku kelas 1 SMP. Dia dua tahun diatas aku dan masuk di sekolah yang sama. Otomatis aku jadi sering main bareng dia. Pas SMA pun aku masuk di sekolah yang sama dengan Andra. Saking dekatnya, dia menjadi tempat curhat aku, bahkan sampai jadwal aku ‘dapet’ pun dia tahu.

Kami udah sampai di dekat kampusku. Memang hanya 15 menit dari stasiun kalau lancar. Aku melihat gedung kampus yang menjulang tinggi diantara rumah-rumah disekitarnya. Andra membelokan motornya ke sebuah jalan kecil yang banyak diisi oleh kantin-kantin juga tempat fotokopian.

“Jauh Ndra dari kampus?” tanya aku.

“Nggak tuh, di depan situ.”

Andra menunjuk sebuah bangunan yang mirip dengan apartemen, namun hanya 4 lantai. Masing-masing kamar memiliki balkon kecil yang diisi jemuran oleh penghuni kos. Andra membelokan motornya ke tempat parkir kos-kosan itu.

Kosan ini tampak lebih rapih dibanding bangunan sekitarnya yang padat. Bahkan tampak lebih berkelas dibanding kosan lainnya.

“Gue di lantai berapa?” tanya aku sambil melihat-lihat bangunan kosan ini.

“Lantai 3, pas di sebelah kamar gue Vin.”

Kami memasuki kosan barengan. Kami sempat bertemu dengan penjaga kos. Aku berkenalan dengan penjga kos yang tinggal disini bersama dengan istri dan seorang anaknya. Setelah memberikan kunci kosan, kami naik ke lantai 3.

“Nih, lu di kamar ini.. Kamar 312..” kata Andra sambil membukakan pintu. Beberapa barang aku sudah berada di dalam kamar yang dikirim oleh perusahaan ekspedisi. Semua masih di dalam boks. Kamar ini cukup luas, masih bisa guling-gulingan di lantai, lemarinya juga besar dan yang paling penting ada kamar mandi dalam. Yang cukup mengejutkan itu ada beranda kecil berukuran 1x2 meter.

“Lu beruntung Vin, tiga hari yang lalu penghuni kamarnya keluar dan nggak ngekos disini lagi. Nggak semua kamar dapet kamar mandi dalem, AC sama beranda loh” Jelas Andra “Kamar gue disini, 311..“

Lalu aku masuk ke kamar Andra, khas kamar cowok. Gitar di di sudut ruangan, TV yang kesambung sama PS4 juga poster-poster bola kesukaan Andra. Cukup rapi untuk ukuran kamar cowok. Bahkan lebih rapi dibanding kamarku di rumah.

Btw mikir kamar rapi, besok aku harus seharian di kosan buat ngerapihin kamar. Apa boleh ya aku minta bantuannya Andra?

“Ndra, besok mau bantuin gue rapiin barang-barang kan?” tanya aku sambil setengah memohon. Aku berharap bisa dibantu oleh Andra.

“Yee kamar siapa yang rapiin siapa..” seloroh Andra.

“Yaah, ayolaah.. Nanti gue traktir pizza hut deh..” tawarku dengan jurus andalan, iming-iming makanan.

“Meat lovers, pake cheesy bite.” Pinta Andra dengan mata berbinar-binar.

Sial, dia malah ngelunjak. Tapi gapapa lah, sekali-kali doang. “Yaudah boleh deh..”

Setelah itu Andra kegirangan sampai nyanyi-nyanyi sambil joget. Lebih baik aku menyingkir demi menyelamatkan mata dan pendengaranku yang berharga.

-----^^------

Entah mengapa aku masih terbangun sampai sekarang. Jam di dinding sudah menunjukan pukul 2 pagi dan aku masih belum terasa ngantuk. Lampu kamar masih menyala. Begitu aku menutup mata ada rasa takut dan gelisah. Mungkin aku masih belum terbiasa dengan kamar asing ini.

Dari kamar Andra terdengar suara-suara. Kemungkinan dia terbangun atau juga belum tidur. Aku mengambil HP dan mencoba menelepon Andra.

“Ndraa...” panggil aku saat panggilan dariku diangkat.

“Kenapa Vin?”

“Gak bisa tidur.. Serem..”

“Lah terus gimana?”

“Tidur di kamar lu boleh?”

to be continued
 
Terakhir diubah:
mejeng di pejwan dulu :papi:


tulisannya rapi, enak dibacanya, ditunggu kelanjutannya :jempol:
 
kaya biasa kalo pejwan kosong
numpang nampang ya om TS :papi:
 
Turut memantau,,
Semoga lancar sampai tamat
:beer:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd