Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Priscilla, gadis manja yang perlahan binal

PART V
RUMAH PAK RT

Screenshot-20231217-073219-Instagram.jpg
“Desa ini bakal sangat ramah untuk orang kayak non Cilla”

Kata-kata Wawan sesaat sebelum berangkat ke desa ini kembali terlintas di pikiranku. Sepertinya memang benar ucapan supirku itu, desa ini begitu rukun, dimana sesama warga saling mengenal, menyapa, dan membantu jika ada yang kesulitan. Berbeda dengan di kota besar seperti surabaya yang mana hidup lebih individualis dan materialistis. Ini hari keduaku tinggal di desa Wawan sudah bisa membuatku nyaman tinggal di sini, bahkan sebetulnya aku tidak ingin kembali ke Surabaya. Rumahku yang mungkin dua kali lebih besar dari rumah Wawan tapi terasa lebih sepi dibanding desa ini. Sepanjang jalan ke rumah Pak Burhan semua orang saling menyapa dan berbagi kabar. Jarak yang sebetulnya hanya sekitar enam ratus meter harus ditempuh dalam waktu hampir satu jam karena banyak sekali kami terhambat dengan obrolan-obrolan basa basi dari warga sekitar khususnya untuk Pak Seno. Lucunya beberapa warga yang belum mengenalku memandangku sebagai istri keduanya pak Seno.

“Pak Seno boleh kawin lagi ya sama ibu? Betapa bahagianya,” Ucap salah seorang warga.​
“Maksudnya pak?” Balas Pak Seno
“Loh, ini bukan istri keduanya pak Seno?” Ucapnya menunjuk ke arahku.
“Oh bukan pak, saya Cilla majikannya Wawan dari Surabaya,” Balasku.
“Owalah, kirain Pak Seno kawin lagi, cantik non,” Ucap orang tersebut.

Aku hanya tertawa kecil mendengarnya. Sembari melanjutkan perjalanan ke rumah pak Burhan, aku dan pak Seno ngobrol banyak hal tentang desa ini dimana dulunya desa ini sangat sejahtera dengan hasil kapas pada jaman order baru, namun setelah krisis tahun 1998 kondisi ekonomi di desa ini terus menurun. Pak Burhan adalah salah seorang pemuda desa pada masanya yang menyuarakan untuk tidak menyerah oleh keadaan. Saat itu usianya masih 25 tahunan, dia anak muda yang baru kembali dari perantauannya. Sebagai salah satu lulusan peternakan kampus negeri terbaik di Indonesia dia punya misi untuk membangkitkan kembali perekonomian desa ini. Dia kembali dengan segala idealisme-idealismenya yang cukup berbenturan dengan warga disini. Warga yang sudah tidak memiliki gairah untuk maju memilih untuk menjadi buruh tani musiman daripada harus bangkit untuk sukses kembali, mungkin terlalu banyak yang harus dipertaruhkan jika memulai dari awal lagi sedangkan buruh tani bisa memberikan pendapatan yang pasti sehingga meja makan tetap terisi. Namun tidak ada yang mau mendengar segala ide-idenya yang dianggap mustahil dan hanya Pak Seno lah yang membantu Pak Burhan untuk mewujudkan mimpinya yang dalam sepuluh tahun, usaha peternakan Pak Burhan mulai menghasilkan, ada sapi yang bisa diperah susunya, ada ayam yang telurnya menghasilkan, dan ada kambing yang harganya selalu melejit pada saat idul adha. Saat ini pak Burhan ingin sekali menyejahterakan desanya dan lewat tugas akhirku ini cita-cita Pak Burhan bisa tercapai. Tidak terasa akhirnya sampailah kami di depan rumah pak Burhan.

“Selamat pagi Pak Burhan,” Sapaku sesaat sampai di rumah beliau.​
“Oh iya dik Cilla selamat pagi, apa kabar?” Balas suara dari dalam rumah.

Sesaat kemudian pemilik rumah tersebut keluar dan menyapa kami berdua. Pak Seno dan aku dipersilahkan masuk ke ruang tamu oleh Pak Burhan. Aku sendiri langsung mencari Arum untuk melanjutkan ide yang kemarin kami susun, namun karena ide tersebut cukup baik di mata Pak Burhan, maka hari ini Arum sedang mempersiapkan sebuah acara di sore hari yang akan dihadiri oleh seluruh penduduk kampung ini di balai desa. Harapannya ide kami ini bisa diaplikasikan secepatnya sehingga kesejahteraan desa ini meningkat, mengingat rata-rata usia di desa ini sudah cukup berumur. Anak-anak muda di desa ini lebih senang hidup di kota seperti Surabaya atau Jakarta. Mereka tidak mau kembali ke desa ini setelah mereka lulus kuliah dan memilih bekerja di kota besar untuk merubah nasib. Pak Burhan bangkit sejenak dan pergi menuju dapur menyiapkan teh hangat untuk kami berdua. Saat kembali, setelah meletakkan gelas di meja, Pak Burhan melangkah ke belakangku dan menepuk pundakku.

“Pak Seno, dik Cilla ini sungguh berbakat. Dalam beberapa tahun ke depan saya yakin desa kita akan semakin maju karena idenya,” Ucap Pak Burhan.​
“Wah terima kasih sekali kesempatannya pak Burhan,” Balasku sambil menoleh ke arahnya.

lalu Pak Burhan duduk disampingku sambil menatapku dengan tajam. Aku dibuat salah tingkah oleh kelakuannya. Dia menatapku sambil mengatakan betapa pintar dan cantiknya diriku seolah sedang merayuku. Sejujurnya aku tidak tahu apakah pak Burhan sedang merayuku atau sedang serius akan perkataannya. Dia beberapa kali memuji kecantikanku di depan Pak Seno. Sebaliknya Pak Seno berkali-kali mengamini ucapan-ucapan pak Burhan.

“Dik Cilla ini cantik sekali ya, seksi lagi,” Ucap Pak Burhan.​
“Eh, maaf pak.. kalau tidak ada yang diperlukan lagi saya mau ke belakang,” Ucapku karena aku sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Tiba-tiba tanganku digenggam sangat erat oleh Pak Burhan. Genggaman ini cukup menyakiti tanganku. Belum sempat berbicara apa-apa, Pak Burhan langsung mencium bibirku. Bahkan tangannya dipakai untuk menahan kepalaku agar kepalaku tidak bisa bergerak. Aku sedang berciuman dengan Pak Burhan di depan Pak Seno. Malu banget sih, tapi apa daya tangan Pak Burhan sangat kuat mencengkeramku. Setelah puas mencium bibirku, dia banting tubuhku ke sofa, lalu meremas-remas payudaraku dengan keras. Hal ini cukup menyakitiku, tapi di dalam hati kecil ada perasaan tidak ingin berhenti tapi aku tidak mau harga diriku jatuh di depan Pak Seno.

“Seno, ni bocah kemaren abis ngentot sama si Fatur di gudang, jadi hari ini dik Cilla harus ngelayanin kita,” Ucap pak Burhan.​
“Oh iya jelas, tadi saja waktu saya pergi dia ngentot dengan anak saya di kamar mandi,” Balasnya.
“Wah asyik kalau begitu jangan sungkan,” Balasnya lagi

Duar! Seperti ada halilintar di siang bolong. Darimana Pak Burhan tau kejadian kemarin? Apakah Pak Burhan melihatku kemarin? Ataukah ada yang melaporkan kejadian kemarin ke Pak Burhan. Bahkan ternyata pak Seno mengetahui apa yang aku lakukan dengan Wawan di kamar mandi, benar-benar aku tidak bisa lari dari para pejantan di desa ini. Pak Burhan yang makin bersemangat karena ucapan pak Seno langsung menyuruhnya memanggil Fatur, Fikri, serta mbah Gito. Bahkan saat Pak Seno ingin mengajak Wawan untuk ikut, Pak Burhan mengizinkan. Aku benar-benar tidak berdaya dengan cengkraman pak Burhan hanya bisa menggeleng-geleng tanda aku tidak ingin seperti ini tapi sepertinya pak Burhan tidak menghiraukan diriku. Dia memelukku menciumiku dengan ganas. Akhirnya aku harus memilih untuk pasrah melewati ini semua. Bahkan ketika mbah Gito, Fikri dan Fatur datang mukanya benar-benar tersenyum nafsu melihat diriku yang sedang berusaha mendorong tubuh pak Burhan yang sedang menindihku di sofanya.

“Tangan ini mesti diiket supaya dia nggak dorong-dorong pak Burhan,” Ucap Fatur seenaknya.

Fatur langsung menarik tanganku dengan kasar keatas, menyatukannya dan mengikat dengan tali yang dia bawa entah dari mana. Setelah mengikat pergelangan tanganku, mereka lebih leluasa untuk menciumi atau meraba tubuhku. Pak Burhan bangkit berdiri dan mempersilahkan Fatur untuk menggantikannya. Dia juga dengan santainya duduk di sofa lainnya bersama dengan mbah Gito mengomentari diriku. melihat Fatur mulai meraba tubuhku. Fikri yang tadinya cukup tercengang melihatku dikerjai saudaranya kini mulai duduk sambil merabai kakiku. Fatur yang lebih suka bermain secara kasar menciumiku dengan ganas, sambil memaksa membuka mulutku sambil meneteskan air liurnya ke dalam mulutku. Setelah puas Fatur menduduki perutku dan mememerintahkan Fikri untuk melepaskan celanaku beserta celana dalamku yang menyebabkan tubuhku bagian bawah sudah terlihat oleh mereka. Fatur mengambil sesuatu dari sakunya yang ternyata adalah alat cukur dan menyuruh Fikri mencukur habis bulu-bulu kemaluanku. Aku sendiri benar-benar tidak berdaya apalagi saat Fatur mulai menapar payudara kananku dan kiriku bergantian.

“Aduh.. ampun, sakit,” ucapku sambil sedikit menggodanya

“Plak” malah tamparan di pipi yang aku dapat. Sesaat kemudian aku mendapatkan tamparan pada pipiku yang lain. Aku sudah tahu Fatur ini memang suka bermain agak kasar dan entah mengapa aku mulai menikmati ketidak berdayaanku. Puas menampar pipi dan payudaraku yang masih terbungkus baju, Fatur bangkit berdiri dan menyingkap kaosku sehingga terlihatlah kedua gunung kembar yang masih terbungkus oleh bra. dia tarik braku hingga badanku terangkat, hal ini benar-benar menyakiti punggung dan pundakku oleh tali bra itu. Fatur menyingkap braku dan memelintir kedua put payudaraku. Aku berusaha memejamkan mata menahan sakit, tidak terasa ada bulir-bulir air mata yang keluar. Tapi sepertinya Fatur tidak memperdulikan itu.

“Nah sudah selesai nih bro, memeknya udah polos kayak anak kecil,” Ucap Fikri.​
“Mana coba lihat,” Fatur berdiri bertukar tempat dengan Fikri.
“Nah enak kan kalo gini maininnya, ga lebat kayak hutan,” Ucap Fatur.

Jari Fatur langsung dia masukkan ke lubang vaginaku. Aku merasakan sedikit perih, lubang ini sudah bekerja keras dari kemarin, bahkan tadi pagi masih bekerja melayani Wawan, kini aku dalam posisi yang harus melayani enam orang. Aku berusaha meminta tolong pada Pak Burhan, namun beliau malah mendekatiku, mencium bibirku dan berbisik agar aku menikmati segala perlakuan Fatur, dia juga berkata jika sedang asyik menonton live show. Merasa tidak mungkin mendapat bantuan aku mencoba pasrah apalagi saat tubuhku dibalikkan ke belakang dan dibuat posisi menunggung, Fikri dengan leluasa melepas bra dan bajuku. Kini yang aku takutkan selama ini terjadi, Fatur kini asik bermain di lubang duburku, jarinya perlahan dia masukkan ke lubang duburku. Aku merasakan ngilu yang amat sangat karena belum pernah lubang duburku dimainkan oleh siapapun.

“Cil, kamu kali ini jadi sapi ya,” Kata Fatur sambil memasukkan sesuatu ke dalam duburku.

Fatur memasukkan semacam cambuk kecil ke dalam duburku sehingga aku terlihat memiliki ekor. Fatur menyuruhku merangkak menuju pak Burhan sambil menirukan suara sapi. Aku benar-benar terhina saat ini, tapi entah kenapa aku tetap melakukannya. Aku mulai merangkak dan malah dengan sengaja aku berhenti supaya mendapatkan tamparan di pantatku baru aku berangkak perlahan sekali menuju pak Burhan, selama itu pantatku menjadi bulan-bulanan Fatur dan Fikri yang kadang menampar atau mencambuku hingga pantatku kini memerah.

“Pak, ini sapi aku,” Ucap Fatur memeperkenalkanku sebagai sapi​
“Mooo..,” Aku malah menjawab dengan manja
“Nah, waktunya memerah susu sapi,” Kata Pak Burhan.

Pak Burhan seolah menjadi guru bagi Fatur dan Fikri mengajarkan cara memerah susu sapi dengan melalukannya pada kedua payudaraku. aku hanya merintih tertahan hingga mereka puas mengerjai kedua payduaraku. Setelah itu Fatur melepaskan cambuk itu dari pantatku dan kini dia memasukkan dildo yang sepertinya dia sudah siapkan ke dalam vaginaku. Getaran dildo ini membuatku merem melek keenakan. Badanku ambruk di lantai menahan rasa geli dan capaiku ini. Fikri kemudian memakaikan kembali celana dalamku untuk menahan dildo ini agar tidak jatuh, setelah itu mereka semua pergi menyambut Pak Seno yang kini kembali datang bersama Wawan. Mereka kini duduk di ruangan tengah melihat aku yang masih kegelian akibat dildo yang bergetar ini, Wawan tidak berbicara satu patah katapun, dia hanya duduk memandangiku. Bahkain kini harga diriku jatuh akibat orgasme yang panjang ini disertai lenguhan panjang dari mulutku dan ditonton oleh enam orang yang ada di ruangan ini.

“Uhh.. aduhh… shhhh,” aku hanya bisa meracau.

Setelah orgasme panjang ini, Fatur melepas dildo, membiarkan vaginaku beristirahat, namun tidak dengan mulutku, Fatur yang kini sudah melepaskan celananya bersiap memasukkan penisnya yang ukurannya cukup jumbo itu ke dalam mulutku. Ukurannya membuatku beberapa kali tersedak, namun sepertinya dia tidak menghiraukan itu. Fatur tetap memaju mundurkan penisnya di dalam mulutku. Fikri yang memang sudah tidak sabar mendatangiku dan meminta hal yang sama, kini aku harus melayani kedua kakak beradik ini. Gilanya, aku dengan rela melakukan apa yang dia minta. Berbeda dengan kakak beradik ini, mbah Gito, Pak Burhan, Pak Seno, dan Wawan tidak menyentuhku sama sekali. Mereka asyik menikmati live show yang ada di hadapan mereka. Setelah puas bermain-main dengan mulutku, Fatur ini menidurkanku dan mulai membasahi penisnya. Perlahan tapi pasti penis besar itu membelah vaginaku. Mungkin karena tadi pagi aku sudah bermain dengan Wawan, rasa sakit dari hempasan penis ini tidak begitu terasa, melainkan rasa nikmat yang tiada tara membuatku kembali orgasme dengan badan bergetar beberapa saat. Kini Aku diangkatnya menjadi posisi woman on top, Fatur menyuruhku menggoyangkan pinggulnya dan aku menurutinya, saat ini aku benar-benar malu karena seluruh tubuhku dilihat oleh Wawan dan ketiga orang tua yang duduk di sofa yang sedang membicarakan diriku. Baru beberapa saat posisi seperti ini, aku di dorong perlahan untuk memeluk Fatur. Fikri yang mendorongku mulai asyik bermain-main di lubang duburku. Hatiku saat ini mungkin jatuh ke tanah, aku tahu apa yang akan terjadi selanjutnya yaitu mereka akan memperawani duburku.

“Shhh, jangan disitu.. sakit,” Ucapku memohon.

Tapi sepertinya tidak dihiraukan oleh mereka, Fikri sudah bersiap dengan penisnya yang sudah di cover oleh kondom. Tidak lupa juga Fikri mengolesi kondom tersebut dengan gel pelumas agar semakin licin. Pelahan penis itu mulai menembus duburku. Penetrasi di tempat yang tidak seharusnya ini benar-benar membuatku menderita. Ngilu dan sakit bercampur menjadi satu. Benar-benar tidak ada perasaan nikmat sama sekali. Fatur melepaskan penisnya dari vaginaku agar Fikri bisa lebih leluasa memasukkan penisnya itu ke dalam duburku. Bahkan, beberapa kali vaginaku mengeluarkan angin saat proses penetrasi itu yang membuatku tertawa malu. Ini pertama kali vaginaku mengeluarkan angin. Pengalaman unik ini cukup membuatku tersenyum sehingga proses penertrasi ini tidak terlalu menyakitiku. Beberapa saat kemudian penis itu masuk dengan sempurna ke lunag duburku. Fikri menahan sejenak penisnya agak aku bisa beradaptasi denga kondisi ini dan setelah aku mulai terlihat santai, Fikri mulai memompa penisnya dengan perlahan sambil meracau betapa sempitnya lubang duburku. Ternyata rasa sakit ini makin lama makin memudar seiiring dengan duburku yang mulai beradaptasi. Fatur kembali mencoba menekan penisnya ke dalam vaginaku dan aku harus rela kedua lubangku dihujam bergantian. Rasa ngilu, sakit, perih, dan nikmat benar-benar bercampur menjadi satu.

Melihat aku sudah dalam posisi ditengah dan tidak bisa bergerak, pak Burhan bangkit dan melepaskan celananya. Lalu beliau berdiri didepanku dengan bagian bawah perutnya persis berada di depan wajahku. Karena aaku sudah paham apa yang dia mau, maka aku yang sudah tidak bisa bergerak kemana-mana akibat hujaman penis di kedua lubangku ini perlahan-lahan peraih penisnya dengan tanganku, tanganku yang lain menahan lantai agar tubuhku tidak jatuh menimpa Fatur yang beada dibawahku. Penis pak Burhan berkedut di dalam genggamanku. Aku hanya memainkan sebentar karena rasa pegal di tanganku yang lain sehingga aku langsung mengrahkan penis itu ke dalam mulutku. Oral seks yang aku lakukan membuat Pak Burhan merem melek keenakan. Aku maju mundurkan mulutku hingga membuat pak Burhan mengerang. Di saat aku harus memuaskan pak RT ini, aku sendiri harus membetulkan posisiku yang terjepit diantara kedua kakak adik ini. Tiba-tiba pak Burhan mempercepat oral seks ini dengan memaju mundurkan penisnya dengan cepat dan akhirnya melepaskan spermanya di dalam mulutku yang cairannya ada yang meleleh disamping bibirku.

“Loh Pak kok cepet? Kita aja masih belum beres?” Ucap Fatur.​
“Biarin lah, kasian juga liat dik Cilla kesusahan, jadi bapak percepat saja,”Balas Pak RT

Setelah aku berusaha membersihkan penis Pak RT, beliau kembali mengenakan celananya dan duduk di sofa bersama Pak Seno dan mbah Gito. Kini aku kembali harus bergulat dengan dua penjantan yang ada di atas dan di bawahku. Beberapa kali aku harus meringis sakit karena penis Fatur yang ukurannya agak jumbo itu menghimpit lubang duburku yang ditusuk oleh Fikri. Untungnya tidak lama kemudian Fikri melepas penisnya dari duburku, dia lepas kondom yang melindungi penisnya itu dan minta Fatur untuk menepi sejenak. Kini vaginaku berganti pemilik, penis Fikri yang ukurannya tidak seberapa besar itu ambles dengan mudah. Akupun tidak terlalu merasakan kesakitan saat proses penetrasi dari belakang itu. Fatur bergeser untuk bangkit berdiri membiarkan aku lebih leluasa dan tidak terhimpit seperti tadi.

“Shh.. Fik, agak cepet Fik.. mau..,” Ucapku spontan.

Aku sudah tidak bisa menutupi kalau memang orgasme seperti ini yang aku inginkan, orgasme dengan cara begitu seksi dimana aku digenjot dari belakang dilihat oleh orang-orang yang ada di ruangan itu. Fikri mempercepat genjotannya dan menatik kedua tanganku ke belakang membuat payudaraku makin membusung mengarah ke sofa dimana pria-pria lain duduk. Orgasame ini begitu dasyat karena ada rasa puas bercampur rasa malu. Namun aku sudah tidak bisa berpikir jernih, yang aku inginkan adalah orgasme dan orgasme. “Plak” kedua payudaraku kembali jadi bulan-bulanan Fatur, dia menampar mencubit dan kadang meludahi payudaraku. Bukan itu saja, pipiku juga menjadi sasarannya. Dia yang suka bermain kasar itu seolah memiliki partner yang sesuai dengan gaya permainannya. Wawan yang dari tadi melihatku mulai membua celananya dan memainkan penisnya begitu pula Pak Seno dan mbah Gito. Tidak lama berselang Fatur yang sudah mulai mencapai pundak akhirnya melepaskan penisnya dan langsung memasukkannya di dalam mulutku. Dia pompa di dalam mulutku dengan cepat dan menyemburkan spermanya disana. Aku sendiri berusaha menelan sperma itu walau ada beberapa tetes yang keluar dan langsung ambruk di lantai ruang tengah ini dengan beberapa tawa memenuhi ruangan ini.

Mbah Gito datang menghampiriku dan memelukku, beliau mencium bibirku dan mengusap rambutku yang sudah acak-acakan. Seperti kemarin, beliau membuatku terasa sangat nyaman seperti anaknya. Setelah puas memeluk diriku, beliau mengatakan ingin memasukkan penisnya ke dalam vaginaku. aku menurut saja dengan membuka selangkanganku yang sudah polos seperti bayi. Mbah Gito perlahan memasukkan penisnya tersebut dan mulai mempompanya secara perlahan. Mbah Gito memeluk diriku, membisikkan beberapa kata-kata manis di telingaku. Kecupan-kecupan mbah Gito jilatan lidahnya membuatku seakan terbang dan terbang semakin tinggi melayang di atas awan. Hal ini menyebabkan aku orgasme untuk kesekian kalinya. Permainan lembut dari mbah Gito telah mengalahkanku, dia seakan memiliki kasih sayang orang tua yang jarang sekali aku dapatkan. Setelah membiarkan aku beberapa saat menikmati orgasmeku, barulah mbah Gito mulai mempercepat pompaan penisnya. Kini Pak Seno menghampiriku yang sedang menikmati pompaan dari mbah Gito.

“Shh.. mbah.. enak banget mbah..,” aku meracau tidak jelas.​
“Harus enak dong dik Cilla, masa kalah sama yang muda,” Ucapnya.

Rangsangan kini bertambah dari Pak Seno yang mulai meraba payudaraku. Putingku mulai menjadi bulan-bulanan orang tua dari Wawan ini, aku benar-benar melayang diperlakukan seperti itu. Hingga akhirnya mbah Gito menyemprotkan spermanya di perutku yang rata, aku masih merasakan rangsangan-rangsangan dari pak Seno. Kini Pak Seno menggantikan posisi mbah Gito, dia mulai memukul-mukulkan penisnya ke selangkanganku yang sudah basah kuyup oleh cairan cintaku sendiri. Tanpa berpikir lama, Pak Seno memasukkan penisnya ke dalam vaginaku. Kini sudah empat orang menembus vaginaku. Aku sudah benar-benar kelelahan oleh mereka, terlebih lubang duburku yang masih nyeri akibat di anal oleh Fikri. Untung saja cara bermain seks pak Seno mirip-mirip mbah Gito, mungkin karena lebih berumur, jadi pompaannya lebih lembut dan penuh kasih sayang. Anaknya, Wawan hanya melihat bapaknya menyetubuhi majikannya sambil terus memainkan kelaminnya yang beberapa saat kemudian dia menghampiriku.

“Non, aku mau keluar nih, di mulut aja ya,” pintanya.

Aku langsung memainkan penisnya tanpa malu-malu lagi. Aku jilati dan kecup ujung penisnya lalu aku masukkan ke dalam mulutku. Aku mainkan seolah-olah sedang menikmati lolipop. Tak berselang lama, Wawan nemumpahkan spermanya di dalam mulutku. Berarti ini adalah kali ketiga dia menumpahkan lahar panasnya padaku. Setelah itu dia ambruk kelelahan di sofa, sambil mengobrol dengan Fatur dan Fikri. Pak Seno membalikkan badanku menjadi posisi doggy kembali dan dia masukkan penisnya dari belakang. Kini bapaknya Wawan itu menarik bahuku sehingga aku agak menjengking ke belakang otomatis payudaraku kembali membusung menggairahkan. Fatur kembali maju memainkan puting payudaraku sambil memelintir-melintirnya. Beberapa kali aku terkena tamparan dan cekikan olehnya. Pak Seno juga mempercepat genjotannya membuatku orgasme kembali. Berkali-kali orgasme membuatku betul-betul lemas, namun Pak Seno sepertinya tidak menghiraukanku. Dia tetap mempompaku dengan tempo sedang membuatku mengerang sambil menggeleng-gelengkan kepalaku. Beberapa saat kemudian, Pak Seno mengeluarkan spermanya itu di perutku, sama seperti mbah Gito.

Kini tidak ada yang menyentuhku, aku bisa mengistirahatkan badanku untuk beberapa saat, Pak Burhan mengangkatku ke sofa, kini mereka berlomba-lomba memakaikan pakaianku, tanda penderitaanku berakhir. Setelah aku memakai kembali baju ini, yang masih lemas ini hanya bisa mendengarkan celotehan mereka.

“Pak Burhan kok ga ngentotin Cilla? Wawan juga?” Tanya Fatur.​
“Ngga ah, kasian dik Cilla sudah terlalu capai, tadi dapat mulutnya juga enak,” Balas Pak Burhan.
“kasian loh non Cilla, kalian main kasar amat,” ucap Wawan.
“Harus dong, boring kalau ngga,” Balas Fatur.
“Ngga apa kok Wan, aku suka,” kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku.

Aku reflek mencium Wawan sambil mengatakan hal itu, Wawan hanya terbelalak melihat tingkah laku majikannya yang benar-benar berbeda. Bahkan kini aku berani mendekati pak Burhan dan mengatakan kalau ingin sekali dimasuki oleh batangnya. namun, Pak Burhan menolak dan menyuruhku beristirahat untuk persiapan presentasi nanti sore. Tidak lupa Pak Burhan mengecup bibirku dan mengucapkan terima kasih buat hidangannya hari ini. Aku yang sudah benar-benar lemas meminta Wawan untuk mengambil mobil menjemputku di rumah Pak Burhan.​
 
Terakhir diubah:
Mau info buat Cilla lovers, sepertinya hingga akhir tahun kita blm bisa update cerita selanjutnya. semoga awal tahun sudah bisa update kembali dikarenakan harus mengejar omzet akhir tahun yang belum tercapai. tapi saya usahakan semoga bisa disisipkan menulis :Peace:

terima kasih banyak udah nungguin cerita Cilla, dan yang mau request cerita tentang cilla boleh PM nanti dipertimbangkan.
 
Nice update....

Pak Burhan pinter....
Dia and wawan bakal have fun pas Cilla sudah seger....

Have a good presentation Cilla

You will be pleased...
 
Aduh.. Cilla mau liburan tahun baru dulu ya.. Semoga gak lupa balik ya
 
Ditunggu suhu.. tahun baru Cilla akan lebih hot.. oh ya suhu Cilla gak bawa teman2 cwek nya atau menambah satu pemeran lagi... Suhu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd