Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Priscilla, gadis manja yang perlahan binal

Alurnya mirip2 cerita Eliza, cuma ya kayak beda universe aja
seperti yang aku bilang sebelumnya hu. memang ceritanya inspired dari Diankanon penulis kisah Eliza. Namun kedepan akan lebih berkembang dan berbeda ceritanya kok hu. semoga suka. Siang / sore ini aku upload. Masih dalam tahap akhir finishing naskah
 
PART II
TUGAS AKHIR

Screenshot-20231124-140921-Instagram.jpg

“Anak-anak, untuk tugas akhir kelas XII untuk pengabdian masyarakat kali ini adalah kalian wajib melakukan penelitian mengenai kesejahteraan masyarakat desa. Kalian boleh datang ke desa setempat untuk meneliti bagaimana cara meningkatkan kesejahteraan masyakarat desa. Di harapkan pada libur tengah semester ini kalian dapat pelajaran yang sangat berharga.”

Kata-kata itu terus terngiang di pikiranku. Dimana-mana yang namanya liburan ya day-off. Bisa jalan-jalan ke bali atau ke singapore melepas penat. Eh, ini malah disuruh penelitian ke desa untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Namun walau begitu, bagaimana pula caranya? Rata-rata temanku memiliki saudara yang masih tinggal di desa, sehingga mereka akan ke rumah satudara, kakek atau neneknya baik yang berada di pulau jawa dan di luar pulau. Di kelasku hanya beberapa anak saja yang tidak memiliki saudara dari desa termasuk diriku ini bagaimana cara mengerjakan tugasnya? Saudara dari papa memang bukan orang surabaya, tapi dari ibu kota Jakarta, kan jadinya sama saja, malah lebih besar kotanya daripada surabaya. Pikiran ini benar-benar menghantuiku sepanjang hari hingga aku tidak dapat konsentrasi di pelajaran-pelajaran berikutnya. Ini adalah hari terberat saat aku pulang sekolah sampai-sampai aku melewati mobilku sendiri.

“Non! Woi Non!!! kelewat ini mobilnya,” Kata Wawan membuyarkan lamumanku.​
“Eh.. anu.. iya Wan..,” kataku gagap.
“Non Cilla kenapa sih? Kok kayak banyak pikiran?” Ujar Wawan.
“Ngga Wan.. lagi pingin diem aja,” Balasku.
“Ini gara-gara kejadian seminggu ini ya non?” Katanya penasaran.
“Eh.. bukan.. bukan..,” Balasku.
“Oh, kirain.. gara-gara kelakuan kami seminggu ini non jadi pendiem. Apa gara-gara ga dapet jatah dari pacar non?” Balasnya.
“Iya.. jatahnya diambil kamu,” Balasku sambil mencubit pinggangnya.
“Eh aduh, sakit.. ya maap non, abis non Cilla juga sih,” Balasnya.
“Hahaha.. ngga Wan, aku belum punya pacar,” Jawabku.
“Jadi pacarku aja non,” Hardiknya.
“Moh. Kamu makannya banyak.. Rugi bandar,” Balasku sambil memeletkan lidah.

Memang sejak kejadian di kamar minggu lalu Wawan dan Pak Imam semakin berani menggodaku. Seminggu ini aku sudah melayani mereka 2 kali. Sekali di kamarku sekali di kamar mereka. Tentu saja pada saat pulang sekolah karena tidak ada siapa-siapa di rumah. Hari ini di mobil aku lebih banyak diam walau Wawan mencoba membuka pembicaraan, semua ini karena tugas yang aku tidak tahu bagaimana cara mengerjakannya. Untungnya usaha Wawan memulai percakapan siang cukup membuatku melupakan tugas akhir ini sesaat.

“Wan, kita mampir ke Kopi **** dulu ya,” ucapku.

Tapi menjawab, supirku langsung membelokkan mobil ini ke kopi **** kesukaanku, selain ini adalah kopi kesukaanku, supirku ini tau kalau aku pasti membelikannya satu. Namun, kali ini aku menyuruhnya turun juga untuk menemaniku meneguk secangkir kopi meredakan pikiran-pikiranku karena orbrolan tadi cukup membuatku melupakan sejenak tugas akhir itu. Kami bercanda layaknya teman bukan seperti majikan dan supir, Wawan cukup tau bagaimana membuatku terawa dengan kekonyolannya. Namun, ada saatnya aku kembali diam, tugas ini nampaknya terlalu besar buatku, tapi tidak salah juga karena aku sudah mau lulus SMA, dimana ujian akhir ini harus di lalui. Aku sempat menelpon beberapa teman dan sodara untuk menyelesaikan tugas ini tapi tidak bisa banyak membantu. Wawan yang ada dihadapanku mungkin mendengar sedikit kegalauanku, akhirnya memberanikan duduk di depanku. Dia tidak mengucap sepatah katapun hingga melihatku selesai menelpon beberapa kawan dan sodara.

“Non, kalau butuh bantuan bilang aja,” Sahutnya.​
“Eh.. ngga Wan.. cuma lagi pusing masalah tugas akhir sekolah aja,” Ucapku.
“Tugas apa non, siapa tahu saya bisa bantu,” Balasnya.

Akhirnya kuceritakan pada supirku ini seluruh kegalauanku mengenai tugas pengabdian masyarakat ini. Dengan tertawa kecil Wawan menawarkan untuk menyelesaikan tugas di desanya.

“Non Cilla ngapain pusing, saya kan dari desa. Non tinggal ikut saya ke desa saya saja. Nanti bisa kerjakan tugasnya disana. Saya banyak temen yang bisa bantu non Cilla kok,” Ucapnya.

Kata-katanya membuatku kaget. Kenapa dari pagi tidak kepikiran ini sama sekali ya? Aku kan bisa ke desanya Wawan atau Pak Imam untuk mengerjakan tugas ini. Ya maklum ya cewek kalo udah overthinking jadi blur semua. Akhirnya kuceritakan apa yang ingin aku teliti. Aku ingin sekali meneliti tentang peternakan atau pertanian, bagaimana bisa meningkatkan kualitas ternak atau padi sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan warga desa. Wawan sangat antusias karena kebetulan dia tinggal di daerah batu, malang yang memang banyak peternakan dan pertanian.

“Non ikut ke rumah saya aja. Nanti saya bantu kerjain tugasnya,” Sahut Wawan​
“Beneran?” Jawabku berbinar.
“Iya. Pasti dibantuin supaya dapat nilai 100,” Balasnya.

Aku langsung antusias dengan semua itu dan langsung mengajak Wawan makan siang sebagai tanda terima kasihku. Aku ajak dia makan di sebuah depot penyetan yang memang aku dan keluargaku sering makan baru setelah itu kami pulang ke rumah. Sesampainya di rumah aku melihat Pak Imam langsung membuka pagar Wawan langsung memasukkan mobilnya ke garasi. Aku sendiri tetap di mobil tertawa melihat tingkah Pak Imam menghampiri pintu mobilku dengan berjoget kecil. Sambil membuka pintu mobil, dia langsung menggandengku ke kamarnya.

“Lo hee… Pak Imam, Cilla ku kok mbo embat..,” Kata Wawan cepat-cepat menutup garasi.​
(Loh, Pak Imam, Cilla ku kok kamu ambil)
“Meh nyusu sek.. haus,” Jawab Pak Imam.
(Mau nyusu dulu.. haus)

Aku langsung direbahkan di kasurnya, lalu kancing baju seragamku dibuka satu per satu. Dia langsung meremas kedua gundukan payudara yang masih terbungkus bra berwarna biru muda. Pak Imam langsung menindihku dan menciumi bibirku. Aku sendiri mulai membuka mulutku hingga pak Imam bisa mengeksplorasi seluruh rongga mulutku. Setelah puas menciumi diriku, pak Imam langsung berdiri membuka celananya. Batangnya yang sudah keras itu langsung diarahkan ke mulutku. Bahkan dia langsung memasukkan penisnya itu ke mulutku dan di dorongnya ke bawah. Aku sampai tersedak dan terbatuk-batuk. Sesaat kemudian dia lepaskan penisnya yang sudah penuh liur itu, membiarkan aku bernapas lalu memasukkannya lagi ke dalam mulutku. Belum aku mencoba untuk beradaptasi dengan keadaan ini, aku merasa rok sekolahku disingkap dan celana dalamku dilepaskan. Aku tidak bisa melihat karena badan pak Imam yang ada di depanku tapi aku yakin Wawan sudah dalam posisi memandangi kewanitaanku yang berbulu lebat itu. Sesaat kemudian aku merasakan sensasi dingin di daerah kewanitaanku. Setelah aku rasakan ternyata Wawan mengoleskan vigel pada vaginaku dan memainkan vaginaku yang kering itu. Mungkin dia tidak sabar menunggu vaginaku becek sehingga menggunakan pelumas untuk membantu. Aku merasakan liang vaginaku diobok-obok oleh dua jari yang akhirnya membuatku orgasme yang pertama.

“Ummphhh..” ucapku tertahan.

Aku tidak bisa banyak bergerak saat orgasme kali ini karena Pak Imam yang ada di atasku dengan penis yang masih memenuhi mulutku, rasa geli akibat orgasme ini tidak bisa berhenti karena Wawan sendiri masih terus mengobok-obok vaginaku. Hampir semenit aku merasakan orgasme yang tidak berkesudahan ini. Aku benar-benar lemas padahal baru orgasme yang pertama. Setelah orgasme ini mereda, Pak Imam kembali memasukkan penisnya ke mulutku. Kini aku dengan gemas menghisapnya, bahkan Pak Imam sampe melenguh karena hisapanku. Mungkin karena itu, Pak Imam langsung menggenggam kepalaku dan menggerakkannya maju mundur dengan kencang sekali, bahkan aku sampai panik juga saat penis itu masuk ke kerongkonganku. Setelah beberapa menit Pak Imam menyiksa mulutku akhirnya dia menekan penisnya lebih dalam. Aku benar-benar tersedaka apalagi saat pak Imam menyemburkan spermanya di dalam mulutku. Aku terbatuk-batuk hingga sperma itu keluar dari mulutku. Namun hal ini membuatku dapat menghidup udara segar. Setelah puas, Pak Imam memakai celananya kembali dan mengambil sebatang rokok.

“Makasih ya non, Bapak ngerokok dulu bentar,” Kata Pak Imam.

Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Wawan. Dia langsung bersiap memasukkan penisnya ke dalam vaginaku yang sudah basah dengan orgasmeku barusan ditambah dengan vigel yang membasahi daerah kewanitaanku. Wawan langsung menancapkan penisnya dengan kuat hingga aku terbelalak. Wawan memompa penisnya dengan kencang membuat aku tersentak. Dia begitu bersemangat membuat vaginaku ngilu-ngilu nikmat. Sesekali Wawan meremas payudaraku yang berguncang akibat sodokannya dan sesekali juga memainkan klitorisku membuat aku semakin gila. Aku mengerang sambil mencoba meremas sprei yang sudah berantakan ini. Dalam waktu singkat aku kembali merasakan orgasme, orgasme yang sangat hebat. Vaginaku berkedut hebat dan badanku menekuk ke atas. Sungguh orgasme yang begitu dalam.

“Enakkk Wann.. Aduhhh,” Kataku meracau.​
“Aku belum keluar non,” Balasnya sambil terus menggenjotku dengan tempo yang pelan.

Setelah memastikan aku sudah menikmati orgasmeku, aku digendongnya ke atas meja. Aku didudukkan di meja yang ada di sudut ruangan ini, lalu Wawan kembali memasukkan penisnya ke vaginaku. Dia menciumiku, memainkan puting payudaraku dan tangannya yang lain mengusap-usap klitorisku membuat aku bergetar tidak karuan. Benar saja hanya dalam beberapa menit aku kembali harus mengakui kehebatan supirku ini. Bahkan saking hebatnya orgasme kali ini aku sampai squit dan cairan ini meluber hingga lantai kamar supirku ini. Namun, kali ini berbeda, jika yang awal dia memompaku dengan lembut sehingga aku bisa menikmati orgasmeku, kali ini dia memompa dengan tempo yang lebih cepat sehingga aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalaku karena orgasme ini justru tidak kunjung usai.

“Non, mau keluar.”

Wawan langsung mencabut penisnya dan menyemburkan spermanya di perutku. Aku yang sudah lemas hanya bisa duduk di meja ini. Wawan yang sudah mencapai kepuasannya langsung mengenakan baju sambil bersiul keluar dari kamar ini. Aku yang masih terengah-engah, mencoba berdiri dan merebahkan badanku sesaat di kasur milik mereka. Rasa Lelah ini membuatku tertidur sesaat. Setelah beberapa saat aku memulihkan tenaga, akhirnya aku bangun dan alangkah kagetnya saat Wawan dan Pak Imam ternyata duduk di kasur yang lain sambil memperhatikanku.

“Ih, ngapain sih kalian ngeliatin aku kayak gitu,” Ucapku.​
“Yee.. Non, jarang-jarang bisa nyantai sambil lihat pemandangan indah,” Ucap Wawan.
“Iya non, susunya non Cilla empuk enak buat dipeyuk,” Sambung Pak Imam.
“Ga usah di kyut-kyutin gitu deh pak, udah tuir masih sok muda,” Balasku.
“Biarin tua yang penting bisa bikin non Cilla gemeteran,” Katanya sambil bersiul.
“Wan, jangan lupa ajak aku ke desamu ya, biar cepet selesai,” Kataku mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Heh? Lapo? Meh rabi karo non cilla ta?” Pak Imam kaget.
(Ha? Kenapa? Mau nikah sama non Cilla ta?)
“Ora.. iki lo non Cilla onok tugas teko sekolah e,” Balas Wawan.
(Ngga. Ini non Cilla ada tugas dari sekolah)
“Besok ya Wan kita berangkat, kebetulan Mama dan papa juga ke Jepang seminggu,” Balasku.
“Oke.”

Setelah itu aku langsung berdiri dan kembali ke kamar untuk mempersiapkan mempersiapkan pakaian dan beberapa buku untuk menginap di desanya Wawan, semua demi tugas akhir yang diperintahkan oleh wali kelasku. Tidak lupa pula malam ini aku izin dengan kedua orang tuaku dan menceritakan detailnya, untungnya mereka mengizinkan, terlebih orang tuaku ada pekerjaan di luar negeri. Setelah itu aku mencoba tidur lebih awal supaya besok bisa berangkat lebih pagi. Esoknya, Setelah mengantarkan kedua orang tuaku pergi ke bandara, aku langsung Bersiap untuk menuju desanya Wawan yang berada di lereng gunung panderman. Aku mengenakan T-Shirt putih dengan hotpants pink muda kesukaanku. Aku merasa udara hari ini cukup panas sehingga lebih enak menggunakan pakaian yang seperti ini. Setelah semuanya siap, aku meminta Wawan untuk memasukkan tasku ke mobil. Namun begitu aku balik badan, ternyata Pak Imam yang datang ke kamarku.

“Loh, kok pak Imam yang datang?” Aku kaget karena aku teriak nama Wawan.​
“Tenang non, Pak Imam kan kemaren belum dapat jatah,” Katanya.
“Yee.. salah sendiri kemaren ga mau dilanjutin,” Kataku sambil menggembungkan pipi.

Tiba-tiba aku langsung dipeluk, bibirku diciumi oleh Pak Imam. satu sisi aku benci pada diriku sendiri. Kenapa aku ini gampang sekali terangsang. Ciuman pak Imam ini membuatku panas dingin. Aku langsung menarik Pak Imam ke kasurku. Setelah aku tiduran di kasurku, Pak Imam langsung membuatku bugil, dia membuka seluruh pakaianku beserta pakaian dalamku hingga akhirnya aku bugil di hadapannya. Dia langsung memeluk diriku, menciumi setiap senti tubuhku sambil memainkan payudaraku. Tangannya yang lain mulai nakal meraba luar vaginaku. Aku sempat bergetar dengan kelakuannya, tapi aku berusaha diam dan pasrah melihat kelakuan tukang kebunku ini, Lucu sekali seperti anak kecil yang menggengam gulali, padahal usianya sudah diatas kepala empat dan rambutnya mulai memutih. Pak Imam terus memeluk diriku dan tangannya bergerilya ke seluruh tubuhku. Hingga akhirnya aku mendapatkan orgasmeku yang pertama di pagi hari ini. Tubuhku bergetar, kakiku kaku dan pandanganku kabur saat mendapatkan orgasme yang begitu melegakan ini. Setelah itu Pak Imam langsung membuka celananya dan memintaku mengulum penisnya. Aku yang sudah makin terbiasa dengan keadaan ini langsung duduk dan memainkan mainan baruku ini. Penis Pak Imam memang tidak sepanjang Wawan, namun masih cukup tebal untuk membuatku merintih saat benda ini menghujami tubuhku. Aku mainkan juga buah zakarnya yang membuat pemiliknya menlenguh sambil merem melek. Aku memasukkan penisnya ke dalam mulutku, memainkannya dengan lidahku dan mulai memaju mundurkan mulutku hingga beberapa kali aku tersedak oleh kelakukanku sendiri. Tidak ingin ejakulasi, Pak Imam menghentikan kulumannya dan langsung Bersiap memasukkan penisnya ke dalam sarangnya. Aku dibuatnya terlentang lalu dengan pelan tapi pasti penis tersebut kembali masuk ke dalam garasi alaminya. Proses ini cukup membuatku mengiris sakit karena memang sudah mulai becek tapi belum sebecek kalau main bertiga.

“Pak Imam, ambilin pelumasku dong di laci, agak perih nih,” Kataku.

Pak Imam langsung menghentikan kegiatannya dan mengambil vigel yang ada di laci meja riasku. Dia olesi penisnya dengan pelumas dan tidak lupa tukang kebunku ini melumasi liang vaginaku. Kini penetrasi penis Pak Imam tidak berasa sakit seperti tadi. Pak Imam mulai memaju mundurkan penisnya sambil menindihku dan memelukku. Bibir kami saling beradu, entah apa yang ada dipikiranku bisa-bisanya majikan menjadi binal seperti ini bahkan dengan tukang kebunnya sendiri. Hal-hal yang semestinya dianggap kurang ajar bagi banyak orang ternyata bagiku tidak sama sekali. Justru hal ini membuatku semakin bernafsu. Apalagi setelah mencoba bermain dengan mereka, betul-betul diluar dugaan, mereka sangat lembut terhadap diriku. Walaupun kadang suka sedikit kasar dalam memompa penisnya, tapi aku rasa itu hanya bagian dari nafsu mereka saja. Setelah bosan dengan posisi ini, Pak Imam memintaku nungging dan dia ingin memasukkan penisnya dari belakang. Aku turuti semua keinginannya dengan senang hati. Kini pak Imam lebih leluasa untuk memasukkan penisnya dari belakang. Aku sendiri hanya bisa mendesah menikmati setiap proses yang membuat darahku naik sampai ke ubun-ubun. Kini kedua tanganku digenggamnya ke belakang membuat tubuhku terangkat. Sesekali Pak Imam menciumiku dari belakang. Kembali lidah kami beradu dengan panas. Namun kali ini tiba-tiba aku dikagetkan dengan pintu yang terbuka.

“Kutu kupret.. aku nunggu di mobil, non Cilla malah ngentu,” Ucap Wawan.​
“Emphh.. Iyahh.. aduh.. Wann.. bentar.. ini mau..,” Balasku.
“Katanya takut kesiangan lah kok malah asyik-asyukan di kamar,” Ucapnya lagi.
“So.. sorryy.. Wan.. ini en.. enak pol,” kataku terbata-bata.

Wawan langsung dengan sigap membuka semua bajunya. Dia benar-benar sudah tidak tahan melihatku disodok oleh Pak Imam. Nafsu yang membara membuat payudara dan bibirku jadi bulan-bulanan supirku ini. Aku meringis menahan sakit ketika cengkraman Wawan pada payudaraku agak berlebihan. Setelah puas mengerjai payudara dan bibirku, supirku ini langsung berdiri di depanku dan menyodorkan penisnya yang sudah sangat tegang itu. Aku sendiri langsung melahap penis itu dan memaju mundurkan dengan cepat. Ini balasan karena dia sudah menyakiti payudaraku. Pemiliknya langsung meracau tidak jelas menerima perlakuanku. Sama seperti Pak Imam, buah zakar dari Wawan juga menjadi mainan baruku. Wawan beberapa kali menghela napas menerima perlakuanku. Karena sudah tidak tahan, Wawan menyuruh Pak Imam melepaskan penisnya. Untungnya Pak Imam nurut saja dengan Wawan. Ini pak Imam pindah ke depanku untuk mendapatkan servis dari mulutku, sedangkan Wawan mulai menyodokkan penisnya dengan kencang di vaginaku membuat tubuh bawahku terguncang-guncang. Aku menyuruh Wawan lebih pelan tapi sepertinya tidak dihiraukan sama sekali olehnya. Hal ini membuatku orgasme yang kesekian kalinya di pagi ini. Jam menunjukkan pukul 9 pagi tapi badanku serasa jam 11 malam. Semuanya lemas, Pak Imam mulai menunjukkan tanda-tanda ejakulasi. Aku langsung melahap penisnya hingga tidak bisa dilepaskan. Akhirnya cairan sperma dari Pak Imam menyembur memenuhi rongga mulutku. Setelah selesai ejakulasi, Pak Imam langsung terduduk di sofa dekat kasur ini. Dia mengusap batangnya yang mulai lemas sambil tersenyum melihat aku masih meracau menerima hujaman dari penis Wawan. Beberapa saat Wawan menghentikan hujamannya lalu bertanya padaku.

“Non Cilla suka yang alus apa yang kasar kayak tadi?” bisiknya dari belakang.​
“Kasarin ga apa Wan, ngilu-ngilu enak,” Ucapku lemah.
“Okeh non cilla, siap-siap ya,” bisiknya lagi sambil menjilat pipiku.

“Arghh.”

Aku menjerit saat Wawan dengan gemas menghujamkan penisnya dengan kasar, dia benamkan penisnya hingga mentok ke dinding rahimku. Sesaat kemudian dia lepaskan kembali. Lalu dia hujamkan kembali dengan kasar. Itu dia lakukan beberapa kali hingga aku mencapai orgasme kembali, tubuhku bergetar dan cairan vaginaku muncrat keluar.

“Non Cilla masa digituin aja udah muncrat,” Ucap Wawan​
“Gilaa.. Wan.. ena..k tapi ngilu, terusin wann..,” Ucapku

Wawan melanjutkan dengan menggenjot vaginaku dengan cepat dan cukup kasar hingga suara tepukan selangkangan kami terdengar keras. Aku sendiri hanya meracau menikmati gempuran dari Wawan sambil meremas sprei kasurku sendiri hingga akhirnya Wawan melepaskan penisnya dan membalik badanku serta menyemburkan spermanya di payudaraku. Setelah itu dia memasukkan penisnya ke mulutku untuk dibersihkan. Aku menurut saja memberihkan penis wawan hingga mengkilap. Setelah itu Wawan langsung ambruk di kasurku. Aku sendiri masih terengah-engah terlentang di sampingnya. Pak Imam yang sudah kambali berpakaian langsung menghampirku, mencium bibirku dan memainkan puting payudaraku sesaat sebelum akhirnya keluar dari kamarku. Wawan yang energinya sudah mulai kembali memeluk tubuhku dan menicumi bibirku. Setelah itu dia bangun dan memakai pakaiannya. Aku sendiri setelah memiliki cukup tenaga segera bangun dan menuju kamar mandi untuk kembali mandi yang kedua kalinya karena ulah kedua pekerjaku ini. Selesai mandi aku mencari-cari bra yang tadi aku pakai namun tidak ketemu. Tiba-tiba Pak Imam masuk ke dalam kamar dan membawakan bra yang baru.

“Non, pakai yang ini aja, yang lama sudah bapak masukkan di keranjang baju kotor, tadi ternyata kena sperma bapak dikit” Kata Pak Imam.​
"Yehh.. kotor dah bh ku,” Kataku sambil pura-pura cemberut.

Tapi aku turuti juga kemauannya. Aku memakai bra jenis push up ini lalu kembali memakai koas T-shirtku serta celanaku. Setelah merapihkan kasur yang tadi sempat berantakan termasuk mengganti sprei karena banyak noda-noda basah akibat cairanku yang meleleh, aku langsung bersiap menuju Desanya Wawan. Rambutku yang terurai aku kuncir ke belakang karena hawa yang sangat panas ini. Setelah semuanya siap, aku langsung menuju ke garasi mobil. Terlihat Pak Imam sudah membuka garasi dan Wawan menyalakan mobilnya. Sebelum aku naik mobil Pak Imam menghampirku mencium bibirku dan menepuk pantatku.

“Aw Pak, nanti pantatku tepos loh,” Godaku sambil mengusap pantatku.​
“bokong tepos ga apa non, yang penting susunya non Cilla jangan tepos,” Balasnya sambil menremas pelan payudaraku.
“masa sih? Aku seksi ga Pak Imam?” Godaku lagi sambil sedikit membusungkan dadaku.
“Ya seksi pol majikanku ini, baik lagi.. jadi betah kerja disini,” Ucapnya sambil mencium bibirku.
“Udah ah, nanti kesorean pak Imam, jaga rumah ya,” Ucapku.

(BERSAMBUNG)

 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd